Anda di halaman 1dari 32

Ayuni Riskita Hasanah

Fadia Nur Fitri


Neng Siti Syarifah
Oki Triyanto
Siti Nurhasanah
Syifa Ayu Lestari

Materi 1 .

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu profesi yang berperan penting dalam penyelenggaraan


menjaga mutu pelayanan kesehatan adalah keperawatan.
Pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan
seni merawat (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu
pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi, dan
ilmu sosial.

Oleh karena itu penting sekali dikembangkan berbagai usaha untuk


meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan diberbagai aspek.
Salah satu aspek yang coba dikaji disini adalah perilaku perawat
terhadap pasien. Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di
rumah sakit tentunya mempunyai kualitas kepribadian berbeda-
beda yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun
eksternal. Perbedaan kualitas kepribadian perawat akan
mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi memberikan
pelayanan, dimana akan berdampak pada tingkat kepuasan pasien.

Kepribadian perawat sebagai pelanggan internal (pelaku pelayanan)


mempunyai pengaruh terhadap pola perilakunya terutama dalam
memberikan pelayanan kepada pasien agar memuaskan. Karena
perawat senantiasa dua puluh empat jam bersama pasien maka
sikap dan perilaku perawat berpengaruh terhadap kepuasan pasien
terhadap pelayanan kesehatan.

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Menjelaskan bagaimana kepribadian Perawat yang seharusnya.


2. Menjelaskan definisi atau pengertian dari perilaku.
3. Menjelaskan perilaku perawat terhadap pasien.
BAB II
PEMBAHASAN

  2.1. Kepribadian Perawat

Seorang perawat profesional harus memiliki kepribadian yang baik.


berikut beberapa kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh seorang
perawat :

1. Keadaan fisik
Sabagai seorang perawat, kita harus bisa menjaga dan merawat
kesehatan
tubuh kita sendiri sebelum merawat orang lain.

2. Penampilan yang menarik


Didepan pasien kita harus berpenampilan yang rapi,tidak
mungkin kan,  
    kalaukita berpenampilan di depan pasien berantakan, yang ada
pasien 
    malah tidak mau di rawat oleh kita. Pasien pasti akan
berpersepsi,     
    bagaimana perawat itu merawat kita,sedangkan perawat itu saja
tidak 
    bisa merawat diri dia sendiri.

3. Kejujuran
Perawat harus mengatakan apa adanya tentang segala sesuatu
yang
berhubungan dengan keadaan pasien. tidak boleh ada yang di
tutup-tutupi.

4. Keriangan
Perawat harus menunjukkan sikap riang,bahagia.jangan
tunjukkan sikap
jutek di depan pasien, pasien pasti akan takut melihat muka kita
yang 
    seperti itu.

5. Berjiwa sportif
Perawat harus menjalankan tugasnya dengan benar, apabila
mengalami
kesalahan, perawat harus mengevaluasinya lagi dan introspeksi
diri.

6. Rendah hati dan Murah hati


Apabila perawat bertemu dengan pasien,perawat harus
menunjukkan sikap
ramah dan bantu pasien apabila ada yang memerlukan bantuan.

7. Dapat dipercaya
Perawat harus bisa menjaga privasi pasien. jangan suka
mengumbar
kekurangan pasien sekalipun dengan teman sejawat.

8. Loyalitas
Sesama perawat harus bisa bekerja sama dan saling membantu.

9. Pandai menimbang perasaan.


Perawat dalam menyampaikan suatu pernyataannya terhadap
pasien 
    harus memiliki sikap ini supaya tidak menambah beban pikiran
pasien.

10. Pandai bergaul


Salah satu contohnya : perawat menyapa pasien apabila
bertemu

11. Keramahan,simpati,dan kerja sama


Perawat harus bisa menunjukkan sikap ramah dan simpatinya
terhadap
Pasien, hal ini di harapkan supaya pasien merasa nyaman
dengan kita 
     dan akhirnya si pasien mudah di ajak kerja sama dengan kita.

12. Rasa humor


Selain itu, kita juga harus memiliki rasa humor, setidaknya
dengan
memberikan sedikit humor kepada pasien mampu mengurangi
beban
pikirannya.

13. Sopan santun


Sebagai seorang perawat, kita harus menghormati yang lebih
tua dari kita
sekalipun itu pasien. tidak hanya dengan yang lebih tua dengan
teman
sejawat atau yang umurnya di bawah kitapun,kita juga harus
tunjukkan
sikap ini.

2.2. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh


manusia  dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika,
kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Bimo Walgito (2003)
berpendapat bahwa sikap yang ada pada seseorang akan
memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang
yang bersangkutan. Sementara sikap pada umumnya mengandung
tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: komponen
kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Selanjutnya
menurut Myers (1983), perilaku adalah sikap yang diekspresikan
(expressed attitudes). Perilaku dengan sikap saling berinteraksi,
saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sementara Kurt Lewin
(1951, dalam Brigham, 1991) merumuskan satu model hubungan
perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi
karakteristik individu (P) dan lingkungan (E), dengan rumus: B =
f(P,E). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti
motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling
berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan
faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku.
Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan
perilaku, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada
karakteristik individu.
Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak
ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu
tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak
boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu
tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah
perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.
Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap
norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam
kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk
mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang
memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap
perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang
holistik dan komprehensif.

Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi,


ekonomi, antropologi dan kedokteran. Perilaku seseorang
dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima,
perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.

