I. PENGANTAR
“Jika Anda membiarkan kemarahan meraih sisi terbaik Anda, ia akan menguak sisi
terburuk Anda”. Penggalan kalimat di atas terdapat diawal buku Overcoming Emotions that
Destroy ini ingin memberi gambaran umum kepada pembaca bahwa isi buku tersebut
membahas mengenai kemarahan dan cara mengelola kemarahan. Kemarahan merupakan
emosi pemberian Allah, tak terhindarkan dan tak terelakkan. Kemarahan memiliki potensi
untuk penggunaan dan penyalahgunaan yang hebat. Maka, Chip Ingram dan Becca Johnson
dalam bukunya Overcoming Emotions that Destroy mengajak pembaca untuk memahami arti
kemarahan dan cara mengelola kemarahan.
Becca Jhonson, Ph. D adalah penulis dan pembicara serta telah menjadi ahli psikologi
berlisensi selama dua puluh tahun. Ia membantu orang untuk mengatasi pengalaman dan
emosi negatif agar dapat lebih secara penuh menikmati kasih Allah. Sebagai, pengarang
buku-buku bertopik rasa bersalah dan penganiyaan anak, Becca Jhonson melakukan pelatihan
1
bagi konselor di sepuluh negara berbeda dan kini membuka praktik pribadinya di negara
bagian Washington, tempat ia tinggal bersama suaminya Lyold dan empat orang anak
mereka. Keluarga Becca juga telah melayani sebagai misionaris ke berbagai negara.
IV. PEMBAHASAN
Dalam pokok ini, kami hanya membahas bagian 3, 4, 5, dan 6. Berikut penjelasan kami
mengenai bagian tersebut.
2
Ada tiga kategori dibalik kemarahan: kemarahan akibat kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan merasa sakit hati pada akhirnya menimbulkan luka; harapan-harapan
yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan frustasi; dan perasaan terancam sehingga
menimbulkan rasa tidak aman. Beberapa hal ini dapat menyebabkan seseorang merasa lemah,
sakit dan rentan.
3. 2 Puncak Gunung Es
Kemarahan kerap menjadi hal yang tampak oleh mata, tetapi sebenarnya tidak
menunjukkan keseluruhan masalah. Jauh di bawahnya terdapat emosi-emosi primer yang
mendorong kemarahan mencuat ke atas. Seseorang sulit mengenali penyebab mendasar dari
kemarahan apalagi emosi selalu dihindari, sembunyikan, atau terkubur dalam waktu yang
lama. Maka, dibutuhkan keberanian dari diri untuk menyiangi kemarahan sebagaimana
menyiangi rumput liar. Kalau tidak berani sendirian, carilah orang lain yang dapat membantu.
Ketika tidak berani mengenali dasar kemarahan yang ada dalam diri, maka seseorang akan
terpenjara dalam kemarahan selamanya.
3
Setiap orang memiliki harapan yang beragam. Ketika harapan-harapan itu dirintangi
atau sirna, maka akan membuat orang menjadi frustasi dan kerap berujung pada kemarahan.
Masalah dengan harapan merupakan asumsi dari diri seseorang bahwa orang lain tahu dan
menerima peraturan-peraturan yang dibuatnya. Orang di luar diri tidak melihat kenyataan diri
ataupun membaca pikiran orang yang mengalaminya. Kenyataan itu diartikan berdasarkan
kebutuhan, perasaan, dan sejarah hidup. Maka, perlu menyadari harapan, apakah realistis dan
berlandas pada Allah ataukah hanya harapan-harapan palsu. Selain itu, orang perlu memberi
tahu harapan yang dimilikinya kepada orang di luar dirinya sehingga orang lain mengetahui
apakah harapan itu realistis atau tidak.
Harapan dapat dengan mudah menjadi tuntutan. Hal itu tampak dari penggunaan kata-
kata seperti mestinya, harusnya, harus, selalu, tidak pernah. Dengan kata-kata itu, mengubah
harapan menjadi tuntutan sehingga hasrat tidak tersalurkan dan pada akhirnya kecewa dan
marah. Maka, perlu mengkomunikasikan frustasi dengan mengganti pernyataan tuntuan
menjadi pernyataan keinginan. Untuk itu dapat menambahkan “Saya ingin…” dalam
ungkapan “Saya merasa… ketika…”. Penggabungan itu membuat komunikasi yang baik dan
tidak merusak hubungan.
4
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kemarahan menjadi hilang dan segera menyadari
serta memutuskan untuk tidak membiarkan diri diruntuhkan. Kemarahan dibiarkan pergi dan
membiarkan Allah menunjukkan ruang yang lebih baik untuk menempatkan energi
emosional. Jadi, rasa aman hanya didapat di dalam Kristus sebab dalam Kristus ditemukan
kasih, karunia, pengampunan, dan damai sehingga tidak tunduk pada kemarahan.
5
- Evaluasi efektif; Ikrar; Membuat perubahan. Skemanya adalah Hasrat => Keputusan =>
Kembangkan Sebuah Rencana Terperinci => lakukan dengan Ketetapan Hati.
Mengeluarkan kemarahan dengan cara apapun adalah pilihan. Saat seseorang memilih
untuk memikirkan, mempertimbangkan, merenung dan berkomitmen pada kata-kata yang
dipertimbangkan dan terpilih dengan baik, dan percaya bahwa Allah akan menolong,
membimbing, memperkuat kita untuk menangani kemarahan dengan cara-Nya.
6
itu perlu ambil waktu jeda agar dapat merefleksikan sesuatu sebelum mengambil keputusan
atau bertindak. Waktu jeda dapat dimengerti sebagai waktu berdistansi.
Langkah III: lambat untuk marah: kedua hal di atas menghantar seseorang untuk
sampai pada langkah ini. Kita diajar agar lambat untuk marah. Lebih tepat jika seseorang
mengubah reaksi marah menjadi suatu refleksi. Untuk mendukung hal itu, setiap orang perlu
berkomunikasi, memahami orang lain, dan hormat kepada orang lain. Setiap orang perlu
mengenal batas kemarahannya dan akibat yang ditimbulakan olehnya. Cara yang terbaik
untuk mengatasinya ialah berkomunikasi dan tetap fokus untuk solusi terbaik.
6. 2 Perbesar Allah
Perbesar Allah artinya mengubah sudut pandang diri dengan fokus kepada Tuhan
secara jelas. Maksudnya, setiap orang bersandar kepada-Nya, bergantung kepada-Nya,
menghabiskan waktu kepada-Nya, dan mencari-Nya.
1. Mendekat kepada Allah: langkah pertama mendekat kepada Allah adalah percaya kepada-
Nya sebagai Tuhan dan juru selamat, mengakui peran besar-Nya dalam kehidupan.
7
2. Mengalami kasih dan penerimaan Allah tanpa syarat: Allah mengasihi setiap orang. Kasih
Allah menawarkan kepada kita pengampunan atas segala dosa.
3. Terimalah diri seperti yang dijadikan Allah: kemarahan juga terjadi karena seseorang tidak
menerima diri apa adanya, tidak sesuai keinginannya.
4. Percaya kepada Allah: biarkan Dia yang memegang kendali: percaya kepada Allah berarti
tidak berkutat pada kemarahan dan dirisendiri, tetapi membiarkan Dia menolong untuk
bangkit.
5. Jadilah pemberi berkat: menjadi pemberi berkat berarti tidak berkecil hati terhadap
ketikdaksempurnaan orang lain, serta memelihara sikap toleransi dan pengertian.
6. Jadilah pendoa: saat berdoa, setiap orang diangkat keketinggian yang lebih hebat, kehadirat
Tuhan, dimana mulai melihat segala hal dari sudut pandang-Nya, dari sudut yang
menguntungkan.
IV. PENUTUP
Chip Ingram dan Becca Johnson dalam bukunya menawarkan cara untuk membuka
topeng realitas kemarahan yang menakutkan dan terkadang misterius serta menempatkannya
di bawah mikroskop sastra, dan membantu pembaca berhadapan dengan kemarahan dalam
cara yang sehat. Para pembaca diajak untuk secara sungguh mengenali kemarahannya
sehingga bisa mengelola dan membuatnya menjadi teman serta bahagia dalam menjalani
hidup. Buku ini sangat relevan untuk calon tenaga pastoral karena setiap saat akan
menghadapi orang dan situasi yang dapat menimbulkan kemarahan. Maka, para calon tenaga
pastoral hendaknya dapat mengenali kemarahan, mencari alasan mendasar dari kemarahan,
mencari faktor penyebab dan pada akhirnya menetepkan cara dalam menghadapi kemarahan.
Sebab kemarahan merupakan emosi pemberian Allah. Secara singkat dapat dikatakan, para
calon tenaga pastoral boleh marah tetapi jangan menjadi pemarah.