Anda di halaman 1dari 24

BAB 

I
PENDAHULUAN

         1.1        Latar Belakang


Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu bentuk 
pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya 
ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan 
merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan
harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang  kesehatan yang senantiasa
berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar  rumah sakit Indonesia
umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang profesi
keperawatan sebagai profesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang sifatnya membantu
orang sakit atas instruksi – instruksi dokter bahkan dikalangan praktisi perawat pun kadang –
kadang masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap profesinya sendiri, hal ini dapat
dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan masih bersifat vocasional
belum sepenuhnya beralih ke pelayanan yang profesional.
Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu masyarakat secara
umum maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan
yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan,
praktik keperawatan dan organisasi profesi.

1.2        Pentingnya Paradigma


Mengapa paradigma ini begitu penting ? dalam hal ini paradigma akan sangat
membantu seseorang ataupun masyarakat luas untuk memahami dunia kepada kita dan
membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita. Fenomena
dalam keperawatan adalah prilaku klien dalam menghadapi ketidakpastian kondisinya atau
menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh anggota tubuhnya atau masalah –
masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu.

Paradigma keperawatan Page 1


1.3        Tujuan Makalah
Untuk mengetahui paradigma keperawatan.

1.4        Rumusan Masalah


Bagaimana paradigma keperawatan?
Bagaimana konsep paradigma keperawatan?
Apa saja elemen dalam paradigma keperawatan?

Paradigma keperawatan Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Pengertian
Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu.
Paradigma menjelaskan sesuatu  dalam memahami suatu tingkah laku. Paradigma
memberikan dasar dalam melihat, memandang, memberi makna, menyikapi dan memilih
tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. (Adam Smith, 1975, cit
Gaffar, 1997)
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang profesional, yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
dengan bentuk pelayanan mencakup biopsikososio-spiritual yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus kehidupan
manusia. (Lokakarya Keperawatan Nasional (1983))
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita
melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena
yang ada dalam keperawatan, (La Ode Jumadi, 1999 : 38).

2.2        Paradigma Keperawatan


Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor
yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan
berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan
klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat perlu mengetahui dan
memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai
perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam
memberikan asuhan keperawata pada klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan
secara individual dari segi bio, psiko, sosial, spiritual dan cultural.
Paradigma memiliki fungsi antara lain :
 1.   Menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan
sebagai aspek pendidikan dan pelayanan kperawatan, praktik dan organisasi profesi.
2.   Membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia keperawatan kita dan membantu
kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi disekitar kita.

Paradigma keperawatan Page 3


Dalam keperawatan ada empat komponen yang merupakan pola dasar dari teori – teori
keperawatan atau paradigma keperawatan. Empat komponen tersebut meliputi : manusia,
keperawatan, lingkungan, dan kesehatan.

1.      Konsep Manusia


Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti
merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai
berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan,
1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan
lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan
internalnya (homeoatatis), (Kozier, 2000)
Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi
dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi (La
Ode Jumadi, 1999 :40).
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem
terbuka, sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan
holistik atau utuh.
Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual
sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya. Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan
lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon maladaptif. Respon
adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut mempunyai mekanisme koping yang baik
menghadapi perubahan lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon
perubahan lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang
maladaptif .
Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat
yang menerima asuhan keperawatan.
Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik
dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien.
Peran perawat dalam membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan adalah perawat sebagai pendeteksi adanya masalah

Paradigma keperawatan Page 4


kesehatan, memberi asuhan kepada anggota keluarga yang sakit, koordinator pelayanan
kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga dalam masalah – masalah
kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat perlu memperhatikan
sifat – sifat keluarga yaitu keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam menghadapi
masalahnya, pola komunikasi yang dianut, cara pengambilan keputusan, sikap, nilai, cita –
cita keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda – beda. Individu dalam keluarga
mempunyai siklus tumbuh kembang .
Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada
masyarakat umum dan kelompok – kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia).

a.Manusia sebagai makhluk holistik:

Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk yang
utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Teori
holistik menjelaskan bahwa semua organisme hidup saling berinteraksi. Adanya gangguan
pada salah satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain.

Saat mempelajari salah satu bagian manusia, perawat harus mempertimbangkan keterkaitan
bagian tersebut dengan bagian yang lain. Selain itu, perawat juga harus mempertimbangkan
interaksi individu dengan lingkungan eksternalnya.
manusia terdiri atas:

1. Unsur biologis

 Manusia merupakan suatu susunan sistem organ tubuh


 Manusia mempunyai kebutuhan untuk dapat mempertahankan hidupnya
 Manusia tidak terlepas dari hukum alam, yaitu: lahir, berkembang dan meninggal

2. Unsur psikologis

 Manusia mempunyai struktur kepribadian


 Tingkah laku manusia merupakan manifestasi kejiwaan
 Manusia mempunyai daya pikir dan kecerdasan
 Manusia mempunyai kebutuhan psikologis agar pribadinya dapat berkembang

Paradigma keperawatan Page 5


3. Unsur sosial

 Manusia perlu hidup bersama orang lain dan bekerja sama untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidupnya

 Dalam sistem sosial, pandangn individu, kelompok dan masyarakat dipengaruhi oleh
kebudayaan
 Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan beradaptasi dengan lingkungan
tersebut
 Dalam sistem sosial, manusia dituntut untuk bertingka laku sesuai dengan harapan
dan norma yang berlaku di masyarakat

4. Unsur spiritual

 Manusia mempunyai keyakinan atau mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa
 Manusia memiliki pandangan hidup
 Manusia mempunyai semangat hidup yang sejalan dengan keyakinan yang dianutnya
(sumber: buku ajar kebutuhan dasar manusia,teori & Aplikasi praktik)

b.Manusia sebagai makhluk humanistik :

Pada psikologi Humanistik, manusia menentukan cinta, kreativitas, dan pertumbuhan pribadi
yang ada dalam dirinya. Psikologi Humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis Neo-
Freudian, tetapi lebih banyak mengambil dari fenomologi dan eksistensialisme.
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam ”dunia kehidupan” yang dipresepsi dan
diinterpretasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri.

Menusut Alferd Schutz, pengalaman subjektif ini dikomunikasikan oleh faktor sosial dalam
proses intersubjektivitas. Intersubjektivitas diungkapkan pada eksistensialisme dalam tema
dialog, pertemuan, hubungan diri-dengan-orang lain, atau apa yang disebut Martin Buber ”I-
thou Relationship”. Istilah ini menunjukan hubungan pribadi dengan pribadi, bukan pribadi
dengan benda; subjek dengan subjek, bukan subjek dengan objek.

Perhatian pada makna kehidupan adalah juga hal yang membedakan psikologi humanistik
dari mazhab yang lain. Manusia bukan saja pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja
pencari identitas, tetapi juga pencari makna.

Paradigma keperawatan Page 6


Fran menyimpulkan asumsi-asumsi Psikologi Humanistik: keunikan manusia, pentingnya
nilai dan makna, serta kemampuan manusia uuntuk mengembangkan dirinya.

Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut:

1. Setiap manusia hidup dalam dua pengalaman yang bersifat pribad dimana dia – sang
Aku, Ku, atau diriku (the I, me, or myself) – menjadi pusat.
2. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan
diri.
3. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya.
4. Adnggapan adanya ancapan terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri.
5. Kecenderngan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri.

2.      Konsep Keperawatan


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanana profesional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, spiritual dan kultural
secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurang kemauan meuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari – hari secara mandiri. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah
yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Dalam hal ini, pertama, keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap
manusia yaitu Ketuhanan Manusia sebagai makhluk bio – psiko – sosial – spiritual dan
kultural. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik dalam arti
menghargai dan menghormati martabat manusia memberi perhatian kepada klien serta
menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat universal
dalam arti tidak dibedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, aliran
politik          dan      status   ekonomi            sosial. Keempat, keperawatan adalah bagian
integral dari pelayanan kesehatan serta kelima, bahwa keperawatan menganggap klien
sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam memberikan
asuhan keperawatan.

