Anda di halaman 1dari 18

TERAPI PASIEN PENYAKIT GANGGUAN HATI

21. • Terapi tanpa obat • Terapi dg obat • Terapi dg vaksinasi • Terapi transplantasi hati 21 Depkes,
2007

22. Terapi tanpa obat • Diet seimbang  jmlh kalori yg dibutuhkan sesuai dg TB, BB dan aktivitas. •
Diet ↓ protein, byk makan sayur dan buah sertamelakukan aktivitas sesuai kemampuan. •
Manjalankan pola hidup teratur. • Konsultasi dg petugas kesehatan. 22

23. Terapi dengan obat OBAT INDIKASI CONTOH Aminoglikosida Abses hati oleh bakteri Gentamicin,
tobramicin Antiamuba amubiasis dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline, diloxanide furoate,
emetine, etofamide, metronidazole, secnidazole. Antimalaria Pencegahan abses hati Klorokuin
Antivirus Hepatitis B Lamivudine Diuretik Edema & Sirosis hati Spironolakton Kolagogum, kolelitolitik
dan hepatic protector Melindungi hati akibat hepatitis dan kondisi lain Metadoxine, Laktulosa,
silimarin Multivitamin dengan mineral Hepatitis Vit A,D,E,K dan Vit B, dan C

24. Terapi dg Vaksinasi • Interferon m’punyai sistem imun alamiah tubuh dan bertugas u/ melawan
virus. • Ada 3 tipe interferon manusia, yaitu interferon α, interferon β dan interferon γ. • u/ m’obati
hepatitis B, C dan D. • Ig hepatitis B m’cegah berulangnya hepatitis B stlh transplantasi hati. 24

25. Terapi dg Transplantasi Hati •  terapi yg diterima u/ kegagalan hati fulminan yg tak dpt pulih
dan komplikasi2 penyakit hati kronis tahap akhir. • Para pasien dg kegagalan hati fulminan
dipertimbangkan u/ transplantasi bila terdapat tanda- tanda ensefalopati lanjut, koagulapati
mencolok (waktu prothrombin 20 menit) atau hipoglikemia. • Pada pasien dg penyakit hati kronis
dipertimbangkan u/ transplantasi bila terdapat komplikasi-komplikasi yg meliputi asites refrakter,
peritonitis bakterial spontan, ensefalopati, perdarahan varises atau gangguan parah pd fungsi
sintesis dg koagulopati atau hipoalbuminemia. 25

26. Determination of Child-Pugh Scores 26  memperkirakan “kemampuan hati” u/ memetabolisme


obat. Bauer, L.A., (2008 ), Applied Clinical Pharmacokinetics

27. • Skor 8-9  pe↓ moderat (~25%) di awal dosis obat harian. • Skor 10/>  pe↓ yg signifikan dlm
dosis harian awal (~50%) u/obat yg sebagian besar di metabolisme hati (≥ 60%). • Pasien dg/tanpa
disfungsi hati  dosis awal dimaksudkan sbg titik awal u/ titrasi dosis b’dasarkan respon pasien dan
m’hindari efek samping. • Ex  dosis obat yg di metabolisme hati 95% adalah pct 500mg setiap 6 jam
dan dosis total harian 2000mg/hr maka u/ pasien sirosis hati dg Skor 12, dosis awal yg tepat akan
mjd 50% dr dosis biasa (250mg) atau 1000 mg/hr. 27 Bauer, L.A., (2008 ), Applied Clinical
Pharmacokinetics PENYESUAIAN DOSIS

28. 28 PENYESUAIAN DOSIS Verbeeck, RK. 2008. Pharmacokinetics and Dosage Adjustment In
Patients with Hepatic Dysfunction.

