Anda di halaman 1dari 11

TRI KAYA PARISUDA

NAMA

I WAYAN SANTIKA WIRAGUNAWAN

NIM

160010084

KELAS

BB 161

MATA KULIAH

AGAMA HINDU

TRI KAYA PARISUDA


PENGERTIAN :
Tri Kaya Parisuda artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan, yaitu berpikir
yang bersih dan suci (Manacika), berkata yang benar (Wacika) dan berbuat yang jujur
(Kayika). Dari tiap arti kata di dalamnya, Tri berarti tiga; Kaya bararti Karya atau perbuatan
atau kerja atau prilaku; sedangkan Parisudha berarti "upaya penyucian".Jadi "TrikayaParisudha berarti "upaya pembersihan/penyucian atas tiga perbuatan atau prilaku kita".

Ada pun bagian-bagian tri kaya parisuda yaitu :


1.MANACIKA.
2.WACIKA.
3.KAYIKA.

I. MANACIKA, ialah gerak fikiran yaitu:


1. Tan engin/tan adengkia ri drwyaning len, artinya, tidak ingin/tidak dengki pada kepunyaan
orang lain.
2. Tan kroda ring sarwa sattwa, artinya, tidak marah terhadap semua mahluk.
3. Mamituhwa ri hananing karmaphala, artinya, yakin sepenuhnya akan adanya hukumkarma.

II. WACIKA, ialah gerak lidah atau perkataan, yaitu :


1. tan ujar ahala, artinya: tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati.
2. tan ujar apergas, artunya : tidak mengeluarkan kata-kata yang keras
3. Tan mithya, artinya : tidak berbohong.
4. tan misune, artinya : tidak menfitnah

III.KAYIKA, ialah gerak anggota badan, yaitu :


1. tan amati-mati, atau ahimsa artinya : tidak membunuh dengan sewenang-wenang.
2. Tan angahal-ngahal, artinya tidak mencuri.
3. Tan paradara artinya tidak memperkosa atau tidak berzinah.

MANACIKA.
2

MANACIKA : bagianan yang pertama,ialah : tidak ingin atau tidak dengki pada kepunyaan
orang lain.
Arti ingin dan dengki pada kepunyaan orang lain, kiranya sudah jelas dan kita sudah samasama menginsyafi, bahwa apabila keinginan dan kedengkian itu sampai terlaksana hal itu
pasti akan mengakibatkan kehancuran.
Memang apabila kita perhatikan benar-benar perbuatan manusia didunia ini semuanya
berpangkal pada pikiran.Pikiran lah yang merupakan pangkal segala perbuatan,pikiran yang
baik , akn menimbulkan perbuatn yang baik dan sebaliknya.
Oleh karena itu kita wajib berusaha selalu mengontrol dan mengendalikan jalan fikiran kita,
agar tidak bergerak kearah yang tidak baik.Hendaknya kita menyadari bahwa mula-mula
fikiran kita itu bergerak setelah ada perangsang dari luar melalui alat-alt pancaindra
kita,sehingga kita mengetahhi segala sesuatu diluar tubuh kita yang baik atau buruk.Setelah
itu baru timbul nafsu atau keinginan untuk memiliki apa yang dirasakan baik, dan menolak
apa yang dirasakan tak baik.(memang pikiran itu memiliki kecakapan untuk membedabedakan apa yang baik , dan yang kurang baik dan sebagainya ).
Apa yang baik walaupun dimana tempatnya, meski siapapun memilikinya, semua itu ingin
dimiliki oleh si-nafsu tadi. Apabila usaha ingin memiliki orang lain itu tidakl berasil mak
timbullah rasa dengki, rasa kecewa, rasa dendam dan nafsu itu makin berkobar-kobar, makin
hidup, makin menggelegar.
Orang yang bijak sana menyadari bahwa nafsu itu apabila dituruti kehendaknya makin
menjadi-jadidan tidak akan pernah puas. Karena itu, diusahakanlah mengendalikan nafsunya
sehingga terbebaslah beliau dari nafsu-nafsu yang rendah. (loba,dengki,irihati,marah, dll).
Biasanya, orangyang teguh imannya mengendalikan nafsu sedemikian itu, tidak banyak
menemui kesukaran, lain halnya anak-anak yang masih tebal sifat-sifat akunya,meredakan
sang nafsu amat sulit.Karena itulah anak-anak sering menginginkaan apa yang dimiliki
teman-temannya,dan biasanya ia menaruh rasa dengki atau irihati terhadap kelebihan
temannya itu.
Bagi babarapa orang, sifat kekenak-kanakannya ini masih melekat pada dirinya, walaupun ia
sudah menjadi orang yang dewasa,maka jelaslah,kunci dari dari pada sifat ingin dan dengki
pada kepunyaan orang lain ini terletak pada apakah seseorang itu kuat atau tidak menahan
dorongan nafsunya. Bagi orang-orang yang kuat menahan / mengendalikan nafsunya, ia akan
mudah mencapai segala cita-citanya, karena segala geraknya lebih bebes , tidak banmyak
digoda, diganggau atau dibelenggu oleh nafsunya.Sebaiknya, bagi orang-orang yang tak
mampu mengendalikan nafsunya ia akan selalu menjadi budaknya nafsu sehingga tidak akan
berasil mencapai cita-citanya.
Contoh: Banyak anak-anak muda tarhalang kuliahnya karena ia dihanyutkan oleh arus
nafsunya di masa kuliah. Demikian juga tidak sedikit pengsaha pengusaha jatuh failit karen
dimabuk nafsu.
Dalam ceritanya Arjuna-Wiwaha, arjuna berhasil tapanya, karena kuat imannya melawan
berbagai-berbagai godaan, terutama melawan godaan nafsu yang tersembunyi di dalam
dirinya (sapta timira).
3

Pengendalian nafsu itulah faktor terpenting didalam kehidupan seseorang. Orang-orang


bijaksana mengtakan, bahwanafsu itu ibarat pencuri yang tersembunyi didalam diri sendiri,
juga di umpamakan sebagai musuh didalam selimut, sewaktu-waktu pasti akan muncul
kembali untuk menyerang diri kita , apabila kita dalam keadaan lengah.
Manusia kuat ialah ,manusia yang telah berasil menguasai nafsunya itu. Dan sebaliknya,
seseorang dikatakan lemah apabila ia selalu terombang-ambing oleh keinginan yang selalu
muncul dari dalm dirinya.
Demikian prihal bagian MANACIKA bagian pertama dan dilanjutkan penjelasan tentang
MANACIKA bagian yang kedua.
MANACIKA bagian kedua yaitu : Tiada marah terhadap semua mahluk.
Mengenai kemarahan, terlebih dahulu kita uraikan tentak definisi marah itu.
Didalam kitab saramuscaya fatsal 97, kami ketemukan uraian sebagai berikut :
Nyang sang kiriman, hana ya ininum sang pandita, mangdani panas amuharanglu, tan lara
iki pih, mangilangaken yacapuhara papa ta pwa ya, tan ininum iki dening semanya jana, sang
utamapurusa juga sira wenang minum, sira tuhu sakti kalingannya, kroda ika mangkana
kramannya, ya tika inumenta, kawacakenanta caktinya, rupwan temung kopasaman.
Artinya :
Ada suatu pembawaan yang dapat dikuasai oleh orang bijaksana saja,menyebabkan panas,
menyebabkan muntah-muntah, tetapi bukan suatu penyakit flu atau malaria, menyebabkan
hilangnya jasa-jasa, menyebabkan neraka, tiada terkuasai ia oleh sembarang orang.
Hanya orang-orang bijaksana saja yang dapat menguasai itu, karena dia lah yang beriman,
demikian lah keadaannya amarah itu, itu yang harus dapat dikuasai, kuasailah kekuatannya
supaya mendapat kedamaian.
Dari uraian diatas kesimpulannya adalah, bahwa marah itu adalah terletak pada hati yang
panas.
Sekali pun seseorang mengepalkan tangan, membelalakan mata, mengherdik, tetapi apabila
orang itu hatinya dingin, maka ia sebenarnya tidak marah. Begitu juga sebaliknya, sekalipun
sikapnya manis, kata-katanya sopan, tapi kalau hatinya panas, maka sebenarnya ia adalah di
dalam kemarahan .
Karena itu itu perlu diuasahakan suatu jalan, agar kemarahan itu dapat kita atasi.Ada
beberapa uraian cara mengatasi kemarahan :
1. Diusahakan agar badan jasmani selalu dalam keadaan sehat, karena badan yang lemah atau
sakit-sakitan sangat mudah dihinggapi kemarahan .
2. hiduplah sederhana dalam suatu hal,uraian didepan adalah termasuk pemeliharaan
kesehatan jasmani.
3. Disamping uraian tersebut diatas, tidak boleh kita lupakan pemeliharaan kesehatan rohani.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Melakukan renungan renungan suci (doa doa).
4