Paradigma keperawatan Page 7


 Keperawatan sebagai ilmu :
Keperawatan sebagai ilmu memiliki objek formal dan material. Sebagai objek formal,
keperawatan memiliki cara pandang pada respon manusia terhadap masalah kesehatan dalam
memenuhi kebutuhasn dasarnya, kemudian bantuan manusia diberikan kepada individu
mapun berfungsi secara sempurna dalam masalah kesehatan masalah individu, kelompok,
atau masyarakat yang tidak mampu berfungsi secara sempurna dalam masalah kesehatan dan
proses penyembuhan, dimana ilmu keperawatan sangat memperhatikan masalah-masalah
keperawatan yang dilakukan dengan mencari kebenaran secara ilmiah.

Sebagai objek material, keperawatan memiliki bahasan yang disusun secara sistematis dan
menggunakan metode ilmiah dimana asuhan keperawatan pada manusia ditunjukan kepada
bagian yang tidak dapat berfungsi secara sempurna yang berkaitan dengan kondisi kesehatn
itu sendiri dan manusia sebagai mahluk yang utuh dan unik.
Keperawatan dikatakan sebagai ilmu karena keperawatan memilki landasan ilmu
pengetahuan yang ilmiah yaitu scientific nursing karena ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan selalu berkembang.

Contoh:
Pada perkembangannya, ilmu keperwatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain.
Mengingat ilmlu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalau berubah menurut
tunutnan zaman. Sebagi ilmu yang mulai berkembang ilmu keperawatan, banyak
mendapakatkan tekanan diantaranya tekanan dari luar dan tekanan dari dalam, sebagi contoh,
tekanan dari luar yang berpengaruh pada perkembangan ilmu keperawatan adalah adanya
tuntunan kebutuhan masayrakat dan industri kesehatan dan tekanan dari dalam yaitu masalah
keperawatan yang secara terus menrus ada dan selalu memerluakan jawaban.

 Keperawatan sebagai seni :


Seni adalah refleksi dari perasaan dan persepsi sebab esensi dan inti keperawatan adalah
interaksi interpersonal. Seni sebagai bagian dari keperawatan yang dapat di ekspresikan
dengan berbagai cara antara lain:
- Senstivitas dan resposnsif perawat terhadap klien serta kemampuan perawat untuk
memahami bahasa nonverbalklien dalam mengungkapkan rasa cemas atau nyeri.

Paradigma keperawatan Page 8


Seni atau kemampuan ekspresi diri merupakan hal yang penting untuk mengembangkan
sesuatu hal menjani unik. Intuisi keperawatan harus diidentifikasi dan di dukung sebagai
seni dalam keperawatan. Pada masa yang akan datang keperawatan adalah seni yang
menggabungkan antara ilmu keperawatan dan teknologi keperawatan dengan kreativitas
seni keperawatan.

 Pengembangan sikap empati:


Ada beberapa langkah praktis agar kita bisa belajar menanamkan rasa empati dan peduli:

Pertama,kenali perasaan sendiri. 

Prosesnya adalah dengan meraba dan menghayati berbagai perasaan yang berkembang
dalam diri seperti sedih, gembira, kecewa, bangga, terharu dan sebagainya. Mengenali
perasaan sendiri merupakan bagian dari tuntutan kecerdasan emosi. Orang yang mengenali
perasaan diri, biasanya mampu mengendalikan emosinya, sehingga ia tidak melakukan
tindakan gegabah saat mendapati kenyataan di luar dirinya yang berbeda dengan
keinginannya.

kedua, sediakan waktu menyendiri untuk berpikir apa yang telah terjadi. 

Ini sebenarnya termasuk proses pengenalan dan pengendalian emosi. Karena biasanya orang
sulit mempunyai gambaran jernih terhadap suatu persoalan dalam kondisi emosi yang
bermacam-macam. Pasangan suami isteri umumnya merasa lebih empati satu sama lain
ketika mereka sendirian dan memikirkan pasangan mereka. Rasa bersalah biasanya muncul
saat mengemudikan mobil seorang diri ke tempat kerja, di masjid saat tafakkur, menjelang
tidur, saat shalat malam dan sebagainya. Dalam waktu-waktu tersebut, seseorang
mempunyai waktu untuk memikirkan kembali berbagai masalah yang ia alami. Selanjutnya,
memulai yang lebih baik dengan memperbaiki terlebih dulu dirinya, sebelum menuntut
orang lain berlaku baik kepadanya.

Ketiga, cobalah memandang masalah dari sudut pandang orang lain. 

Empati adalah ketika kita dapat merasakan, apa yang orang lain rasakan dan juga dapat
melihat masalah dari sudut pandang mereka. Masukilah dunia mereka dan cobalah
memandang masalah dari sisi tersebut. Dengan demikian, pihak lain tidak saja hanya
merasa dimengerti tapi ia merasa lebih disukai. Dalam hal ini, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah

Paradigma keperawatan Page 9


mengatakan hendaknya seseorang memberi 70 alasan udzur atas kesalahan yang dilakukan
oleh saudaranya. Artinya, seseorang diminta untuk berusaha sebanyak mungkin memandang
sesuatu yang tak mengenakkan itu dari sudut pandang pelakunya. "Bila engkau tetap tidak
menerima 70 alasan tersebut, katakanlah pada dirimu: "Kasar sekali engkau, 70 alasan telah
diajukan oleh saudaramu, tapi engkau tetap tidak menerimanya. Engkaulah yang bersalah,
bukan saudaramu…" (Raudhatul Muhibbin, 11470). Dengan memahami sikap ini,
memaksakan kehendak bisa dihindari. Banyak kekacauan muncul, karena adanya
pemaksaan kehendak dan kurangnya upaya memahami.

Keempat, jadilah pendengar yang baik. 

Kita lebih mudah merasa empati, memahami perasaan orang lain dan menempatkan diri
dalam keadaan orang lain, kalau kita dapat mendengar apa yang dialami orang tersebut.
Tidak hanya kemampuan mendengarkan secara seksama, tapi juga membaca isyarat-isyarat
non verbal. Sebab, seringkali bahasa tubuh dan tekanan suara lebih efektif menggambarkan
perasaan ketimbang kata-kata. Orang tua misalnya, harus mampu meningkatkan
kemampuan "mendengarkan" suara hati anak-anaknya. Anak-anak pun harus belajar
"mendengarkan" lingkungannya, agar ia bisa terampil dalam kehidupan sosial. Anjuran
mendengarkan berarti mengajak kita membuka pintu komunikasi dengan berbagai obyek.
Informasi yang diterima dari banyaknya komunikasi itulah yang akan menjadikan kita bisa
memahami dan mengerti.

Kelima, biasakan menghayati fenomena berbagai hal yang kita jumpai. 

Misalnya, saat kita melihat seorang tunanetra di tengah keramaian, nyatakan dalam hati
betapa sulitnya orang itu memenuhi kebutuhannya. Langkah ini biasanya berlanjut dengan
kesanggupan menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Ketika mendapati anak-anak
yang mengamen di jalanan hingga larut malam, misalnya. Katakanlah pada diri sendiri,
bagaimana jika mereka itu adalah anak-anak kita. Jika menyaksikan himpitan rumah gubuk
di pinggiran rel kereta, bayangkanlah bila keadaan itu dialami oleh keluarga kita. Dan
seterusnya. Setiap muslim harus memiliki sikap seperti ini. Rasulullah saw bersabda,
"Barangsiapa yang tidak peduli dengan nasib urusan kaum muslimin maka ia tidak termasuk
golongan kaum muslimin, " (HR Thabrani).

Paradigma keperawatan Page 10


Keenam, berlatih mengatur dan mengatasi gejolak emosi dalam menghadapi reaksi
positif maupun negatif.

 Di sekitar kita, banyak peristiwa yang bisa menyulut gejolak emosi. Di rumah, seorang
suami bisa saja menemui segala macam hal yang berantakan. Seorang istri mendapati
suaminya tak banyak memberi nafkah. Di jalanan seorang sopir bisa menemui banyak
peristiwa yang memanaskan. Dalam segala kondisi, berupaya mengendalikan emosi
merupakan perjuangan berat, tapi itu perlu.

Rasulullah adalah pribadi yang sangat lembut dan empati terhadap isterinya. Saat Aisyah ra
jatuh sakit akibat beredarnya kabar bohong (haditsul ifki) yang menuduhnya berselingkuh,
Rasulullah saw menyempatkan diri menjenguk Aisyah di rumah orang tuanya, Abu Bakar
ra. Di sana Rasul menenangkan Aisyah. Sementara itu, Utsman ra lebih dulu merawat
isterinya Ruqayyah yang jatuh sakit, meski saat itu ia sangat menggebu untuk terlibat di
medan jihad.

Ketujuh,latihan berkorban untuk kepentingan orang lain. 

Sebuah studi di Harvard University, Amerika Serikat, menunjukkan adanya keterkaitan


yang jelas antara besarnya tanggung jawab seorang anak, dengan kecenderungan bersedia
mementingkan orang lain. Empati sangat berhubungan dengan kesediaan berbuat baik
(altruisme). Empati yang tinggi memperbesar kesediaan untuk menolong, untuk berbagi dan
berkorban demi kesejahteraan orang lain. Kesanggupan untuk berempati sendiri adalah
kesanggupan yang ada pada tiap orang. Islam juga menganjurkan orang yang memasak
sayuran memperbanyak kuahnya untuk diberikan pada tetangga. Biasakan mensyukuri
nikmat Allah, apapun bentuknya, dengan memberi sebagian dari apa yang kita miliki untuk
orang lain, terutama yang membutuhkan. 

3.      Kosep kesehatan


Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan
perubahan – perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk memepertahankan keadaan
kesehatannya. Adapun faktor lingkungan internal yang mempengaruhi adalah psikologis,
dimensi intelektual dan spiritual dan proses penyakit. Faktor – faktor lingkungan eksternal
adalah faktor – faktor yang berada diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan
antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi.

Paradigma keperawatan Page 11


Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat atau status kesehatan adalah rentang
sehat sakit. Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang untuk mengukur
keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang bersifat dinamis,
individualis, dan tergantung pada faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan. Menurut
model ini, keadaaan sehat selalu berubah secara konstan, dimana rentang sehat sakit berada
diantara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak
kearah kematian kita berada dalam area sakit (illness area), tetapi apabila status kesehatan
kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam area sehat (wellness area).

 Konsep sehat sakit

Komponen ini memandang bahwa keperawatan itu bahwa bentuk pelayanan yang diberikan
pada manusia dalam rentang sehat sakit.

 Konsep Sehat (Travis and Ryan, 1998)

1. Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan.


2. Sehat merupakan gaya hidup, desain gaya hidup menuju pencapaian potensial
tertinggi untuk sehat.
3. Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak pernah putus,
kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen, ”here and now.”
4. Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari lingkungan,
ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk mempengaruhi lingkungan sekitar.
5. Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia lakukan, pikirkan,
rasakan dan percaya akan mempengaruhi status kesehatan.
6. Sehat adalah penerimaan terhadap diri.

Faktor pengaruh status kesehatan, antara lain :

1. Perkembangan

Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang mempuyai arti bahwa
perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia.

2. Sosial dan Kultural

Hal ini dapat juga mempengaruhi proses perubahan bahan status kesehatan seseorang karena
akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan
dalam perilaku kesehatan.

3. Pengalaman Masa Lalu

Hal ini dapat mempegaruhi perubahan status kesehatan,dapat diketahiu jika ada pengalaman
kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalamam kesehatan yang buruk sehingga
berdampak besar dalam status kesehatan selanjutya.

Paradigma keperawatan Page 12


4. Harapan seseorang tentang dirinya

Harapan merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan status
kesehatan kearah yang optimal.

5. Keturunan

Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang mengingat


potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetik.

6. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik.

7. Pelayanan

Pelayanan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan yang dapat mempengaruhi
status kesehatan

 Rentang sakit

Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit kronis dan kematian.

Tahapan proses sakit yaitu :

1. Tahap gejala

Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan
tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala.

2. Tahap asumsi terhadap sakit

Pada tahap inin seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang di alaminya dan
akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang di rasakan pada tubuhnya.

3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

Tahap ini seorang mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta
nasehat dari profesi kesehatan.

4. Tahap penyembuhan

Tahap ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk
beradaptasi,di mana srsrorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya
selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit.

Paradigma keperawatan Page 13


 Faktor yang mempengaruhi status, keyakinan dan praktik kesehatan individu:

1. Faktor Internal
a.Tahap Perkembangan
Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan
dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman
dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Untuk itulah seorang tenaga
kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien
pada saat melakukan perncanaan tindakan. Contohnya: secara umum seorang anak belum
mampu untuk mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan
penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..

b.Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari
pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar belakang pendidikan, dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang
termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
menggunakan pengetahuan tentang kesehatan  untuk menjaga kesehatan sendirinya.

c.Persepsi tentang fungsi

Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan
dan cara melaksanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang kronik merasa
bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak pernah mempunyai
masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan cara
melaksanakan kesehatan pada masing-masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu,
individu yang sudah berhasil sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah
keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya.
Untuk itulah perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif yiatu tentang cara
klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri), juga data
objektif   yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru). Informasi ini
memungkinkan perawat merencanakan dan mengimplementasikan perawatan klien secara
lebih berhasil.

Paradigma keperawatan Page 14


d.Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara


melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan
hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan
cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.
Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respons emosional
yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara
emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit
pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan. Contoh: seseorang dengan napas yang
terengah-engah dan sering batuk mungkin akan menyalahkan cuaca dingin jika ia secara
emosional tidak dapat menerima kemungkinan menderita penyakit saluran pernapasan.
Banyak orang yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan
kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang risiko menderita kanker dan
akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan. Ada beberapa
penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional, sehingga mereka akan mengakui
gejala penyakit yang dialaminya dan mau mencari pengobatan yang tepat.

e.Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup
nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. Spiritual bertindak sebagai suatu tema
yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara
pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan
hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah
memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang
oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh.
Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.
Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu,
sehingga perawat hams memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat dilibatkan
secara efektif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

Paradigma keperawatan Page 15


2. Faktor Eksternal

a.Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya mempengaruhi cara


klien dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya:

 Jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat berpotensi mejadi
penyakit berat  dan mereka segera mencari pengobatan, maka bisasnya anak tersebut
akan malakukan hal yang sama ketika mereka dewasa.
 Klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya
melakukan hal yang sama. Misal: anak yang selalu diajak orang tuanya untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan  rutin, maka ketika punya anak dia akan
melakukan hal yang sama.

b.Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan
mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.
Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.
Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini
akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

c.Latar Belakang Budaya


Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu,
termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

Untuk perawat belum menyadari pola budaya yang berhubungan dengan perilaku dan bahasa
yang digunakan.
 Dampak sakit terhadap klien dan keluarga :

Paradigma keperawatan Page 16


Kondisi sakit tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan. Klien dan keluarganya
harus menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan
pengobatan yang dilaksanakan. Setiap klien akan berespons secara unik terhadap
kondisi sakit yang dialaminya, oleh karena itu intervensi keperawatan yang diberikan
harus bersifat individual. Klien dan keluarga umumnya akan mengalami perubahan
perilaku dan emosional, seperti perubahan peran, gambaran diri, konsep diri, dan
dinamika dalam keluarga.

 Dampak Hospitalisasi
Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menjadi masalah pada anak, tetapi juga
pada orang tua. Brewis (1995 dalam Supartini, 2002) menemukan rasa takut pada
orang tua selama perawatan anak di rumah sakit terutama pada kondisi sakit anak
yang terminal karena takut akan kehilangan anak yang dicintainya dan adanya
perasaan berduka. Stessor lain yang sangat menyebabkan orang tua stres adalah
mendapatkan informasi buruk tentang diagnosis medik anaknya, perawatan yang tidak
direncanakan dan pengalaman perawatan di rumah sakit sebelumnya yang dirasakan
menimbulkan trauma (Supartini (2000) dalam Supartini, 2002)
 Menurut Asmadi (2008), hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi
setiap orang. Penyakit yang diderita akan menyebabkan perubahan perilaku normal
sehingga klien perlu menjalani perawatan (hospitalisasi). Secara umum, menurut
Asmadi (2008), hospitalisasi menimbulkan dampak pada beberapa aspek, yaitu:

1.    Privasi
 Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang dan
bersifat pribadi. Bisa dikatakan, privasi adalah suatu hal yang sifatnya pribadi.
Sewaktu dirawat di rumah sakit, klien kehilangan sebagai privasinya. Kondisi ini
disebabkan oleh beberpa hal :
-      Selama dirawat di rumah sakit, klien berulang kali diperiksa oleh petugas
kesehatan (dalam hal ini perawat dan dokter). Bagian tubuh yang biasanya dijaga agar
tidak dilihat, tiba-tiba dilihat fdan disentuh oleh orang lain. Hal ini tentu akan
membuat klien merasa tidak nyaman.

Paradigma keperawatan Page 17


-      Klien adalah orang yang berada dalam keadaan lemah dan bergantung pada orang
lain. Kondisi ini cendurung membuat klien “pasrah” dan menerima apapun tindakan
petugas kesehatan kepada dirinya asal ia cepat sembuh. Menyikapi hal tersebut,
perawat harus selalu memperhatikan dan menjaga privasi klien ketika berinteraksi
dengan mereka. Beberapa hal yang dapat perawat lakukan guna menjaga privasi klien
adalah sebagai berikut.
a.    Setiap akan melakukan tindakan keperawatan, perawat harus selalu memberitahu
dan menjelaskan perihal tindakan tersebut kepada klien.
b.    Memperhatikan lingkungan sebelum melaksanakan tindakan keperawatan.
Yakinkan bahwa lingkungan tersebut menunjang privasi klien.
c.    Menjaga kerahasiaan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan klien. Sebagai
contoh, setelah memasang kateter, perawat tidak boleh menceritakan alat kelamin
pasien kepada orang lain, termasuk pada teman sejajwat.
d.   Menunjukkan sikap profesional selama berinteraksi dengan klien. Perawat tidak
boleh mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat klien malu atau marah. Sikap
tubuh pun tidak boleh layaknya majikan kepada pembantu.
e.    Libatkan klien dalam aktivitas keperawatan sesuai dengan batas kemampuannya
jika tidak ada kontraindikasi.

2.    Gaya Hidup


 Klien yang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami perubahan pola gaya hzidup.
Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi antara rumah sakit dengan rumah ztempat
tinggal klien, juga oleh perubahan kondisi keehatan klien. Aktivitas hidup yang klien
jalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan aktivitas yang dialaminya selama di rumah
sakit. Perubahan gaya hidup akibat hospitalisasi inilah yang harus menjadi perhatian
setiap perawat. Asuhan keperawatan yang diberikan harus diupayakan sedemikian
rupa agar dapat menghilangkan atau setidaknya meminimalkan perubahan yang
terjadi.

3.   Otonomi
 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa individu yang sakit da dirawat di
rumah sakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya, ia akan pasrah terhadap
tindakan apapun yang dilakukan oleh petugas kesehatan demi mencapai keadaan

Paradigma keperawatan Page 18


sehat. Ini meniunjukkan bahwa klien yang dirawat di rumah sakit akan mengalami
perubahan otonomi. Untuk mengatasi perubahan ini, perawat harus selalu
memberitahu klien sebelum melakukan intervensi apapun dan melibatkan klien dalam
intervensi, baik secara aktif maupun pasif.

4.    Peran
 Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan individu sesuai
dengan status sosialnya Jika ia seorang perawat, peran yang diharapkan adalah peran
sebagi perawat bukan sebagai dokter.Selain itu, peran yang dijalani seseorang adalah
sesuai dengan status kesehatannya. Peran yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda
dengan peran yang dijalani saat sakit.Tidak mengherankan jika klien yang dirawat di
rumah sakit mengalami perubahan peran. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada
diri pasien, tetapi juga pada keluarga. Perubahan tersebut antara lain :
a.    Perubahan peran. Jika salah seorang anggota keluarga sakit, akan terjadi
perubahan pera dalam keluarga. Sebagai contoh, jiak ayah sakit maka peran jepala
keluarga akan digantikan oleh ibu. Tentunya perubahan peran ini mengharuskan
dilaksanakannya tugas tertentu sesuai dengan peran tersebut.
b.    Masalah keuangan. Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi.
Keuangan yang sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
akhirnya digunakan untukj keperluan klien yang dirawat. Akibatnya, keuangan ini
sangat riskan, terutama pada keluarga yang miskin. Dengan semakin mahalnya biaya
kesehatan, beban keuangan keluarga semakin bertambah.
c.     Kesepian. Suasana rumah akan berubah jika ada seorang anggota keluarga ytang
dirawat. Keseharian keluarga yang biasanya dihiasi kegembiraan, keceriaan, dan
senda-gurau anggotaanya tiba-iba diliputi oleh kesedihan. Suasana keluarga pun
menjadi sepi karena perhatian keluarga terpusat pada penanganan anggota
keluarganya yang sedang dirawat.
d.    Perubahan kebiasan sosial. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat.
Karenanya, keluarga pun mempunyai kebiasaan dalam lingkungan sosialnya. Sewaktu
seha, keluarga mampu berperan serta dalam kegiata sosial. Akan tetapi, saat salah
seorang anggota keluarga sakit, keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial di
masyarakatpun mengalami perubahan.

Paradigma keperawatan Page 19


 Mengatasi Dampak Hospitalisasi
Menurut Supartini (2004, hal. 196), cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
dampak hospitalisasi adalah sebagai berikut :
a.       Upaya meminimalkan stresor :
Upaya meminimalkan stresor dapat dilakukan dengan cara mencegah atau
mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan
mengurangi/ meminimalkan rasa takut terhadap pelukaan tubuh dan rasa nyeri

b.      Untuk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan dengan


cara:
1)     Melibatkan keluarga berperan aktif dalam merawat pasien dengan cara
membolehkan mereka tinggal bersama pasien selama 24 jam (rooming in).
2)     Jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan keluarga untuk melihat
pasien setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka.
3)     Modifikasi ruangan perawatan dengan cara membuat situasi ruangan rawat
perawatan seperti di rumah dengan cara membuat dekorasi ruangan.

 Peran perawat dalam tingkat promotif :


Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus
mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan
sebagainya). (Ottawa Charter,1986).
 Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan kesehatan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mampu berperan secara aktif dalam masyarakat sesuai
sosial budaya setempat yang didukung oleh kebijakan public yang berwawasan.
(Depkes RI)
 Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan,
organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan
perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998).

Paradigma keperawatan Page 20


 Peran perawat dalam tingkat preventif:

Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire
yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk
mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat
(Notosoedirjo dan Latipun, 2005 : 145 ).

4.      Konsep Lingkungan


Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb)
yang termasuk didalamnya. Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan
kesehatan. Fokus ingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi, sosial,budaya dan spiritual.
Lingkungan dibagi 2 yaitu :
a.   Lingkungan dalam terdiri dari:
           -  Lingkungan fisik (physical enviroment)
                     Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara.
Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan
mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap,
bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab,
bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan
baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus
memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus
mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien
ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
         -  Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
                     F.Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan
stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada
pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik
dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam
mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks
lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau

Paradigma keperawatan Page 21


terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya
dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau
jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk,
menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-
kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para
pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
         -.Lingkungan sosial (social environment)
         Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data
yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan
penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam
hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan
pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya
selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara
menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga
keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
b. Lingkungan luar ( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara,
pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya )
Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi
lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap
penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien.
Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan tidak
bersih maka akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit – penyakit.

2.3        Hubungan Keempat Komponen Paradigma Keperawatan


Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan dimana apabila
lingkungan itu kotor maka kesehatan manusia akan terganggu sehingga manusia perlu
merawat dirinya atau membutuhkan perawatan dari orang lain. Keperawatan dengan
lingkungan juga sangat berpengaruh dimana jika seseorang sedang rehabilitasi maka akan
memerlukan lingkungan yang bersih.

Paradigma keperawatan Page 22


BAB III
PENUTUP

3.1        Kesimpulan
Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor
yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan
berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan
klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat perlu mengetahui dan
memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai
perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam
memberikan asuhan keperawata pada klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan
secara individual dari segi bio, psiko, sosial, spiritual dan cultural.

3.2        Saran
Perawat disarankan untuk selalu mengikuti perkembangan  ilmu keperawatan,
mengingat ilmu keperawatan  merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan perawat disarankan untuk bersikap profesional dalam memberikan
perawatan kepada pasien.

Paradigma keperawatan Page 23


Daftar Pustaka
Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan,Penerbit Buku Kedokteran ,Jakarta
Haryanto (2007), Konsep Dasar Keperawatan Dengan Pemetaan Konsep,Salemba
Medika,Jakarta
Hidayat, A. Aziz Alimul (2009), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta
 Http;septianhardiansya.blogspot.com /paradigm keperawatan

Paradigma keperawatan Page 24

Anda mungkin juga menyukai