Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hati (liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-
proses penting bagi kehidupan yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam
empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalm tubuh .
Hati yang sehat bisa menyaring racun dan melakukan proses detoksifikasi secara optimal. Bila
hati sakit, otomatis racun bakal tertumpuk dan tubuh rentan terkena penyakit serius.
Hati atau lever merupakan organ paling besar dan paling berat yang ada di dalam tubuh.
Beratnya se r 3 pound atau 1,3 kg. Letaknya berada di bagian atas sebelah kanan abdomen dan di
bawah tulang rusuk. Organ hati yang cukup besar ini setara dengan fungsinya yang cukup berat.
Setidaknya lebih dari 500 pekerjaan dilakukan oleh lever. Hati menjadi tempat menyaring segala
sesuatu yang dikonsumsi maupun dihirup manusia, termasuk yang diserap dari permukaan kulit.
Dalam situs Hepatitis Foundation International disebutkan, lever bertindak sebagai mesin
tubuh, dapur, penyaring, pengolah makanan, pembuangan sampah, dan malaikat pelindung.
Masalahnya, hati merupakan teman yang pendiam. Manakala ada sesuatu yang salah, ia tidak
mengeluh hingga terjadi kerusakan lebih jauh.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakan yang dimaksud dengan gangguan penyakit hati itu?
2. Apa saja kebutuhan zat gizi pada penderita penyakit hati?
3. Apa jenis diet yang diperlukan pada penderita penyakit hati?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan penyakit hati
2. Untuk mengetahui zat gizi apa saja yang dibutuhkan pada penderita gangguan penyakit hati
3. Untuk mengetahui jenis diet yang diperlukan pada penderita penyakit hati

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 GANGGUAN PENYAKIT HATI

Hati (liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-
proses penting bagi kehidupan yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan
asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk
dalm tubuh . Hati yang sehat bisa menyaring racun dan melakukan proses detoksifikasi
secara optimal. Bila hati sakit, otomatis racun bakal tertumpuk dan tubuh rentan terkena
penyakit serius.
Penyakit hati atau penyakit liver adalah penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor yang
merusak hati, seperti virus dan penggunaan alkohol. Obesitas juga berhubungan dengan kerusakan
hati. Seiring waktu, kerusakan hati berdampak pada luka di jaringan (sirosis), yang dapat
menyebabkan gagal hati, suatu kondisi yang mengancam jiwa.
Hati adalah organ yang bekerja paling keras di dalam tubuh. Berukuran seperti bola yang berada
tepat di bawah tulang rusuk di sisi kanan perut Anda. Terdiri dari 2 bagian: lobus kiri dan lobus
kanan. Hati penting untuk mencerna makanan, menyingkirkan tubuh kita dari zat beracun dan
menyimpan energi bagi tubuh untuk digunakan bila diperlukan. (aprilia,2015)

Ada banyak penyebab dan beberapa yang utama menyebabkan penyakit hati adalah:

1. Infeksi

Parasit dan virus dapat menginfeksi hati, menyebabkan peradangan dan mengurangi
fungsi hati. Virus yang menyebabkan kerusakan hati dapat menyebar melalui darah atau urin,
makanan atau air yang terkontaminasi, atau bersentuhan dekat dengan orang yang terinfeksi.
Jenis yang paling umum dari infeksi hati adalah virus hepatitis, termasuk:

 Hepatitis A
 Hepatitis B
 Hepatitis C

2. Kelainan sistem kekebalan tubuh

Penyakit di mana sistem kekebalan tubuh menyerang bagian-bagian tertentu dari tubuh
(autoimun) dapat mempengaruhi hati Anda. Contoh penyakit hati autoimun meliputi:

 Autoimmune hepatitis
 Primary biliary cirrhosis
 Primary sclerosing cholangitis

2
3. Genetika

Ada gen abnormal yang diturunkan dari salah satu atau kedua orang tua Anda dapat
menyebabkan berbagai zat untuk menumpuk dalam hati Anda, yang mengakibatkan
kerusakan hati. Penyakit hati genetik meliputi:

 Hemochromatosis
 Hiperoksaluria dan oxalosis
 Penyakit Wilson

4. Lain-Lain

Tambahan, penyebab umum dari penyakit hati termasuk:

 Penyalah gunaan alkohol kronis


 Lemak terakumulasi dalam hati (penyakit hati berlemak nonalkohol).

