Dosen Pengampu:
Dr.Ahmad Muhtadi,M. Ag
Disusun Oleh:
Kelompok 3
PRODI S1 KEPERAWATAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang mempunyai suatu paradigma
atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan
dan perawat itu sendiri. Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan
kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat
harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat
memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan
menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain,
ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau
kasih sayang.
2. Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk praktek
keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan
meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Caring mengandung 3 hal yang tidak dapat
dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan ikhlas. Caring juga
merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian
dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan
bertindak. Memberikan asuhan (Caring) secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan
emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai
perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial,
pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yg berbeda pada satu tempat, maka kinerja
perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam mempengaruhi kualitas
pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi
penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan
mutu pelayanan.
3. Dewasa ini perhatian perawat sudah beralih dari pendekatan yang berorientasi medis kepada
pendekatan yang memusatkan perhatian pada pasien. Peran perawat tidak hanya berpusat pada
fungsi fisik namun meluas pada aspek psikis pasien. Perawatan yang efektif dapat dicapai bila
perawat menaruh minat terhadap pasien tanpa membedakan status sosial ekonominya.
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu merapikan tempat tidur; rasa nyaman si sakit terlihat dari tempat tidurnya, jika
rapih maka si sakit akan merasa nyaman, jika berantakan maka dapat menimbulkan penyakit
baru, tumbuh jamur atau tempat tidur jadi bau. Alat-alat dalam tempat tidur; selimut, seprei,
bantal, seprei kecil, perlak, sarung bantal.
Tidak jarang anda mendengar baik itu dari surat kabar maupun kerabat anda, “Di Rumah
Sakit A, perawatnya ramah-ramah, jadi sewaktu dulu aku sakit, belum minum obat aja
rasanya sakitnya tinggal separuh” atau “Ketika aku dulu dirawat di Rumah Sakit B,
perawatnya galak dan judes, rasanya penyakitku justru tambah parah saja” atau juga “Lebih
baik aku berobat ke Rumah Sakit X yang sedikit lebih mahal tetapi perawatnya murah
senyum daripada ke Rumah Sakit Y yang lebih murah tetapi perawatnya menderita ‘sakit
gigi’ (sulit untuk senyum)”. Tidak dipungkiri fenomena tersebut tentunya akan sangat
berpengaruh terhadap citra rumah sakit itu sendiri di mata masyarakat.
Frekuensi interaksi perawat dengan pasien tergolong paling sering dibandingkan dengan
tenaga kesehatan yang lainnya, maka keberadaan perawat di rumah sakit sangat penting
pula dalam memegang peranan atas kelangsungan kondisi pasien. Seorang perawat dengan
empatinya akan membantu pasien. Perawat berkeharusan bersikap baik dan santun kepada
seluruh pasien, baik itu bayi yang baru lahir sampai orang lanjut usia sekalipun. Sikap ini
didasarkan pada pemikiran, pilihan sikap yang benar dan tepat dalam segala situasi, yaitu
tempat dan waktu. Perawatan yang efektif mencakup pemberian perhatian kepada
kebutuhan emosi sang pasien. Sikap perawat kepada pasien disesuaikan dengan usia pasien.
Hal ini menguatkan bahwa kemampuan untuk dapat berempati sangat diperlukan sekali
oleh perawat agar perawatan lebih efektif.
Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang dirasakan
oleh orang lain secara psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu
seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan
masyarakat.
Florence Nightiangel, tokoh dunia yang mengubah persepsi dunia bahwa perawat itu
merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan terhormat. Sebagai perawat dibutuhkan
kemampuan khusus yang tidak semua orang memilikinya, yaitu kemampuan empati.
Perawat yang memiliki empati diharapkan memiliki kemampuan empati, yaitu kemampuan
untuk melakukan aksi komunikasi secara sadar kepada pasien sehingga dapat memahami
dan merasakan suasana hati pasien tersebut. Perilaku yang muncul dari tiap perawat terhadap
pasien berbeda-beda, hal ini terkait dengan kemampuan empati perawat itu sendiri, adapun
yang mempengaruhi kemampuan empati, yaitu: pikiran yang optimis, tingkat pendidikan,
keadaan psikis, pengalaman, usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, status sosial,
dan beban hidup. Faktor-faktor tersebut diperlukan untuk menunjang perawat dalam
meningkatkan kemampuan empati.
Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri seorang
perawat begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati, yaitu:
1. Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh mana komunikasi dapat terbentuk
sehingga pasien dapat merasa nyaman karena diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki kemampuan
empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog, maupun dokter di rumah sakit
perawat tersebut mengabdi.
3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka akan kalah dengan
mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih mengasah kemampuan
empatinya.
4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik dan melalui
pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi pengalaman dengan sesama
rekan sekerja maka diharapkan perawat akan lebih tangguh dan hebat.
Dengan begitu maka perawat dapat meningkatkan kemampuan empatinya agar dapat lebih
mengerti, memahami, dan menghayati tidak hanya kondisi fisik namun juga kondisi psikis
pasien karena pada dasarnya pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tentunya
dengan tujuan memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, padahal apabila kondisi fisik
seseorang mengalami suatu keadaan sakit, maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya,
biasanya pasien akan lebih labil emosinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka
dengan keadaan seperti ini, perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi
kondisi psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat
sembuh lebih cepat.
Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan untuk menghayati perasaan
pasien. Kemampuan empati seorang perawat dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri.
Perawat perlu menjaga kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling
mempengaruhi satu sama lain
Untuk dapat memiliki kemampuan empati, seorang perawat harus mampu bersosialisasi.
Kebanyakan perawat memiliki sifat extovert (terbuka), maka akan lebih mudah dalam
menangani pasien, karena pasien merasa nyaman dengan keberadaannya.
Kemampuan empati perawat hendaknya disertai juga keramahan kepada keluarga atau kerabat
pengantar atau penunggu dari pasien lebih lagi kepada setiap pengunjung rumah sakit, karena
sesungguhnya citra rumah sakit ditentukan oleh sikap yang diperlihatkan sumber daya tenaga
kesehatan terutama perawat sebagai ujung tombak rumah sakit. Semoga dengan meningkatnya
kualitas tenaga kesehatan terutama perawat di Indonesia ini maka diharapkan akan
meningkatkan pula kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga. Ingat bahwa obat yang paling
manjur dalam menangani orang sakit adalah perhatian kepada orang sakit.
Membuat catatan riwayat penderita, catatan ini diupayakan dapat mengetahui perkembangan
penderita berdasarkan perawatan yang telah dilakukan, dalam catatan ini harus singkat dan
jelas, sedangkan isi dari catatannya adalah sebagai berikut :
Seseorang yang mengalami kasus medis dikenal juga dengan kedaruratan medis dapat
mengalami cedera sebagai gangguan fungsi tubuh, misalnya hilangnya kesadaran lalu terjatuh
dan mengalami luka. Penyebabnya antara lain infeksi, racun, kegagalan satu atau lebih sistem
tubuh. Penanganan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan nafas dan menjaga
tanda vital penderita saat teratur lalu segera merujuk penderita.
Sebelum merawat orang sakit kita harus memastikan kebersihan dan keamanan diri sendiri
yakni mencuci tangan, lepaskan perhiasan, basahi tangan sampai siku serta di sela-sela jari,
gunakan air dari kran atau bisa menggunakan gayung, gunakan sabun, bilas sampai bersih,
keringkan dengan handuk sampai kering. Memakai celemek; bertujuan untuk melindungi PK
(Perawatan Keluarga) dari kotoran dan penularan.
PERAWAT ROHANI ISLAM
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan diatas menjelaskan bahwa peran perawat tidak hanya berpusat pada fungsi fisik
namun meluas pada aspek psikis pasien. Perawatan yang efektif dapat dicapai bila perawat
menaruh minat terhadap pasien tanpa membedakan status sosial ekonominya. Perawat dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsi yaitu memberikan bimbingan dan pelayanan ruhaniah dan
insaniah kepada pasien sehinga kejiwaan pasien terbantu dan mampu menumbuhkan sikap -
sikap positif yang dapat membantu terhadap kesehatan fisik pasien seperti semangat juang
untuk sembuh, optimis, ketenangan, pasrah dan sabar. Oleh karena itu perawat ruhani Islam
mempunyai peranan penting terutama dalam membantu memulihkan kesehatan pasien.
Saran
Perawat agar meningkatkan kemampuannya tidak hanya dalam bidang pengobatan medis tetapi
juga dalam pengobatan yang bersifat psikologi atau emosional.