Anda di halaman 1dari 6

TUGAS III AGAMA HINDU

OLEH :
NAMA : I PUTU RIYAN MERTA JAYA
NIM : 042271487

UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN AJARAN 2020


UPBJJ-UT DENPASAR PROGRAM STUDI S1-MANAJEMEN
Untuk tugas tutorial 3
Silahkan anda simak materi Pendidikan Agama Hindu, pada modul 6 dan 7 Kemudian, jawablah
soal berikut ini :
 
1. Bhagavadgita pada intinya mengandung lima tema ajaran, yaitu tentang (1)
Brahman(Tuhan), (2) Atman (hidup), (3) Prakerti(material), (4) Kala (waktu), (5) Karma
(perbuatan). Jelaskan dari masing tema tersebut!
2. Umat Hindu dalam kehidupan sehari  tidak terlepas dari tiga hal yaitu Satyam, Śivam dan
Sundaram. Mengapa demikian? Jelaskan!
3. Apa yang melatarbelakangi lahir bermacam seni dalam agama Hindu? Jelaskan!
 
Jawaban :
1. Penjelasan dari lima tema ajaran dari Bhagavadgita di antaranya;
a. Brahman adalah penguasa tertinggi dalam konsep ketuhanan Hindu. Brahman
bersifat kekal, tidak berwujud, imanen, tak terbatas, tak berawal dan tak berakhir
juga menguasai segala bentuk, ruang, waktu, energi serta jagat raya dan segala isi
yang ada di dalamnya. Brahman sebagai kenyataan utama yaitu satu tiada duanya,
di luar batas nama, dan rupa tanpa sifat, tanpa permulaan, pertengahan, dan akhir.
Brahman juga dikatakan sebagai kebenaran yang tak berubah, di luar batas ruang,
waktu, dan sebab akibat. Agar dapat dipercaya, Brahman tak terbatas
mewujudkan dirinya sebagai alam semesta dan makhluk hidup melalui maya-Nya.
Brahman juga dijelaskan sebagai pengendali. Artinya, segala sesuatu bekerja di
bawah kehendak dan perintah-Nya. Ketika menjadi hidup dari hidupnya segala
makhluk, Brahman disebut atman. Brahman atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan) adalah pencipta segala makhluk dan alam semesta sekaligus yang
mengembalikan pada saat pralaya. Brahman dapat dipahami melalui dua cara,
yaitu nirguna dan saguna.
i. Nirguna brahman adalah Tuhan yang dapat dipersonafikasikan
(diwujudkan) sebagai para dewa, contohnya bentuk arca-arca. Tuhan
(Brahman) hanya satu, tetapi orang bijaksanalah yang menyebutkan
dengan banyak nama. Brahmana adalah Esa atau satu dan dalam ajaran
Hindu dipahami secara nirguna. Brahman dipahami secara acintya dan
hanya orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi atau para vidya
(para brahman) yang mampu memahami-Nya.
ii. Saguna brahman adalah Tuhan yang memiliki wujud atau Tuhan yang
dapat dimanifestasikan seperti para dewa. Perbedaan terhadap cara
memahami Tuhan dibenarkan dalam ajaran Hindu. Hal itu terjadi karena
adanya perbedaan tingkat spiritual seseorang.
b. Atman berasal dari kata an berarti bernapas. Dia adalah napas dari yang hidup.
Atman atau Atma dalam Hindu merupakan percikan kecil dari Brahman yang
berada di dalam setiap makhluk hidup. Atman di dalam badan manusia disebut
Jiwatman atau jiwa atau roh yaitu yang menghidupkan manusia. Demikianlah
atman itu menghidupkan sarwa prani. Indria tak dapat bekerja bila tak ada atman.
Atman, para jiwa, atau makhluk hidup diakui oleh Tuhan sebagai bagian dari diri-
Nya yang mempunyai sifat sama seperti-Nya. Menurut Sankara, atman adalah
asas dari hidupnya manusia, jiwa yang mengisi oknumnya, napasnya, prana,
buddhi, dan prajna. Atman adalah yang tertinggal setelah segala sesuatu yang
bukan atman lenyap, sedangkan menurut Rg. Veda, atman adalah bagian yang
tidak dilahirkan, abadi pada manusia, dan berbeda dengan tubuh (Radhakrisnan,
1992:67). Dalam kitab Brihad Aranyaka Upanisad Atman, disebutkan sebagai
berikut. “ Dia yang bermukim di bumi ini dan juga masih di dalam bumi yang
tidak diketahui oleh bumi yang tubuhnya adalah bumi ini yang mengendalikan
bumi dari dalam. Dia-lah atman-mu, pengendali dari dalam, yang abadi (Brh-Up,
III.7.3) (Radhakrisnan, 1992: 165). Atman bersifat kekal abadi dan mengalami
kebahagiaan yang abadi.
c. Makhluk hidup adalah prakerti yang utama. Prakerti merupakan dua unsur pokok
yang terkandung dalam setiap materi di alam semesta. Alam material atau alam
semesta merupakan prakerti yang lebih rendah atau alam rendah semuanya