Orang dengan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit hati termasuk:

 Penggunaan alkohol berat


 Penyuntikan obat menggunakan jarum bersama
 Tato atau tindikan
 Transfusi darah sebelum tahun 1992
 Terpapar darah dan cairan tubuh orang lain
 Hubungan seks tanpa kondom
 Paparan bahan kimia tertentu atau racun
 Diabetes
 Obesitas
 Tingginya kadar trigliserida dalam darah Anda.

Tanda dan gejala penyakit liver termasuk:

 Kulit dan mata yang tampak kekuningan (jaundice)


 Nyeri perut dan bengkak
 Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
 Kulit yang gatal
 Warna urin gelap
 Warna feses pucat, atau berdarah
 Kelelahan kronis
 Mual atau muntah
 Kehilangan selera makan
 Kecenderungan untuk mudah memar.
3
Pengobatan untuk penyakit hati tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan
penyakit hati Anda. Untuk overdosis parasetamol (juga dikenal sebagai acetaminophen
overdosis), pengobatan dengan membalikkan efek parasetamol. Jika penyebabnya adalah
infeksi virus seperti hepatitis, dokter akan meresepkan obat untuk mengobati infeksi dan
memonitor hati Anda secara teratur. Beberapa masalah hati dapat diobati dengan mudah
dengan modifikasi gaya hidup, seperti menghentikan penggunaan alkohol atau
menurunkan berat badan yang mungkin menjadi bagian dari program kesehatan Anda.
Tapi masalah hati lain mungkin harus diobati dengan obat atau mungkin memerlukan
operasi. Selain itu, pengobatan untuk penyakit hati yang menyebabkan gagal hati
mungkin memerlukan transplantasi hati.

2.2 KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA PENDERITA PENYAKIT HATI

1. Energi Tinggi, untuk mencegah oemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai
dengan kemampuan pasien, ayitu 40 – 45 kkal.kgbb.
2. Lemak Cukup, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah
dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak
dengan asam lemak rantai sedang (medium chain triglyceride / MCT). Jenis lemak ini
tidak membutuhkan aktifitas lipase dan asam empedu dalam proses absorbsinya.
Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat mempertehankan fungsi imun dan proses
sintesis lemak.
3. Protein Agak Tinggi, yaitu 1,25 – 1,5 g/kg BB agar terjadi anabolisme protein. Pada
kasusu hipatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang disertai
peningkatan amoniak dalam darah, pemberian priteian harus dibatasi untuk mencagah
koma, yaitu sebanyak 30 – 40 g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, proteian diberikan
sebanyak 1,25 g/kg BB. Proteian nabati memberikan keuntungan karena kandungan
serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak mellaui fesis. Namun, sering timbul
keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini dapat mengurangi status ensefalopi,
tetapi tidak dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen.
4. Vitamin dan Mineral, diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan
suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada anemia.
5. Natrium, diberikan rendah tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien mendapat
diuretika, garam natrium dapat diberikan labih luas.
6. Cairan, diberikan labih dari baisa kecuali bila ada kontraindikasi.

4
2.3 JENIS DIET YANG DIPERLUKAN PADA PENDERITA PENYAKIT HATI

Menurut Atmarita (2005), terdapat 3 jenis diet khusus penyakit hati. Hal ini didasarkan
pada gejala dan keadaan penyakit pasien. Jenis diet penyakit hati tersebut adalah Diet Hati I
(DH I), Diet Hati II (DH II), dan Diet Hati III (DH III). Selain itu pada diet penyakit hati ini
juga menyertakan Diet Garam Rendah I.

1. Diet Garam Rendah I (DGR I)

Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau atau
hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak menambahkan garam dapur.
Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya. Kadar Natrium pada Diet garam
rendah I ini adalah 200-400 mg Na.

1. Diet Hati I (DH I)

Diet Hati I diberikan bila pasien dala keadaan akut atau bila prekoma sudah dapat
diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat keadaan pasien,
makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30
g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral dengan asam
amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan
valin dapat digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian cairan
maksimal 1 L/hari.

Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin; karena itu
sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau air,
makanan diberikan sebagai Diet Hati I Garam rendah. Bila ada asites hebat dan tanda-
tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Garam Rendah I. Untuk menambah
kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa
cairan glukosa.