29. Estimation of Drug Dosing and Pharmacokinetic Parameters for Liver Metabolized Drugs (ex :
teofilin) 29 Bauer, L.A., (2008 ), Applied Clinical Pharmacokinetics

30. Implications of Hepatic Disease on Serum Drug Concentration Monitoring and Drug Effects •
Perubahan tersebut t’gantung pd terikatnya konsentrasi senyawa obat dg sel hati. • Persamaan
metabolisme obat di hati dpt dihitung dg: LBF  hati aliran darah, fB  fraksi obat terikat dlm darah
Cl'int  intrinsik clearance Jika CrCl <50ml/menit  hindari p’gunaan ribavirin dan interferon α. 30
Bauer, L.A., (2008 ), Applied Clinical Pharmacokinetics

31. Efek Penyakit Hati Terhadap Aktivitas Farmakologi Obat 1. Perubahan trhdp parameter
farmakokinetika obat 2. Perubahan farmakodinamika akibat proses penyakit yang terjadi 31

32. Penyakit hati dpt m’akibatkan : • Akumulasi obat; • Kegagalan m’bentuk metabolit aktif/inaktif; •
Pe↑BA oral; • Efek lain yg terkait ikatan protein dan fungsi ginjal 32

33. Prinsip Penggunaan Obat pd Penderita Gangguan Hati Yg Berat • Pemilihan obat yg eliminasinya
melalui ekskresi ginjal. • Hindari p’gunaan obat diuretik, obat yg menyebabkan konstipasi,
antikoagulan oral, kontrasepsi oral dan obat hepatotoksik. • Lakukan penyesuaian dosis. 33

34. Beberapa Pilihan dlm Penatalaksanaan Dosis Obat pd Pasien Kerusakan Fungsi Hati • Mengurangi
dosis obat tetapi interval dosis normal, • M’gunakan dosis normal ttpi memperpanjang interval obat,
• Memodifikasi dosis serta interval pemberian obat. 34

35. Obat2 berikut ini memerlukan perhatian khusus pd penderita gangguan hati:  Sedatif
(benzodiazepin, opioid)  dpt menimbulkan koma.  Pct, halotan, INH  terkait dosis, pd dosis ↑
menimbulkan kerusakan tinggi.  Obat-obat lainnya : - Propanolol - Furosemid - Lansoprazol -
Warfarin - Fenitoin - Diazepam - Klorpromasina 35 - Kloramfenikol - Digitoksin - Teofilin -
Tolbutamida - Klindamisin - Morfina - Heksobarbiton - Tiopenton - Antipirin

36. Obat-obat Yang Dimetabolisme Terutama Pada Organ Hati 1. Lidokain 2. Procainamide 3.
Quinidine 4. Phenytoin 5. Carbamazepine 6. Valproic acid 7. Phenobarbital 8. Ethosuximide 9.
Cyclosporine 10. Tacrolimus 11. Theophyline 12. Diazepam 13. Isoniazid 36

37. Obat2an dg indeks terapi sempit yg >60% dieliminasikan pd hati (FDA, 1988): • Aminophylline •
Carbamazepine • Clindamycin • Clonidine • Valproic Acid • Warfarin sodium • Theophylline •
Guanethidine • Quinidine gluconate 37 • Isoproterenol • Levoxyine • Prazosin • Procainamide •
Phenytoin • Minoxidil • Oxytriphylline

38. Obat2 yg m’induksi kerusakan hati: • ACE inhibitor  gangguan kolestatik • PCT  kerusakan sel
hati • Alkohol hepatitis dan sirosis • Allupurinol  hepatitis dan kerusakan sel hati •
Aminoglutetimid  kolestasis • Asam amino salisilat  menimbulkan rx hipersensitivitas • Amiodaron
 sirosis dan hepatitis • Amoxicilin dan asam klafulanat kolestasis 38

39. Gang Hati pd Geriatik • Pd pasien usia lanjut  p’berian obat dlm jumlah byk hendaknya dihindari
krn perlu adanya perhatian yg khusus trhdp pasien dg usia lanjut yg m’alami gang fungsi hati
dikarenakan aliran darah ke hati pd pasien umur >60 thn berkurang hingga 50-60% dibandingkan pd
pasien usia muda (20–30 thn) (Katzung, 2004). 39