tunduk, dikuasai, dan dikendalikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Prakerti
merupakan unsur yang bersifat kekal, halus, dan tidak dapat dipisahkan. Prakerti
adalah unsur yang bersifat kebendaan atau material. Pada penciptaan alam
semesta, Prakerti berevolusi menjadi Pancatanmatra yaitu lima benih yang belum
berukuran. Pancatanmatra setelah melalui evolusi yang panjang akhirnya menjadi
Pancamahabhuta, yakni lima unsur materi. Lima unsur materi ini kemudian
membentuk anggota alam semesta, seperti misalnya matahari, bumi, bulan,
bintang-bintang, planet-planet, dan lain-lain.
d. Kala adalah manifestasi dari prakerti. Waktu tercipta ketika manusia mulai
berpikir. Secara leksikal kala berarti waktu, melihat dari arti leksikal tersebut
maka pantaskah Sang Kala mendapatkan personifikasi sebagai penguasa atas
waktu, karena ia merupakan ‘sang waktu’ itu sendiri. Sebagai penguasa waktu, ia
juga identik dengan penguasa atas kematian sehingga disebut “Yama Raja”.
Sebagai penguasa kematian kala sering digambarkan seperti api yang
memusnahkan, sehingga beliau sering pula disebut Kalagni, sebutan ini
mengisyaratkan kedahsyatan api waktu. Kala Purana menyuratkan kewenangan
Bhatara Kala memangsa orang-orang yang melakukan aktifitas pada saat
pertemuan waktu (sandi kala), namun saat ini sangat tepat melakukan Puja Tri
Sandhya, japa mantra, yoga. Kemudian Bhatara Kala juga mengeluarkan kutukan,
tidak boleh merendam dua ikat ilalang menjadi satuikatan, tidak boleh meletakkan
kayu bakar yang masih terikat di bawah lumbung padi, tidak boleh meletakkan
kayu api dalam perapian tempat masak apabila tidak digunakan. Hal ini sebagai
petanda bahwa umat Hindu harus waspada (yatna) atas waktu. Waktu juga indah
sebagaimana tarian kosmis alam semesta, matahari, bulan, planet-planet dan
bintang-bintang sebagai badan-badan angkasa beredar harmoni pada yang
melanggar rta membawa keguncangan, kerusakan, ketidaknyamanan dan
menyelaraskan diri padanya membawa ketentraman, kenikmatan, dan sebagainya.
Mengenai rta telah dinyatakan dalam Rg. veda begini disebutkan “madhu vata
rtayate, madhu ksaranti sindhvah, madhvir nah sarvosadhih, Madhu
naktamutesaso, Madhumat parthvivan rajah, Madhu dyam astu nak pita” untuk
dia yang hidup menuruti rta, angin akan penuh rasa manis, sungai mencerahkan
rasa manis, begitu pula pohon-pohonan penuh rasa manis untuk kita, malam
terasa manis begitu pula fajar, debu bumipun manis, manislah bapa langit bagi
kita”. Keindahan waktu menjadi dambaan, sebagaimana Sang Hyang Panca
Kumara digambarkan dengan wajah yang sangat tampan ‘Apekik warna nira’ dan
dilahirkan pada saat fajar ‘prabhatta’ (pertemuan waktu antara malam dan pagi
hari), selalu di incar oleh Bhatara Kala. Indahnya waktu itu akan terjadi ketika
bisa menjadi pengembala atas sepuluh indriya.
e. Karma adalah konsep agama Hindu yang menjelaskan melalui sistem di mana
efek menguntungkan berasal dari tindakan menguntungkan masa lalu dan efek
berbahaya dari tindakan berbahaya masa lalu, menciptakan sistem aksi dan reaksi
di seluruh kehidupan reinkarnasi jiwa yang membentuk siklus kelahiran kembali.
Setiap kelahiran disebabkan oleh benih karma masa lampau dan setiap kelahiran
adalah menikmati hasil karma masa lampau. Oleh karena itu, setiap kelahiran
sudah pasti diikuti oleh kematian. Artinya, manusia meninggalkan bekas
perbuatannya pada masa kini dan ini yang menyebabkan kelahiran berulang-
ulang. Oleh karena itu, setiap kelahiran merupakan masa untuk meningkatkan
kualitas karma atau perbuatan. Sebelum karma itu mencapai kesempurnaan dan
kebebasan, selama itu pula kelahiran dan kematian akan dialami secara terus-
menerus. Ada empat cara untuk menyempurnakan karma yaitu,
i. Karmayoga merupakan perbuatan tanpa pambrih.
ii. Jnanayoga merupakan jalan kebijaksanaan.
iii. Bhaktiyoga merupakan jalan pengabdian.
iv. Rajayoga merupakan jalan meditasi.
Ke-empat jalan ini sebagai sarana yang bisa mengantarkan manusia sampai pada
kesadaran murni, yaitu sang diri sadar akan jati dirinya. Selain itu ada dasar-dasar
moralitas sebagai penuntun bagi pikiran, ucapan, dan tindakan agar senantiasa
berada dalam kerangka darma.

2. Umat Hindu dalam kehidupan sehari  tidak terlepas dari tiga hal yaitu Satyam, Śivam dan
Sundaram. Mengapa demikian?

Sebelum saya menjelaskan mengapa umat Hindu tidak terlepas dari tiga hal yaitu,
Satyam, Sivam, dan Sivam, saya ingin menjelaskan pengertian ketiga hal tersebut.
Satyam adalah kebenaran, yaitu apabila seseorang beragama, dia akan selalu berbuat
kebenaran dalam kehidupan sehari-harinya.’\=
Sivam adalah kebijaksanaan, yaitu apabila seseorang selalu berbuat benar dalam
kehidupan sehari-hari, ia akan menjadi orang yang bijaksana.
Sundaram adalah keindahan, yaitu apabila seseorang selalu berbuat yang benar dan
bijaksana, jiwanya akan memancarkan keindahan, dan hidupnya pun akan menjadi indah.
Kehidupan beragama Hindu memang tidak bisa terlepas dari satyam, sivam, sundaram
karena, ketiga konsep tersebut mewujudkan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh dalam seni keagamaan, ajaran agama Hindu telah ditentukan bahwa dasar
pelaksanaan yadnya (upacara keagamaan) didasari dengan hati yang tulus, ikhlas ,dan
suci hal ini terkait dengan ajaran Satyam, Sivam, Sundaram, bahwa Yadnya harus
dipersembahkan berdasarkan Kebenaran (Satyam), kesucian (Siwam) dan Keindahan
(Sundaram). Dalam pelaksanaan yadnya (upacara keagamaan) terutama di Bali selalu
disertai dengan dengan kesenian, baik itu seni tari, wayang, seni suara (darma gita),
kekawitan, dan sebagainya. Seni keagamaan yang sering dipentaskan di setiap upacara
keagamaan dapat memberikan keseimbangan karena seni keagamaan tersebut apapun
bentuk tujuannya hanya ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai wujud
rasa bakti sehingga bersifat benar, suci, dan indah.

3. Apa yang melatarbelakangi lahir bermacam seni dalam agama Hindu? Jelaskan!
Yang melatarbelakangi lahirnya bermacam seni dalam agama Hindu adalah ketiga
kerangka dasar agama Hindu diantaranya, tatwa, etika, dan ritual. Selanjutnya dalam
mempraktikan ajaran agama Hindu, tidak terlepas dari tiga hal, yaitu satyam, sivam, dan
sundaram. Seni tanpa didasari oleh agama (kebenaran), seni itu tidak akan memiliki
tujuan untuk kebenaran.
Adapun sumber-sumber yang menjadi latarbelakang lahirnya seni dalam agama Hindu
diantaranya,
 Sumber Historis Seni khususnya pada zaman Hindu, dimana seni berasal dari
budaya asing yang dibawa oleh negara lain, yaitu oleh raja-raja yang berkuasa
pada waktu itu dan pedagang-pedagang luar yang datang ke Indonesia sehingga
tersebar secara imitasi (peniruan), proses adaptasi (penyesuaian), proses kreasi
(penguasaan), dan proses akulturasi. Pada saat agama Hindu berkembang di
Indonesia dengan berdirinya Kerajaan-kerajaan yang meninggalkan peninggalan-
peninggalan prasasti seperti, prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi,
Muara Cianten, Tugu, dan Lebak sebagai peninggalan dari Kerajaan
Tarumanegara. Semua prasasti tersebut berbahasa Sanskerta dan memakai huruf
Pallawa yang menandakan bahwa Kerajaan Tarumanegara menganut agama
Hindu. Adapun peninggalan pada zaman kerajaan seperti candi, patung dan
pahatan yang menyerupai para dewa menunjukan adanya ajaran Hindu.
 Sumber Sosiologis Seni, seni ini menyatu dalam kehidupan masyarakat yang
terdiri atas seni individual dan kolektif yang dimana seni kolektif lebih mengacu
pada kebersamaan masyarakat dalam mengerjakan dan menciptakan sebuah karya
seni. Sedangkan seni yang bersifat individu lebih bebas mengekspresikan diri di
lingkungan masyarakat. Sosiologi dapat membantu menjelaskan hubungan kausal
antara nilai seni, karya seni, dan public seni dengan masyarakat. Seni keagamaan
yang dilaksanakan oleh umat Hindu disetiap upacara agama merupakan ekspresi
dari nilai-nilai ajaran Hindu seperti seni tari, seni suara, seni rupa, dan seni
kerawitan yang bertujuan untuk mengaplikasikan nilai-nilai ajaran Hindu kedalam
kehidupan sehari-hari.
 Sumber Filosofis yang merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan
menggunakan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab adanya sesuatu,
asal adanya sesuatu, dan hukumnya. Seni merupakan sebuah pengetahuan yang
dapat dapat diekspresikan melalui karya seni dan konsep seni. Berdasarkan arti
keduanya Filosofis Seni merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan
menggunakan akal budi mengenai hakikat karya seni yang merupakan hasil dari
ekspresi jiwa manusia.

Demikian penjelasan saya terkait hal diatas yang bersumber dari Buku Materi Pokok-
MKDU4224-Pendidikan Agama Hindu-Edisi2 dan beberapa sumber lainnya.
https://phdi.or.id/artikel/kala Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat
Wikipedia

Anda mungkin juga menyukai