1. Diet Hati II (DH II)

Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II kepada pasien
dengan nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam
bentuk lunak / biasa. Protein diberikan 1 g/Kg berat badan dan lemak sedang (20-25%
dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup
mengandung energi, zat besi, vitamin A & C, tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut
beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai diet hati II rendah garam.
Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet Rendah garam I.

5
1. Diet Hati III (DH III)

Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau kepada
pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan sirosis hati yang
nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein, lemak, mi9neral dan vitamin
tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya tetensi garam atau air, makanan diberikan
sebagai Diet Hati III Garam Rendah I.

 Tujuan Diet

Adapun tujuan Diet Hati secara umum antara lain:

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati,
dengan cara:
2. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan/atau
meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
3. Mencegah katabolisme protein.
4. Mencegah penurunan BB atau meningkatkan BB bila kurang.
5. Mencegah atau mengurangi asites, varises esophagus, dan hipertensi portal.
6. Mencegah koma hepatik.

 Syarat Diet

1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai
kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/Kg BB.
2. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energo total, dalam bentuk yang mudah
dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak
dengan asam lemak rantai sedang. Pemberian lemak sebanyak 45 Kg dapat
mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
3. Protein agak tinggi, yaitu 1.25-1.5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Asupan
minimal protein 0.8-1g/Kg BB, protein nabati memberikan keuntungan karena
kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses.
4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan
suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral Zn dan Fe bila ada anemia.
5. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien mendapat
diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.
6. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
7. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa sesuai
kemampuan saluran cerna.

6
 Bahan Makanan yang Dibatasi:

Bahan makanan yang dibatasi untuk Diet Hati I, II, dan III adalaha dari sumber
lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak mengandung lemak dan santan
serta bahan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak,
ketimun, durian, dan nangka.

 Bahan Makanan yang tidak dianjurkan:

Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Hati I, II, III adalah makanan
yang mengandung alkohol, teh atau kopi kental.

 CONTOH MENU 3 HARI

 Menu Hari I
Pagi
1. Bubur Tepung + Kinca
Selingan
1. Roti panggang coklat
Siang
1. Bubur nasi
2. Ikan panggang bumbu kecap
3. Macaroni kukus saus tomat
4. Bening bayam
5. Pepaya
Selingan
1. Pudding maizena
2. Pisang susu
Malam
1. Nasi Tim
2. Semur Ayam
3. Jeruk Manis

 Menu Hari II
Pagi
1. Bubur kacang ijo
Selingan
2. Pudding maizena
3. Pepaya
Siang
1. Ayam suir kecap

7
2. Macaroni panggang
3. Cah bayam jagung
4. Jus apel
Selingan
1. Kraker selai nanas
Malam
1. Cah semur daging
2. Nasi Tim
3. Setup wortel

 Menu Hari III


Pagi
1. Bubur Tepung + Kinca
Selingan
2. Roti saus karamel
3. Pudding maizena
4. Pisang cokelat
Siang
1. Bubur nasi
2. Semur ayam kecap
3. Setup wortel
4. Jus Jeruk manis
Malam
1. Nasi Tim
2. Pepes Tahu
3. Cah Bayam Rebus
4. Maccaroni Schootel Ayam

8
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Untuk mengatasi penyakit hati, pasien perlu mengatur pola dietnya. Adapun
tujuan dalam diet penyakit hati yaitu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal tanpa memberatkan fungsi hati. Dalam diet penyakit hati ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi, sedangkan untuk jenis diet itu sendiri dibagi menjadi 3 yaitu Diet
Hati I, Diet Hati II, Diet Hati III. Dimana masing-masing jenis memiliki indikasi pola
diet tersendiri.

3.2 SARAN

Tulisan ini kami serahkan kepada pembaca untuk dipelajari dan kami
mengharapkan suara-suara yang bermanfaat untuk memperbaiki segala sesuatu yang
dirasa perlu.Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang
menambah pengertian kami mengenai Gizi dan Diet; pada penderita gangguan penyakit
hati yang lebih khusus pada bagian pembahasan pengertian gangguan penyakit hati,
kebutuhan zat gizi penderita penyakit hati, serta kajian tentang teori dari para ahli yang
kami singgung dalam penulisan ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2005, Penuntun Diet, Jakarta: Gramedia.


Sunardi, Susirah Soetardjo. 2007, Terapi Makanan dengan Gangguan Autisme. PT Penerbit
Sarana Bobo.
Sjahmien, Moehji B.Sc.,1979,Ilmu Gizi Jilid I, Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

10

Anda mungkin juga menyukai