40. CONTOH KASUS PASIEN GANGGUAN HATI

41. Bp.Doni berusia 65 tahun, berat badan 70 kg. Memiliki riwayat CHF dan mendapatkan terapi
pengobatan dengan digoksin tablet 0,25mg/hari. Hasil laboratorium : - total bilirubin 3,4 mg/dl -
serum albumin 2,5 g/dl - protrombine time 6,7 - ascites sedang - hepatic encephalopathy sedang
42. • Dari data hasil lab, dapat kita hitung child-pugh scores, yaitu : Hasil Laboratorium Nilai Child-
pugh score Bilirubin total 3,4 mg/dl 3 Serum albumin 2,5 g/dl 3 Protrombin time 6,7 3 Ascites sedang
3 Hepatic encephalophaty sedang 2 Total score 14

43. • Dari data ini dpt disimpulkan bahwa pasien mengalami pe↓ fungsi hati yg signifikan, sehingga
dosis awal perlu diturunkan 50% dari dosis awal pd pasien normal. • Pemberian obat pada pasien
gangguan hati dpt dengan cara dosis diturunkan dan interval pemberian tetap. – Dosis digoksin
0,25mg/hr  0,125mg/hr (1xsehari)

44. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik, Departemen Kesehatan RI. Bauer, L.A., (2008), Applied clinical
pharmacokinetics, New York : McGraw-Hill. Dipiro, J.T., & Talbert, R.L., et al., (2008),
Pharmacoterapy a patophysiologic approach (7thEd), New York : McGraw-Hill. Verbeeck, RK., 2008,
Pharmacokinetics and Dosage Adjustment In Patients with Hepatic Dysfunction, Eur. J. Clin
Pharmacol (64).

https://www.slideshare.net/witanurma/ftt2-gangguan-hati-kel-1

FARMAKOTERAPI PADA PASIEN DENGAN KONDISI PATOLOGIS PENYAKIT HATI


November 21, 2013 Leave a comment

Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostatis tubuh meliputi:

– Metabolisme

– Biotransformasi

– Sintesis

– Penyimpanan

– Imunologi
Hati dapat mempertahankan fungsinya bila terjadi gangguan ringan. Pada gangguan berat terjadi
gangguan fungsi yang serius dan berakibat fatal. Penyakit hati adalah suatu istilah untuk sekumpulan
kondisi-kondisi, penyakit-penyakit dan infeksi-infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan,
struktur dan fungsi dari hati.

PENYEBAB DAN RISIKO PENYAKIT

Penyakit hati dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang bervariasi. Penyebab-penyebabnya


termasuk:

– Kerusakan-kerusakan bawaan sejak lahir atau kelainan-kelainan hati yang hadir pada kelahiran

– Kelainan-kelainan metabolisme atau kerusakan dalam proses dasar tubuh

– Infeksi-infeksi virus atau bakteri

– Alkohol atau keracunan oleh racun

– Obat-obat terentu yang merupakan racun bagi hati

– Kekurangan Gizi (nutrisi)

– Trauma atau luka

Penyakit-penyakit hati yang kemungkinan besar terjadi pada anak-anak termasuk:

– Alagille’s syndrome, suatu kondisi dimana saluran empedu menyempit dan memburuk,
terutama pada tahun pertama kehidupan
– Alpha 1- antitrypsin deficiency, suatu penyakit hati genetik pada anak yang dapat menuju ke
hepatitis dan sirosis hati

– Biliary atresia, suatu kondis dimana saluran empedu yang terbentang dari hati ke usus halus
adalah terlalu kecil penampangnya atau sama sekali tidak ada

– Galactosemia, suatu penyakit keturunan dimana tubuh tidak dapat mentoleransi gula-gula
tertentu didalam susu. Gula-gula ini dapat memperluas, menyebabkan kerusakan yang serius
terhadap hati dan organ-organ lainnya dari tubuh.

– Hemorrhagic telangiectasia, suatu kondisi dimana pembuluh darah yang tipis mengizinkan
perdarahan yang mudah dan sering dari kulit dan saluran pencernaan

– Hepatitis aktif kronis, suatu peradangan hati yang menyebabkan luka yang meninggalkan
parut dan gangguan fungsi hati

– Kanker hati, yang dapat berasal dari kanker pada bagian tubuh lainnya yang telah menyebar
ke hati

– Neonatal hepatitis, adalah hepatitis pada bayi baru lahir yang terjadi pada beberapa bulan
pertama kelahiran

– Reye’s syndrome, suatu kondisi yang menyebabkan meluasnya lemak di hati. Pada beberapa
kasus kondisi ini dikaitkan dengan penggunaan aspirin, terutama yang berhubungan dengan
chickenpox, influenza, atau penyakit-penyakit lainnya dengan demam

– Thalassemia, satu grup dari anemia yang diwariskan, atau jumlah darah merah yang rendah

– Tyrosinemia, suatu kelainan yang menyebabkan persoalan serius dengan metabolisme hati
– Wilson’s disease, suatu kondisi warisan (keturunan) yang menyebabkan meluasnya dari
mineral tembaga didalam hati

Penyakit-penyakit hati yang kemungkinan besar terjadi pada orang dewasa termasuk:

– Batu empedu, yang mungkin dapat menyumbat saluran empedu

– Hemochromatosis, suatu kondisi yang menyebabkan tubuh menyerap dan menyimpan terlalu
banyak besi. Penumpukan dari besi menyebabkan kerusakan hati dan organ-organ lainnya

– Hepatitis, suatu peradangan dan infeksi dari hati disebabkan oleh salah satu dari beberapa
virus-virus

– Penyakit cystic dari hati, yang menyebabkan luka-luka dan massa-massa yang terisi cairan di
hati

– Porphyria, suatu kondisi yang menyebabkan kesalahan fungsi dalam bagaimana tubuh
menggunakan porphyrins. Porphyrins adalah sangat penting pada pembuatan haemoglobin didalam
sel darah merah, untuk mengangkut oksigen keseluruh tubuh

– Primary sclerosing cholangitis, suatu kondisi yang menyebabkan saluran empedu dari hati
menyempit karena peradangan dan luka goresan

– Sarcoidosis, suatu penyakit yang menyebabkan suatu perluasan dari luka-luka di hati dan
organ-organ lainnya dari tubuh

– Sirosis, suatu kondisi serius yang menyebabkan jaringan dan sel-sel hati diganti oleh jaringan
parut

– Type I glycogen storage disease, yang menyebabkan persoalan pada pengontrolan gula darah
ketika sesorang sedang puasa
Penyakit hati yang berhubungan dengan alkohol termasuk:

Hepatitis alkoholik

Penyakit fatty liver yang menyebabkan pembesaran hati

Sirosis alkoholik

HAL-HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DALAM PEMBERIAN OBAT YANG DIMETABOLISME DI


HATI

Obat-obat hepatotoksik.

Obat ini umumnya menyebabkan toksik pada pasien dengan gangguan fungsi hati.

Ikatan protein

Hati merupakan sumber utama dalam sintesis protein plasma (misalnya; albumin).Pada gangguan
hati, jumlah protein plasma akan berkurang, sehingga protein yang tersedia untuk berikatan sedikit,
dan obat yang bebas akan banyak. Hal ini dapat meningkatkan efek dan toksisitas, terutama untuk
obat yang memiliki indeks terapeutik sempit dan ikatannya dengan protein plasma tinggi.

Antikoagulan dan obat-obat yang menyebabkan pendarahan.

Hati merupakan tempat utama dalam pembentukan faktor pembekuan darah dan akan terjadi resiko
pendaharan pada penderita yang kondisi hatinya buruk.

