Anda di halaman 1dari 7

EMPATI CARING DALAM

PRAKTIK KEPERAWATAN

Kelompok 1
1. Apriando T. ama
2. Asrina R. Bawu
3. Diana P. Djara
4. Elisabet D. Lango
5. Jois K. Yagi
6. Kristoforus Elo
7. Melyani L. Bida
8. Maria A.S.S. Sanggu
9. Maria G.R. Malo
10. Renita Lado
11. Oransi S. Mete
12. Petrus N.P. Rato
13. Stevania N. Wolla
KONSEP EMPATIK
1. Definisi : Empati adalah kemampuan kognitif dan emosional seseorang untuk merasakan, memahami,
serta mengerti pengalaman dan perasaan seseorang yang menghasilkan respon emosional yang positif dan
memiliki nilai intrinsik.
2. Aspek Empati : Menurut (Eisenberg, dalam Panuntun, 2012), menyatakan bahwa dalam proses individu
berempati melibatkan aspek afektif dan kognitif. Secara kognitif, seseorang cenderung memahami
perasaan orang lain dengan membayangkan dan juga memikirkan suatu situasi dari sudut pandang orang
lain, sedangkan secara afektif, lebih cenderung pada kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perasaan
orang lain dengan perasaannya sendiri yang pada akhirnya menghubungkan empati dengan perilaku
menolong sebagai bentuk rasa kepedulian pada perasaan orang lain.
3. Faktor-factor empati :
Goleman (2007) menyatakan ada bebarapa faktor yang mempengaruhi empati, baik psikologis maupun
sosiologis, antara lain:
• Sosialisasi,
• Perkembangan kognitif
• Mood and Feeling.
• Situasi
• 
4. Karakteristik Empati
Menurut T. Safaria (2005: 105) mengemukakan ciri atau indikator empati terdiri dari:
 Ikut merasakan, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
 Dibangun berdasarkan kesadaran diri, ada kemauan dalam diri seseorang untuk peka terhadap perasaan orang
lain.
 Peka terhadap bahasa nonverbal, seseorang dapat dikatakan berempati apabila orang tersebut mampu
merasakan bahasa nonverbal yang diperlihatkan oleh orang lain.
 Mengambil peran, artinya seseorang mampu mengambil tidakan atas permasalahan yang sedang dihadapinya.
 Tidak larut atau tetap kontrol emosi diri, artinya seseorang dapat mengendalikan diri dalam membantu
memecahkan masalah.
PENDEKATAN PERSEPSI INTERPERSONAL
a. Perspektif psikoanalisis
Konsep ini menggambarkan empati adalah pusat dari hubungan interpersonal. Teori-teori psikoanalisis ini
lebih kepada konteks interaksi emosional ibu dengan anak, dimana digambarkan dengan ibu dapat meredakan
kemarahan anaknya, memberikan pelukan yang menenangkan, memberikan solusi ketika terdapat masalah, dan
sebagainya. Kohler dalam Taufik menyatakan dari segi pandangan psikoanalisis bahwa empati adalah anugerah
yang paling mendasar yang diberikan sejak lahir dan diturunkan dari orang tua ke anaknya.
b. Perspektif behaviourisme : Perspektif ini teoritikus menggambarkan empati sebagai sikap tolong menolong.

c. Perspektif humanistik : Teori humanistik menyatakan bahwa dalam hubungan teraupetik merupakan kunci
sukses psikoterapi
PENDEKATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK: EKSPRESI EMPATI, MERASAKAN
EMAPATI DAN PERAWAT EMPATI.

Pendekatan persepsi interpersonal terdiri dari 5 bagian, yaitu :

• Berusaha mengenal pasien : Berusaha mengenal pasien bukan berarti perawat hanya meriksa kondisi medis,
tetapi juga memberi efek positif dalam perawatan dan komunikasi dengan pasien. Dengan melakukan ini,
perawat bisa lebih mengetahui masalah Kesehatan pasien.
• Menunjukkan antusiasme dan empati : Antusiasme dan empati harus selalu di terapkan dalam perawatan
pasien. Agar perawat bisa memahami pasien mereka, penting bagi perawat untuk menunjukkan ketertarikan
kehidupan pasien melalui kontak mata .
• Tulus Ketika berbicara ke pasien: Pasien akan merasa lebih berterimakasih Ketika perawat secara tulus
menunjukkan secara iba. Untuk itu, perawat tidak boleh melebih-lebihkan emosi saat melakukan melakukan
interaksi, karena tentu saja pasien bisa mengetahui bahwa perawat tidak benar-benar tulus menanganinya, dan
kemudaian bisa menyebabkan pasien merasa tidak nyaman
• Membagikan Pengetahuan Dan Pengalaman Yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien : Perawat harus selalu
menemukan topik Ketika berbicara dengan pasien; topik ini bisa jadi berbasis pengalaman professional dan
personal mereka.
• Menahan diri Sebelum Menghakimi pasien: Perawat perluh menghindari pernyataan yang menghakimi atau
diskriminasi mengenai pasien. Karena kondisi ini bisa membuat mereka merasa bersalah dan tidak nyaman
sehingga pasien akan menolak berkomunikasi dengan perawat.
GOMAWO

Anda mungkin juga menyukai