Materi 1 .
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Keadaan fisik
Sabagai seorang perawat, kita harus bisa menjaga dan merawat
kesehatan
tubuh kita sendiri sebelum merawat orang lain.
3. Kejujuran
Perawat harus mengatakan apa adanya tentang segala sesuatu
yang
berhubungan dengan keadaan pasien. tidak boleh ada yang di
tutup-tutupi.
4. Keriangan
Perawat harus menunjukkan sikap riang,bahagia.jangan
tunjukkan sikap
jutek di depan pasien, pasien pasti akan takut melihat muka kita
yang
seperti itu.
5. Berjiwa sportif
Perawat harus menjalankan tugasnya dengan benar, apabila
mengalami
kesalahan, perawat harus mengevaluasinya lagi dan introspeksi
diri.
7. Dapat dipercaya
Perawat harus bisa menjaga privasi pasien. jangan suka
mengumbar
kekurangan pasien sekalipun dengan teman sejawat.
8. Loyalitas
Sesama perawat harus bisa bekerja sama dan saling membantu.
1. Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang
dikatakan
dan dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari
perilakunya.
2. Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur,
yaitu :
frekuensi, durasi, dan intensitas.
3. Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang
lain atau
orang yang terlibat dalam perilaku tersebut.
4. Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial.
5. Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful).
6. Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak
bisa
diobservasi oleh orang lain, sedangkan perilaku yang tidak
tampak
merupakan kejadian atau hal pribadi yang hanya bisa dirasakan
oleh
individu itu sendiri atau individu lain yang terlibat dalam
perilaku tersebut.
Genetika
Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap
perilaku tertentu.
Norma sosial - adalah pengaruh tekanan sosial.
Kontrol perilaku pribadi - adalah kepercayaan seseorang mengenai
sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
http://pastime-net.blogspot.com/2014/01/bagaimana-kepribadian-
perawat-yang.html
Materi 2 .
SIKAP
MAKALAH
oleh
Kelompok 03
UNIVERSITAS JEMBER
2015
SIKAP
MAKALAH
diajukan guna memenuhi tugas dari Ns. Erti Ihtiarini Dewi, M. Kep, Sp. Kep. J
oleh
UNIVERSITAS JEMBER
2015
Prakata
Alhamdulillahirrabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sikap”. Penulisan makalah inidisusun
untuk menambah pengetahuan kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidaklah mungkin selesai tanpa adanya bantuan
dan bimbingan secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.Penulis
berdo’a semoga Allah membalas semua kebaikan, bantuan, dan keikhlasan yang telah
diberikan kepada penulis.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan informasi, ilmu, dan pengetahuan
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun akan sangat
penulis harapkan. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang unik dimana mereka memiliki perbedaan dengan
individu yang lainnya. Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam
psikologi seksual yang membahas unsur sikap baik itu sebagai individu maupun
kelompok. Banyak kajian yang dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses
terbentuknya maupun perubahan. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk
mendekat atau menghindar, positif maupun negatif terhadap berbagai keadaan sosial,
apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya (Howard dan
Kendler, 1974 ; Gerungan, 2000).
Pada dasarnya, istilah sikap digunakan secara umum untuk menunjuk status mental
seseorang. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari individu yang
selalu diarahkan terhadap suatu hal atau objek tertentu dan bersifat tertutup. Oleh
sebab itu, manifestasi sikap tidak dapat langsung di lihat, namun hanya dapat di
tafsirkan dari tingkah laku yang tertutup tersebut. Di samping sikap yang bersifat
tertutup, sikap juga bersifat sosial, dalam arti kita sebagai manusia hendaknya dapat
beradaptasi dengan orang lain ataupun lingkungan sosial disekitar kita. Kesadaran
individu untuk menentukan tingkah laku nyata dan tingkah laku yang mungkin terjadi
itulah yang di namakan sikap.
Secara nyata, sikap menunjukkan adanya kesesuaian antar reaksi dan stimulus
tertentu dalam kehidupan sehari – hari yang merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap masih merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, sikap belum
merupakan tindakan atau aktivitas, namun merupakan suatu kecenderungan untuk
bertindak terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek tersebut.
Rumusan Masalah
o Bagaimana pengertian dari sikap ?
o Bagaimana struktur dan fungsi sikap ?
o Bagaimana tingkatan dan determinan sikap ?
o Bagaimana ciri-ciri sikap ?
o Bagaimana pembentukan, pengukuran, dan pengubahan sikap ?
o Bagaimana sikap perawat dalam merawat pasien ?
o Bagaimana strategi pengembangan diri?
Tujuan
o Mengetahui pengertian sikap
o Mengetahui struktur dan fungsi sikap
o Mengetahui tingkatan dan determinan sikap
o Mengetahui ciri-ciri sikap
o Mengetahui pembentukan, pengukuran, dan pengubahan sikap
o Mengetahui sikap perawat dalam merawat pasien
o Mengetahui strategi pengembangan diri
BAB 2. PEMBAHASAN
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo, 1997 : 130). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia sikap diartikan sebagai kesiapan untuk bertindak.Sedangkan
menurut Oxford Advanced Learner Dictionary (dalam Ramdhani,2008), sikap
merupakan cara menempatkan atau membawa diri, merasakan,jalan pikiran, dan
perilaku.
Struktur sikap
Saifudin (1955) menyatakan bahwa sikap memiliki tiga komponen yang membentuk
struktur sikap.
Komponen ini merujuk pada dimensi emosional subjektif individu, terhadap objek
sikap, baik yang positif maupun negative.
Fungsi sikap
Fungsi sikap menurut Atkinson, Smith, dan Bem (1996), dalam bukunya Pengantar
Psikologi, mengungkapkan bahwa sikap memiliki lima fungsi, yaitu :
1. Fungsi Instrumental
Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan menggambarkan
keinginan. Bahwa untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan suatu sarana yang disebut
sikap. Apabila objek sikap dapat membantu individu mencapai tujuan, individu akan
bersikap positif atau sebaliknya.
3. Fungsi Ekspresi
Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem nilai yang
terdapat pada diri individu dapat dilihat dari sikap yang diambilnya bersangkutan
terhadap nilai tertentu.
4. Fungsi Pengetahuan
Sikap ini membantu individu memahami dunia yang membawa keteraturan terhadap
bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap individu memiliki motif ingin tahu, ingin mengerti, dan pengetahuan.
Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat. Dalam hal ini
sikap yang diambi individu tersebut akan sesuai dengan lingkungannya.
Tingkatan Sikap
Menerima
Merespon
Individu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Misalnya ibu hamil yang dianjurkan
memeriksa kehamilannya minimal empat kali selama kehamilannya dan
melaksanakannya.
Menghargai
individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah. Misalnya seorang ibu mengajak orang lain untuk pergi menimbang
putranya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang manfaat imunisasi.
Bertanggung jawab
Individu akan bertanggung jawab dan siap menaggung segala resiko atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya. Misalnya, seorang ibu yakin bahwa KB sangat
bermanfaat terhadap kesehatannya sehingga ia tetap menjadi aseptor KB, meskipun
mendapat tantangan dari orang lain..
Determinan sikap
1. Faktor Fisiologis
Faktor yang menentukan sikap individu adalah umur dan kesehatan. Misalnya, orang
muda umumnya bersikap kurang perhitungan dengan akal, sedangkan orang tua
bersikap dengan penuh kehati-hatian dan orang sakit memiliki sikap yang lebih
sensitive dibandingkan dengan yang tidak.
Sikap seseorang terhadap objek sikap akan dipengaruhi oleh pengalaman langsung
orang yang bersangkutan dengan objek sikap tersebut. Misalnya, pasien yang pernah
dirawat sangat baik oleh perawat akan menaruh sikap positif terhadap perawat
tersebut.
Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, akan menimbulkan sikap yang
negatif terhadap objek sikap tersebut. Misalnya sikap individu terhadap hubungan
sebelum nikah. Seorang individu yakin bahwa hubungan seksual sebelum nikah tidak
sesuai dengan normamasyarakat dan agama, oleh karena itu individu tersebut tidak
akan melakukan hal tersebut sebelum melaksankan pernikahan.
Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri
individu tersebut. Misalnya, masyarakat mendengar informasi dari TV bahwa mulai
bulan depan harga BBM turun sehingga sikap masyarakat terhadap pemerintah
bersifat positive.
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dipelajari dan dibentuk bedasarkan
pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan
dengan objek.
2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu
sehingga dapat dipelajari
3. Sikap tidak berdiri sendiri, namun selalu berhubungan dengan objek sikap.
4. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun pada sekumpulan objek.
5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.
6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga berbeda dengan
pengetahuan
1. Faktor internal.
Faktor ini berasal dari dalam individu.Faktor internal menyangkut motif dan sikap
yang bekerja pada diri individu pada saat itu, serta yang mengerahkan minat dan
perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar, dan haus(faktor fisiologis).
2. Faktor eksternal.
Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk dan
mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung (individu dengan individu,
individu dengan kelompok) dan tidak langsung (melalui perantara, seperti alat
komunikasi dan media massa, baik elektronik maupun non ellektronik). Contoh
faktor eksternal adalah pengalaman yang diperoleh individu, situasi yang dihadapi
individu, norma alam masyarakat, hambatan, dan yang dihadapi individu dalam
masyarakat.
Sarwono (2000) mengungkapkan bahwa ada beberapa cara untuk membentuk dan
mengubah sikap individu, yaitu :
1. Adobsi
Adobsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu peristiwa
yang terjadi secara berulang dan terus menerus sehingga lama kelamaan secara
bertahap hal tersebut akan diserap oleh individu, dan akan mempengaruhi
pembenukan dan perubahan sikap individu. Misalnya, individu yang dibesarkan
dalam kelompok kleuarga yang sejak kecil ditanamkan kebiasaan demokratis
kemungkinan besar ia akan bersikap menghargai perbedaan dan mengedepankan
musyawarah dalam menyelesaikan masalah.
1. Diferensiasi
Diferensiasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena adanya
pengetahuan, pengalaman, intelegensisi, dan pertambahan umur pada individu.
Misalnya, seorang anak yang pada awalnya takut terhadap semua orang yang bukan
keluarganya secara berangsur angsur akan mengetahui mana orang yang baik dan
yang jahat sehingga mulai dapat bermain main dengan orang yang disukainya.
1. Integrasi
Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi secara
bertahap, diawali dari berbagai macam pengetahuan dan pengalaman yang
berhubungan dengan objek dan sikap tertentu hingga akhirnya terbentuk sikap
terhadap objek tersebut. Misalnya, ibu yang sering mengikuti penyuluhan KB, sering
membaca surat kabar, dan majalah tentang KB lama kelamaan akan bersikap positive
terhadap KB.
1. Trauma
Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melaui suatu kejadian
secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga menimbulkan kesan mendalam dalam
individu diri tersebut. Kejadian itu akan membentuk dan mengubah sikap pada diri
individu terhadap kejadian sejenis. Misalnya, individu yang pernah diare karena
membeli dan makan rujak di pinggir jalan hingga dirawat di rumah sakit, individu
tersebut akan bersifat negatif terhadap makan tersebut
1. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap akibat pengalaman
traumatic pada diri individu terhadap hal tertentu sehingga dapat menimbulkan sikap
negative terhadap semua hal yang sejenis atau sebaliknya. Misalnya, pasien mendapat
tindakan yang tidak professional dan tidak terpuji dari perawat sehingga ia bersikap
negative terhadap semua perawat.
Sikap dalam penerapannya dapat diukur dengan beberapa carayaitu
1. Langsung
Pengukuran sikap secara langsung dilakukan dengan cara subjek dimintai pendapat
tentang bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah. Jenis-jenis pengukuran sikap
secara langsung meliputi :
1. Langsung berstruktur
Cara ini dilakukan dengan mengukur sikap melalui pertanyaan yang telah disusun
sedemikian rupa dalam suatu instrumen yang telah ditentukan, dan langsung
diberikan kepada subjek yang diteliti. Pengukuran sikap menggunakan skala
bogardus dilakukan dengan menyusun pernyataan berdasarkan jarak sosial..Hal yang
ditanyakan adalah kesediaan mereka untuk menerima atau menolak sesuatu.Jawaban
yang disediakan adalah “ya” atau “tidak”. Pengukuran sikap dengan skala
Thurston menggunakan metode “equal-appearing intervals”.Skala yang disusun
dalam skala ini merupakan rentang dari yang favorable (menyenangkan) hingga
unfavorable (tidak menyenangkan).Nilai skala ini bergerak 0 sebagai titik ekstrem
bawah hingga 11 sebagai titik ekstrem atas. Pengukuran sikap dengan Skala
likert dilakukan dengan tekhnik “summatered ratings”.Responden diberikan
peryataan dengan kategori jawaban yang telah dituliskan dan umumnya terdiri dari 1
hingga 5 kategori jawaban.misalnyapernyataan sikap perawat terkait pemeliharaan
kuku panjang adalah “pada penderita DM dapat mencegah komplikasi dengan
melakukan pengaturan makan”. Jawaban yang disediakan adalah sangat setuju (5),
setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1).
Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana yang tidak memerluka
persiapan yang cukup mendalam, seperti mengukur sikap dengan wawancara bebas,
pengamatan langsung atau suvei.
Contoh:
Untuk memahami potensi diri, individu harus mampu menggali faktor intern dan
ekstern yang dimiliki individu tersebut. Faktor intern misalnya, memilih informasi
yang lengkap tentang diri individu dan memahami kelebihan yang dimiliki.
Sedangkan faktor ekstern contohnya, individu menguji atau mengukur kemampuan
dengan mengikuti berbagai kompetisi
Untuk mengenali konsep dirinya, individu belajar tentang diri sendiri, menerima dan
mengakui diri sebagai manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Memandang diri sebagai manusia yang berharga, yang mempunyai tujuan dan cita-
cita.
Hambatan yang lahir dari diri sendiri seseorang meliputi tidak adanya tujuan yang
jelas, adanya prasangka buruk, tidak memiliki sikap yang sabar, adanya perasaan
takut gagal, kurang motivasi diri dan tertutup.
Hambatan yang datangnya dari luar diri sendiri meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan kerja, lingkungan bermain, budaya masyarakat, sistem pendidikan, dan
kualitas makanan yang dikonsumsi.
https://dindalisnawati.wordpress.com/2015/05/10/sikap-dalam-psikologi-
keperawatan-3/
materi ke 3
1. Pengertian Kepribadian
Kita sudah sering mendengar istilah kepribadian, tapi apakah kita sudah tahu apa
yang dimaksud dengan kepribadian?
1. Keterampilan atau kecakapan sosial, misalnya : keras dan kaku sehingga tidak
terjalin hubungan dengan lingkungannya.
2. Ciri tertentu yang dimiliki individu, misalnya : pemalu, penakut, periang,
agresif, penurut.
Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang apabila
berhubungan dengan orang lain.
1. Perkembangan kepribadian
Pada perkembangannya kepribadian itu terjadi dinamisasi, hal ini dikarenakan adanya
konsentrasi energi (lapar, haus dsb) yang disebut motif. Motif merupakan taraf
ketegangan tertentu dalam jaringan yang tidak punya awal atau akhir, tapi
meningkatkan atau menurun seiring perubahan energi. Hal ini berkaitan dengan
faktor kepuasan dan ketidakpuasan atau kesenangan dan ketidak senangan.
Pada fase ini individu berbuat berlebih-lebihan terhadap keseluruhan situasi. Hal ini
bisa dilihat pada masa bayi.
1. Fase diferensiasi
Pada fase ini fungsi-fungsi khusus mengalami diferensiasi dan muncul dari
keseluruhan.
1. Fase integrasi
Pada fase ini fungsi yang sudah mengalami diferensiasi di integrasikan dalam unitas
yang berkoordinasi dan terorganisasi.
Ketiga fase tersebut tidak adapat dibatasi dengan tajam, karena punya overlapping
satu sama lain, juga dapat maju (progresif) dan dapat juga mundur (regresi).
Kanalisasi dan persyaratan memberi penjelasan tentang pola tingkah laku yang
dipelajari.
Dengan demikian, suatu perkembangan kepribadian adalah perubahan jiwa, dalam hal
ini perilaku seseorang secara terus menerus mengalami perkembangan atau
menjadikan lebih sempurna di dalam kehidupan individu sesuai dengan berjalannya
masa.
Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja sering
sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan
toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya
mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap
peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih
ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan
tersebut, sehingga keputusasaan acap kali menghantuinya.
1. Struktur Kepribadian
Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan
superego.
Id adalah sistem kepribadian yang asli (the true psychic reality), berisi impuls agresif
dan libinal) merupakan aspek biologi kepribadian (diwariskan) dan berkaitan dengan
aspek jasmaniah. Id merupakan dunia batin (subyektivitas) manusia yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan dunia luar. Id berfungsi menghindari
ketidaksenangan karena sistem kerjanya kesenangan “pleasure principle”. Id
menghilangkan ketidaksenangan melalui reflex (misalnya; bersin, batuk, berkedip)
dan proses primer (misalnya; pada saat lapar membayangkan makanan). Untuk
menghubungkan dua cara tersebut dengan dunia nyata (realitas), maka perlu ego.
Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem
kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam
untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego. Ego
merupakan aspek psikologis kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme
untuk berhubungan dengan dunia nyata (realitas). Ego berpegang pada prinsip
kenyataan dan beroperasi menurut proses sekunder, yaitu proses berpikir realistis.
Super ego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter
dari sensor baik-buruk, salah-benar, boleh-tidak sesuatu yang dilakukan oleh
dorongan ego. Super ego merupakan aspek sosiologis dan moral kepribadian, karena
lebih mengejar kesempurnaan, bukan kenikmatan/kesenangan. Bisa dikatakan juga
sebagai cermin sesuatu yang ideal bukan yang riil (nyata).
Super ego berfungsi memberikan pemahaman benar vs salah, pantas vs tidak pantas,
sehingga sesuai dengan moral masyarakat. Super ego menberikan dorongan pada ego
agar mengganti tujuan realistis dengan tujuan moralis dan mengajarkan hal-hal yang
ideal.
Super ego berisi dua hal yaitu concientia ( menghukum orang dengan rasa berdosa)
dan ich ideal ( memberi hadiah dengan rasa bangga terhadap diri).
Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat
sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk
mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut
terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada,
dengan mengorbankan dua sistem lainnya. Jadi kepribadian manusia sangat
ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan (libido).
1. Tipologi Kepribadian
Banyak teori dan ahli yang membahas tentang tipologi manusia, dibawah ini
dipaparkan dua pandangan ahli yaitu : tipologi C.G Jung dan Hipocrates-Galenus.
1. Tipe Kepribadian Sanguinis. Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu
cairan sanguis. Dimana orang yang sanguinis adalah orang yang memiliki tipe
kepribadian yang khas seperti hidup mudah berganti haluan, ramah, mudah
bergaul, lincah, periang, mudah senyum, dan tidak mudah putus asa.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
1. Biologis (Heredity)
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus
menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya
pola perilaku masyarakat dan kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam.
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun
orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama,
serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian?
Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal,
namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang
adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa kepribadian itu unik dan khas untuk setiap
orang, maka perawat perlu mengetahui kepribadian dirinya dan orang lain dengan
tujuan :
1. Tidak terjadi kesenjangan dan kesalah pahaman antara perawat dengan pasien
yang akan berpengaruh terhadap proses keperawatan.
2. Perawat mampu mengendalikan diri saat berhadapan dengan pasien yang
mempunyai karakter berbeda dengan dirinya, dan juga saat terjadi proses
keperawatan.
3. Perawat mampu berintraksi dengan baik dengan pasien, maupun keluarga
pasien sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara perawat dan pasien.
4. Perawat mampu memenuhi kebutuhan pasien bukan hanya secara medical tapi
juga secara sosial dan spiritual untuk mempercepat proses penyembuhan
pasien.
5. Perawat mampu memberikan pelayanan yang baik dan benar terhadap pasien
dan keluarga pasien yang akan memberikan kenyamanan bagi pasien.
6. Kepribadian perawat
Apa ciri kepribadian yang harus dimiiki oleh seorang perawat?
Beberapa ciri khas yang perlu dimiliki seorang perawat adalah sebagai berikut :
Rangkuman
Kepribadian adalah suatu organisasi yang unik (khas) pada diri individu ditentukan
atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan, sehingga menjadi
penentu atau pengaruh terhadap tingkah laku. Kepribadian mencakup kebiasaan,
sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang apabila berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan kepribadian terjadi dalam tiga fase, yaitu fase keseluruhan tanpa
deferensiasi, fase diferensiasi, fase integrasi, dimana ketiga fase tersebut tidak adapat
dibatasi dengan tajam, karena punya overlapping satu sama lain, juga dapat maju
(progresif) dan dapat juga mundur (regresi).
Struktur kepribadian manusia menurut teori psikoanalitik itu terdiri dari id, ego dan
superego. Id merupakan aspek biologi kepribadian (diwariskan) dan berkaitan dengan
aspek jasmaniah, bekerja berdasarkan prinsip kesenangan. Ego merupakan aspek
psikologis kepribadian, bekerja berdasarkan prinsip kenyataan dan beroperasi
menurut proses berpikir realitas. Super ego merupakan aspek sosiologis dan moral
kepribadian, bekerja dengan prinsp kesempurnaan.
Tipologi kepribadian menurut C.G Jung terbagi menjadi tipe introvert, tipe ektrovert
dan ambivert. Sedangkan menurut Hipocrates-Galenus membagi kepribadian manusia
berdasarkan empat macam cairan tubuh yang dominan dalam tubuh manusia, yaitu :
tipe choleris (empedu kuning), melancholelis (empedu hitam), phlegmatis (lendir)
dan sanguis.
Perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh faktor biologis (Heredity), lingkungan
alam, lingkungan sosial/kebudayaan, pengalaman berkelompok dan pengalaman unik.
Perawat penting mengetahui kepribadian dirinya dan orang lain supaya tidak terjadi
kesalah pahaman, mampu mengendalikan diri, mampu berintraksi dengan baik dan
mampu memberikan pelayanan yang baik dan benar.
Berdasarkan hal tersebut ciri kepribadian yang harus dimiliki perawat fisik yang
sehat, penampilan menarik, jujur, periang, berjiwa positif, rendah diri, murah hati,
ramah, dapat dipercaya, loyal dan sikap sopan santun.
https://kucingkecilkublog.wordpress.com/2016/05/30/kepribadian-dalam-
keperawatan/