DOSEN PENGAMPUH:
Yuliandary Yunus,S.Tr.Keb.,M.Keb
Disusun oleh:
Kelompok III
1
A. PENGERTIAN EMPATI
Apa itu Empati? Empati berasal dari kata Empatheia yang memiliki arti ‘ikut
merasakan’. Empati adalah sebuah keadaan mental, dimana seseorang
merasakan pikiran, perasaan, atau keadaan yang sama dengan orang lain.
Sering kali banyak orang mendengar kata ‘empati’, tetapi tidak tahu definisi
persisnya. Empati dan simpati kerap kali disetarakan, bahkan dianggap sama,
padahal kedua hal tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing.
2. Menurut Chaplin
3. Menurut Patton
Menjalin sebuah relasi yang akrab, hingga bisa memahami perasaan
orang lain membutuhkan waktu dan proses. Meskipun tidak mudah,
seseorang harus melakukannya demi memiliki rasa kasih dan
memperhatikan orang yang dituju. “Memposisikan diri pada posisi orang
lain.”
5. Menurut E. B. Titchener
Perasaan yang timbul akibat peniruan secara fisik, yang akhirnya mampu
menciptakan perasaan yang sama.
2
B. CIRI-CIRI EMPATI
C. MANFAAT EMPATI
3. Memperoleh Kebaikan
Dengan sikap peduli dan aksi dalam membantu orang lain, seseorang akan menjadi
pribadi yang lebih baik. Tuhan dan sesama manusia akan membalasnya dengan
sesuatu yang baik pula. Kehidupan akan dipermudahkan dan tidak dipenuhi oleh
masalah.
4
D. CONTOH EMPATI
5
E. SEJARAH DAN PENGERTIAN SENTUHAN
Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan
dari pada komunikasi verbal.
Sentuhan adalah cara yang paling mudah untuk mengirimkan sebuah tanda atau isyarat
Sentuhan adalah cara sederhana ibu untuk berkomunikasi dengan bayinya, bahkan sejak
bayi belum dilahirkan. Indra peraba bayi mulai berkembang pada usia kehamilan 7 sampai
8 minggu. Karena itu, sentuhan ibu adalah bahasa pertama bagi bayi.
Sentuhan merupakan wujud kasih sayang ibu pada bayi yang telah lama ia nanti-natikan.
Jadi tidak mengherankan jika ketika bayi lahir, seorang ibu akan bergegas untuk
menyentuh bayinya dengan penuh rasa kasih sayang.
Sentuhan adalah cara sederhana ibu untuk berkomunikasi dengan bayinya, bahkan sejak
bayi belum dilahirkan. Indra peraba bayi mulai berkembang pada usia kehamilan 7 sampai
8 minggu. Karena itu, sentuhan ibu adalah bahasa pertama bagi bayi.
Sentuhan merupakan wujud kasih sayang ibu pada bayi yang telah lama ia nanti-natikan.
Jadi tidak mengherankan jika ketika bayi lahir, seorang ibu akan bergegas untuk
menyentuh bayinya dengan penuh rasa kasih sayang.
Salah satu bentuk stimulasi sentuhan kepada bayi dapat dilakukan dengan aktivitas
memijat.
6
F. MANFAAT SENTUHAN
“Sejak lahir, manusia perlu dipeluk, disusui, dan ditenangkan oleh ibunya. Seiring
bertambahnya usia, sentuhan tetap menjadi komponen penting dari pertumbuhan
sosial dan emosional.”
Ketika kamu mendapatkan sentuhan fisik yang menyenangkan dari orang terdekat
ataupun orang yang dipercaya, tubuh akan melepaskan hormon oksitosin. Oksitosin
membantu manusia membentuk hubungan emosional satu sama lain dan menciptakan
sensasi yang menumbuhkan rasa bahagia.
Lantas, seperti apa manfaat kesehatan dari sentuhan fisik? Ini ulasannya:
Oksitosin yang dikeluarkan melalui sentuhan dapat memberikan pikiran positif dan
membangun kepercayaan. Oksitosin juga dapat menghasilkan perasaan kasih sayang
selama berlangsungnya interaksi. Ini dapat berkontribusi pada kepercayaan di antara
individu selama interaksi sosial.
Sentuhan fisik meningkatkan kadar dopamin dan serotonin, dua neurotransmitter yang
membantu mengatur suasana hati dan menghilangkan stres dan kecemasan. Dopamin
juga diketahui mengatur pusat kesenangan di otak yang dapat mengimbangi perasaan
cemas.
Sentuhan fisik juga dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh serta
mengurangi penyakit seperti yang berhubungan dengan jantung dan darah.
7
Terutama bila pelukan dan sentuhan tersebut berasal dari orang yang kita sayangi.
Sentuhan sangat efektif untuk menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Terapi
pijat bisa menjadi cara yang bagus untuk meredakan semua jenis rasa sakit, mulai dari
sakit kepala hingga sakit punggung.
Namun, kamu tidak harus pergi ke panti pijat untuk merasakan manfaat sentuhan yang
menenangkan. Berpegangan tangan dengan pasangan atau saling memeluk juga dapat
membantu menghilangkan rasa sakit.
Sentuhan juga dapat menenangkan fungsi tubuh tertentu, seperti detak jantung dan
tekanan darah. Cara kerjanya sentuhan merangsang reseptor tekanan yang mengangkut
sinyal ke saraf vagus. Saraf ini menghubungkan otak ke seluruh tubuh dengan
menggunakan sinyal untuk memperlambat kecepatan sistem saraf.
Ketika bayi baru lahir, sentuhan dianggap penting untuk membangun hubungan yang
sehat dengan merangsang jalur oksitosin, serotonin antidepresan alami, dan
neurotransmitter dopamin.
Sentuhan juga bisa mengatasi kesepian, di mana sentuhan dapat mengurangi rasa sakit
dan perasaan pengucilan sosial. Orang yang kurang mendapatkan sentuhan akan
mengalami gejala sebagai berikut:
Perasaan depresi.
Kecemasan.
Stres.
Sulit tidur.
8
7. CIRI-CIRI SENTUHAN
Beberapa ahli yang mengatakan bahwa teknik sentuhan dapat diaplikasikan manakala
hubungan terapis – klien sudah masuk pada tahap saling percaya dan klien sudah
menunjukkan kemajuan dalam cara berpikir tentang apa yang dialaminya (Wilson
dalam Strozier et al., 2003).
Oleh Hunter dan Struve (1998) dikemukakan juga beberapa tipe kontak fisik yang
dapat terjadi antara terapis dan klien selama proses terapi, yaitu :
b. Emotional-expressive touch : sentuhan ini diberikan pada saat rapport telah terjalin
dengan baik, karena terapis akan intensif melakukan kontak fisik dengan kliennya.
Sentuhan yang diberikan salah satunya bertujuan untuk memberikan dukungan dan
proteksi pada klien.
8. CONTOH SENTUHAN
9
Sentuhan yang dilakukan dipercaya membuat klien merasa nyaman, bahwa terapis ada
untuk mereka, menunjukkan bentuk empati atas permasalahan yang dialami klien,
untuk menguatkan, dan membantu klien melepaskan emosi-emosi yang ditekan, serta
sebagai salah bentuk afeksi terhadap klien. Sentuhan juga merupakan bentuk
komunikasi penerimaan dan dapat membantu kesembuhan klien (Strozier et al., 2003).
Berdasarkan hasil pengalaman dan pengamatan yang dilakukan oleh penulis ketika
mempraktekkan penggunaan teknik sentuhan saat proses konseling dan terapi,
menunjukkan bahwa klien terlihat lebih tenang dalam mengungkapkan apa yang
menjadi beban emosionalnya. Misalnya saat klien menangis, dengan sentuhan tersebut,
klien dapat lebih menguasai emosi negatifnya.
Hal ini dapat diketahui dari tarikan nafasnya yang jauh lebih teratur dan ritme bicara
yang lebih tertata. Namun, kekhawatiran yang sering muncul apabila menggunakan
sentuhan dalam proses terapi yaitu akan munculnya transferens, retraumatisasi (ketika
sentuhan ternyata menjadi sumber/objek trauma klien).
Beberapa ahli mengungkapkan juga beberapa efek negatif dari sentuhan dalam proses
konseling maupun terapi, misalnya ketergantungan klien terhadap konselor atau
terapis, munculnya kebutuhan-kebutuhan yang tidak sehat, 5 serta dapat
mengakibatkan hubungan terapeutik yang justru membahayakan (Wilson dalam
Strozier et al., 2003), sehingga pertimbangan etis dalam proses terapi berupa
pengkomunikasian bahwa terapis akan membangun hubungan yang saling
menghargai dan mempercayai antara terapis dan klien merupakan hal yang sangat
penting. Jelasnya ikatan yang terjalin selama proses terapi, dan komunikasi yang
terbuka antara terapis dan klien akan menghindari terjadinya isu-isu negatif dalam
terapi. Disebutkan pula bahwa sentuhan dapat dimaknai secara berbeda oleh
masingmasing klien. Bagi beberapa klien yang mengalami kecemasan misalnya, efek
sentuhan mungkin akan dianggap dapat menurunkan simtom kecemasannya. Namun
hal ini belum tentu berlaku bagi klien lain meski dengan gangguan yang sama.
Sentuhan bagi beberapa klien mungkin dapat memunculkan suatu perasaan tidak
dihargai oleh konselor atau terapis. Bahkan bagi klien-klien dengan permasalahan
yang ektrem (misalnya depresi, korban pemerkosaan, kekerasan fisik, dsb), dapat
mengartikan sentuhan tersebut sebagai bentuk pelecehan karena sentuhan tersebut
dianggap membangkitkan efek masa lalu yang menyakitkan. Hal yang harus dipahami
10
bersama adalah, hubungan terapeutik bukanlah hubungan sosial, dimana hubungan
terapeutik melibatkan sikap profesional dari masing-masing pihak. Ada banyak resiko
ketika sentuhan digunakan dalam proses intervensi jika makna sentuhan tersebut tidak
dipahami, baik oleh klien maupun konselor dan terapis. Makna sentuhan klien-terapis
berbeda dengan makna sentuhan yang biasa dilibatkan dalam situasi sosial. Ada atau
tidaknya penggunaan sentuhan dalam hubungan terapeutik, tentu menjadi pilihan dan
kebijakan tersendiri bagi setiap konselor dan terapis. Ada banyak hal yang perlu
dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk melibatkan teknik sentuhan dalam
proses konseling atau terapi. Misalnya saja bagaimana karakteristik individual klien
(jangan sampai sentuhan yang kita berikan justru membuat klien berada pada posisi
regresi atau infantil), kondisi emosional klien pada saat proses konseling berlangsung,
maupun bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh klien (apakah terlihat memerlukan
sentuhan, dsb), latar belakang, norma serta kebudayaan setempat. Penggunaan
sentuhan dalam proses konseling dan terapi sendiri memiliki beberapa ketentuan
sehingga sentuhan tersebut tidak menimbulkan suatu bentuk pelecahan dari pihak
konselor / terapis terhadap klien. Seperti yang tertuang dalam buku Kode Etik
Psikologi Indonesia, psikolog dilarang untuk melakukan hal-hal yang mengandung
unsur eksploitasi, seperti pelecehan seksual. Karena itu, masalah etika (kesopanan),
agama, 6 sosial dan budaya perlu diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Sehingga
proses konseling atau terapi yang tengah dijalani tidak dinilai sebagai bentuk
pelanggaran atau pelecehan seksual terhadap klien yang bersangkutan
11
12