Anda di halaman 1dari 6

MATERI AGAMA HINDU KONSEP KETUHANAN DALAM

AGAMA HINDU

Nama

I Wayan Santika Wiragunawan

NIM

160010084

Kelas

BB 161

Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu


Agama Hindu adalah agama politheisme yang menyembah banyak Tuhan?. Hal ini sering
saya dengar dari saudara beda agama yang mungkin belum mengerti tentang konsep
ketuhanan dalam Hindu. Dengan demikian maka sering muncul pemikiran yang cenderung
merendahkan karena ketidakjelasan Tuhan mana sebenarnya yang disembah. Padahal
sebenarnya Hindu bukanlah agama monotheisme, politheisme, atheisme ataupun lainnya.
Konsep agama Hindu adalah Panteisme yaitu agama universal (yaitu satu Tuhan untuk
semua)
Berbeda dengan monotheisme yang hanya menyembah satu Tuhan, tetapi sayangnya hanya
berpihak pada satu kelompok saja, sedangkan kelompok lain adalah kaum musuh yang harus
dibasmi. Atau paham politheisme yang jelas-jelas menunjukkan perbedaan dan penyembahan
berhala.
Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda adalah Tuhan tidak
berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa dipikirkan. Dalam bahasa
Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang artinya: tidak berwujud dalam alam
pikiran manusia. Tuhan Yang Maha Esa ini disebut dalam beberapa nama, antara lain:
* Brahman

: asal muasal dari alam semestea dan segala isinya

* Purushottama atau Maha Purusha


* Iswara (dalam Weda)
* Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa)
* Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi Kemulan)
* Dhata

: yang memegang atau menampilkan segala sesuatu

* Abjayoni

: yang lahir dari bunga teratai

* Druhina

: yang membunuh raksasa

* Viranci

: yang menciptakan

* Kamalasana : yang duduk di atas bunga teratai


* Srsta

: yang menciptakan

* Prajapati

: raja dari semua makhluk/masyarakat

* Vedha

: ia yang menciptakan

* Vidhata

: yang menjadikan segala sesuatu

* Visvasrt

: ia yang menciptakan dunia

* Vidhi: yang menciptakan atau yang menentukan atau yang mengadili.


Tuhan Yang Maha Esa ini apapun namaNya digambarkan sebagai:
* Beliau yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta
* Wujud kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada
* Raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan makanan
* Sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hiudp
* Maha suci tidak ternoda
* Mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada terucapkan, tiada
duanya.
* Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada dengan sendirinya
(swayambhu)
Lalu siapakah tuhan yang sebenarnya dalam agama hindu ? Tuhan dalam agama Hindu
disebut Brahman ("bukan Dewa Brahma") atau di Bali biasa disebut Ida Sang Hyang Widhi
Wasa yang artinya Tuhan yang maha besar dan tahu segalanya. Segala sesuatu tentang
Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Wasa tidak secara gampang bisa kita pahami kecuali kita
sudah memiliki hati yang tulus, bijaksana dan tidak memiliki keterikatan terhadap apapun
masalah keduniawian dikarenakan sifat-sifat beliau. Sifat-sifat Beliau banyak disebutkan
dalam kitab suci. Dalam Weda disebutkan 4 sifat kemahakuasaan dari Tuhan yang disebut
Cadu Sakti yang diantaranya :
1. Wibhu Sakti : Tuhan Maha Ada yang memenuhi dan meresapi seluruh bhuana/dunia
dan berada dimana-mana, tidak terpengaruh dan tidak berubah ("Wyapi Wyapaka Nir
Wikara") dan tidak ada tempat yang kosong bagi Beliau karena beliau memenuhi
segalanya. Beliau ada di dalam dan di luar ciptaan-Nya.
2. Prabhu Sakti : Tuhan Maha Kuasa yang menjadi raja dari segala raja (Raja Diraja),
yang menguasai segalanya baik dalam hal penciptaan (Utpetti), pemeliharaan (Stiti),
dan Pelebur (Prelina).
3. Jnana Sakti : Tuhan Maha Tahu yang mengetahui segala sesuatu yang terjadi baik di
alam nyata maupun tidak nyata, yang terjadi di masa lampau(Atita), yang sedang
terjadi (Nagata), ataupun yang akan terjadi (Wartamana).
4. Krya Sakti : Tuhan Maha Karya yang setiap saat tidak pernah berhenti melakukan
aktifitas baik dalam penciptaan, pemeliharaan, pelebur, pengawasan, penjagaan,
sutradara dalam sandiwara kehidupan (demi memberikan pembelajaran dan
pengetahuan) dan segala aktifitas lainnya.
Disamping sifat kemahakuasaan di atas, Tuhan/Brahman/Ida Sang Hyang Widhi juga
memiliki sifat sebagai berikut seperti yang disebutkan dalam kitab Wrhaspati Tattwa yang
disebut sebagai Asta Iswara yang diantaranya :

