Anda di halaman 1dari 12

EMPATI DAN SENTUHAN

DOSEN PENGAMPUH:

Yuliandary Yunus,S.Tr.Keb.,M.Keb

Disusun oleh:

Kelompok III

Sri Octaviani E. Dama


Nur Sadiyah A. Zulkarnain
Najmi Ilma Fajria
Cindri Huradju

Kelas: A Kebidanan 2023

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2023/2024

1
A. PENGERTIAN EMPATI

Apa itu Empati? Empati berasal dari kata Empatheia yang memiliki arti ‘ikut
merasakan’. Empati adalah sebuah keadaan mental, dimana seseorang
merasakan pikiran, perasaan, atau keadaan yang sama dengan orang lain.

Sering kali banyak orang mendengar kata ‘empati’, tetapi tidak tahu definisi
persisnya. Empati dan simpati kerap kali disetarakan, bahkan dianggap sama,
padahal kedua hal tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing.

1. Menurut M. Umar dan Ahmadi Ali

Empati didefinisikan sebagai kecenderungan yang dirasakan seseorang


untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain, andaikan dirinya ada
di posisi tersebut.

2. Menurut Chaplin

Pengertian empati adalah kemampuan memproyeksikan perasaan sendiri


pada suatu kejadian, satu objek alamiah atau karya estetis dan realisasi
dan pengertian terhadap kebutuhan dan penderitaan pribadi lain.

3. Menurut Patton
Menjalin sebuah relasi yang akrab, hingga bisa memahami perasaan
orang lain membutuhkan waktu dan proses. Meskipun tidak mudah,
seseorang harus melakukannya demi memiliki rasa kasih dan
memperhatikan orang yang dituju. “Memposisikan diri pada posisi orang
lain.”

4. Menurut Al Barry dan Partanto


Sikap keaktifan otot-otot atau perasaan yang dialami manusia ketika
menghadapi benda-benda atau manusia, kemudian bersatu dengan mereka
pada waktu tertentu dan mengadakan respon saat menyertai mereka.

5. Menurut E. B. Titchener
Perasaan yang timbul akibat peniruan secara fisik, yang akhirnya mampu
menciptakan perasaan yang sama.

2
B. CIRI-CIRI EMPATI

1. Kemampuan Memahami Orang Lain


Perilaku orang itu multifaktor, dipengaruhi oleh banyak hal. Ketika melihat seseorang
sedang merasakan emosi tertentu, diri sendiri secara natural akan merasakan hal yang
sama. Mampu membaca keadaan serta memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan
orang lain juga dibahas dalam buku Nunchi yang menyebutnya sebagai indra keenam.

2. Memahami Bahasa Isyarat


Mengapa bahasa isyarat menjadi sangat penting? Emosi seseorang dapat dilihat
melalui gelagat, sehingga gerakannya dapat berbicara.
Misalnya, ketika sedang bahagia, seseorang akan terlihat lebih ceria dan bersemangat,
sedangkan saat sedih, orang akan cenderung murung dan terlihat lesu ketika
melakukan aktivitas.
Intonasi maupun cara nonverbal lainnya dapat dipakai untuk mengetahui emosi
mereka.

3. Peran Yang Dilakukan


Empati akan mewujudkan suatu kenyataan dan aksi terhadap perasaan yang dirasakan.
Namun, tidak semua orang dapat merespon perasaan orang lain. Ketika sedih, ada
yang merasa iba dan mendengarkan curahan hatinya, ada pula yang abai dan pergi.
Ketika orang yang menjadi pendengar kembali, hanya kata maaf yang keluar dan
beralasan bahwa tidak kuat mendengarkan cerita yang sedih. Atau, tidak sama sekali,
tidak peduli dan mengungkit-ngungkit kejadian lama.

4. Memahami Diri Sendiri


Jika terus menghadapi perasaan negatif yang kuat, dampaknya adalah kelelahan
emosional yang cukup parah. Tidak semua orang juga diajari untuk menerima emosi.
Misalnya, anak laki-laki tidak boleh cengeng, menangis akan membuat diri sendiri
tampak lemah, atau mementingkan emosi hanya membuang-buang waktu dan tidak
berguna.
Pada akhirnya, mereka jadi unaware dengan perasaan sendiri. Perasaan yang sedang
dirasakan jadi sulit untuk dipahami. Jika belum bisa memahami diri sendiri, rasa
empati yang berdampak positif pun tidak akan muncul.
Emosi terhadap perasaan yang sedih atau bahagia adalah hal yang lumrah. Ketika
marah atau sedang merasakan masalah, diri sendiri boleh menangis atau
menceritakannya kepada orang lain. Asalkan tidak berlarut-larut. “Emosi kita adalah
milik kita.”
5. Tidak Berarti Larut Dalam Masalah Orang Lain
3
Memahami perasaan atau merasakan hal yang sama dengan seseorang, boleh. Namun,
tidak boleh ikut campur atau mengurusi masalahnya terlalu dalam, sehingga empati
tetap memiliki batasan-batasan tertentu.

C. MANFAAT EMPATI

1. Disukai Orang Sekitar


Dengan berempati, seseorang dapat menghasilkan emosi atau aura yang positif. Hidup
akan menjadi lebih bahagia dengan orang-orang sekitar yang merasakan rasa kasih
sayang dan belas kasih.

2. Menjauhkan Diri Dari Sikap Egois


Rasa belas kasih akan menjauhkan hati dari rasa iri, egois, dan tinggi hati. Keburukan
tersebut tentu tidak baik untuk diri sendiri bisa menimbulkan stress, ambisi yang
tinggi, bahkan kebohongan. Permusuhan dengan orang lain dapat membuat hari-hari
menjadi buruk. Hidup menjadi tidak sehat.

3. Memperoleh Kebaikan
Dengan sikap peduli dan aksi dalam membantu orang lain, seseorang akan menjadi
pribadi yang lebih baik. Tuhan dan sesama manusia akan membalasnya dengan
sesuatu yang baik pula. Kehidupan akan dipermudahkan dan tidak dipenuhi oleh
masalah.

4
D. CONTOH EMPATI

1. Membantu Saudara, Teman, atau Tetangga yang Sedang Kesusahan


Contoh sikap empati dalam kehidupan sehari-hari yang pertama adalah menolong
saudara, teman, ataupun tetangga ketika mereka sedang kesusahan atau tertimpa
banyak masalah. Kita harus menolong dengan tulus tanpa mengharap imbalan apapun.
Lebih-lebih jika memang orang lain kesulitan menyelesaikan masalahnya sendiri dan
sangat membutuhkan bantuan kita.

2. Merasakan Kesedihan Orang Lain dan Mencoba Menghiburnya


Ketika ada orang lain yang sedang bersedih, kita perlu memiliki sikap empati, yaitu
merasakan dan memahami apa yang orang lain alami. Selain memahami kesedihan
orang lain, kita juga harus berusaha menghibur dan meringankan beban pikiran yang
sedang mereka derita. Jika bisa, kita lakukan upaya atau tindakan fisik yang dapat
membantu mereka menghadapi masalah yang memicu kesedihannya.

3. Memberikan Bantuan kepada Orang yang Tertimpa Musibah


Empati terhadap orang-orang yang tertimpa musibah seperti bencana alam,
kecelakaan, dan sebagainya merupakan sikap baik yang harus kita biasakan. Caranya
adalah kita memberi bantuan tenaga maupun bantuan material yang sangat dibutuhkan
oleh orang yang sedang tertimpa musibah.

4. Berbagi Makanan kepada Tetangga yang Kurang Punya


Hidup bertetangga haruslah peduli dengan kondisi tetangga, terlebih bagi tetangga
yang miskin atau kurang punya. Jika kita masak lebih atau punya makanan sisa yang
layak, kita harus memberikannya ke tetangga yang sangat membutuhkan. Sikap
empati ini dapat menciptakan kerukunan serta hubungan yang sangat erat dengan
tetangga.

5
E. SEJARAH DAN PENGERTIAN SENTUHAN
Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan
dari pada komunikasi verbal.

Sentuhan adalah cara yang paling mudah untuk mengirimkan sebuah tanda atau isyarat

Sentuhan adalah cara sederhana ibu untuk berkomunikasi dengan bayinya, bahkan sejak
bayi belum dilahirkan. Indra peraba bayi mulai berkembang pada usia kehamilan 7 sampai
8 minggu. Karena itu, sentuhan ibu adalah bahasa pertama bagi bayi.

Sentuhan merupakan wujud kasih sayang ibu pada bayi yang telah lama ia nanti-natikan.
Jadi tidak mengherankan jika ketika bayi lahir, seorang ibu akan bergegas untuk
menyentuh bayinya dengan penuh rasa kasih sayang.

Sentuhan adalah cara sederhana ibu untuk berkomunikasi dengan bayinya, bahkan sejak
bayi belum dilahirkan. Indra peraba bayi mulai berkembang pada usia kehamilan 7 sampai
8 minggu. Karena itu, sentuhan ibu adalah bahasa pertama bagi bayi.

Sentuhan merupakan wujud kasih sayang ibu pada bayi yang telah lama ia nanti-natikan.
Jadi tidak mengherankan jika ketika bayi lahir, seorang ibu akan bergegas untuk
menyentuh bayinya dengan penuh rasa kasih sayang.

Salah satu bentuk stimulasi sentuhan kepada bayi dapat dilakukan dengan aktivitas
memijat.

6
F. MANFAAT SENTUHAN

“Sejak lahir, manusia perlu dipeluk, disusui, dan ditenangkan oleh ibunya. Seiring
bertambahnya usia, sentuhan tetap menjadi komponen penting dari pertumbuhan
sosial dan emosional.”

1. Manfaat sentuhan fisik

Ketika kamu mendapatkan sentuhan fisik yang menyenangkan dari orang terdekat
ataupun orang yang dipercaya, tubuh akan melepaskan hormon oksitosin. Oksitosin
membantu manusia membentuk hubungan emosional satu sama lain dan menciptakan
sensasi yang menumbuhkan rasa bahagia.

Lantas, seperti apa manfaat kesehatan dari sentuhan fisik? Ini ulasannya:

1. Membangun Kepercayaan dan Memberikan Pikiran Positif

Oksitosin yang dikeluarkan melalui sentuhan dapat memberikan pikiran positif dan
membangun kepercayaan. Oksitosin juga dapat menghasilkan perasaan kasih sayang
selama berlangsungnya interaksi. Ini dapat berkontribusi pada kepercayaan di antara
individu selama interaksi sosial.

2. Mengurangi Kecemasan dan Stres Sosial

Sentuhan fisik meningkatkan kadar dopamin dan serotonin, dua neurotransmitter yang
membantu mengatur suasana hati dan menghilangkan stres dan kecemasan. Dopamin
juga diketahui mengatur pusat kesenangan di otak yang dapat mengimbangi perasaan
cemas.

3. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh dan Menurunkan Tekanan


Darah

Sentuhan fisik juga dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh serta
mengurangi penyakit seperti yang berhubungan dengan jantung dan darah.

7
Terutama bila pelukan dan sentuhan tersebut berasal dari orang yang kita sayangi.

4. Menghilangkan Rasa Sakit

Sentuhan sangat efektif untuk menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Terapi
pijat bisa menjadi cara yang bagus untuk meredakan semua jenis rasa sakit, mulai dari
sakit kepala hingga sakit punggung.

Namun, kamu tidak harus pergi ke panti pijat untuk merasakan manfaat sentuhan yang
menenangkan. Berpegangan tangan dengan pasangan atau saling memeluk juga dapat
membantu menghilangkan rasa sakit.

5. Menenangkan Fungsi Tubuh

Sentuhan juga dapat menenangkan fungsi tubuh tertentu, seperti detak jantung dan
tekanan darah. Cara kerjanya sentuhan merangsang reseptor tekanan yang mengangkut
sinyal ke saraf vagus. Saraf ini menghubungkan otak ke seluruh tubuh dengan
menggunakan sinyal untuk memperlambat kecepatan sistem saraf.

Ketika bayi baru lahir, sentuhan dianggap penting untuk membangun hubungan yang
sehat dengan merangsang jalur oksitosin, serotonin antidepresan alami, dan
neurotransmitter dopamin.

Sentuhan juga bisa mengatasi kesepian, di mana sentuhan dapat mengurangi rasa sakit
dan perasaan pengucilan sosial. Orang yang kurang mendapatkan sentuhan akan
mengalami gejala sebagai berikut:

 Perasaan depresi.

 Kecemasan.

 Stres.

 Kepuasan hubungan rendah.

 Sulit tidur.

 Kecenderungan untuk menghindari hubungan dengan orang lain.

8
7. CIRI-CIRI SENTUHAN

Beberapa ahli yang mengatakan bahwa teknik sentuhan dapat diaplikasikan manakala
hubungan terapis – klien sudah masuk pada tahap saling percaya dan klien sudah
menunjukkan kemajuan dalam cara berpikir tentang apa yang dialaminya (Wilson
dalam Strozier et al., 2003).

Oleh Hunter dan Struve (1998) dikemukakan juga beberapa tipe kontak fisik yang
dapat terjadi antara terapis dan klien selama proses terapi, yaitu :

a. Attentional-affectional touch : terapis tidak intensif melakukan kontak dengan klien.


Sentuhan tangan, berjabat tangan, merupakan salah satu bentuk untuk memberikan
rasa nyaman dan percaya pada terapis.

b. Emotional-expressive touch : sentuhan ini diberikan pada saat rapport telah terjalin
dengan baik, karena terapis akan intensif melakukan kontak fisik dengan kliennya.
Sentuhan yang diberikan salah satunya bertujuan untuk memberikan dukungan dan
proteksi pada klien.

c. Cathartic touch : merupakan kontak fisik yang memfasilitasi munculnya


pengekspresian dan eksplorasi emosi secara mendalam dari klien. Area ini merupakan
area spesifik, dimana kontak fisik yang dilakukan oleh terapis berhubungan dengan
bagian tubuh yang menjadi trigger bagi klien, dan membuka memori dan emosi
tertentu sehingga memunculkan katarsis emosi.

8. CONTOH SENTUHAN

9
Sentuhan yang dilakukan dipercaya membuat klien merasa nyaman, bahwa terapis ada
untuk mereka, menunjukkan bentuk empati atas permasalahan yang dialami klien,
untuk menguatkan, dan membantu klien melepaskan emosi-emosi yang ditekan, serta
sebagai salah bentuk afeksi terhadap klien. Sentuhan juga merupakan bentuk
komunikasi penerimaan dan dapat membantu kesembuhan klien (Strozier et al., 2003).

Berdasarkan hasil pengalaman dan pengamatan yang dilakukan oleh penulis ketika
mempraktekkan penggunaan teknik sentuhan saat proses konseling dan terapi,
menunjukkan bahwa klien terlihat lebih tenang dalam mengungkapkan apa yang
menjadi beban emosionalnya. Misalnya saat klien menangis, dengan sentuhan tersebut,
klien dapat lebih menguasai emosi negatifnya.
Hal ini dapat diketahui dari tarikan nafasnya yang jauh lebih teratur dan ritme bicara
yang lebih tertata. Namun, kekhawatiran yang sering muncul apabila menggunakan
sentuhan dalam proses terapi yaitu akan munculnya transferens, retraumatisasi (ketika
sentuhan ternyata menjadi sumber/objek trauma klien).

Beberapa ahli mengungkapkan juga beberapa efek negatif dari sentuhan dalam proses
konseling maupun terapi, misalnya ketergantungan klien terhadap konselor atau
terapis, munculnya kebutuhan-kebutuhan yang tidak sehat, 5 serta dapat
mengakibatkan hubungan terapeutik yang justru membahayakan (Wilson dalam
Strozier et al., 2003), sehingga pertimbangan etis dalam proses terapi berupa
pengkomunikasian bahwa terapis akan membangun hubungan yang saling
menghargai dan mempercayai antara terapis dan klien merupakan hal yang sangat
penting. Jelasnya ikatan yang terjalin selama proses terapi, dan komunikasi yang
terbuka antara terapis dan klien akan menghindari terjadinya isu-isu negatif dalam
terapi. Disebutkan pula bahwa sentuhan dapat dimaknai secara berbeda oleh
masingmasing klien. Bagi beberapa klien yang mengalami kecemasan misalnya, efek
sentuhan mungkin akan dianggap dapat menurunkan simtom kecemasannya. Namun
hal ini belum tentu berlaku bagi klien lain meski dengan gangguan yang sama.
Sentuhan bagi beberapa klien mungkin dapat memunculkan suatu perasaan tidak
dihargai oleh konselor atau terapis. Bahkan bagi klien-klien dengan permasalahan
yang ektrem (misalnya depresi, korban pemerkosaan, kekerasan fisik, dsb), dapat
mengartikan sentuhan tersebut sebagai bentuk pelecehan karena sentuhan tersebut
dianggap membangkitkan efek masa lalu yang menyakitkan. Hal yang harus dipahami
10
bersama adalah, hubungan terapeutik bukanlah hubungan sosial, dimana hubungan
terapeutik melibatkan sikap profesional dari masing-masing pihak. Ada banyak resiko
ketika sentuhan digunakan dalam proses intervensi jika makna sentuhan tersebut tidak
dipahami, baik oleh klien maupun konselor dan terapis. Makna sentuhan klien-terapis
berbeda dengan makna sentuhan yang biasa dilibatkan dalam situasi sosial. Ada atau
tidaknya penggunaan sentuhan dalam hubungan terapeutik, tentu menjadi pilihan dan
kebijakan tersendiri bagi setiap konselor dan terapis. Ada banyak hal yang perlu
dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk melibatkan teknik sentuhan dalam
proses konseling atau terapi. Misalnya saja bagaimana karakteristik individual klien
(jangan sampai sentuhan yang kita berikan justru membuat klien berada pada posisi
regresi atau infantil), kondisi emosional klien pada saat proses konseling berlangsung,
maupun bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh klien (apakah terlihat memerlukan
sentuhan, dsb), latar belakang, norma serta kebudayaan setempat. Penggunaan
sentuhan dalam proses konseling dan terapi sendiri memiliki beberapa ketentuan
sehingga sentuhan tersebut tidak menimbulkan suatu bentuk pelecahan dari pihak
konselor / terapis terhadap klien. Seperti yang tertuang dalam buku Kode Etik
Psikologi Indonesia, psikolog dilarang untuk melakukan hal-hal yang mengandung
unsur eksploitasi, seperti pelecehan seksual. Karena itu, masalah etika (kesopanan),
agama, 6 sosial dan budaya perlu diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Sehingga
proses konseling atau terapi yang tengah dijalani tidak dinilai sebagai bentuk
pelanggaran atau pelecehan seksual terhadap klien yang bersangkutan

11
12

Anda mungkin juga menyukai