EFEK PENYAKIT HATI TERHADAP AKTIVITAS FARMAKOLOGI OBAT

Perubahan terhadap parameter farmakokinetika obat


Perubahan farmakodinamika akibat proses penyakit yang terjadi

Efek penyakit hati terhadap farmakokinetika obat terutama disebabkan oleh

Obat dimetabolisme oleh satu atau lebih enzim pada sel didalam bagian2 hati yang berbeda.

Beberapa obat dan metabolitnya diekskresikan melalui sekresi bilier

Penyakit hati dapat mengakibatkan antara lain:

Akumulasi obat

Kegagalan membentuk metabolit aktif/inaktif

Peningkatan ba oral

Efek lain yang terkait ikatan protein dan fungsi ginjal

PANDUAN UMUM DALAM PERESEPAN OBAT PADA GANGGUAN HATI

Hindari obat-obat hepatotoksik.

Gunakan obat-obat yang aman untuk ginjal sebagai pilihan.

Monitor efek samping obat untuk obat yang aman untuk hati.

Hindari obat yang meningkatkan resiko pendarahan.

Hindari obat-obat sedatif jika ada resiko ensepalopati hepatika.

Pada kelainan hati sedang dan berat dapat dilakukan pengurangan dosis untuk obat yang
dimetabolisme utama di hati atau meningkatkan interval untuk semua obat yang kurang aman untuk
hati.

Jika albumin rendah pertimbangkan untuk menurunkan dosis obat yang ikatan proteinnya tinggi.

Obat yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit harus digunakan secara hati-hati dan harus
dimonitor.

Pada pilihannya gunakan obat lama, obat yang dibuat dengan baik, jika dalam pengalaman
penggunaan obat menyebabkan gangguan hati.
Sedapat mungkin gunakan dosis terendah dan tingkatkan kehati-hatian berdasarkan respon efek
sampingnya

TERAPI PADA PENYAKIT HATI


1. Terapi tanpa obat
2. Terapi dengan obat
3. Terapi dengan vaksinasi
4. Terapi transplantasi hati

TERAPI TANPA OBAT

Diet seimbang, jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan dan
aktivitas.

Diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan
untuk mencegah sembelit

Manjalankan pola hidup teratur

Konsultasi dengan petugas kesehatan

TERAPI OBAT

Aminoglikosida:

– untuk abses hati yang disebabkan karena bakteri. Diberikan tiga kali dalam sehari secara
teratur selama tujuh hari berturut-turut atau atas anjuran dokter

Antiamuba:

– dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline, diloxanide furoate, emetine, etofamide,


metronidazole, secnidazole, teclozan, tibroquinol, tinidazole adalah preparat yang digunakan untuk
amubiasis. Dengan terapi ini maka risiko terjadinya abses hati karena amuba dapat diminimalkan
Antimalaria: klorokuin, dapat juga digunakan untuk mengobati amubiasis. Obat ini mencegah
perkembangan abses hati yang disebabkan oleh amuba.

Antivirus: Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif untuk penderita hepatitis B. Obat ini
mempengaruhi proses replikasi DNA dan membatasi kemampuan virus hepatitis B berproliferasi.
Pengobatan dengan lamivudine akan menghasilkan HBV menjadi negatif pada semua pasien selama
1 bulan. Dalam pengobatan Anti Retroviral (ARV) pada koinfeksi hepatitis C, saat ini tersedia ARV
gratis di Indonesia. ARV yang tersedia gratis adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine) dan Neviral
(Nevirapine). Sedangkan Efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam jumlah yang amat terbatas.
Didanosine atau Stavudine tidak boleh diminum untuk penderita sedang mendapat pengobatan
Interferon dan Ribavirin, karena beratnya efek samping faal hati.

Thymosin alpha 1 adalah suatu imunomodulator yang dapat digunakan pada terapi hepatitis B
kronik sebagai monoterapi atau terapi kombinasi dengan interferon.

Diuretik tertentu, seperti Spironolactone dan furosemid dapat membantu mengatasi edema yang
menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa asites. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
gangguan keseimbangan elektrolit atau gangguan ginjal berat karena menyebabkan ekskresi
elektrolit

Kolagogum, kolelitolitik dan hepatic protector, golongan ini digunakan untuk melindungi hati dari
kerusakan yang lebih berat akibat hepatitis dan kondisi lain. Misalnya: kalsium pantotenate, L-
ornitine-L-aspartate, lactose, metadoxine, phosphatidyl choline, silymarin dan ursodeoxycholic acid

Multivitamin dengan mineral, golongan ini digunakan sebagai terapi, Sebagai terapi penunjang
pada pasien hepatitis dan penyakit hati lainnya. Vitamin terdiri dari vitamin larut lemak (A, D, E, K)
dan vitamin larut air (C dan B).

Terapi dengan Vaksinasi, Interferon mempunyai sistem imun alamiah tubuh dan bertugas untuk
melawan virus. Obat ini bermanfaat dalam menangani hepatitis B, C dan D. Imunoglobulin hepatitis
B dapat membantu mencegah berulangnya hepatitis B setelah transplantasi hati.

Terapi dengan Transplantasi Hati, dewasa ini merupakan terapi yang diterima untuk kegagalan
hati fulminan yang tak dapat pulih dan untuk komplikasi-komplikasi penyakit hati kronis tahap akhir.
Penentuan saat transplantasi hati sangat kompleks. Para pasien dengan kegagalan hati fulminan
dipertimbangkan untuk transplantasi bila terdapat tanda-tanda ensefalopati lanjut, koagulapati
mencolok (waktu prothrombin 20 menit) atau hipoglikemia. Pada pasien dengan penyakit hati kronis
dipertimbangkan untuk transplantasi bila terdapat komplikasi-komplikasi yang meliputi asites
refrakter, peritonitis bakterial spontan, ensefalopati, perdarahan varises atau gangguan parah pada
fungsi sintesis dengan koagulopati atau hipoalbuminemia.

PRINSIP PENGGUNAAN OBAT PADA PENDERITA GANGGUAN HATI YANG BERAT:

Usahakan memilih obat yang eliminasinya melalui ekskresi ginjal.


Hindari penggunaan obat depresan SSP, diuretik, obat yang menyebabkan konstipasi, antikoagulan
oral, kontrasepsi oral, dan obat hepatotoksik.

Lakukan penyesuaian dosis

Obat-obat berikut ini memerlukan perhatian khusus pada penderita gangguan hati:

Sedatif (benzodiazepin, opioid) : dapat menimbulkan koma.

Diuretik : ensefalopati

Warfarin, AINS, aspirin : penurunan atau gangguan produksi faktor pembekuan darah dapat
menimbulkan risiko perdarahan

INH dan rifampisin : mempengaruhi enzim hati

Parasetamol, halotan, isoniazid : terkait dosis

BEBERAPA PILIHAN DALAM PENATALAKSANAAN DOSIS OBAT PADA PASIEN KERUSAKAN FUNGSI
HATI

mengurangi dosis obat tetapi interval dosis normal,

menggunakan dosis normal tetapi memperpanjang interval obat,

dan memodifikasi dosis serta interval pemberian obat

PERTIMBANGAN DOSIS PADA PENYAKIT HATI

Dosis dan interval pemberian obat yang akan diberikan pada pasien dengan gangguan hati harus
mempertimbangkan hal-hal berikut:

Sifat dan Keparahan Penyakit


Jenis dan keparahan penyakit hati mempengaruhi farmakokinetiak obat dalam porsi yang tidak sama
besar

Eliminasi Obat

Secara umum obat dimetabolisme dalam tubuh dalam dua bentuk:

Fraksi obat yang dieliminasikan dalam bentuk asalnya, fe

Fraksi obat yang dimetabolisme, 1-fe

Fraksi ini dapat ditentukan dari klirens hepatik (ClH) dan klirens tubuh total (Cl). Fraksi ini
memungkinkan untuk mengetahui klirens total saat fungsi hati berkurang. Obat dengan fe kecil,
sangat dipengaruhi oleh fungsi hati

Rute Adminitrasi Obat

Jika obat mengalami first fast effect sebagian obat akan hilang karena metabolism presistemik dan
bioavaibilitasnya akan meningkat. Pengurangan secara terus-menerus terjadi pada kliren hepatic dan
pada efek first fast hasilnya kan meningkatkan konsentrasi stdy state untk obat yg diguanakan secara
oral.

Ikatan Protein

Hati mempoduksi albumin dan alfa 1 asam glikoprotein adalh dua senyawa protein yang menikat
obat2 asam dan basa terutama dalam darah. Pasien dengan sirosis produksi protein ini berkurang
sehingga obat bebas meningkat dlm darah karena kurangnya ikatan protein

Laju Darah Hepatik dan Bersihan Intrinsik

Aliran darah ke hati menurun pada pasien sirosis karena sel hati digantikan oleh jaringan yang tidak
berfungsi yg mana akan meningkatkan tekanan dari dalm organ menyebabkan tekanan vena portal
tinggi dan juga aliran darah disekitar hati. Penurunan aliran darah hati menyebabkan sebagian obat
tetap mengandalkan sel hati dan menekan kliren hepatic obat sehingga meningkatkan bioavaibilitas
obat.

Obstruksi Bilier

Ekskresi bilier dari beberapa obat dan metabolit terutama konjungat glukoronida akan berkurang.

Perubahan Secara Farmakodinamik

Sensitivitas jaringan dapat terganggu.

Range Terapetik

PENENTUAN DOSIS PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT HATI

Uji lab terbatas dalam menentukan fungsi hati aspartese aminotransferase dan alanine amino
transferase mendeteksi kerusakan sel hati, bukan menunjukkan fungsi hati sedangkan serum
bilirubin hanya suatu ukuran untuk menentukan obstruksi bilier. Tak ada tes tunggal yang akurat
untuk mengetahui fungsi hati total. Umumnya untuk mengetahui kemampuan hati mematabolime
obat yaitu dengan menentukan nilai child pugh pada pasien Penyesuaian dengan menggunakan
metode Child`s Pugh score digunakan sebagai suatu pendekatan untuk menyesuaikan dosis pada
pasien dengan penyakit hati.

Prinsip umum penggunaan obat pada pasien penyakit hati yang berat, adalah :

Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasinya terutama melalui ekskresi ginjal.

Hindarkan penggunaan : obat-obat yang mendepresi susunan saraf pusat (terutama morfin),
diuretic tiazid dan diuretic kuat, obat-obat yang menyebabkan konstipasi, antikoagulan oral,
kontrasepsi oral, dan obat-obat hepatotoksik.

Gunakan dosis yang lebih rendah dari normal, terutama obat-obat yang eliminasi utamanya
melalui metabolism hati, dengan cara
menurunkan dosis dengan interval pemberian normal

memberikan dosis biasa dengan memperpanjang interval pemberian

mengatur besarnya dosis sekaligus interval pemberian

Tidak ada pedoman umum untuk menghitung berapa besar dosis yang harus diturunkan, maka
gunakan educated guess atau bila ada, ikuti petunjuk dari pabrik obat yang bersangkutan. Kemudian
monitor respon klinik pasien, dan bila perlu monitor kadar obat dalam plasma, serta uji fungsi hati
pada pasien dengan fungsi hati yang berfluktuasi.