1. Anima
: Tuhan bagaikan setiap atom yang mempunyai kehalusan yang bahkan
lebih halus dari partikel apapun
2. Lagima
: Sifat Tuhan yang sangat ringan bahkan lebih ringan dari ether
3. Mahima

: Dapat memenuhi segala ruang, tidak ada tempat kosong bagi Beliau

4. Prapti
: Segala tempat bisa dicapai, Beliau dapat pergi kemanapun yang
dikehendaki dan Beliau telah ada.
5. Prakamya

: Segala kehendakNya akan selalu terjadi.

6. Isitwa

: Tuhan merajai segala-galanya, dalam segala hal yang paling utama

7. Wasitwa

: Menguasai dan dapat mengatasi apapun.

8. Yatrakamawasayitwa : Tidak ada yang dapat menentang kehendakNya.


Adapun sifat-sifat Tuhan yang merupakan sumber dari segala kehidupan (Parama Atma)
adalah :
1. Achintya
: tak terpikirkan
2. Awikara
: tak berubah-ubah
3. Awyakta

: tak terlahirkan.

4. Achodya

: tak terlukai oleh senjata

5. Adhaya

: tak terbakar oleh api

6. Akledya

: tak terkeringkan oleh angin

7. Achesyah

: tak terbasahi oleh air

8. Nitya

: kekal abadi

9. Sarwagatah

: ada dimana-mana

10. Sthanu

: tak berpindah-pindah

11. Acala

: tak bergerak

12. Sanatana

: selalu dalam keadaan sama

13. Atarjyotih

: maha sempurna sesempurna-purnanya.

Dengan adanya sifat-sifat Beliau seperti di atas sangatlah sulit bagi orang awam untuk bisa
mengerti dan memahami Tuhan kecuali kita sudah memiliki keyakinan teguh, berusaha untuk
memahami dan menghayati keberadaan Beliau, melepaskan semua ikatan terhadap keinginan
duniawi, dan memasrahkan seluruhnya untuk Beliau.
Untuk memahami Tuhan, maka tidak ada jalan lain kecuali mendalami ajaran agama,
memohon penjelasan para guru yang ahli di bidangnya yang mampu merealisasikan ajaran
ketuhanan dalam kehidupan pribadinya. Sedangkan kitab suci Veda dan temasuk kitab-kitab
Vedanta (Upanisad) adalah sumber yang paling diakui otoritasnya dalam menjelaskan tentang
Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).

Brahman memiliki 3 aspek:


1. Sat: sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada keberadaan yang lain di luar beliau
Dengan kekuatanNya Brahman telah menciptakan bermacam-macam bentuk, warna, serta
sifat banyak di alam semesta ini. Planet, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan serta benda
yang disebut benda mati berasal dari Tuhan dan kembali pada Tuhan bila saatnya pralaya
tiba. Tidak ada satupun benda-benda alam semesta ini yang tidak bisa bersatu kembali dengan
Tuhan, karena tidak ada barang atau zat lain di alam semesta ini selain Tuhan.

2. Cit: sebagai Maha Tahu


Beliaulah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan agama, tetapi sumber segala
pengetahuan. Dengan pengetahuan maka dunia ini menjadi berkembang dan berevolusi, dari
bentuk yang sederhana bergerak menuju bentuk yang sempurna. Dari avidya (absence of
knowledge- kekurangtahuan) menuju vidya atau maha tahu.
3. Ananda
Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka. Maya yang
diciptakan Brahman menimbulkan illusi, namun tidak berpengaruh sedikitpun terhadap
kebahagiaan Brahman. Pada hakikatnya semua kegembiraan, kesukaran, dan kesenangan
yang ada, yang ditimbulkan oleh materi bersumber pula pada Ananda ini bersumber pula
pada Ananda ini, bedanya hanya dalam tingkatan. Kebahagiaan yang paling rendah ialah
berwujud kenikmatan instingtif yang dimiliki oleh binatang pada waktu menyantap makanan
dan kegiatan sex. Tingkatan yang lebih tinggi ialah kesenangan yang bersifat sementara yang
kemudian disusul duka. Tingkatan yang tertinggi adalah suka tan pawali duhka, kebahagian
abadi, bebas dari daya tarik atau kemelekatan terhadap benda-benda duniawi.
Alam semesta ini adalah fragmenNya Tuhan. Brahman memiliki prabawa sebagai asal mula
dari segala yang ada. Brahman tidak terbatas oleh waktu tempat dan keadaan. Waktu dan
tempat adalah kekuatan Maya (istilah sansekerta untuk menamakan sesuatu yang bersifat
illusi, yakni keadaan yang selalu berubah baik nama maupun bentuk bergantung dari waktu,
tempat dan keadaan) Brahman.
Jiwa atau atma yang menghidupi alam ini dari makhluk yang terendah sampai manusia yang
tersuci adalah unsur Brahman yang lebih tinggi. Adapun bnda-benda (materi) di alam semesta
ini adalah unsur Brahman yang lebih rendah. Walaupun alam semesta merupakan ciptaan
namun letaknya bukan di luar Brahman melainkan di dalam tubuh Brahman.

Devata atau Deva

Prasangka banyak orang yang menganggap konsep teologis Hindu adalah politeistik
berangkat dari pemahaman yang salah tentang Deva. Deva adalah sesuatu yang memancar
dari Tuhan Yang Maha Esa. Beraneka Deva itu adalah untuk memudahkan
membayangkanNya.

Dewa-dewa atau devata digambarkan dalam berbagai wujud, yang menampakkan diri sebagai
yang personal, yang berpribadi dan juga yang tidak berpribadi. Yang Berpribadi dapat kita
amati keterangan tentang dewa Indra, Vayu, Surya, Garutman, Ansa yang terbang beas di
angkasa, dan sebagainya. Sedang Yang Tidak Berpribadi, antara lain sebagai Om
(Omkara/Pranava), Sat, Tat, dan lain-lain.
Dalam kitab suci Rgveda seperti halnya Atharvaveda disebutkan jumlah dewa-dewa itu
sebanyak 33 dewa. Bila kita membaca mantram-mantram lainnya dari kitab suci Rgveda
ternyata jumlah Dewa-dewa sebanyak 3339

Personal God dan Impersonal God

Tuhan menurut monotheisme Trancendent digambarkan dalam wujud Personal God (Tuhan
Yang Maha Esa Berpribadi). Sedangkan menurut monotheisme Immanent, Tuhan Yang Maha
Esa selalu digambarkan Impersonal God. Memang menyembah Tuhan Yang Maha Esa yang
abstrak (Impersonal God) tanpa mempergunakan sarana jauh lebih sulit dibandingkan dengan
menyembah Tuhan Yang Personal God melalui Bhakti dan Karma Marga.
Tuhan Yang Maha Esa di dalam Veda digambarkan sebagai Personal God, dapat dibagi
menjadi tga kategori:
1. Penggambaran Antrophomorphic: sebagai manusia dengan berbagai kelebihan seperti
bermata seribu, berkaki tiga, bertangan empat dan sebagainya.
2. Penggambaran Semianthrophomorphic: sebagai setengah manusia atau setengah binatang.
Hal ini lebih menonjol dalam kitab-kitab Purana seperti dewa Ganesha (manusia berkepala
gajah), Hayagriwa (manusia berkepala kuda, dan sebagainya.
3. Penggambaran Unantrophomorphic: tidak sebagai manusia melainkan sebagai binatang
saja, misalnya Garutman (Garuda), sebagai tumbuh-tumbuhan, misalnya Soma dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai