Anda di halaman 1dari 4

Penatalaksanaan diet pada penderita sirosis hepatis et causa hepatitis B

Dibuat oleh: Anindian Setyo Rahmawati,Modifikasi terakhir pada Tue 31 of May, 2011 [08:10 UTC] Abstrak Sirosis hepatis merupakan suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi. Penyebab dari sirosis hati antara lain infeksi virus hepatitis (virus hepatitis B dan C). Gejala dan tanda sirosis dikarenakan 2 mekanisme yaitu kegagalan faal hati dan hipertensi porta, sehingga selain pengobatan berdasarkan etiologi dan simptomatis, juga dilakukan pengobatan suportif seperti dengan diet.

Keywords Sirosis hepatis, hepatitis B, diet

Diagnosis Sirosis hepatis et causa hepatitis B

Terapi Pasien ini dirawat selama 7 hari dengan diberikan non farmakologis seperti bed rest, diet tinggi protein tinggi kalori, diet rendah garam dan terapi farmakologis yaitu ranitidine 2 x 1 gr, Injeksi cefotaxime 1 Ampul/12 jam diberikan selama 2 hari untuk mengatasi infeksi dan mencegah terjadinya peritonitis bakterial spontan dan dilanjutkan dengan antibiotika golongan sefalosporin generasi ketiga 3 x 500 mg, Spironolakton 1 x 100 mg/hari, sehingga diharapkan kualitas hidup penderita dapat ditingkatkan.

Kasus

Seorang laki-laki usia 47 tahun datang dengan keluhan utama perut terasa kembung dan semakin membesar 20 hari SMRS. Paien juga tidak bisa kentut dan merasa sesak napas 20 hari SMRS. Pasien mengeluh demam(+), mual (+), muntah darah 1 x di rumah. Riwayat sakit kuning (+), hipertensi (-), sakit jantung (-).Riwayat penggunaan alkohol (-).Riwayat keluarga dengan sakit serupa (-). Pada pemeriksaan fisik, penderita tampak lemah, perut membesar, TD 100/70 mmHg. Konjungtiva tampak anemis, sklera ikterik. Tidak ada pembesaran jantung, tidak ditemukan suara wheezing maupun ronki. Abdomen tampak cembung, caput medussae (-), bising usus (+) menurun, supel, nyeri tekan (+) di hipokondrium kanan dan epigastrium, tes undulasi (+), hepar tidak teraba, lien tak teraba, pekak alih (+), pekak sisi (+). Pada ekstremitas superior maupun inferior dalam batas normal. Pemeriksaan darah menunjukkan kadar hemoglobin 8,5 g/dl, Hmt 26%, AT 120x 103 /ul, LED 1 jam 65 mm, LED 2 jam 87 mm, ureum 57,6 mg/dl, kreatinin 1,26 mg/dl, SGOT 812,7 U/L, SGPT 163,3 U/L, bilirubin total 4,7 mg/dl, bilirubin direk 1,95 mg/dl, albumin 2,37 g/dl, HbsAg reaktif. Pada USG abdomen tampak gambaran ascites (+++),gambaran sirosis hepatis dan hemangioma lobus sinistra hepar.

Diskusi Manajemen diet pada sirosis ditujukan agar status nutrisi penderita tetap terjaga, mencegah memburuknya penyakit hati, dan mencegah terjadinya ensefalopati hepatik sehingga kualitas serta harapan hidup penderita juga akan membaik. Pada pasien ini dilakukan diet tinggi protein dan tinggi kalori untuk memperbaiki status gizi pasien. Pemberian protein pada penderita sirosis memang cukup memusingkan. Kelebihan protein dapat mengakibatkan peningkatan amonia darah yang berbahaya, sedangkan kekurangan protein akan menghambat penyembuhan sel hati. Saat ini para dokter lebih memilih untuk memberikan diet tinggi kalori tinggi protein dengan maksud agar sel-sel hati dapat beregenerasi. Sedangkan untuk mengontrol tingkat amonia darah digunakan laktulosa dan atau suatu jenis antibiotik yang bernama neomisin. Pada keadaan sirosis hati lanjut, terjadi pemecahan protein otot. Asam amino rantai cabang (AARC) yang terdiri dari valin, leusin, dan isoleusin digunakan sebagai sumber energi (kompensasi gangguan glukosa sebagai sumber energi) dan untuk metabolisme amonia. Dalam hal ini, otot rangka berperan sebagai organ hati kedua sehingga disarankan penderita sirosis hati mempunyai massa otot yang baik dan bertubuh agak gemuk. Dengan demikian, diharapkan cadangan energi lebih banyak, stadium kompensata dapat dipertahankan, dan penderita tidak mudah jatuh pada keadaan koma. Menurut Wolf (2011) nutrisi yang seimbang baik dari segi kalori, karbohidrat, protein dan lemak, akan membawa pengaruh yang baik untuk memperbaiki kerusakan sel hati. Pada tingkat tertentu, kerusakan sel hati masih bisa diperbaiki dengan cara memproduksi sel hati baru yang sehat. Widiastuti dan Mulyati (2005) meneliti bahwa kadar albumin secara umum rata-rata meningkat pada pasien sirosis hati yang diberikan suplemen asam amino rantai cabang (AARC). Penderita sirosis hati harus meringankan beban kerja hati. Aktivitas sehari-hari disesuaikan dengan kondisi tubuh. Pemberian obat-obatan (hepatotoksik) harus dilakukan dengan sangat

hati-hati. Penderita harus melakukan diet seimbang, cukup kalori, dan mencegah konstipasi. Pada keadaan tertentu, misalnya, asites perlu diet rendah protein dan rendah garam. Terapi ditujukan mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi. Bilamana tidak ada koma hepatik diberikan diet yang mengandung protein 1 gr/KgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari. a. Tatalaksana pasien sirosis kompensata. Bertujuan untuk mengurangi progresi kerusakan hati. Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan etiologi, diantaranya: i. Alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencederai hati dihentikan penggunaannya. Pemberian asetaminofen, kolkisin, dan obat herbal bisa menghambat kolagenik. ii. Pada hepatitis autoimun, bisa diberikan steroid atau imunosupresif.

iii. Pada hemokromatosis flebotomi setiap minggu sampai konsentrasi besi menjadi normal dan diulang sesuai kebutuhan. iv. Pada penyakit hati nonalkoholik, menurunkan berat badan akan mencegah terjadinya sirosis. v. Pada hepatitis B, IFN alfa dan lamivudin (analog nukleosida) merupakan terapi utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg secara oral setiap hari selama 1 tahun. b. Tatalaksana pasien sirosis dekompensata

1. Asites: Tirah baring Diet rendah garam, 5,2 gr atau 90 mmol/ hari.

2. Ensefalopati hepatik Intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta toksin-toksin yang berasal dari usus dengan jalan : - Diet rendah protein - Pemberian antibiotik (neomisin). Neomisin bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil amonia, diet rendah protein dikurangi sampai 0,5 gr/ kgBB/ hari, terutama diberikan yang kaya asam amino rantai cabang. - Pemberian lactulosa/ lactikol

3. Sindroma hepatorenal Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian diuretik yang berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan elektrolit, perdarahan dan infeksi. Penanganan secara konservatif dapat dilakukan berupa : restriksi cairan, garam, potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang nefrotoksik.

Kesimpulan Diet sirosis hepatis pada pasien ini sudah sesuai dengan kaidah karena diet merupakan terapi suportif yang bertujuan untuk mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi Referensi 1. Chung Raymond T, Padolsky Daniel K. Cirrhosis and Its Complications. Dalam:Harrisons Principle of Internal Medicine. Edisi XVI. 2005. Newyork: McGrawHill Companies. 1844-1855. 2. Kusumobroto, Hernomo. Sirosis Hati. Dalam buku ajar Ilmu Penyakit Hati. edisi I, Jakarta, Jayabadi, 2007, hal 335-45 3. Lindseth, Gleda . Sirosis Hati. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-prosesPenyakit Volume I. Edisi VI. Jakarta: EGC, 2005. 493-501 4. Nurdjanah Siti. Sirosis Hati. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. EdisiIV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006. 443-446 5. Widiastuti, Yuliati dan Tatik Mulyati. 2005. Pengaruh BCAA Terhadap Kadar Albumin Pasien Sirosis Hepatis di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/26173/1/67_Yuliati_Widiastuti_G2C20122.rtf_A.pdf tanggal 31 Mei 2011. 6. Wolf, David. Cirrhosis. 2011. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/185856-overview# tanggal 30 Mei 2011

Penulis Anindian Setyo Rahmawati, S.Ked. Program Profesi Pendidikan Dokter. Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Temanggung, Kab. Temanggung, Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai