Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Disusun oleh
Made Pitriani
Dosen Pengampu
Ni made anggreni,S.Ag.,M.pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGIWARA
DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2022
A. BRAHMAN ASPEK KEBENARAN YANG MUTLAK

Ada aspek Tuhan yang mutlak yang biasa disebut sebagai “Brahman”

yang berarti besar tak terbatas. Dia adalah Ketakterbatasan itu sendiri. Namun,

Dia juga bersifat immanen pada segala yang tercipta.1 Kata Brahman berarti

“rohani.” Tuhan bersifat rohani, dan sinar dari badan rohani disebut brahmajyoti.2

Dalam Bhagavad Gita Sri Krishna adalah personifikasi, penjelmaan Hyang

Widhi, Tuhan yang maha kuasa (Brahman) yang turun kedunia di kala umat

manusia dilanda keruntuhan pegangan hidup dan kehancuran moral. Sri Krishna

mengajarkan manusia untuk bekerja, sebab bekerja adalah sama dengan tindakan

hukum. Berehenti bekerja adalah melawan tindakan hukum alam. Disiplin kerja

adalah bekerja ditunjukan kepada hukum alam itu sendiri. Hukum alam dalam

agama Hindu adalah Brahman. Brahman adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Berbakti kepada Brahman, Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa

adalah disiplin hidup manusia yang paling utama. Kerja apapun yang dilakukan

manusia tanpa disiplin hidup berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa , semuanya

akan sia-sia.3 Karna Brahman adalah sebab adanya dunia material ini. Brahman

1
Syafieh, “Tuhan Dalam Perspektif Al-Qur‟an” Jurnal At-Tibyan, Vol. 1 No. 1 Januari-
Juni 2016, h. 148
2 Brahmajyoti adalah sinar atau cahaya dari panacaran Ida Sang Hyang Widhi (Brahman)

atau Tuhan yang maha Esa. lihat Swami Prapuphada, Bhagavad Gita Menurut Asli Nya, h. 20
3 Nyoman S. Pendit, “Aspek-Aspek Agama Hindu: Seputar Weda dan Kebajikan”

(Jakarta : Pustaka Manikgeni, 1993) h. 75

51
yang tidak tampak itu berada dalam segala sesuatu yang digambarkan seperti

garam yang dilarutkan di dalam air.4

Brahman yang dicapai oleh mereka yang melalui jalan para dewa tak dapat

menjadi brahman Tertinggi. Mereka hanya mencapai saguna brahman. Brahman

Tertinggi meliputi segalanya, sebagai sang Diri batin bagi semuanya. Brahman

seperti itu tak dapat dicapai, sebab Dia merupakan sang Diri dari setiap orang.

Apa yang disebut sebagai realisasi Brahman Tertinggi tiada lain adalah pelepasan

kebodohan tentang-Nya.

Dalam Reg Weda dijelaskan bahwa Tuhan itu satu, dari segala sesuatu

yang belum ada, namun beliau telah ada. Tuhan (Brahman) itu tidak bisa dikenali

wujud dan bentuk seperti apa. Kemudian beliau berkehendak ingin menciptakan,

yang pertama kali diciptakan oleh beliau adalah wujud nya sendiri yang disebut

Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Jadi sesungguhnya ketiga Dewa ini

berasal dari yang Tunggal yaitu Brahman.5

Om Twam Siwah Twam Mahadewaah, Iswarah Parameswara, Brahma


Wisnuca Rudrasca, Purusah Parikirtitah,
Artinya:
Engkau disebut Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma dan
Wisnu dan juga Rudra. Engkau adalah asal mula dari segala yang ada6.
Rgveda : 2.12.5

Pada pernyataan sloka diatas, bahwasanya asal mula dewa-dewa yang ada

di dalam kepercayaan Agama Hindu itu dari yang satu, yaitu Brahman. Walaupun

Tuhan mewujudkan diri dalam berbagai macam rupa dan bentuk, tetapi Tuhan

tetap satu tiada dua.

Hyang Widhi adalah Brahman, Tuhan yang Tidak berwujud dalam alam

pikiran manusia, sedangkan disebut Brahma, ketika Ia telah mengambil wujud

dalam menciptakan alam semesta beserta segala isinya.7 ada perbedaan antara
God dan Godhead seperti perbedaan langit dan bumi. God disini adalah Tuhan

Trinitas atau yang biasanya dikenal dalam Hindu (Tri Murti). Sedangkan Godhead

adalah asal usul dari God. Dalam tradisi Adwaita Vedanta, Godhead ini disebut

dengan Brahman, atau yang lebih tepat lagi disebut dengan Nirguna Brahman,

yakni Brahman yang paling tinggi.8

Brahman adalah suprakosmis, yang mengatasi ruang dan waktu. Ia

merupakan Roh Universal, paramatman, yang menjiwai bentuk-bentuk dan

pergerakan kosmis ini.9 Brahman hanya dapat didefinisikan dalam istilah

keberadaan. Karena Ia melampaui segala macam sebutan khususnya segala

pembedaan dari subyek, obyek dan kegiatan pengenalan, maka Ia tak dapat

dianggap sebagai bersifat personal.10 Bagian terkecil dari Brahman adalah atma

atau roh yang ada di dalam diri manusia.

Atma adalah merupakan manifestasi dari Sang Hyang Widhi yang

merupakan sumber kehidupan semua makhluk hidup dialam semesta. karena ia

bersemayam kedalam tubuh setiap makhluk, untuk menjiwai badan rokh, sehingga

kelihatan ada kehidupan di alam semesta ini.11 Sifat atma ini bisa dirasakan

melalui kesucian dan keheningan pikiran.12 Sesungguhnya hati nurani umat

manusia ini suci, seperti halnya sifat-sifat Paramatman, Tuhan Yang Maha Esa,

jiwa dari seluruh alam semesta. Atma adalah subyek yang tetap ada di tengah-

tengah segala yang berubah.

Untuk menyadari diri sebagai Atma secara sempurna dan mutlak, maka

terlebih dahulu kita harus menghancurkan semua ilusi pikiran maya.13 Tahap

pengahancuran semua ilusi dalam atma dengan mutlak disebut dengan nirvikalpa

samadhi. Tingkat nirvikalpa samadhi hanya dapat dicapai melalui latihan rohani

yang intensif dan atas karunia Tuhan. Sebagai roh, manusia tampak lemah,

sebagai obyek kelahiran dan kematian, tetapi dengan bimbingan alam, melalui

kelahiran, dan kematian berulang-ulang, melalui pengalaman hidup, latihan rohani


dan karunia Tuhan, maka setiap roh pasti akan mencapai masa depan yang amat

gemilang. Setiap roh berpotensi untuk mencapai kepribadian tertinggi yaitu

Brahman.14

Bila Atma meninggalkan badan, maka makhluk itu akan mati. Atma yang

menghidupi badan disebut jiwatman, Jiwatman dapat dipengaruhi oleh karma,

hasil perbuatan di dunia ini. Karena Atma tidak akan selalu kembali ke asalnya,

yaitu Paramatma.15 Setiap makhluk hidup terdiri dari dua unsur; yaitu unsur

jasmani dan unsur rohani. Tujuan hidup utama umat Hindu adalah untuk

mendapatkan kebahagiaan batin yang terdalam, yakni adanya persatuan antara

Atma dan Brahman yang disebut Moksa. Untuk melepas diri dari dunia maya

tersebut, seseorang harus berusaha memperbaiki karmanya atau perbuatannya agar

Atmanya mengalami kesucian dan dapat bersatu kembali dengan Brahman.

Manusia akan merasa bahagia setalah Atmanya kembali dalam keadaan suci dan

seterusnya bersatu dengan Brahman.16

Paham tentang Tuhan sebagai sesuatu kekuatan yang berkuasa atau

sebagai Brahman yang tidak bersifat pribadi dapat dicapai oleh orang yang berada

di dalam tenaga rendah Tuhan, tetapi Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak

dapat dipahami kecuali seseorang berada dalam kedudukan rohani.17 Brahman

adalah aspek yang sangat mutlak, dalam Bhagavad Gita Krishna pun menyatakan

Tuhan (Brahman) adalah yang satu dan tiada duanya. Namun Brahman memiliki

berbagai manifestasi. Cara mempelajari tentang Brahman yang tidak bersifat

pribadi hanya dengan cara hidup bersama guru kerohanian dan membaktikan diri

untuk Brahman dan tidak berhubungan suami isteri sama sekali. Dengan cara itu

mereka bisa menginsafi realitas tertinggi Brahman.


B. KONSEP NIRGUNA BRAHMAN

Nirguna Brahman, yaitu Brahman tanpa atribut. Ini diterima sebagai

sesuatu yang satu dan tidak berbeda, yang tetap statis dan dinamis dan merupakan

prinsip mutlak yang menggaris bawahi jagat raya. “Brahman adalah Ia yang kata-

katanya tidak dapat diungkapakan, dan yang mana tidak dapat digapai oleh

pikiran kita yang membingungkan” ungkap Taittiriya Upanisad.18 Nirguna

Brahman bukanlah objek doa, tetapi objek meditasi dan pengetahuan yang tidak

bisa digambarkan dengan apapun.

Pada wilayah ini tidak mengizinkan pemuja-Nya untuk membanyangkan

Tuhan yang Tak Terpikirkan (Acintya) sebagai apapun Sungguh sangat sulit

membayangkan bagaimana cara memuja Tuhan yang Tidak Terbayangkan. Kitab

suci Hindu dengan lugas menggambarkan wilayah Tuhan yang Nirguna Brahman

(Bhagavadgita X.2,XII.5).

kleso dhikataras tesam avyaktasakta-cetasam avyakta hi gatir dukham


dehevadbhir avapyate
Artinya :
Orang yang pikirannya terikat pada aspek yang Mahakuasa yang tidak
berwujud dan tidak bersifat pribadi sulit sekali maju. Kemajuan dalam
displin itu selalu sulit sekali bagi orang yang mempunyai badan.
Menurut Chandogya Upanisad, segalanya yang dapat dilihat dan tidak

dapat dilihat yang berasal dari Brahman. Ini menyatakan bahwa jagat raya terlahir

dari Keberadaan (Brahman) dan tidak keberadaan (kehampaan atau kekosongan)19

Dalam konsep Nirguna Brahman, ada aspek yang harus diketahui tentang sosok

Tuhan yang transdental atau impersona, zat yang menciptakan dari ketidak adaan.

Beliau adalah maha sempurna, Beliau murni tidak terpengaruh oleh

kekuatan prakerti. Beliau maha besar, Beliau mampu mengisi ruang yang sekecil

apapun namun juga Beliau mampu memenuhi jagad raya, Beliau berada di mana-

mana dan Maha mengetahui segalanya.20 Dalam Bhagavad Gita sendiri dikatakan

na me viduh sura-ganah prabavarin na maharsayah aham adir hi


devanam maharsinam ca sarvasah
Artinya :
Baik para dewa maupun resi-resi yang mulia tidak mengenal asal mula
maupun kehebatan-Ku, dalam segala hal, Aku adalah sumber dewa-dewa
dan resi-resi.

Pada pernyataan sloka diatas, Tuhan memiliki wilayah yang tidak bisa

dijangkau oleh manusia. Bahkan para resi sekalipun tidak mengetahui sosok

Tuhan yang (Transendental), Tuhan yang tidak beratribut dan tidak memiliki sifat.

Sangat sulit untuk membayangkan bagaimana pemujaan kepada Tuhan yang tak

terbayangkan.

Yang dimaksud Transendental adalah maha abstrak, tidak dapat ditangkap

oleh kekuatan panca indra, beliau Maha Pencipta, Maha Kuasa, mengatur alam

semesta dengan kodrat kemaha kuasaan-Nya. Beliau tiada awal, pertengahan dan

akhir, sering juga disebut “hana tan hana” wujud yang ada namun tiada.21

Sebab apapun yang kita kenal didunia ini adalah terbatas. sehingga tak

dapat menjadi karakteristik Brahman yang tak terbatas. Sesuatu yang terbatas

tidak bisa mendefinisikan sesuatu yang tak terbatas. Disamping itu naskah tak

dapat memberi batasan kepada Brahman, sebab kemutlakannya lebih dari pada

yang lain. Dengan mempertimbangkan bahwa dunia yang kita alami tak dapat

memberi batasan pada Brahman sebagai sifat-Nya22

Brahman tidak dapat dilepaskan dengan perantara sesuatu yang terbatas,

maka Brahman dikenal sebagai neti-neti yang berarti bukan ini bukan itu. Dipihak

lain Upanisad menyatakan bahwa Brahman memiliki sifat-sifat dan merupakan

sumber dari segala sesuatu. Terhadap pernyataan Upanisad ini Sankara23 memberi

penjelasan, bahwa Brahman memiliki dua wujud yaitu Para Brahman dan Apara

Brahman. Para Brahman adalah perwujudan Brahman yang absolut tanpa sifat,

tanpa bentuk, tanpa perbedaan dan tanpa perubahan. Dalam wujud seperti itu

Tuhan disebut Nirguna Brahman. Tuhan dalam sifat Nirguna Brahman tidak
didukung dengan maya, tanpa pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta.

Sedangkan Apara Brahman adalah perwujudan Brahman yang memiliki sifat-sifat

dan pembatasan. Apara Brahman terjadi untuk manusia dalam pemujaannya

terhadap Tuhan.24

Dalam konsep Nirguna Brahman, Tuhan tidak bisa digambarkan dengan

sesuatu. Ia sosok yang tidak dilahirkan dan tidak bisa di beri batasan dengan sifat-

sifat tertentu. Brahman adalah penyebab adanya dunia ini dan semua mahkluk

yang ada di alam ini adalah ciptaan nya.

C. KONSEP SAGUNA BRAHMAN

Pemahaman tentang Saguna Brahman adalah Tuhan dalam bentuk pribadi

yang merupakan dasar konsep Trimurti.25 Saguna Brahman disebut juga Tuhan

dalam bentuk yang imanen. Tuhan dalam bentuk yang imanen berarti Tuhan

dalam sifatnya yang terjangkau oleh akal pikiran manusia. Sesuatu yang ada

dalam alam imanen berarti sesuatu yang ada dalam alam pikiran yang dapat

diketahui. Tuhan yang imanen disebut juga sebagai Tuhan yang berpribadi

(Personal God) diketahui berbagai sifat ada padanya.26

Perbedaan antara Tuhan dan dewa bisa di lihat dari kata „god‟ yang digunakan

untuk menyebut Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan istilah „demigod‟ digunakan

untuk menyebut dewa. kata demi adalah awalan bahasa latin yang berarti

„setengah, sebagian‟. jadi, kata demigod arti harfiahnya adalah „setengah Tuhan‟

atau „sebagian Tuhan‟. ini untuk menunjukan bahwa dewa adalah makhluk-

makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki sifat dan kemampuan „setengah‟ atau

„sebagian‟ dari „kemampuan‟ yang dimiliki oleh Tuhan.27 Dewa-dewa Trimurti

yang ada dalam kepercayaan Agama Hindu merupakan bentuk manifestasi atau

bagian dari Sang Hyang Widhi atau Brahman.

Tiga wujud dari Sang Hyang Widhi adalah Brahma, Wisnu, dan juga Siwa.
Ketiga dewa Trimurti berhubungan langsung dengan tiga guna dalam permainan

kosmis dalam penciptaan, pemeliharaan, dan pemusnahan (mengembalikan

ciptaannya ke asalnya). Wisnu melambangkan satwam (tenang, kasih sayang),

Siwa melambangkan tammas (lamban dan nafsu), dan Brahma berdiri antara

keduanya ini dan melambangkan sifat rajas (dinamis, keras dan rajin).28

a. Brahma

Salah satu dari manifestasi utama Tuhan yang maha Esa adalah Brahma,

Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya. Brahma

adalah dewa yang menduduki tempat pertama dalam susunan dewa-dewa

Trimurti, sebagai dewa pencipta alam semesta. Mitologi tentang Brahma muncul

pertama kali dan berkembang pada jaman Brahmana. Brahma dianggap sebagai

perwujudan dari Brahman, jiwa tertinggi yang abadi dan muncul dengan

sendirinya.29

Brahma biasanya dilambangkan dengan wajah yang berjanggut dan

memiliki empat wajah, dan juga merupakan dewa yang memiliki empat tangan. Ia

membawa rangakaian bunnga di tangan kanannya, sebuah buku ditangan kirinya.

Empat wajah melambangkaan pengetahuan dari keempat Veda (Rg Veda, Sama

Veda, Yajur Veda dan Athrva Veda). ini adalah bagian paling penting dalam diri

Brahma. Sehingga empat wajah memiliki maakna baahwa Brahma adalah sumber

dari semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk menciptakan alam semesta.30

b. Visnu

Manifestasi utama-Nya yang lain adalah Sang Hyang Visnu. Visnu

manifestasi Tuhan yang Maha Esa memelihara jagat raya dan segala isinya. Ia

yang menghidupkan segalanya. Visnu adalah salah satu devata yang sangat

penting dipuja di dalam Veda. Ia memasuki setiap obyek makhluk hidup dan
meliputi segalanya.31 Dewa Visnu melambangkan aspek kenyataan yang Mutlak

(Brahman dalam Upanisad) yang memelihara dan menjaga semua benda dan

makhluk di dunia ini.

Dewa Visnu secara umum dilambangkan dalam tubuh manusia dengan

empat tangan. Ditangannyaa ia digambarkan memegang kerang. Ia memakai

mahkota, dua anting, sebuah kalung bunga (mala), pada lehernya. Ia memiliki

tubuh yang biru dan memakai pakaian berwarna kuning. Empat tangan

melambangkan empat arah dan menandakan bahwa Dewa ada dimana-mana dan

selalu ada. Dua tangan di depan melambangkan kegaiatan dari dewa yang dapat

dilihat dalam dunia fisik dan dua tangan di belakang melambangkan aktifitas

pikiran dan intelek. Bagian samping melambangkan aktifitas hati yaitu cinta,

kebaikan, dan kasih.32

c. Siva

Hyang Siva adalah Tuhan Maha Esa sebagai pelebur kembali alam

semesta dan segala isinya.33 Siwa dianggap memiliki tanggung jawab besar

terhadap penyerapan alam semesta. Ia merupakan perwujudan dari sifat yang

memiliki kecenderungan menuju pembubaran dan pelenyapan.34

Dalam patungnya, dewa Siva digambarkan dalam bentuk manusia

tubuhnya telanjang dan dipenuhi dengan abu. Tubuh yang telanjang

melambangkan bahwa Ia bebas dari keterikatan pada benda material di dunia.

Karena kebanyakan benda-benda akan menjadi abu ketika dibakar, abu

melambangkan intisari dari semua benda dan makhluk di dunia. Abu pada tubuh

dewa melambangkan bahwa Ia adalah sumber dari seluruh penciptaan yang

berasal dari dalam dirinya.35

Wilayah teologi Saguna Brahman ini mewakili wilayah teologi yang

berusaha untuk menggambarkan Tuhan, sebagai yang memiliki atribut di antara


Tuhan yang lain sesuai dengan peran atau fungsi-Nya. Namun dalam wilayah

teologi Saguna Brahman masih ada rasa enggan untuk mengeksplisitkan Tuhan

yang pribadi sebagai Tuhan yang paling mutlak, Dikarenakan ada paham yang

menyatakan bahwasnya Tuhan itu memiliki wilayah nya sendiri yang tidak bisa

dijangkau oleh manusia (Nirguna Brahman).

Dengan demikiaan teologi Tuhan yang Maha Kuasa atau objek yang

melampaui realitas, direalisasikan melalui simbol-simbol yang berkenaan dengan

sifat-sifat tertentu yang ada pada-Nya (Saguna). Sehingga dapat bertemu dengan

Tuhan dalam (Saguna) hanya metodis, namun di dalamnyaa terdapat sebuah

kebenaran yang, “tak terbantahkan”.36

D. Pandangan Tentang Ketuhanan Menurut Penganut Hindu Modern

Dari beberapa kalangan yang tidak mengenal Agama Hindu secara

mendalam mengatakan bahwasanya Agama Hindu menyembah banyak Dewa.

Tetapi pada kenyataannya Agama Hindu hanya mengenal satu Tuhan. Di dalam

Bhagavad Gita pun telah dijelaskan melalui beberapa sloka yang menyatakan

Tuhan itu satu, tidak ada dua nya tidak bisa dilukiskan dan tidak bisa di

gambarkan. Ia adalah Ida Sang Hyang Widhi atau Brahman. Ketika Brahman

ingin menciptkan alam ini dia mengambil bagian dalam proses terjadinya

penciptaan, Maka Ia disebut Brahma, Ketika Tuhan berhasil menciptakan alam

semesta ini beserta isinya maka hasil ciptaan nya akan dipelihara dan dijaga.

Ketika Tuhan berhasil memelihara dan menjaga hasil ciptaan nya maka ia disebut

Wisnu. Setelah berlangsung nya kehidupan yang ada di alam ini, maka Tuhan

ingin mengambil kembali hasil ciptaan nya untuk diperbaharui, ketika Tuhan

mengambil kembali hasil ciptaan nya maka Ia diberi sebutan Siwa. Jadi

sesungguhnya ketiga dewa ini berasal dari yang satu yaitu Brahman.37 Konsep

Ketuhanan di dalam Agama Hindu sendiri menganut paham Ketuhanan Yang


Maha Esa. Artinya Tuhan itu satu dan tunggal. Memang di dalam Agama Hindu

mengenal banyak dewa tetapi pada dasarnya dewa-dewa yang banyak ini adalah

yang tunggal.38

Ada beberapa jalan yang bisa ditempuh untuk mendekatkan diri dengan

Tuhan yang pertama dengan jalan Bhakti Yoga. Bhakti yoga adalah jalan menuju

Tuhan dengan mengedepankan rasa cinta yang tulus, pemujaan dengan ikhlas dan

menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam Bhagavad Gita

Krishna mengatakan ada banyak cara untuk mencapai Tuhan yaitu dengan

mempelajari ilmu pengetahuan, bekerja tanpa pamrih, dan melakukan yoga.39

Yang kedua dengan menempuh jalan Karma Yoga, atau dengan jalan perbuatan.

Seperti bekerja, tetapi yang ditekankan dalam ajaran karma yoga ini adalah

bekerja yang dilakukan semata-mata untuk Tuhan dan tidak mengharapkan

keuntungan pribadi. Pengabdian ini ditujukan hanya untuk Brahman dengan rasa

ikhlas dan tulus. Dan yang selanjutnyaa adalah jalan Jnana Yoga. Penekanan

jnana yoga lebih kepada pengetahuan, bagaimana seseorang bisa merealisasikan

pengetahuan nya tentang Brahman dan bisa menginsafi diri atman yang ada

didalam diri kita, karena didalam diri manusia ada bagian dari percikan Brahman.

seperti yang dijelaskan di dalam Atharva Veda yaitu (Ayam Atma Brahman) Atma

adalah Brahman. Dikarenakan tujuan akhir umat Hindu adalah bersatu kembali

dengan Brahman, maka kita harus tau bagaimana jalan menuju-Nya.40

Untuk bisa mengaplikasikan nya dikehidupan sehari-hari, seseorang perlu

ketekunan untuk mengejerkan nya. Karena pelaksanaan nya tidak bisa di lakukan

hanya dengan beberapa kali saja. Perlu kesabaran dan niat yang besar untuk

menjalani nya. Salah satu nilai filosofis yang ada di dalam Bhagavad Gita

menjelaskan ketika seseorang fokus dengan tujuannya dan dapat mengahadirkan

Tuhan dalam setiap doanya, maka tujuan itu akan tercapai. Maka begitu juga
dengan penerapan ajaran yoga ini. Ketika seseorang bisa menjalani dengan tekun

dan fokus ajaran-ajaran yoga ini maka tujuan untuk mencapai kepada Brahman

akan terjadi.41

Brahman adalah aspek yang tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia,

karna keberadaan nya yang tidak bisa di tangkap oleh penglihatan fisik. Dengan

ingin mengetahui Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah tujuan utama

keinsafan rohani. Seseorang harus melepaskan ikatannya terhadap keduniawian.

dan membhaktikan diri sepenuhnya untuk Tuhan.42

Pada dasarnya agama Hindu hanya mengenal satu Tuhan yaitu Sang

Hyang Widhi atau Brahman. Jadi sangat salah ketika ada yang berpendapat

bahwasanya penganut Hindu menyembah banyak dewa atau banyak Tuhan.

Penganut Hindu tetap pecaya kepada yang satu, yang tunggal dan tidak berwujud.

Dewa-dewa di dalam agama Hindu dipecayai sebagai bentuk dari manifestasi atau

perwujudan Ida Sang Hyang Widhi yang ingin mengambil peranan dalam

terciptanya dunia ini beserta isinya.43


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bhagavad Gita adalah dialog spiritual antara Sri Krishna (Inkarnasi Tuhan

dalam agama Hindu) dan Arjuna (salah satu dari pahlawan dalam Mahabarata).

Ajaran yang terdapat di dalam Bhagavad Gita mencakup tentang Pengetahun

Yang Mutlak, dan jalan untuk mencapai kepada yang satu, yaitu Brahman.

Bhagavad Gita tergolong dalam kitab Sruti atau Pancama Veda (Veda yang

kelima). Penjelasan tentang konsep ketuhanan dalam agama Hindu juga

dipaparkan dalam beberapa bab yang ada di dalam Bhagavad Gita. Agama Hindu

mengajarkan tentang keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Terdapat dua

konsep ketuhanan dalam agama Hindu yang cukup dikenal yaitu Nirguna

Brahman dan Saguna Brahman. Dimana masing-masing wilayah menjelaskan

tentang sosok Tuhan yang tanpa wujud, dan Tuhan dalam bentuk pribadi.

Berdasarkan hasil kajian yang telah penulis jelaskan pada bab-bab

sebelumnya, mengenai konsep ketuhanan dalam Bhagavad Gita terbukti

bahwasanya agama Hindu memiliki konsep ketuhanan yang mengarah kepada

monoteisme. Argumentasi ini dikuatkan dengan adanya penemuan beberapa sloka

yang ada di dalam Bhagavad Gita dan Veda yang menyatakan bahwasanya Tuhan

itu satu dan tiada duanya. Disamping itu juga penulis mencari informasi dengan

mewawancarai langsung penganut agama Hindu.

66
57

Beberapa kitab yang ada di dalam agama Hindu seperti Brahma Sutra, dan

Upanishad juga menegaskan tentang Tuhan Yang Maha Esa sebagai sosok yang

paling mutlak, tidak terbayangkan oleh pikiran manusia dan tidak teridentifikasi

keberadaannya. Sosok Tuhan yang seperti ini dibahas dalam teologi Nirguna

Barhman, yang mana Tuhan dalam wilayah Nirguna Brahman tidak bersifat dan

tidak bisa dipersonifikasi. Penganut agama Hindu meyakini bahwasanya ada

sosok yang Maha Tinggi, Maha Agung dan tidak terbatas diluar alam ini.

Dalam kepercayaan agama Hindu, terdapat beberapa dewa yang disembah

dan dipuja. Seperti dewa yang cukup dikenal yaitu dewa Brahma, dewa Wisnu,

dan dewa Siwa. Ketiga dewa ini disebut Trimurti. Dewa yang ada didalam

kepercayaan Hindu bukan lah sosok yang paling tinggi, sebab dewa-dewa ini

adalah bentuk manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa atau Brahman. Tuhan

mewujudkan diri nya ketika ingin menciptakan alam ini maka Ia diberi sebutan

Brahma, setelah Ia berhasil menciptkan alam ini maka Ia ingin menjaga dan

mempelihara hasil ciptaan nya maka Ia diberi sebutan Wisnu, dan ketika hasil

ciptaan nya ingin di ambil kembali maka Ia diberi sebutan Siwa. Sesungguh dewa-

dewa yag banyak ini adalah yang satu atau tunggal. Bagian ini adalah wilayah dari

teologi Saguna Brahman, yang mana Tuhan mewujudkan diri nya ketika ingin

mengambil peran dalam alam material ini sehingga sifat beliau bisa dibayangkan

oleh akal pikiran manusia secara empiris.

Berdasarkan hasil penelitan ini maka dapat disimpulkan beberapa hal

diantaranya: Pertama, kitab Bhagavad Gita mengajarkan bagaimana memahami

tentang hakikat Tuhan yang tidak berwujud. Kedua, Bhagavad Gita juga

menjelaskan bagaimana jalan untuk mencapai Tuhan Yang Maha Esa melalui

beberapa ajaran yoga. Ketiga, Menguatkan pernyataan bahwasanya agama Hindu


58

memiliki paham ketuhanan yang bersifat monoteisme atau percaya kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

B. Saran-Saran

Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil penelitian ini

yaitu :

1. Untuk para penulis selanjutnya yang ingin mengkaji tentang agama lain,

hendaknya lakukanlah penelitian secara objektif dan mencari informasi

langsung dari penganut atau tokoh-tokoh agama yang akan dikaji.

2. Khusus untuk penulis selanjutnya yang ingin mengkaji tentang konsep

ketuhanan dalam agama lain, disarankan agar bisa memposisikan dirinya

sebagai sosok yang interreligious, atau mempertimbangkan segala

perspektif tentang ketuhanan yang sedang dikaji tidak dengan kepercayaan

nya sendiri.

3. Teruntuk Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Utama Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Diharapkan untuk memperbanyak lagi

buku-buku tentang agama Hindu.


59

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku :

Abdullah, Syamsuddin dkk. Fenomenologi Agama, T.tp: Proyek Pembinaan


Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN Di Jakarta Direktorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1983/1984.

Ananda, I Nyoman . Agama Veda Dan Filsafat Surabaya : Paramita, 2006.

Anwar Ali, dan Tp, Tono. Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat, Bandung: CV
Pustaka Setia, 2005.

Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama, Yogyakarta: PUSTAKA


PELAJAR, 2015.

Cundamani. Pengantar Agama Hindu, Yayasan Wisma Karya Jakarta, 1987.

Dhavamony, Mariasusai. Fenomenologi Agama Yogyakarta: KANSIUS, 1995.

Djam’anuri, Agama Kita, Perspektif Sejarah Agama-agama Yogyakarta: Kurnia


Kalam Semesta bekerjasama dengan LESFI, 2000.
Fajri, Rahmat dkk. Agama-Agama Dunia Yogyakarta: Belukar, 2012.

Hadiwijono Harun. Agama Hindu dan Budha, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
2009.
Hamzah, Amir. Bhagawad-Gita, Jakarta : Dian Rakyat, 1992.

Harshananda, Svami. Dewa-Dewi Hindu, Surabaya: Paramita, 2007.

Honig A.G. Ilmu Agama, Jakarta: Gunung Mulia, 2009.

Imron, Ali. Sejarah Terlengkap Agama-Agama Dunia Dari Masa Klasik Hingga
Modern, Yogyakarta: IRCISoD, 2015.

Khotimah, Agama Hindu, Riau : Daulat Riau Anggotaa IKAPI, 2013

Krishna, Ananad. Kebijakan Bhagavad Gita Bagi Generasi Y, Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama, 2017.

. Bhagavad Gita, Jakarta : Pusat Studi Veda Dan Dharma, 2004.

Maswinara, I Wayan. Srimad Bhagawad Gita, Surabaya: Paramita, 2003.

69

Anda mungkin juga menyukai