PENDAHULUAN
Hati (liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-
proses penting bagi kehidupan yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam
empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalm tubuh .
Hati yang sehat bisa menyaring racun dan melakukan proses detoksifikasi secara optimal. Bila
hati sakit, otomatis racun bakal tertumpuk dan tubuh rentan terkena penyakit serius.
Hati atau lever merupakan organ paling besar dan paling berat yang ada di dalam tubuh.
Beratnya se r 3 pound atau 1,3 kg. Letaknya berada di bagian atas sebelah kanan abdomen dan di
bawah tulang rusuk. Organ hati yang cukup besar ini setara dengan fungsinya yang cukup berat.
Setidaknya lebih dari 500 pekerjaan dilakukan oleh lever. Hati menjadi tempat menyaring segala
sesuatu yang dikonsumsi maupun dihirup manusia, termasuk yang diserap dari permukaan kulit.
Dalam situs Hepatitis Foundation International disebutkan, lever bertindak sebagai mesin
tubuh, dapur, penyaring, pengolah makanan, pembuangan sampah, dan malaikat pelindung.
Masalahnya, hati merupakan teman yang pendiam. Manakala ada sesuatu yang salah, ia tidak
mengeluh hingga terjadi kerusakan lebih jauh.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan penyakit hati
2. Untuk mengetahui zat gizi apa saja yang dibutuhkan pada penderita gangguan penyakit hati
3. Untuk mengetahui jenis diet yang diperlukan pada penderita penyakit hati
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Hati (liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-
proses penting bagi kehidupan yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan
asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk
dalm tubuh . Hati yang sehat bisa menyaring racun dan melakukan proses detoksifikasi
secara optimal. Bila hati sakit, otomatis racun bakal tertumpuk dan tubuh rentan terkena
penyakit serius.
Penyakit hati atau penyakit liver adalah penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor yang
merusak hati, seperti virus dan penggunaan alkohol. Obesitas juga berhubungan dengan kerusakan
hati. Seiring waktu, kerusakan hati berdampak pada luka di jaringan (sirosis), yang dapat
menyebabkan gagal hati, suatu kondisi yang mengancam jiwa.
Hati adalah organ yang bekerja paling keras di dalam tubuh. Berukuran seperti bola yang berada
tepat di bawah tulang rusuk di sisi kanan perut Anda. Terdiri dari 2 bagian: lobus kiri dan lobus
kanan. Hati penting untuk mencerna makanan, menyingkirkan tubuh kita dari zat beracun dan
menyimpan energi bagi tubuh untuk digunakan bila diperlukan. (aprilia,2015)
Ada banyak penyebab dan beberapa yang utama menyebabkan penyakit hati adalah:
1. Infeksi
Parasit dan virus dapat menginfeksi hati, menyebabkan peradangan dan mengurangi
fungsi hati. Virus yang menyebabkan kerusakan hati dapat menyebar melalui darah atau urin,
makanan atau air yang terkontaminasi, atau bersentuhan dekat dengan orang yang terinfeksi.
Jenis yang paling umum dari infeksi hati adalah virus hepatitis, termasuk:
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Penyakit di mana sistem kekebalan tubuh menyerang bagian-bagian tertentu dari tubuh
(autoimun) dapat mempengaruhi hati Anda. Contoh penyakit hati autoimun meliputi:
Autoimmune hepatitis
Primary biliary cirrhosis
Primary sclerosing cholangitis
2
3. Genetika
Ada gen abnormal yang diturunkan dari salah satu atau kedua orang tua Anda dapat
menyebabkan berbagai zat untuk menumpuk dalam hati Anda, yang mengakibatkan
kerusakan hati. Penyakit hati genetik meliputi:
Hemochromatosis
Hiperoksaluria dan oxalosis
Penyakit Wilson
4. Lain-Lain
Orang dengan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit hati termasuk:
1. Energi Tinggi, untuk mencegah oemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai
dengan kemampuan pasien, ayitu 40 – 45 kkal.kgbb.
2. Lemak Cukup, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah
dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak
dengan asam lemak rantai sedang (medium chain triglyceride / MCT). Jenis lemak ini
tidak membutuhkan aktifitas lipase dan asam empedu dalam proses absorbsinya.
Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat mempertehankan fungsi imun dan proses
sintesis lemak.
3. Protein Agak Tinggi, yaitu 1,25 – 1,5 g/kg BB agar terjadi anabolisme protein. Pada
kasusu hipatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang disertai
peningkatan amoniak dalam darah, pemberian priteian harus dibatasi untuk mencagah
koma, yaitu sebanyak 30 – 40 g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, proteian diberikan
sebanyak 1,25 g/kg BB. Proteian nabati memberikan keuntungan karena kandungan
serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak mellaui fesis. Namun, sering timbul
keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini dapat mengurangi status ensefalopi,
tetapi tidak dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen.
4. Vitamin dan Mineral, diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan
suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada anemia.
5. Natrium, diberikan rendah tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien mendapat
diuretika, garam natrium dapat diberikan labih luas.
6. Cairan, diberikan labih dari baisa kecuali bila ada kontraindikasi.
4
2.3 JENIS DIET YANG DIPERLUKAN PADA PENDERITA PENYAKIT HATI
Menurut Atmarita (2005), terdapat 3 jenis diet khusus penyakit hati. Hal ini didasarkan
pada gejala dan keadaan penyakit pasien. Jenis diet penyakit hati tersebut adalah Diet Hati I
(DH I), Diet Hati II (DH II), dan Diet Hati III (DH III). Selain itu pada diet penyakit hati ini
juga menyertakan Diet Garam Rendah I.
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau atau
hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak menambahkan garam dapur.
Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya. Kadar Natrium pada Diet garam
rendah I ini adalah 200-400 mg Na.
Diet Hati I diberikan bila pasien dala keadaan akut atau bila prekoma sudah dapat
diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat keadaan pasien,
makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30
g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral dengan asam
amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan
valin dapat digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian cairan
maksimal 1 L/hari.
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin; karena itu
sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau air,
makanan diberikan sebagai Diet Hati I Garam rendah. Bila ada asites hebat dan tanda-
tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Garam Rendah I. Untuk menambah
kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa
cairan glukosa.
Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II kepada pasien
dengan nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam
bentuk lunak / biasa. Protein diberikan 1 g/Kg berat badan dan lemak sedang (20-25%
dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup
mengandung energi, zat besi, vitamin A & C, tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut
beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai diet hati II rendah garam.
Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet Rendah garam I.
5
1. Diet Hati III (DH III)
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau kepada
pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan sirosis hati yang
nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein, lemak, mi9neral dan vitamin
tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya tetensi garam atau air, makanan diberikan
sebagai Diet Hati III Garam Rendah I.
Tujuan Diet
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati,
dengan cara:
2. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan/atau
meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
3. Mencegah katabolisme protein.
4. Mencegah penurunan BB atau meningkatkan BB bila kurang.
5. Mencegah atau mengurangi asites, varises esophagus, dan hipertensi portal.
6. Mencegah koma hepatik.
Syarat Diet
1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai
kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/Kg BB.
2. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energo total, dalam bentuk yang mudah
dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak
dengan asam lemak rantai sedang. Pemberian lemak sebanyak 45 Kg dapat
mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
3. Protein agak tinggi, yaitu 1.25-1.5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Asupan
minimal protein 0.8-1g/Kg BB, protein nabati memberikan keuntungan karena
kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses.
4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan
suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral Zn dan Fe bila ada anemia.
5. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien mendapat
diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.
6. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
7. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa sesuai
kemampuan saluran cerna.
6
Bahan Makanan yang Dibatasi:
Bahan makanan yang dibatasi untuk Diet Hati I, II, dan III adalaha dari sumber
lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak mengandung lemak dan santan
serta bahan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak,
ketimun, durian, dan nangka.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Hati I, II, III adalah makanan
yang mengandung alkohol, teh atau kopi kental.
Menu Hari I
Pagi
1. Bubur Tepung + Kinca
Selingan
1. Roti panggang coklat
Siang
1. Bubur nasi
2. Ikan panggang bumbu kecap
3. Macaroni kukus saus tomat
4. Bening bayam
5. Pepaya
Selingan
1. Pudding maizena
2. Pisang susu
Malam
1. Nasi Tim
2. Semur Ayam
3. Jeruk Manis
Menu Hari II
Pagi
1. Bubur kacang ijo
Selingan
2. Pudding maizena
3. Pepaya
Siang
1. Ayam suir kecap
7
2. Macaroni panggang
3. Cah bayam jagung
4. Jus apel
Selingan
1. Kraker selai nanas
Malam
1. Cah semur daging
2. Nasi Tim
3. Setup wortel
8
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Untuk mengatasi penyakit hati, pasien perlu mengatur pola dietnya. Adapun
tujuan dalam diet penyakit hati yaitu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal tanpa memberatkan fungsi hati. Dalam diet penyakit hati ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi, sedangkan untuk jenis diet itu sendiri dibagi menjadi 3 yaitu Diet
Hati I, Diet Hati II, Diet Hati III. Dimana masing-masing jenis memiliki indikasi pola
diet tersendiri.
3.2 SARAN
Tulisan ini kami serahkan kepada pembaca untuk dipelajari dan kami
mengharapkan suara-suara yang bermanfaat untuk memperbaiki segala sesuatu yang
dirasa perlu.Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang
menambah pengertian kami mengenai Gizi dan Diet; pada penderita gangguan penyakit
hati yang lebih khusus pada bagian pembahasan pengertian gangguan penyakit hati,
kebutuhan zat gizi penderita penyakit hati, serta kajian tentang teori dari para ahli yang
kami singgung dalam penulisan ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
10