Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Bekang

Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang dirasakan
oleh orang lain secara psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu seseorang
dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan masyarakat.

Sebagai perawat dibutuhkan kemampuan khusus yang tidak semua orang memilikinya, yaitu
kemampuan empati. Perawat yang diharapkan memiliki kemampuan empati, yaitu kemampuan
untuk melakukan aksi komunikasi secara sadar kepada pasien sehingga dapat memahami dan
merasakan suasana hati pasien tersebut, mampu melihat permasalahan dari sudut pandang pasiean,
dan tidak bersikap menghakimi,menyalahkan atau menghina pasien. Perilaku yang muncul dari tiap
perawat terhadap pasien berbeda-beda, hal ini terkait dengan kemampuan empati perawat itu
sendiri, adapun yang mempengaruhi kemampuan empati, yaitu: pikiran yang optimis, tingkat
pendidikan, keadaan psikis (mood), pengalaman, usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya,
status sosial, dan beban hidup. Faktor-faktor tersebut diperlukan untuk menunjang perawat dalam
meningkatkan kemampuan empati.

Seperti disebutkan sebelumnya, apabila kondisi fisik seseorang mengalami suatu keadaan
sakit, maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya pula, dan biasanya pasien akan lebih labil
emosinya. Nah, tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka dengan keadaan seperti ini,
perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi psikisnya juga, dengan
berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat.

1.2 Tujuan Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan sedikit tentang empati kepada pasien dan pengertian care/ caring , altruisme, semoga
dapat di gunakan sebagai penunjang proses belajar mengajar khususnya untuk
mahasiswa/mahasiswi jurusan keperawatan

1. 3 Rumusan Masalah

Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan, makalah ini memiliki beberapa
rumusan masalah, yaitu:

1. Apa pengertian empati


2. Tujuan Empati
3. Manfaat empati
4. Faktor yang mempengaruhi Empati
5. Teori empati, Proses empati
6. Contoh kasus empati kepada pasien
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Empati

Perilaku empati merupakan salah satu sikap dalam hubungan therapeutic yang merupakan
unsur yang sangat penting dalam proses yang berlangsung secara interpersonal. Dengan empati
akan membantu dalam mempererat hubungan antara perawat dan pasien sehingga menjadikan
pasien merasa diperhatikan dan pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan.

Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang dirasakan
oleh orang lain secara psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu seseorang
dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan masyarakat.

Florence Nightiangel, tokoh dunia yang mengubah persepsi dunia bahwa perawat itu
merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan terhormat. Sebagai perawat dibutuhkan kemampuan
khusus yang tidak semua orang memilikinya, yaitu kemampuan empati. Perawat yang memiliki
empati diharapkan memiliki kemampuan empati, yaitu kemampuan untuk melakukan aksi
komunikasi secara sadar kepada pasien sehingga dapat memahami dan merasakan suasana hati
pasien tersebut.

a. Perilaku yang muncul dari tiap perawat

Perilaku yang muncul dari tiap perawat terhadap pasien berbeda-beda, hal ini terkait dengan
kemampuan empati perawat itu sendiri. Hal yang mempengaruhi kemampuan empati, yaitu:

1. pikiran yang optimis


2. tingkat pendidikan
3. keadaan psikis
4. pengalaman
5. usia
6. jenis kelamin
7. latar belakang sosial budaya
8. status sosial
9. beban hidup
3

b. Kemampuan Empati

Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri seorang perawat
begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati,yaitu:

1. Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh mana komunikasi dapat
terbentuk sehingga pasien dapat merasa nyaman karena diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki
kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog, maupun dokter
di rumah sakit perawat tersebut mengabdi.
3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka akan kalah
dengan mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih
mengasahkemampuanempatinya.
4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik dan melalui
pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi pengalaman dengan sesama
rekan sekerja maka diharapkan perawat akan lebih tangguh dan hebat.

Dengan begitu maka perawat dapat meningkatkan kemampuan empatinya agar dapat lebih
mengerti, memahami, dan menghayati tidak hanya kondisi fisik namun juga kondisi psikis pasien
karena pada dasarnya pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tentunya dengan tujuan
memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, padahal apabila kondisi fisik seseorang mengalami suatu
keadaan sakit, maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya, biasanya pasien akan lebih labil
emosinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka dengan keadaan seperti ini, perawat
tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi psikisnya juga, dengan berempati
kepada pasien maka diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat.

Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan untuk menghayati perasaan
pasien. Kemampuan empati seorang perawat dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat
perlu menjaga kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi satu sama
lain. Untuk dapat memiliki kemampuan empati, seorang perawat harus mampu bersosialisasi.
Kebanyakan perawat memiliki sifat extovert (terbuka), maka akan lebih mudah dalam menangani
pasien, karena pasien merasa nyaman dengan keberadaannya.

Kemampuan empati perawat hendaknya disertai juga keramahan kepada keluarga atau kerabat
pengantar atau penunggu dari pasien lebih lagi kepada setiap pengunjung rumah sakit, karena
sesungguhnya citra rumah sakit ditentukan oleh sikap yang diperlihatkan sumber daya tenaga
kesehatan terutama perawat sebagai ujung tombak rumah sakit. Semoga dengan meningkatnya
kualitas tenaga kesehatan terutama perawat di Indonesia ini maka diharapkan akan meningkatkan
pula kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga.

Contoh:

“Pagi pak atau bu’ bagaimana kabarnya, masih demam pak, bagaimana tidurnya semalam, mudah-
mudahan lebih baik”, komentar ini akan muncul di keseharian seorang perawat entah dia berada di
pelosok desa atau rumah sakit besar. Senyum dan rasa empati yang ditimbulkan setidaknya akan
menjadi multivitamin dosage tinggi yang tanpa antibiotik atau obat yang super keras akan
4

menyembuhkan rasa terpelentirnya hati seorang pasien yang sedang menderita penyakit sekeras
apapun. Ada hal yang tidak bisa di teliti secara ilmiah dan juga tidak harus dengan percobaan yang
mahal, ada yang timbul dari hati yaitu keikhlasan untuk menolong sesama.

2.2 Tujuan empati

1. Membuat hidup lebih bahagia

Manfaat empati yang pertama adalah membuat hidup lebih bahagia. Ketika Anda memiliki
rasa empati kepada orang lain, Anda akan mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Jika
Anda telah memiliki itu, maka dari dalam diri Anda tumbuh rasa belas kasih dan kasih sayang
terhadap sesama. Rasa belas kasih dan kasih sayang terhadap sesama akan menjauhkan Anda dari
rasa iri, benci, maupun permusuhan kepada orang lain hingga membuat Anda menjadi pribadi yang
bijaksana sehingga mampu membuat hidup Anda lebih bahagia.

2. Membuat hidup lebih sehat

Manfaat empati yang kedua adalah membuat hidup lebih sehat. Sebuah study yang
diterbitkan dalam Psychological Science menujukkan bahwa emosi positif dan hubungan sosial yang
positif mampu meningkatkan kesehatan. Pengamatan yang dilakukan pada peserta penelitian
menunjukkan bahwa dengan menumbuhkan emosi positif yang diwujudkan dalam bentuk cinta
kasih kepada sesama serta dengan mewujudkan hubungan sosial yang positif para peserta memiliki
denyut jantung yang lebih stabil serta terhindar dari berbagai jenis penyakit. Pada intinya orang yang
memiliki empati kepada orang lain dapat merasakan manfaat empati yakni memiliki hidup yang lebih
lama dan lebih sehat.

3. Membuat Anda lebih pintar

Manfaat empati berikutnya adalah membuat Anda lebih pintar. Empati akan membuat Anda
lebih mudah untuk berhubungan baik dengan orang lain. Untuk mampu berhubungan baik dengan
orang lain, Anda harus mampu menyesuaikan diri dengan orang-orang yang berbeda latar belakang
pendidikan, sosial maupun ekonominya dengan Anda. Empati akan memudahkan Anda untuk itu,
membuat Anda lebih pintar menyesuaikan diri dan juga tentunya membuat kecerdasan emosional
Anda semakin meningkat.

4. Menumbuhkan rasa cinta kasih dari dalam diri Anda

Manfaat empati selanjutnya adalah menumbuhkan rasa cinta kasih dari dalam diri Anda.
Empati akan membuat Anda mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Membuat Anda
mampu menempatkan diri Anda dalam situasi dan kondisi orang lain hingga Anda mampu
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan
5

orang lain ini akan memunculkan rasa cinta kasih dari dalam diri Anda kepada orang lain.
Mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hidup Anda.Manfaat empati berikutnya adalah
mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hidup Anda. Empati akan membuat Anda lebih peduli
dan mau membantu orang lain. Dengan kata lain empati merupakan kebaikan yang Anda berikan
kepada orang lain. Setiap kebaikan yang Anda berikan akan mendapat balasan, baik dari Tuhan
maupun dari sesama manusia. Ketika Anda mampu berempati dan berbuat baik kepada orang lain,
maka orang lain juga akan berbuat baik kepada Anda sehingga kehidupan Anda akan dipenuhi
dengan kemudahan-kemudahan yang tidak Anda sangka sebelumnya.

Anda bisa merasakan beberapa manfaat empati di atas ketika Anda mampu menumbuhkan
empati dari dalam diri Anda dan berempati dengan orang-orang disekitar Anda. Namun berempati
tidaklah mudah. Harus ada kemauan dari dalam diri Anda untuk menumbuhkan rasa empati.
Disamping itu dibutuhkan kesadaran dari dalam diri Anda tentang pentingnya berempati kepada
orang lain. Namun sekarang telah ada sebuah sebuah terapi yang bisa Anda digunakan untuk
membantu meningkatkan empati Anda. Terapi ini hanya sebatas memudahkan memunculkan rasa
empati dari dalam diri Anda. Keberhasilan dalam meningkatkan empati, tetap terletak pada diri
Anda sendiri, terletak pada seberapa besar keinginan Anda untuk memunculkan empati Anda. Terapi
ini tidak akan berfungsi jika tidak ada niat dari diri Anda untuk meningkatkan empati Anda sendiri.

Terapi yang bisa Anda gunakan untuk meningkatkan empati Anda adalah Terapi Gelombang
Otak Emphaty Induction. Terapi Gelombang Otak Emphaty Induction adalah sebuah terapi yang
dirancang khusus oleh para ahli untuk membantu meningkatkan rasa empati Anda. Terapi
Gelombang Otak Emphaty Induction bekerja dengan mengubah gelombang otak Anda menuju
frekuensi yang tepat untuk memasuki pikiran bawah sadar Anda dan mengubah Anda menjadi orang
yang memiliki sifat saling menghargai dan berempati dengan baik.Terapi Gelombang Otak Emphaty
Induction berbentuk CD musik terapi sehingga sangat mudah dan praktis digunakan. Anda bisa
menggunakan Terapi Gelombang Otak Emphaty Induction kapan saja dan dimana saja. Dengan
bantuan Terapi Gelombang Otak Emphaty Induction meningkatkan empati terasa lebih mudah
karena Terapi Gelombang Otak Emphaty Induction langsung bekerja pada otak bawah sadar Anda.
Ketika Anda mampu memiliki empati pada orang lain, kebaikan akan selalu datang pada Anda.
Sedikit saja yang Anda lakukan pada orang lain, akan berpengaruh besar pada kehidupan Anda.

2.3 Manfaat Empati

1. Menghilangkan sikap egois

Orang yang telah mampu mengembangkan kemampuan empati dapat menghilangkan sikap
egois. Ketika kita dapat merasakan apa yang sedang dialami orang lain, memasuki pola pikir orang
lain dan memahami perilaku orang tersebut, maka kita tidak akan berbicara dan berperilaku hanya
untuk kepentingan diri kita tetapi kita akan berusaha berbicara, berpikir dan berperilaku yang dapat
diterima juga oleh orang lain serta akan mudah memberikan pertolongan kepada orang lain. Kita
akan berhati-hati dalam mengembangkan sikap dan perilaku kita sehari-hari, apalagi disaat orang
membutuhkan pertolongan kita.
6

2. Menghilangkan kesombongan

Salah satu cara mengembangkan empati adalah membayangkan apa yang terjadi pada diri
orang lain akan terjadi pula pada diri kita. Manakala kita membayangkan kondisi ini maka kita akan
terhindar dari kesombongan atau tinggi hati karena apapun akan bisa terjadi pada diri kita jika Tuhan
berkehendak. Kita tidak akan merendahkan orang lain karena kita telah mengetahui perasaan dan
memahami apa yang sebenarnya terjadi, sehingga orang yang mempunyai kemampuan empati akan
cenderung memiliki sikap rendah hati dan senantiasa memahami kehidupan ini dengan baik.

3. Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri

Pada dasarnya empati adalah salah satu usaha kita untuk melakukan evaluasi diri sekaligus
mengembangkan kontrol diri yang positif. Kemampuan melihat diri orang lain baik perasaan, pikiran
maupun perilakunya merupakan bagian dari bagaimana kita akan merefleksikan keadaan tersebut
dalam diri kita. Jika kita telah mempunyai kemampuan ini maka kita telah dapat mengembangkan
kemampuan evaluasi diri yang baik dan akhirnya kita dapat melakukan kontrol diri yang baik artinya
kita akan senantiasa berhati-hati dalam melakukan perbuatan atau memahami lingkungan sekitar
kita.

Empati dibutuhkan untuk melahirkan rasa saling memahami. Karena itu, cara praktis meraih
empati adalah dengan mendengarkan orang lain dengan hati. Anda tidak sekadar mendengar “apa”
yang ia sampaikan tetapi mendengarkan “bagaimana” dia menyampaikannya. Perhatikanlah bahasa
tubuh yang dia gunakan, itu lebih menggambarkan bagaimana perasaannya sebenarnya.

2.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Empati

Mengenai faktor yang mempengaruhi seseorang menerima dan memberi

empati, Hoffman (1999) mengemukakannya sebagai berikut:

a. Sosialisasi

Sosialisasi dapat mempengaruhi empati melalui permainan-permainan yang memberikan


peluang kepada anak untuk mengalami sejumlah emosi, membantu untuk lebih berpikir dan
memberikan perhatian kepada orang lain, serta lebih terbuka terhadap kebutuhan orang lain, serta
lebih terbuka terhadap kebutuhan orang lain sehingga akan meningkatkan kemampuan
berempatinya. Model atau peragaan yang diberikan pada anak-anak tidak hanya dapat
menimbulkan respon pro-sosial, tetapi juga mengembangkan perasaan empati dalam diri anak.

b. Mood dan feeling

Apabila seseorang dalam situasi perasaan yang baik, maka dalam berinteraksi dan
menghadapi orang lain ia akan lebih baik dalam menerima keadaan orang lain.
7

c. Proses Belajar dan Identifikasi

Dalam proses belajar, seorang anak membutuhkan repons-respons khas,dari situasi yang
khas, yang disesuaikan dengan pengaturan yang dibuat oleh orang tua atau penguasa lainnya. Apa
yang telah dipelajari anak di rumah pada situasi tertentu, diharapkan dapat pula diterapkan olehnya
pada waktu yang lebih luas di kemudian hari.

d. Situasi atau Tempat

Pada situasi tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibandingkan dengan situasi
yang lain. Hali ini disebabkan situasi dan tempat yang berbeda dapat memberikan suasana yang
berbeda pula.Suasana yang berbeda inilah yang dapat meninggi-rendahkan empati seorang anak.

e. Komunikasi dan Bahasa

Komunikasi dan Bahasa sangat mempengaruhi seseorang dalam mengungkapkan dan


menerima empati.Ini terbukti dalam penyampaian atau penerimaan bahasa yang disampaikan dan
diterima olehnya. Bahasa yang baik akan memunculkan empati yang baik. Sedangkan komunikasi
dan bahasa yang buruk akan menyebabkan lahirnya empati yang buruk.

f. Pengasuhan

Lingkungan yang berempati dari suatu keluarga sangat membantu anak dalam
menumbuhkan empati dalam dirinya. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang broken
home atau dibesarkan dalam kehidupan rumah yang penuh cacian dan makian dan persoalan dapat
dipastikan akan menumbuhkan empati buruk pula dalam diri si anak. Sebaliknya, pengasuhan dalam
suasana rumah yang baik akan menyebabkan empati anak tumbuh dengan baik pula. Menurut Siwi
(1992), beberapa faktor yang mempengaruhi empati yaitu:

1. Pola Asuh
a. Bahwa perkembangan empati lebih banyak terjadi pada lingkungan keluarga yang
b. memberikan kepuasan pada kebutuhan emosional anak dan tidak terlalu mementingkan
kepentingan sendiri
c. mendorong anak untuk mengalami dan mengekspresikan emosi-emosinya, dan
d. memberikan kesempatan kepada anak untuk mengobservasi dan berinteraksi dengan
orang lain sehingga mendorong kepekaan dan kemampuan emosianya.

2. Kepribadian
8

Faktor kepribadian berpengaruh terhadap tingkat empati seseorang. Pribadi yang tenang dan
sering berintropeksi diri dipastikan akan memiliki kepekaan yang tinggi ketika berbagi dengan orang
lain. Kepekaan ini yang kemudian menumbuhkan empatinya terhadap orang lain.

3. Usia

Tingkat empati seseorang yang semakin meningkat dengan bertambahnya usia, karean
kemampuan pemahaman perspektif juga meningkat bersamaan dengan usia. Ketika usia bertambah,
pengalaman hidup pun bertambah. Pengalaman hidup ini pula yang akan menumbuhkan empati
individu terhadap

4. Derajat kematangan

Empati banyak dipengaruhi oleh derajat kematangan seseorang.Derajat kematangan adalah


besarnya kemampuan seseorang dalam memandang suatu hal secara proporsional.

5. Sosialisasi

Sosialisasi yang dilakukan seseorang sangat berpengaruh terhadapt tingkat empatinya. Dengan
bersosialisasi, didasari atau tidak, ia akan mengetahui apa yang sedang dirasakan orang lain.
Pengetahuannya terhadap perasaan atau pikiran orang lain akan menumbuhkan rasa empati secara
langsung, meski ukuran tinggi rendah empatinya tidak bisa diindra.

6. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu penentu kemampuan empati seseorang.Empati perempuan
dengan laki-laki jelas berbeda, begitu pun sebaliknya.Meskipun perbedaannya tetap tak terlalu jauh.

2.5 Teori Empati

Titchener berpendapat bahwa seseorang tidak dapat memahami orang lain selama dia tidak
menyadari adanya proses mental dalam dirinya yang ditunjukkan kepada orang lain. Seseorang
benar-benar bisa melakukan hal ini bilamana dia melakukannya dengan pemahaman yang
mendalam, yang dalam istilah Tichener pemahamannya itu hingga berada “di dalam otot pikiran” (in
the mind’s muscle).Istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan efek-efek psikologis pada
perceiver. Karena istilah empati merujuk pada bentuk respon wajah yang menunjukkan perhatian
terhadap objek lain. Titchener meyakini bahwa pemahaman terhadap kondisi orang lain tidak akan
tercapai bila hal itu hanya dilakukan oleh pikiran saja, melainkan juga harus membayangkannya
apabila itu terjadi di dalam dirinya. Selanjutnya, Titchener menyatakan bahwa seseorang dapat
meniru kondisi orang lain atau membayangkan kondisi orang lain sebagaimana yang sesungguhnya
terjadi.

Misalnya, Titchener percaya bahwa gambaran mental bertugas untuk mengolah tanggapan
di dalam otak seolah-olah yng bersangkutan mengalaminya (Allport,1965)Menurut Titchener (1915)
empati adalah sesuatu yang penting dalam imajinasi, di mana Titchener sering kali
mempertentangkannya dengan memori.Empati membantu kita memahami fenomena-fenomena
yang membingungkan seperti fenomena ilusi visual.Karena ketika seseorang berempati dia sedang
9

melakukan diskusi dengan dirinya sendiri, antara dirinya dengan orang lain, dan antara dirinya
dengan lingkungannya. Proses diskusi ini menempatkan kita dalam alam kesadaran, yaitu kesadaran
atas kondisi kita, kondisi orang lain, dan situasi di sekitar kita. Oleh karena itu, seseorang yang
berempati akan terhindar dari ilusi visual yang mungkin terjadi dalam interaksinya dengan orang
lain.

2.6 Proses Empati

Barangkali mempraktikkan empati jauh lebih mudah dibandingkan memahami dan


menjelaskan bagaimana prosesnya. Dalam menjelaskan proses empati berbagai pendapat telah
mengemuka, di antaranya mengatakan proses empati tergantung dari sudut pandang apa kita
mendefinisikan konsep empati. Davis (1996) menggolongkan proses empati ke dalam empat
tahapan, antecedent, processes, interpersonal outcomes, dan intrapersonal.
10

BAB III

CONTOH KASUS

3.1 Contoh Kasus Empathy

Di Rumah Sakit Harapan Sehat, ada seorang pasien dengan keadan kritis, semua keluarga
berkumpul dengan penuh kecemasan, di sisi lain dokter menyatakan bahwa pasien tidak memiliki
harapan hidup lagi jika kakinya tidak diamputasi. Suasana sedih pun menyelimuti keluarga pasien,
ibu pasien menangis histeris, seakan tidak percaya bahwa anaknya harus diamputasi. Sesaat
kemudian perawat memeriksa keadaan pasien dan mengatakan bahwa “Saya mengerti perasaan ibu
sekang, tapi mau bagaimana lagi bu ya sudah amputasi saja, ini semua demi kebaikan anak ibu, dan
yang paling penting anak ibu masih bisa diselamatkan.” Kesedihan semakin bertambah pasca
lontaran yang diucapkan perawat tersebut. Pasien semakin gelisah dan melemah.

Dari contoh kasus diatas, sudah sepatutnya kita sebagai perawat menunjukkan sikap empati
pada keluarga dan pasien. Sikap empati sendiri pada dasarnya ikut mengenali, mempersepsi, dan
merasakan perasaan orang lain.

BAB IV

PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Perawat membantu klien secara holistik. Dengan keunikannya tersebut, perawat


memiliki empat dimensi kualitas pelayanan yang salah satunya adalah memiliki rasa empati. Empati
merupakan kemampuan (seolah-olah) menjadi diri orang lain yang mampu membaca pikiran dari
sudut pandang orang lain.Sikap empati ditunjukkan bukan dengan ikut menangis dengan
melihatpenderitaan pasien tetapi dengan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh pasien
dankeluarganya. Seperti ikut hadir menemani pasien dan keluarganya. Selain itu, kita juga dapat
memberikan sentuhan terapeutik kepada pasien dan keluarganya untuk mengurangi
kesedihan yang dirasakan. Penekanan empati itu bagaimana kita bisa menyelami perasaan
orang lain dan tidak membuat kita tenggelam serta larut dalam situasi perasaannya tetapi kita
mampu memahami perasaan negatif atau positif seolah olah emosi itu kita alami sendiri.
11

DAFTAR PUSTAKA

BakarAbu, & LudinM. (2010). “Dasar-Dasar konseling tinjauan teori dan

praktik.” Medan: CV. Perdana Mulya Sarana.

PotterAPatricia, & PerryGriffinAnne. (2005). “Buku Ajar Fundamental

Keperawatan : konsep, proses dan praktik.” Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Stevens, Bordui, & DerVanWeyde. (1999). “Ilmu Keperawatan.” Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Sumartono. (2004). “Komunikasi Kasih Sayang.” Jakarta: PT. Elek Media

Komputindo.
12

Anda mungkin juga menyukai