2.3. Karakteristik Perilaku

1.  Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang
dikatakan
dan dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari
perilakunya.
2.  Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur,
yaitu :
frekuensi, durasi, dan intensitas.
3.  Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang
lain atau
orang yang terlibat dalam perilaku tersebut.
4.  Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial.
5.  Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful).
6.  Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak
bisa
diobservasi oleh orang lain, sedangkan perilaku yang tidak
tampak
merupakan kejadian atau hal pribadi yang hanya bisa dirasakan
oleh 
     individu itu sendiri atau individu lain yang terlibat dalam
perilaku tersebut.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul


dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang
diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal
maupun stimulus internal. Perilaku individu dapat mempengaruhi
individu itu sendiri, di samping itu perilaku juga berpengaruh pada
lingkungan. Demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi
individu, demikian sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam perspektif
psikologi, perilaku manusia (human behavior) dipandang sebagai
reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks
(Bandura, 1977; Azwar, 2003).
Secara garis besar, perilaku manusia diakibatkan oleh:

Genetika
Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap
perilaku tertentu.
Norma sosial - adalah pengaruh tekanan sosial.
Kontrol perilaku pribadi - adalah kepercayaan seseorang mengenai
sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.

2.5. Perilaku Perawat Terhadap Pasien

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang


mempunyai suatu paradigma atau model keperawatan yang
meliputi empat komponen yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan
dan perawat itu sendiri.  Perawat adalah suatu profesi yang mulia,
karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani
pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat
melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat
harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh pasien, selain
itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu
seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan
orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku peduli atau kasih sayang.

Perilaku peduli sangatlah penting untuk keperawatan. Perilaku


peduli adalah fokus pemersatu untuk praktek keperawatan. Perilaku
peduli juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki
dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku Peduli
(caring) mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu
perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan ikhlas. Perilaku
peduli (Caring) juga merupakan sikap peduli, menghormati dan
menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari
kesukaan – kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir
dan bertindak.

Memberikan asuhan secara sederhana tidak hanya sebuah


perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena perilaku
peduli merupakan kepedulian
untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku peduli
bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan
hidup dan nilai kultur setiap orang yang berbeda pada satu tempat,
maka kinerja perawat khususnya pada perilaku peduli menjadi
sangat penting dalam mempengaruhi  kualitas pelayanan dan
kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas
pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya
akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan


kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang
menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien
dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat
memahami masalah yang dihadapi oleh pasien, selain itu seorang
perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat
memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain,
ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin
dalam perilaku peduli atau kasih sayang.

3.2. Saran

Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang


dihadapi oleh pasien, dan mempunyai perilaku yang peduli
terhadap pasien.
 
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B A (2001) Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksana


Tindakan Keperawatan, Makalah disampaikan pada Pelatihan
Nasional Keperawatan Profesional Jiwa.

http://pastime-net.blogspot.com/2014/01/bagaimana-kepribadian-
perawat-yang.html

Materi 2 .

sikap dalam psikologi keperawatan


Diposkan pada 10 Mei 2015 oleh lisnawati06

SIKAP

TUGAS PSIKOLOGI DALAM KEPERAWATAN

MAKALAH

oleh

Kelompok 03
 

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

SIKAP

TUGAS PSIKOLOGI DALAM KEPERAWATAN

MAKALAH

diajukan guna  memenuhi tugas dari Ns. Erti Ihtiarini Dewi, M. Kep, Sp. Kep. J

mata kuliah Psikologi Kepribadian dalam Keperawatan

oleh

Aisatul Zulfa                           NIM 142310101029

Selly Puspita Sari                    NIM 142310101026

Lisnawati                                NIM 142310101033

Reza Ramadhana T.F              NIM 142310101036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015
Prakata

Alhamdulillahirrabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan  makalah yang berjudul “Sikap”. Penulisan makalah  inidisusun
untuk menambah pengetahuan kepada para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidaklah mungkin selesai tanpa adanya bantuan
dan bimbingan secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.Penulis
berdo’a semoga Allah membalas semua kebaikan, bantuan, dan keikhlasan yang telah
diberikan kepada penulis.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan informasi, ilmu, dan pengetahuan
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun akan sangat
penulis harapkan. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Jember, April 2015

Penulis

BAB 1. PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang unik dimana mereka memiliki perbedaan dengan
individu yang lainnya. Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam
psikologi seksual yang membahas unsur sikap baik itu sebagai individu maupun
kelompok. Banyak kajian yang dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses
terbentuknya maupun perubahan. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk
mendekat atau menghindar, positif maupun negatif terhadap berbagai keadaan sosial,
apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya (Howard dan
Kendler, 1974 ; Gerungan, 2000).

Pada dasarnya, istilah sikap digunakan secara umum untuk menunjuk status mental
seseorang. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari individu yang
selalu diarahkan terhadap suatu hal atau objek tertentu dan bersifat tertutup. Oleh
sebab itu, manifestasi sikap tidak dapat langsung di lihat, namun hanya dapat di
tafsirkan dari tingkah laku yang tertutup tersebut. Di samping sikap yang bersifat
tertutup, sikap juga bersifat sosial, dalam arti kita sebagai manusia  hendaknya dapat
beradaptasi dengan orang lain ataupun lingkungan sosial disekitar kita. Kesadaran
individu untuk menentukan tingkah laku nyata dan tingkah laku yang mungkin terjadi
itulah yang di namakan sikap.

Secara nyata, sikap menunjukkan adanya kesesuaian antar reaksi dan stimulus
tertentu dalam kehidupan sehari – hari yang merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap masih merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, sikap belum
merupakan tindakan atau aktivitas, namun merupakan suatu kecenderungan untuk
bertindak terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek tersebut.

 Rumusan Masalah
o Bagaimana pengertian dari sikap ?
o Bagaimana struktur dan fungsi sikap ?
o Bagaimana tingkatan dan determinan sikap ?
o Bagaimana ciri-ciri sikap ?
o Bagaimana pembentukan, pengukuran, dan pengubahan sikap ?
o Bagaimana sikap perawat dalam merawat pasien ?
o Bagaimana strategi pengembangan diri?

 Tujuan
o Mengetahui pengertian sikap
o Mengetahui struktur dan fungsi sikap
o Mengetahui tingkatan dan determinan sikap
o Mengetahui ciri-ciri sikap
o Mengetahui pembentukan, pengukuran, dan pengubahan sikap
o Mengetahui sikap perawat dalam merawat pasien
o Mengetahui strategi pengembangan diri

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sikap

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo, 1997 : 130).  Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia sikap diartikan sebagai kesiapan untuk bertindak.Sedangkan
menurut Oxford Advanced Learner Dictionary (dalam Ramdhani,2008), sikap
merupakan cara menempatkan atau membawa diri, merasakan,jalan pikiran, dan
perilaku.

2.2 Struktur dan fungsi sikap

Struktur sikap

Saifudin (1955) menyatakan bahwa sikap memiliki tiga komponen yang membentuk
struktur sikap.

1. Komponen kognitif (komponen perseptual)

Berisi kepercayaan individu yang berhubungan dengan bagaimana individu


mempersepsikan objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan,
keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional dan informasi dari
orang lain.

2. Komponen afektif (komponen emosional)

Komponen ini merujuk pada dimensi emosional subjektif individu, terhadap objek
sikap, baik yang positif maupun negative.

3. Komponen konatif (komponen perilaku)

Komponen sikap yang berkaitan dengan kecenderungan bersikap terhadap suatu


objek sikap yang dihadapi.

Fungsi sikap

Fungsi sikap menurut Atkinson, Smith, dan Bem (1996), dalam bukunya Pengantar
Psikologi, mengungkapkan bahwa sikap memiliki lima fungsi, yaitu :

1. Fungsi Instrumental

Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan menggambarkan
keinginan. Bahwa untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan suatu sarana yang disebut
sikap. Apabila objek sikap dapat membantu individu mencapai tujuan, individu akan
bersikap positif atau sebaliknya.

2. Fungsi Pertahanan Ego


Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan atau
ancaman harga dirinya.

3. Fungsi Ekspresi

Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem nilai yang
terdapat pada diri individu dapat dilihat dari sikap yang diambilnya bersangkutan
terhadap nilai tertentu.

4. Fungsi Pengetahuan

Sikap ini membantu individu memahami dunia yang membawa keteraturan terhadap
bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap individu memiliki motif ingin tahu, ingin mengerti, dan pengetahuan.

5. Fungsi Penyesuaian Sosial

Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat. Dalam hal ini
sikap  yang diambi individu tersebut akan sesuai dengan lingkungannya.

2.3 Tingkatan dan determinan sikap

Tingkatan Sikap

 Menerima

Individu ingin dan memperhatikan rangsangan (stimulus) yang diberikan


objek.Misalnya, sikap seorang ibu terhadap KB, dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian ibu tersebut untuk mrnghadiri penyuluhan tentang KB.

 Merespon
Individu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Misalnya ibu hamil yang dianjurkan
memeriksa kehamilannya minimal empat kali selama kehamilannya dan
melaksanakannya.
 Menghargai
individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah. Misalnya seorang ibu mengajak orang lain untuk pergi menimbang
putranya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang manfaat imunisasi.
 Bertanggung jawab
Individu akan bertanggung jawab dan siap menaggung segala resiko atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya. Misalnya, seorang ibu yakin bahwa KB sangat
bermanfaat terhadap kesehatannya sehingga ia tetap menjadi aseptor KB, meskipun
mendapat tantangan dari orang lain..

Determinan sikap

Walgito (2001) mengungkapkanempat hal prnting yang menjadi determinan (faktor


penentu) sikap individu.

1. Faktor Fisiologis

Faktor  yang menentukan sikap individu adalah umur dan kesehatan. Misalnya, orang
muda umumnya bersikap kurang perhitungan dengan akal, sedangkan orang tua
bersikap dengan penuh kehati-hatian dan orang sakit memiliki sikap yang lebih
sensitive dibandingkan dengan yang tidak.

2. Faktor Pengalaman Langsung Terhadap Objek Sikap

Sikap seseorang terhadap objek sikap akan dipengaruhi oleh pengalaman langsung
orang yang bersangkutan dengan objek sikap tersebut. Misalnya, pasien yang pernah
dirawat sangat baik oleh perawat akan menaruh sikap positif terhadap perawat
tersebut.

3. Faktor Kerangka Acuan

Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, akan menimbulkan sikap yang
negatif terhadap objek sikap tersebut. Misalnya sikap individu terhadap hubungan
sebelum nikah. Seorang individu yakin bahwa hubungan seksual sebelum nikah tidak
sesuai dengan normamasyarakat dan agama, oleh karena itu individu tersebut tidak
akan melakukan hal tersebut sebelum melaksankan pernikahan.

4. Faktor Komunikasi Sosial

Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri
individu tersebut. Misalnya, masyarakat mendengar informasi dari TV bahwa mulai
bulan depan harga BBM turun sehingga sikap masyarakat terhadap pemerintah
bersifat positive.

2.4 Ciri-ciri sikap


Pada prinsipnya, ciri sikap menurut beberapa ahli memiliki kesamaan. Gerungan
(1996), ahmadi (1999), Sarwono (2000), dan Walgito (2001) mengungkapkan
bahwa :

1. Sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dipelajari dan dibentuk bedasarkan
pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan
dengan objek.
2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu
sehingga dapat dipelajari
3. Sikap tidak berdiri sendiri, namun selalu berhubungan dengan objek sikap.
4. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun pada sekumpulan objek.
5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.
6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga berbeda dengan
pengetahuan

2.5 Pembentukan, pengukuran, dan pengubahan sikap

                   Pembentukan sikap pada manusia sebagai makhluk sosial dipengaruhi


oleh faktor internal dan eksternal

1. Faktor internal.

Faktor ini berasal dari dalam individu.Faktor internal menyangkut motif dan sikap
yang bekerja pada diri individu pada saat itu, serta yang mengerahkan minat dan
perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar, dan haus(faktor fisiologis).

2. Faktor eksternal.

Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk dan
mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung (individu dengan individu,
individu dengan kelompok) dan tidak langsung (melalui perantara, seperti alat
komunikasi dan media massa, baik elektronik maupun non ellektronik). Contoh
faktor eksternal adalah pengalaman yang diperoleh individu, situasi yang dihadapi
individu, norma alam masyarakat, hambatan, dan yang dihadapi individu dalam
masyarakat.

Sarwono (2000) mengungkapkan bahwa ada beberapa cara untuk membentuk dan
mengubah sikap individu, yaitu :

1. Adobsi
Adobsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu peristiwa
yang terjadi secara berulang dan terus menerus sehingga lama kelamaan secara
bertahap hal tersebut akan diserap oleh individu, dan akan mempengaruhi
pembenukan dan perubahan sikap individu. Misalnya, individu yang dibesarkan
dalam kelompok kleuarga yang sejak kecil ditanamkan kebiasaan demokratis
kemungkinan besar ia akan bersikap menghargai perbedaan dan mengedepankan
musyawarah dalam menyelesaikan masalah.

1. Diferensiasi

Diferensiasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena adanya
pengetahuan, pengalaman, intelegensisi, dan pertambahan umur pada individu.
Misalnya, seorang anak yang pada awalnya takut terhadap semua orang yang bukan
keluarganya secara berangsur angsur akan mengetahui mana orang yang baik dan
yang jahat sehingga mulai dapat bermain main dengan orang yang disukainya.

1. Integrasi

Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi secara
bertahap, diawali dari berbagai macam pengetahuan dan pengalaman yang
berhubungan dengan objek dan sikap tertentu hingga akhirnya terbentuk sikap
terhadap objek tersebut. Misalnya, ibu yang sering mengikuti penyuluhan KB, sering
membaca surat kabar, dan majalah tentang KB lama kelamaan akan bersikap positive
terhadap KB.

1. Trauma

Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melaui suatu kejadian
secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga menimbulkan kesan mendalam dalam
individu diri tersebut. Kejadian itu akan membentuk dan mengubah sikap pada diri
individu terhadap kejadian sejenis. Misalnya, individu yang pernah diare karena
membeli dan makan rujak di pinggir jalan hingga dirawat di rumah sakit, individu
tersebut akan bersifat negatif terhadap makan tersebut

1. Generalisasi

Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap akibat pengalaman
traumatic pada diri individu terhadap hal tertentu sehingga dapat menimbulkan sikap
negative terhadap semua hal yang sejenis atau sebaliknya. Misalnya, pasien mendapat
tindakan yang tidak professional dan tidak terpuji dari perawat sehingga ia bersikap
negative terhadap semua perawat.

 
Sikap dalam penerapannya dapat diukur dengan beberapa carayaitu

1. Langsung

Pengukuran sikap secara langsung dilakukan dengan cara subjek dimintai pendapat
tentang bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah. Jenis-jenis pengukuran sikap
secara langsung meliputi :

1. Langsung berstruktur

Cara ini dilakukan dengan mengukur sikap melalui pertanyaan yang telah disusun
sedemikian rupa dalam suatu instrumen yang telah ditentukan, dan langsung
diberikan kepada subjek yang diteliti. Pengukuran sikap menggunakan skala
bogardus dilakukan dengan menyusun pernyataan berdasarkan jarak sosial..Hal yang
ditanyakan adalah kesediaan mereka untuk menerima atau menolak sesuatu.Jawaban
yang disediakan adalah “ya” atau “tidak”.                   Pengukuran sikap dengan skala
Thurston menggunakan metode “equal-appearing intervals”.Skala yang disusun
dalam skala ini merupakan rentang dari yang favorable (menyenangkan) hingga
unfavorable (tidak menyenangkan).Nilai skala ini bergerak 0 sebagai titik ekstrem
bawah hingga 11 sebagai titik ekstrem atas.               Pengukuran sikap dengan Skala
likert dilakukan dengan tekhnik “summatered ratings”.Responden diberikan
peryataan dengan kategori jawaban yang telah dituliskan dan umumnya terdiri dari 1
hingga 5 kategori jawaban.misalnyapernyataan sikap perawat terkait pemeliharaan
kuku panjang adalah “pada penderita DM dapat mencegah komplikasi dengan
melakukan pengaturan makan”. Jawaban yang disediakan adalah sangat setuju (5),
setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1).

1. Langsung tidak berstruktur.

Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana yang tidak memerluka
persiapan yang cukup mendalam, seperti mengukur sikap dengan wawancara bebas,
pengamatan langsung atau suvei.

Contoh:

1. Untuk mengetahui sikap sementara penduduk terhadap masalah kesehatan


lingkungan dapat dilakukan pengukuran sikap dengan cara melakukan
observasi langsung atau wawancara. Dari hasil tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan bagaimana sikap penduduk terhadap kesehatan lingkungan
tersebut.
2. Tidak langsung
Pengukuran secara tidak langsung adalah pengukuran sikap dengan menggunakan
tes.Pada umumnya pengukuran ini menggunakan skala semantik deferensial (tekhnik
menggunakan skala berjenjang dalam membahas arti kata) yang terstandar.

2.6 Sikap perawat dalam merawat pasien

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus menunjukan sikap profesional


kepada seluruh pasien yang di rawat.Beberapa sikap professional tersebut antara lain:

1. sikap pemberi kasih sayang terhadap pasien yang dirawatnya.


2. sikap perhatian terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.
3. sikap pemberi rasa aman terhadap pasien.
4. sikap ramah terhadap semua orang terutama pasien.
5. Sikap yang dicirikan dengan suara lembut dan murah senyum.
6. Sikap dapat dipercaya.
7. Percaya diri.
8. Memandirikan pasien agar tidak tergantung oleh perawat.
9. Sikap menghindari ucapan kasar yang dapat menyinggung perasaan pasien.
10. Sikap penuh pengertian dan pengapdian.
11. Sikap kooperatif atau mudah diajak bekerjasama dengan pasien atau tenaga
medis lain.
12. Sikap yang dapat membatu mengatasi masalah pasien dan keleguarnya.

 Strategi pengembangan diri

1. Memahami potensi diri

Untuk memahami potensi diri, individu harus mampu menggali faktor intern dan
ekstern yang dimiliki individu tersebut. Faktor intern misalnya, memilih informasi
yang lengkap tentang diri individu dan memahami kelebihan yang dimiliki.
Sedangkan faktor ekstern contohnya, individu menguji atau mengukur kemampuan
dengan mengikuti berbagai kompetisi

1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar


Untuk menciptakan rasa ingin tahu yang besar dapat dilakukan dengan selalu
membuka pemikiran terhadap hal-hal baru, ataupun hal-hal yang sudah pernah
dipelajari.

1. Mengenali konsep diri

Untuk mengenali konsep dirinya, individu belajar tentang diri sendiri, menerima dan
mengakui diri sebagai manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Memandang diri sebagai manusia yang berharga, yang mempunyai tujuan dan cita-
cita.

1. Mengidentifikasi hambatan dari diri sendiri maupun dari luar

 Hambatan yang berasal dari diri sendiri

Hambatan yang lahir dari diri sendiri seseorang meliputi tidak adanya tujuan yang
jelas, adanya prasangka buruk, tidak memiliki sikap yang sabar, adanya perasaan
takut gagal, kurang motivasi diri dan tertutup.

 Hambatan dari luar diri sendiri

Hambatan yang datangnya dari luar diri sendiri meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan kerja, lingkungan bermain, budaya masyarakat, sistem pendidikan, dan
kualitas makanan yang dikonsumsi.

 https://dindalisnawati.wordpress.com/2015/05/10/sikap-dalam-psikologi-
keperawatan-3/

materi ke 3

kepribadian Dalam Keperawatan


Diposkan pada 30 Mei 2016

1. Pengertian Kepribadian

Kita sudah sering mendengar istilah kepribadian, tapi apakah kita sudah tahu apa
yang dimaksud dengan kepribadian?

Mendefinisikan kepribadian sebenarnya bukan hal yang mudah karena kepribadian


merupakan sesuatu yang abstrak. Kepribadian atau personality, berasal dari kata
personare yang berarti topeng. Hal ini lambat laun berubah jadi istilah tentang
gambaran sosial atau peran tertentu pada diri individu.

Dalam pengertian populer, kepribadian dibagi dua kategori, yaitu :

1. Keterampilan atau kecakapan sosial, misalnya : keras dan kaku sehingga tidak
terjalin hubungan dengan lingkungannya.
2. Ciri tertentu yang dimiliki individu, misalnya : pemalu, penakut, periang,
agresif, penurut.

Pahami beberapa pengertian kepribadian menurut para ahli berikut ini:

1. G.W. Allport berpendapat kepribadian adalah suatu organisasi psichophy-sis


yang dinamis dari pada seseorang yang menyebabkan ia dapat menye-suaikan
diri dengan lingkungannya.
2. Withington, menyebutkan kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku
seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang nampak pada orang lain.
3. Koentjaraningrat, kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan
jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
4. Theodore R. Newcom, kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang di-
miliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.

Dari uraian tentang pengertian kepribadian di atas dapat disimpulkan bahwa


kepribadian yaitu suatu organisasi yang unik (khas) pada diri setiap individu yang
ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan, sehingga
menjadi penentu atau mempengaruhi tingkah laku.

Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang apabila
berhubungan dengan orang lain.

1. Perkembangan kepribadian

Pada perkembangannya kepribadian itu terjadi dinamisasi, hal ini dikarenakan adanya
konsentrasi energi (lapar, haus dsb) yang disebut motif. Motif merupakan taraf
ketegangan tertentu dalam jaringan yang tidak punya awal atau akhir, tapi
meningkatkan atau menurun seiring perubahan energi. Hal ini berkaitan dengan
faktor kepuasan dan ketidakpuasan atau kesenangan dan ketidak senangan.

Dinamisasi kepribadian dapat stabil dan tegar seiring perkembangan individu,


sehingga mampu melawan tekanan-tekanan lingkungan atau tekanan tersebut
berpengaruh terhadap individu dalam cara yang telah diatur terlebih dahulu. Tapi
psikodinamika ini dapat terganggu (goyah) apabila dunia luar tidak menyajikan
tujuan (obyek) yang serasi atau menimbulkan pengalaman traumatis, kecuali pada
orang yang memiliki pribadi integral.
Perkembangan kepribadian, menurut Gardner Murfy terjadi dalam tiga fase, yaitu :

1. Fase keseluruhan tanpa deferensiasi

Pada fase ini individu berbuat berlebih-lebihan terhadap keseluruhan situasi. Hal ini
bisa dilihat pada masa bayi.

1. Fase diferensiasi

Pada fase ini fungsi-fungsi khusus mengalami diferensiasi dan muncul dari
keseluruhan.

1. Fase integrasi

Pada fase ini fungsi yang sudah mengalami diferensiasi di integrasikan dalam unitas
yang berkoordinasi dan terorganisasi.

Ketiga fase tersebut tidak adapat dibatasi dengan tajam, karena punya overlapping
satu sama lain, juga dapat maju (progresif) dan dapat juga mundur (regresi).

Perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh pembawaan/bakat dan lingkungan.


Proses belajar merupakan bentuk perkembangan, karena terjadi interaksi antara
organisme/individu dengan lingkungan. Hasil interaksi akan terbentuk koneksi antara
kebutuhan dan respon dengan tingkah laku yang mengubah tingkat laku tertentu.

Koneksi terjadi melalui dua proses, yaitu :

1. Kanalisasi adalah suatu proses yang memberi jalan tersalurnya


motif/konsentrasi energi tingkah laku, misalnya seseorang telah belajar
mengerjakan sesuatu yang langsung memberi kepuasan. Kekuatan kanalisasi
dapat diperhitungkan dan tergantung pada kekuatan kebutuhan, intensitas
kepuasan, taraf atau fase perkembangan tertentu dan frekuensi kepuasan.
2. Persyaratan, memberi persiapan pada individu tentang kepuasan yang akan
dialami. Bisa dikatakan sebagai jalan untuk mendapatkan kepuasan.
Persyaratan berfungsi menimbulkan tegangan tingkah laku dalam keadaan
laten.

Kanalisasi dan persyaratan memberi penjelasan tentang pola tingkah laku yang
dipelajari.

Pengaruh sosio cultural (masyarakat) terhadap perkembangan kepribadian terjadi


melalui empat cara, yaitu :
1. Mayarakat punya suatu rangkaian tanda (kode) yang jadi persyaratan anak-
anak yang hidup di dalamnya.

2. Melalui berbagai lembaga (terutama keluarga) menunjukkan bentuk ka-


nalisasi, mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan.
3. Hadiah dan hukuman dapat mengubah dorongan-dorongan impulsive jadi
dorongan yang dapat diterima masyarakat. Dorongan yang ditekan tidak dapat
hilang, jadi untuk sementara hilang tapi pada suatu saat dapat muncul
kembali.
4. Masyarakat dapat mempengaruhi proses-proses perceptual dan kognitif
anggota-anggotanya dengan sedemikian rupa.

Dengan demikian, suatu perkembangan kepribadian adalah perubahan jiwa, dalam hal
ini perilaku seseorang secara terus menerus mengalami perkembangan atau
menjadikan lebih sempurna di dalam kehidupan individu sesuai dengan berjalannya
masa.

Tahapan perkembangan Kepribadian, menurut Erikson kecenderungannya bipolar,


yang terdiri dari :

1. Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust –mistrust. Per-


ilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai
orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi
orang yang dianggap asing tidak akan dipercayainya. Oleh karena itu kadang-
kadang bayi menangis bila dipangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia
bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada
benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau
menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
2. Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan
autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak
sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum
dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia
juga telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga
seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
3. Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan
initiative–guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan,
dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa
kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya
dia mengalami kegagalan. Kegagalan – kegagalan tersebut menyebabkan dia
memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau
berinisatif atau berbuat.
4. Masa Sekolah (school Age) ditandai adanya kecenderungan industry–
inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada
masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya.
Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat
besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan
pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan
kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa
rendah diri.
5. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity –
Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh
kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk
membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.

Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja sering
sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan
toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya
mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap
peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.

6. Masa Dewasa Awal (young adulthood) ditandai adanya kecenderungan


intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan
yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok
sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan
yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap
ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-
orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
7. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity –
stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu
telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga
perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan
individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam
ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Untuk mengerjakan atau mencapai hal –hal tertentu ia mengalami hambatan.
8. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity–
despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas
pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik
pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya
yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau
tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali
kemungkinan untuk dapat dicapai.

Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih
ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan
tersebut, sehingga keputusasaan acap kali menghantuinya.

1. Struktur Kepribadian

Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan
superego.

Id adalah sistem kepribadian yang asli (the true psychic reality), berisi impuls agresif
dan libinal) merupakan aspek biologi kepribadian (diwariskan) dan berkaitan dengan
aspek jasmaniah. Id merupakan dunia batin (subyektivitas) manusia yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan dunia luar. Id berfungsi menghindari
ketidaksenangan karena sistem kerjanya kesenangan “pleasure principle”. Id
menghilangkan ketidaksenangan melalui reflex (misalnya; bersin, batuk, berkedip)
dan proses primer (misalnya; pada saat lapar membayangkan makanan). Untuk
menghubungkan dua cara tersebut dengan dunia nyata (realitas), maka perlu ego.

Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem
kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam
untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego. Ego
merupakan aspek psikologis kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme
untuk berhubungan dengan dunia nyata (realitas). Ego berpegang pada prinsip
kenyataan dan beroperasi menurut proses sekunder, yaitu proses berpikir realistis.

Super ego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter
dari sensor baik-buruk, salah-benar, boleh-tidak sesuatu yang dilakukan oleh
dorongan ego. Super ego merupakan aspek sosiologis dan moral kepribadian, karena
lebih mengejar kesempurnaan, bukan kenikmatan/kesenangan. Bisa dikatakan juga
sebagai cermin sesuatu yang ideal bukan yang riil (nyata).

Super ego berfungsi memberikan pemahaman benar vs salah, pantas vs tidak pantas,
sehingga sesuai dengan moral masyarakat. Super ego menberikan dorongan pada ego
agar mengganti tujuan realistis dengan tujuan moralis dan mengajarkan hal-hal yang
ideal.
Super ego berisi dua hal yaitu concientia ( menghukum orang dengan rasa berdosa)
dan ich ideal ( memberi hadiah dengan rasa bangga terhadap diri).

Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat
sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk
mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut
terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada,
dengan mengorbankan dua sistem lainnya. Jadi kepribadian manusia sangat
ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan (libido).

1. Tipologi Kepribadian

Apa yang dimaksud dengan tipologi kepribadian?

Tipologi adalah usaha untuk menggambarkan kepribadian manusia dengan


melakukan kategorisasi dan penyederhanaan terhadap berbagai kemungkinan
kombinasi kepribadian. Meskipun demikian, kita tetap berpegang pada pemahaman
bahwa setiap manusia itu unik, tipologi kepribadian digunakan untuk membantu
memahami kepribadian diri sendiri maupun orang lain.

Banyak teori dan ahli yang membahas tentang tipologi manusia, dibawah ini
dipaparkan dua pandangan ahli yaitu : tipologi C.G Jung dan Hipocrates-Galenus.

1. Tipologi C.G Jung menggolongkan kepribadian manusia kedalam tiga


golongan yaitu :
2. Introvert, yaitu tipe kepribadian dimana minatnya lebih mengarah ke dalam
pikiran dan pengalaman sendiri. Jadi tindakannya lebih dipengaruhi oleh
dunia dari dalam dirinya sendiri. Orang dengan tipe kepribadian ini
mempunyai sifat tertutup, banyak fantasi, tidak tahan kritik, mudah
tersinggung, sukar bergaul, sukar dimengerti orang lain dan suka membesar-
besarkan kesalahannya.
3. Extrovert, yaitu tipe kepribadian dimana tindakannya lebih banyak
dipengaruhi dunia luar. Orang dengan kepribadian ini, bersifat terbuka, lincah
dalam pergaulan, periang, ramah, ekspresi emosinya spontan, kebal terhadap
kritik, tidak begitu merasakan kegagalan serta tidak banyak mengadakan
analisis dan kritik diri sendiri.
4. Ambivert, tipe kepribadian dimana orang tersebut memiliki kedua tipe dasar
dan sulit untuk memasukkan ke dalam salah satu tipe.
5. Hipocrates-Galenus, teori ini yang paling popular dimana merupakan
pengembangan dari teori Empedokretus. Teori ini membagi kepribadian
manusia berdasarkan empat macam cairan tubuh yang sangat penting di dalam
tubuh manusia, yaitu : Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning),
Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam), Sifat dingin terdapat
dalam phlegma (lendir), Sifat panas terdapat dalam sanguis (darah).
6. Tipe Kepribadian Koleris. Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu
cairan chole. Dimana orang yang koleris adalah orang yang memiliki tipe
kepribadian yang khas seperti hidup penuh semangat, keras, hatinya mudah
terbakar, daya juang besar, optimistis, garang, mudah marah, pengatur,
penguasa, pendendam, dan serius.
7. Tipe Kepribadian Melankolis. Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu
cairan melanchole. Dimana orang yang melankolis adalah orang yang
memiliki tipe kepribadian yang khas seperti mudah kecewa, daya juang kecil,
muram, pesimistis, penakut, dan kaku.
8. Tipe Kepribadian Plegmatis. Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu
cairan phlegma. Dimana orang yang plagmatis adalah orang yang memiliki
tipe kepribadian yang khas seperti tidak suka terburu-buru, tenang, tidak
mudah dipengaruhi, setia, dingin, santai dan sabar.

1. Tipe Kepribadian Sanguinis. Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu
cairan sanguis. Dimana orang yang sanguinis adalah orang yang memiliki tipe
kepribadian yang khas seperti hidup mudah berganti haluan, ramah, mudah
bergaul, lincah, periang, mudah senyum, dan tidak mudah putus asa.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian

Secara umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor yaitu:

1. Biologis (Heredity)

Aspek biologis memengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai


kondisi biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di
dunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain,
bahkan anak kembar sekalipun. Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-
tamahan, perilaku kompulsif (terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam membentuk
kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan minat.

2. Lingkungan Alam (Natural Environment)

Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus
menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya
pola perilaku masyarakat dan kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam.

3. Sosial (Social Heritage) atau Kebudayaan


Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang
sangat erat dan saling mempengaruhi. manusia berusaha untuk mengubah alam agar
sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup.

4. Pengalaman Kelompok Manusia (Group Experiences)

Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau


tidak telah mempengaruhi anggota-anggotanya.

5. Pengalaman Unik (Unique Experience)

Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun
orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama,
serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian?

Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal,
namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang
adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.

1. Pentingnya perawat mengetahui tipe kepribadian orang lain

Apa kepentingan perawat mengetahui tipe kepribadian?

Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa kepribadian itu unik dan khas untuk setiap
orang, maka perawat perlu mengetahui kepribadian dirinya dan orang lain dengan
tujuan :

1. Tidak terjadi kesenjangan dan kesalah pahaman antara perawat dengan pasien
yang akan berpengaruh terhadap proses keperawatan.
2. Perawat mampu mengendalikan diri saat berhadapan dengan pasien yang
mempunyai karakter berbeda dengan dirinya, dan juga saat terjadi proses
keperawatan.
3. Perawat mampu berintraksi dengan baik dengan pasien, maupun keluarga
pasien sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara perawat dan pasien.
4. Perawat mampu memenuhi kebutuhan pasien bukan hanya secara medical tapi
juga secara sosial dan spiritual untuk mempercepat proses penyembuhan
pasien.
5. Perawat mampu memberikan pelayanan yang baik dan benar terhadap pasien
dan keluarga pasien yang akan memberikan kenyamanan bagi pasien.
6. Kepribadian perawat
Apa ciri kepribadian yang harus dimiiki oleh seorang perawat?

Beberapa ciri khas yang perlu dimiliki seorang perawat adalah sebagai berikut :

1. Keadaan fisik dan kesehatan, hal ini diperlukan mengingat pekerjaan


perawat penuh dinamika, sehingga kondisi badan harus baik, sehat dan
mempunyai energi yang banyak. Bila perawat kurang stamina, kurang
ketahanan fisik, maka akan mudah patah semangat apabila mengalami
tekanan fisik, mental ataupun ketegangan emosi
2. Penampilan menarik, hal ini diharapkan dapat mengambil peranan dalam
mengubah suasana hati pasien yang sedang sedih.Tapi harus diingat
penampilan menarik bukan berarti harus make-up atau dandan berlebihan.
Yang diharapkan perawat dengan penampilan bersih dan segar dalam
melaksanakan tugasnya disertai sikap dan suara yang lembut dan
menyenangkan.
3. Kejujuran, penting dimiliki karena setiap orang termasuk pasien dan
keluarganya ingin kepastian akan sikap jujur orang lain terhadapnya. Harus
ditanamkan bahwa sikap perawat didasarkan pada pengabdian yang murni
untuk kesejahteraan manusia, bukan untuk mendapatkan pahala, hadiah
dengan sikap berpura-pura.

4. Keriangan, dalam hal ini maksudnya seorang perawat sebaiknya dapat


menghadapi situasi yang penuh kesulitan dan kekecewaan tidak terlihat orang
lain. Seorang perawat sedapat mungkin tetap senyum, memberi salam dengan
ramah dan memiliki sikap umum yang optimis dan percaya diri.
5. Berjiwa sportif, dalam arti mau mengakui kekurangan diri sendiri, jujur dan
tetap berusaha memperbaiki kekurangan dan dapat mengikuti teknik
perawatan yang ternyata lebih efektif.
6. Rendah diri, seorang perawat harus menyadari kekuatan dan batas-batas
kemampuannya dan yakin keberhasilannya dalam batas kemampuan tersebut.
Seorang perawat harus dapat meninggalkan kesan pada orang lain melalui
perbuatan dan tindakannya dan bukan karena ucapan memuji diri sendiri.
7. Murah hati, ini diwujudkan dalam bentuk pemberian pertolongan dan
bantuan yang nyata, tapi harus diingat jangan sampai pasien memanfaatkan
perawat dengan minta bantuan atau pertolongan yang berlebihan, atau
menjadi ketergantungan kepada perawat. Perawat memberikan pertolongan
kepada pasien, merupakan bentuk kewajiban, tugas dan tanggung jawab
bukan mengharapkan hadiah/imbalan.
8. Ramah, simpati dan kerjasama, ini sebagai dasar untuk keberhasilan dan
kebahagian hidup sebagai individu dan makhluk sosial, dimana senantiasa
bekerja sama dengan sikap kooperatif disertai kejujuran.
9. Dapat dipercaya, perawat harus percaya diri, dapat dipercaya ketulusan
hatinya, jujur dan memiliki itikad baik dalam memberikan pertolongan dan
bantuan melalui asuhan keperawatan.
10. Loyalitas, perawat harus mampu menunjukkan loyalitas terhadap pimpinan
atau rekan kerja supaya memperlancar pekerjaan sesuai tugas dan tanggung
jawabnya.
11. Sikap sopan dan santun, ini merupakan cerminan bahwa perawat mengetahui
etika dan etiket pergaulan, serta memahami nilai-nilai kebudayaan yang hidup
dalam masyarakat.

Rangkuman

Kepribadian adalah suatu organisasi yang unik (khas) pada diri individu ditentukan
atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan, sehingga menjadi
penentu atau pengaruh terhadap tingkah laku. Kepribadian mencakup kebiasaan,
sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang apabila berhubungan dengan orang lain.

Perkembangan kepribadian terjadi dalam tiga fase, yaitu fase keseluruhan tanpa
deferensiasi, fase diferensiasi, fase integrasi, dimana ketiga fase tersebut tidak adapat
dibatasi dengan tajam, karena punya overlapping satu sama lain, juga dapat maju
(progresif) dan dapat juga mundur (regresi).

Perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh pembawaan/bakat dan lingkungan.


Berdasarkan perkembangannya menurut Erikson terbagi menjadi masa bayi, masa
kanak-kanak awal, masa pra sekolah, masa sekolah, masa remaja, masa dewasa awal,
masa dewasa dan masa hari tua.

Struktur kepribadian manusia menurut teori psikoanalitik itu terdiri dari id, ego dan
superego. Id merupakan aspek biologi kepribadian (diwariskan) dan berkaitan dengan
aspek jasmaniah, bekerja berdasarkan prinsip kesenangan. Ego merupakan aspek
psikologis kepribadian, bekerja berdasarkan prinsip kenyataan dan beroperasi
menurut proses berpikir realitas. Super ego merupakan aspek sosiologis dan moral
kepribadian, bekerja dengan prinsp kesempurnaan.

Tipologi kepribadian menurut C.G Jung terbagi menjadi tipe introvert, tipe ektrovert
dan ambivert. Sedangkan menurut Hipocrates-Galenus membagi kepribadian manusia
berdasarkan empat macam cairan tubuh yang dominan dalam tubuh manusia, yaitu :
tipe choleris (empedu kuning), melancholelis (empedu hitam), phlegmatis (lendir)
dan sanguis.
Perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh faktor biologis (Heredity), lingkungan
alam, lingkungan sosial/kebudayaan, pengalaman berkelompok dan pengalaman unik.

Perawat penting mengetahui kepribadian dirinya dan orang lain supaya tidak terjadi
kesalah pahaman, mampu mengendalikan diri, mampu berintraksi dengan baik dan
mampu memberikan pelayanan yang baik dan benar.

Berdasarkan hal tersebut ciri kepribadian yang harus dimiliki perawat fisik yang
sehat, penampilan menarik, jujur, periang, berjiwa positif, rendah diri, murah hati,
ramah, dapat dipercaya, loyal dan sikap sopan santun.

https://kucingkecilkublog.wordpress.com/2016/05/30/kepribadian-dalam-
keperawatan/

Anda mungkin juga menyukai