Penjelasan beberapa obat yang tidak dibolehkan atau dihindarkan penggunaannya pada pasien
penyakit hati :

Morfin : merupakan obat yang dimetabolisme terutama pada hati. Jika diberikan pada pasien
dengan gangguan fungsi hati maka akan memperlama kerja hati dalam metabolisme obat sehingga
akan memperparah fungsi hati serta morfin atau golongan opiod lainnya akan terakumulasi pada
hati dan dapat meningkatkan kadar opiod dalam plasma, sehingga dapat meningkatkan efek
samping yang mungkin muncul.

Diuretic tiazid dan diuretic kuat merupakan obat-obat yang seutuhnya dimetabolisme di hati.

Obat-obat hepatotoksik : obat-obat ini akan mempercepat perusakan dari sel-sel hati.

PENENTUAN DOSIS BERDASARKAN CHILD`S PUGH SKOR

Tes/ gejala Nilai point 1 Nilai poin 2 Nilai poin 3

Total bilirubin (mg/dl)Serum albumin (g/dl)

Waktu protrombin (sec)

Ascites

Pembesaran hati

< 2.0>3.5
<4

Tidak ada

Tidak ada

2.0-3.02.8-3.5

4-6

Samar2

Sedang

>3.0<2.8

>6

Sedang

Beberapa

Skor 8–9 penurunan sekitar 25% dari dosis awal dari obat-obat yang terutama (60%) dimetabolisme
oleh hati.

Skor 10 atau lebih penurunan yang signifikan (sekitar 50%) dari dosis awal dari obat-obat yang
terutama dimetabolisme oleh hati.

Contoh: Dosis lazim dari suatu obat yang 95 % dimetabolisme hati adalah 500 mg setiap 6 jam dan
dosis total per hari adalah 2000 mg. Untuk pasien sirosis hati dengan skor 12 (Child-Pugh score),
dosis awal harus dikurangi 50% dari dosis awal menjadi 1000 mg/hari. Obat dapat diresepkan pada
pasien 250 mg setiap 12 jam. Pasien harus dimonitor ketat untuk efek farmakologis dan efek toksik
dari pengobatan, dan dosis dapat disesuaikan sesuai kebutuhan pasien.

OBAT-OBAT YANG DIMETABOLISME TERUTAMA PADA ORGAN HATI

Lidokain

Procainamide

Quinidine

Phenytoin

Carbamazepine

Valproic acid

Phenobarbital

Ethosuximide

Cyclosporine

Tacrolimus

Theophyline

Diazepam

Isoniazid

Beberapa contoh obat-obatan indeks terapi sempit yang lebih dari 60% dieliminasikan pada hati
seperti (FDA, 1988):

Aminophylline

Carbamazepine

Clindamycin

Clonidine

Valproic Acid

Warfarin sodium
Theophylline

Guanethidine

Quinidine gluconate

Isoproterenol

Levoxyine

Prazosin

Procainamide

Phenytoin

Minoxidil

Oxytriphylline

Obat-obat yang menginduksi kerusakan hati:

ACE inhibitor : gangguan kolestatik

PCT : kerusakan sel hati

Alkohol : hepatitis dan sirosis

Aldesleukin

Allupurinol : hepatitis dan kerusakan sel hati

Aminoglutetimid : kolestasis

Asam amino salisilat : dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas

Amiodaron : sirosis dan hepatitis

Amoxicilin dan asam klafulanat : kolestasis

Pada BNF 57 tertera banyak obat yang harus dihindari pemakaiannya karena dapat menyebabkan
kerusakan pada hati,diantaranya obat golongan:
Antivirus : abacavir

Antigipertensi : ACE inhibitor

NSAID : asiklofenak

Antikoagulan : Acenokumarol

Opioid analgetik : alfentanil

Anxyolitik dan hipnotik : alprazolam

Diuretik : golongan thiazid

Gol.statin : atorvastatin

Kontrasepsi : desogestrol

Sulfonilurea : glibenklamid

https://zamharira021.wordpress.com/2013/11/21/farmakoterapi-pada-pasien-dengan-kondisi-
patologis-penyakit-hati/

Anda mungkin juga menyukai