b. Latihan latihan yoga (meditasi).


Itulah usaha usaha minimum untuk salah satu jalan yang dapat kami suguhkan, jalan secara
lahiriah dan batiniah untuk menghilangkan kemarahan .
Demikian penjelasan kami tentang Manacika bagian yang kedua, dan lanjutkan bagian yang
ketiga.
MANACIKA bagian yang ketiga yaitu : Yakin sepenuhnya dengan hukum karma. Bahwa
segala gerak yang dipastikan akan mendatangkan pahala baik atau buruk (amal dan dosa).
Dalam pribahasa kita ada dikatakan :
ALA ULAH, ALA TINAMU.
AYU KINARI, AYU PINANGGIH
Oleh karena itu ajaran hukum karma ini juga memberi suatu tekanan agar kita percaya kepada
diri sendiri. Orang yang percaya kepada dirinya sendiri, segala yang dicita citakannya akan
mudah tercapai, sebaliknya orang yang yang tak percaya pada dirinya sendiri, baginya berarti
sesuatu kegagalan dalam segala hal.
Selanjutnya, ketahhuilah bahwa karma itu ada tiga macam, yaitu :
1. Sancita karma, ialah : karma dalam kehidupan terdahulu, yang pahalanya
diterima/dinikmait pada masa sekarang / kehidupan sekarang.
2. Prarabda karma,ialah : karma dalam kehidupan sekarang
diterima/dinikmati dalam kehidupan sekarang juga, lunas tanpa sisa.

yang

pahalanya

3. Kriya mana karma, ialah : karma dalam kehidupan sekarang yang pahalanya tidak sempat
diterima pada kehidupan sekarang, sehingga harus diterma / dinikmati pada masa yang akan
datang.
WACIKA
WACIKA bagian yang pertama adalah : tan ujar ahala, artinya : tidak mengeluarkan kata-kata
yang menyakitkan hati.Kata-kata yang menyakitkan hati misalnya :
1. Kata-kata yang bersifat mencela/ mengejek
2. Kata-kata yang bersifat sinis atau menyindir .
3. Kata-kata yang bersifat mencela atau jahil.
Kata-kata yang demikian itu memang kurang baik untuk diucapkan, karena hal itu
menandakan bahwa kata-kata itu diucapkan , karena didorong oleh suatu etikad yang tidak
baik.
Apabila manacika telah menuntun serta mengarahkan agar kita tidak menaruh rasa dengki,
agar kita tidak berhati panas, agar kita percaya pada adanya hukum karma, maka tidaklah
suatu halasan bagi kita untuk sampai hati dan sengaja untuk mengeluarkan kata-kata yang
menimbulkan rasa sakit hati kepada pihak lain.Hendaknya kata-kata itu diatur sedemikian
rupa, agar pengucapannya dari hati yang tulus , dengan demikian akan tedengarlah kata-kata
yang manis , lemah lembut dan bersifat menyenangkan hati orang lain.
5

Demikian ulasan WACIKA bagian yang pertama, dan kini dilanjutkan dengan penjelasan
bagian yang kedua .
WACIKA bagian yang kedua, ialah : Tan ujar apergas , artinya : tidak mengeluarkan kata-kata
yang keras,apalagi dengan menghardik,hal ini akan mengganggu ketenangan orang yang da
disekitarnya. Sejumlah orang, apabila ia mendengar suara keras ia merasa takut kadangkadang badannya gemetar.
Sesungguhnya ujar apergas itu di latarbelakangi oleh pengucapan dari orang-orang yang
tergolong dalam keadaan marah,mabuk, terburu nafsu, bingung sehingga tampaknya menjadi
agak kasar , agak sembrono , tidak sopan dan menyebabkan orang-orang disekitarnya merasa
terganggu , merasa kurang aman, kurang senang olehnya. Orang-orang yang bijak sana dan
terhormat sangat berhati-hati sekali bila mengeluarkan kata-kata.
Sekali lagi tentang tan ujar apergas ini sangat tergantung dengan situasi dan kondisi , waktu
dan tempat , oleh karena itusangat pentinglah artinya tantang pendidikan yang berkenaan
dengan adat istiadat dan adat sopan santun setempat.
WACIKA bagian yang ketiga adalah uajr tan mitya artinya: tidak berbohong.
Dalam hal ini kata-kata yang tidak benar, kata-kata yang bersifat menifu, kata-kata yang tidak
jujur, dan janji yang tidak ditepati, dapat digolongkan : ujar mitya,yang bertentangan
dengan ujar tan mitya.
Pada umumnya semua orang wajib berusaha agar ia selalu berkata benar, menepati janji,
berkata jujur, karena semua orang akan merasa tidak senang kalau ia tahu bahwa dirinya kena
tipu.
Maka jelaslah, bahwa menipu orang lain hal itu berakibat tidak baik kepada diri sendiri, Dan
mengertilah kita bahwa ujar tan mithya atau kejujuran itu sangat penting artinya bagi semua
pihak, sedangkan ketidak jujuran akibatnya akn membawakerugian.
WACIKA bagian yang terakhir adalah ujar tan misuna artinya : tidak menfitnah.
Menfitnah adallah menceritakan yang tidak benar dan bersifat menjelekakn nam baik orang
lain .Apabila yang difitnah itu suatu kelompok manusia yang bejumlah besar , perkelahian
akan berubah menjadi peperangan. Dan akan terjadi bunuh membunuh, yang akibatnya akan
menimbulkan kehancuran semua pihak.Maka mengingat bencana yang akan terjadi akibat
menfitnah Dalam hal ini dapat kita benarkan ucapan orang bijak, bahwa menfitnah itu lebih
kejam dari pada pembunuhan.
Dengan demikian marilah kita sekalian berusaha agar tidak melakukan fitnah, dan berusaha
pula agar tidak terkena fitnah.Dengan jalan demikian semoga kita terhindar dari bencana
fitnah.

KAYIKA
KAYIKA bagian yang pertama adalah tan amati-mati atau ahimsa artinya : tidak membunuh
(dengan sewenang-wenang).

AHIMSA terdiri dari dua patah kata dasar, A berarti tidak dan HIMSA, berati menyakiti,
menyiksa,melukaijuga berarti membunuh.Jadi AHIMSA adalah dapat diartikan: tidak
menyiksa,menyakiti,tidak melukai,dan tidak membunuh.
Ahimsa dalam arti positip: ia selalu menaruh rasa cinta, kasih dan sayang pada semua
mahluk.
KAYIKA bagian yang kedua adalah: tan angahal-ahal, artinya : tidak mencuri.
Mencuri berarti memiliki kepunyaannya orang lai, dengan melawan hak.Termasuk pula
perbuatan angahal-ahal ialah : mencopet, merampok,membajak,jadi apa-apa yang kita miliki
dengan jalan yang tidak dihalalkan oleh agam, hal demikian itu dapat digolongkan dalam
perbuatan angahal-ahal.perbuatan seperti itu patut dijauhkan karena ia merupakan dosa dan
akan menyebabkan siberbuat akan tidak tenang.
KAYIKA bagian yang terakhir adalah tan paradara yang artinya : tidak memperkosa atau
tidak berzinah.
Berzinah ialah :
1. Mengadakan hubungan kelamin antara peria dan wanita dengan jalan tidak syah.
2. Menagdakan hubungan klamin dengan istri/suami orang lain.
3. Mengadakan hubungan kelamin dengan paksa, perkosaan, artinya tidak dasar cinta sama
cinta.
4. Mengadakan hubungan klamin yang terlarang oleh agama.
Larangan melaksanakan paradara itu memang wajar, karena kalau tidak demikian, kehidupan
kita sebagai manusia yang menjungjung tinggi budaya agama, bisa menemui keruntuhan.
Demikian penjelasan saya yang menyangkut perihal paradara, dan demikian berakhirlah
sudah penjelasan saya mengenai Manacika, Wacika , Dan Kayika, yang termuat dalam
ajaranTri Kaya Parisudha.

Hukum Adat Bali Dalam Konsep TRI KAYA PARISUDHA


Tri Kaya Parisuda artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan, yaitu berpikir
yang bersih dan suci (Manacika), berkata yang benar (Wacika) dan berbuat yang jujur
7

(Kayika). Dari tiap arti kata di dalamnya, Tri berarti tiga; Kaya bararti Karya atau perbuatan
atau kerja atau prilaku; sedangkan Parisudha berarti "upaya penyucian".Jadi "TrikayaParisudha berarti "upaya pembersihan/penyucian atas tiga perbuatan atau prilaku kita".
Filosofi ini mengajarkan kepada masyarakat Bali untuk : satu pikiran, perkataan &perbuatan.
Sebenarnya, meski filosofi ini sudah tercipta lama sekali, tapi masih relevan dengan
kehidupan masyarakat Bali modern. Filosofi masih tetap dipakai dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Bali, sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Kalau dicari-cari, filosofi ini
sangat universal. Seperti dalam dunia Barat, dikenal istilah :integrity, commitment. Kalau
dilihat dari makna yang tersurat di dalam kedua kata ini, samalah dengan konsep Tri Kaya
Parisudha itu.

PENYUCIAN PIKIRAN (MANACIKA)


Inilah tindakan yang harus diprioritaskan, karena pada dasarnya semua hal bermula disini. Ia
menjadi dasar dari prilaku kita yang lainnya (perkataan dan perbuatan); dari pikiran yang
murni akan terpantul serta terpancarkan sinar yang menyejukan orang-orang disekitar kita,
sebaliknya pikiran keruh akan meruwetkan segala urusan kita, walaupun sebenarnya tak perlu
seruwet itu. Tentu ruwet tidaknya suatu permasalahan, amat tergantung padacara kita
memandang serta cara kita menyikapinya. Bila pandangan kita sempit dan gelap, semuanya
akan menjadi sumpek dan pengap. Sebaliknya bila pandangan kita terang, segala hal akan
tampak jelas sejelas-jelasnya. Ibarat mengenakan kacamata, penampakan yang diterima oleh
mata amat tergantung pada kebersihan, warna bahan lensanya, serta kecangihan dari bahan
lensanya. Jadi, apapun adanya suatu keberadaan, memberikan pancaran objektif bagi kita,
namun kita umumnya tidak dapat menangkapnya dengan objektif. Pandangan kotor akan
menampakkan objek kotor dan tidak murni dimata kita. Apabila cara pandang serupa itu kita
gunakan memandang berbagai fenomena hidup dan kehidupan, tentu hidup kita menjadi
ruwet, menimbulkan duka-nestapa, serta berbagai kondisi-kondisi pikiran negatif. Hal inilah
yang terjadi dalam pikiran kita. Pikiran kita menjadi kotor dan suram pandangan kita sendiri.
Untuk itu hanya kita sendiri yang dapat membersihkannya. Hal ini dalam Hindu
disebutkan :"tak ada makhluk dari alam manapun yang dapat menyucikan batin kita, apabila
kita sendiri tidak bergerak dan berupaya kearah itu, terlebih benda-benda materi, tentu tak
mungkin menyucikan siapa-siapa".
Untuk menyucikan pikiran, perlu memperbaiki pandangan terlebih dahulu. Untuk
memperbaiki pandangan, diperlukan pemahaman yang baik dan mencukupi tentang falsafah
ajaran agana yang dapat dipelajari dari kitab suci dan bimbingan guru. Melalui hal tersebut,
banyak kegelapan dan kegalauan batin kita menjadi sirna, terbitnya cahaya terang dalam
batin melalui bimbingan beliau, membantu mempercepat proses menuju tujuan akhir.
Tiga macam implementasi pengendalian pikiran dalam usaha untuk menyucikannya,
disebutkan di dalam Saracamuscaya, adalah:
1.

Tidak menginginkan sesuatu yang tidak layak atau halal.

2.

Tidak berpikiran negatif terhadap makhluk lain.

3.

Tidak mengingkari HUKUM KARMA PHALA.


8

Demikianlah disebutkan didalam salah satu Kitab Suci umat Hindu, bila kita cermati inti dari
tiga hal di atas adalah bahwa dengan faham karma phala sebagai hukum pengatur yang
bersifat universal, dapat membimbing mereka, yang meyakininya untuk berpola pikir yang
benar dan suci.

PENYUCIAN PERKATAAN (WACIKA).


Terdapat empat macam perbuatan melalui perkataan yang patut di kendalikan, yaitu:
1.

Tidak suka mencaci maki.

2.

Tidak berkata-kata kasar pada siapapun.

3.

Tidak menjelek-jelekan, apalagi memfitnah makhluk lain.

4.

Tidak ingkar janji atau berkata bohong.

Demikianlah disebutkan dalam Sarasamuscaya; kiranya jelas bagi kita bahwa betapa
sebetulnya semua tuntunan praktis bagi pensucian batin telah tersedia. Kita harus dapat
menerapkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

PENYUCIAN PERBUATAN FISIK & PERILAKU (KAYIKA).


Terdapat tiga hal utama yang harus dikendalikan, yaitu:
1.

Tidak menyakiti, menyiksa, apalagi membunuh-bunuh makhluk lain.

2.

Tidak berbuat curang, sehingga berakibat merugikan siapa saja..

3.

Tidak berjinah atau yang serupa itu.

Demikianlah sepuluh hal penting dalam pelaksanaan Tri Kaya Parisudha sesuai dengan apa
yang dijabarkan dalam kitab Saracamuscaya. Pengamalan Tri Kaya Parisudha dalam
kehidupan sehari-hari sangat diperlukan untuk membentuk karma serta hubungan yang baik
antar sesama umat.

MASYARAKAT BALI PADA UMUMNYA MASIH MENGGUNAKAN TRI KAYA


PARISUDA
Hal ini didasari karena konsep tersebut sesuai dan mudah dipahami sebagai nilai-nilai moral
masyarakat bali. Bali sebagai daerah yang hukum adatnya masih berpengaruh dengan kuat
dan diterima oleh alam hukum daerah tersebut, yang semuanya berpangkal pada hidup
budaya dan banyak dipengaruhi unsur-unsur religius. Oleh karena itu, hukum adat di Bali
hidup secara berdampingan dan saling mengisi dengan agama (Hindu).
Dengan diterimanya unsur-unsur agama ke dalam hukum delik adat, secara konkrit terlihat
dart tata cara penjatuhan sanksi adat yang lebih banyak dikaitkan dengan ritual-ritual
keagamaan. Dengan demikian, maka berfungsinya hukum delik adat tidak terlepas dari unsurunsur religius, dalam arti, sesuai dengan pandangan hidup berdasarkan ajaran-ajaran agama
9

Hindu, di samping juga faktor lain seperti kesadaran anggotamasyarakat untuk mewujudkan
kehidupan yang aman dan tertib.
Dapat diidentifikasi beberapadelik hukum adat, yang apabila diklasifikasikan termasuk
dalam delik terhadap:
1.

harta benda;kepentingan orang banyak;

2.

kepentingan pribadi seseorang;

3.

kesusilaan;

4.

dan pelanggaran lain yangsifatnya ringan.

Dalam praktek peradilan di Bali, untuk kasus-kasus delik hukum adat, putusan hakim
didasarkan Pasal 5 ayat (3) sub. b UU No. 1 Drt Tahun 1951 yang dihubungkan
dengankewajiban hakim sesuai dengan ketentuan Pasal 27 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970.
Ditemukan putusan yang bervariasi dalam penanganan kasus-kasus delik hukum adat, bahkan
ditemukan pula putusan hakim yang menjatuhkan pidana pokok dan pidana tambahan di luar
ketentuan Pasal 10 KUHP.
Eksistensi delik hukum adat dalam hukum pidana positif di Indonesia, palingtidak
mematahkan kekakuan asas legalitas dalam dinamika hukum pidana positif, walaupundalam
implementasinya hukum pidana positif di Indonesia masih menampakkan kekakuannya.
Dalam era implementasi hukum pidana mendatang, delik hukum adat masih diberikan
peluangkeberadaannya. Peluang keberadaan delik hukum adat tercermin dalam konsep
KUHP yangdituangkan dalam Pasal 1 ayat (4) dan Pasal 64 ayat (4) sub. 5. Langkah tepat
para perancang konsep KUHP untuk tetap mengakui keberadaan delik hukum adat dalam
implementasi hukum pidana mendatang telah menunjukkan adanya pergeseran pandangan
terhadap hukum yang yuridis dogmatis menuju pada pandangan yang sosiologis. Urgensi
memasukkan delik hukumadat tentu berkait pula dengan usaha mengangkat nilai-nilai sosial
dan budaya sebagai khasanah potensial dalam pembangunan hukum. Semua ini tentu dalam
konteks, bahwa faktor-faktor yangada di luar hukum, ikut pula menentukan efektif atau
tidaknya hukum.

KESIMPULAN
Orang yang menjungjung tinggi ajaran Tri Kaya Parisudha itu, ia selalu mendapat restu dari
para dewa, sebaliknya apabila kita mengingkari ajaran Tri Kaya Parisuda niscaya kita akan
dijerumuskan oleh hukum.Disamping itu para dewa akan menjauh dari kita.
10

Tegasnya : seorang yang dengan bersungguh-sungguh hati meresapkan dan mengamalkan


ajaran Tri Kaya Parisuda: akhirnya ia pasti akan berasil mencapai kebahagian yang tertinggi.

Diringkas oleh : Igede saputra


Sumber:Buku Trikaye Parisudhe

Sumber
http://permahi-dpcbali.blogspot.co.id/2014/08/hukum-adat-bali-dalam-konsep-tri-kaya.html
https://sukes.wordpress.com/2009/06/19/tri-kaya-parisudha/

DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai