Anda di halaman 1dari 37

 Hati merupakan organ intestinal paling

besar dalam tubuh manusia. Beratnya rata-


rata 1,2 –1,8 kg atau kira-kira 2,5% berat
badan orang dewasa
Fungsi Hati
• Penyimpanan energi,
• Pembentukan protein dan asam empedu,
• Pengaturan metabolisme kolesterol
• Detoksifikasi racun atau obat yang masuk dalam
tubuh
GANGGUAN FUNGSI HATI
Dibedakan menjadi :
 Penyakit hati akut berlangsung sampai 6
bulan
 Penyakit hati kronis berlangsung > 6 bulan

Gagal hati fulminan


– Kegagalan hati yang berakibat kematian
terjadi dalam waktu < 4 minggu
Penyebab Penyakit Hati
Klasifikasi Penyakit Hati
PENYESUAIAN DOSIS PADA PENYAKIT HATI

 Pasien dengan gangguan hati, harus ada


penyesuaian dosis

 Penyesuaian dosis dapat berupa :


 pengurangan dosis
 memperpanjang waktu pemberian obat,
 ataupun kombinasi keduanya
OBAT YANG MEMERLUKAN PENYESUAIAN DOSIS
 Allopurinol : Pengurangan dosis
 Bisoprolol : Maks. 10 mg sehari pada gangguan parah
 Ceftriaxone : Pengurangan dosis dan monitoring konsentrasi
plasma apabila gangguan hati parah
 Cyclophosphamide : Pengurangan dosis
 Cimetidine : Pengurangan dosis
 Doxorubicin : Pengurangan dosis berdasar pada bilirubin
 Metronidazole : Pada gangguan liver berat dengan mengurangi
dosis total harian menjadi sepertiga dan
memberikan sekali dalam sehari
 Phenytoin : Mengurangi dosis untuk mencegah toksisitas
 Propanolol : Pengurangan dosis oral
 Theopillyn : Mengurangi dosis
Obat yang harus dikurangi

 Dosisnya berdasarkan klirens obat :


–Jika obat klirens tinggi, dikurangi 50%
–Jika obat klirens rendah, dikurangi 25%

 Obat klirens tinggi :


Antipsikotik, β-blocker, CCB,
Lignocain, Nitrat, Opioid, Statin, SSRIs,
Antidepresan trisiklik
PARAMETER-PARAMETER FUNGSI HATI NILAI
1. Bilirubin
Bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total
dan bilirubin direk.
Bilirubin indirek : selisih antara bilirubin
total dan bilirubin direk; bilirubin indirek =
total bilirubin - bilirubin direk
Nilai normal : 5.1–17.0 μmol/L ; 0.3–1.0 mg/dL
2. Waktu Prothrombin (Prothrombin
time)
Digunakan untuk menetapkan
kemampuan pembekuan darah pada
pengukuran dosis warfarin, gangguan
fungsi hati, dan dosis vitamin K di dalam
tubuh.
Range biasanya sekitar 12–18 detik dan
range normal untuk INR adalah 0.8–1.2.
3. Albumin
 Banyak terdapat pada protein plasma manusia.
 Albumin penting untuk mengatur tekanan osmotik
yang berperan dalam distribusi cairan tubuh antara
bagian intravascular dengan jaringan tubuh.
 Albumin merupakan penanda spesifik terhadap
fungsi hati, tetapi tidak terlalu berguna dalam
kondisi akut
 Nilai normal : anak (3.8-5.0 g/dL); dewasa (3.8-5.0 g/dL)
4. Asites
 Asites merupakan akumulasi cairan pada ruang peritoneal.
 Asites merupakan salah satu gejala pada umumnya dari
sirosis.

Memiliki tiga tingkatan:


• Tingkat ringan: asites hanya dapat dideteksi dengan
pemeriksaan ultrasound.
• Tingkat sedang: terlihat sedikit pembengkakan abdomen
yang simetris.
• Tingkat berat: tampak pembengkakkan abdomen yang
besar
5.Ensefalopati Hepatik
 Akumulasi zat-zat beracun pada aliran darah yang
normalnya dimetabolisme melalui hati.
 Sering timbul sebagai gejala dan tanda gangguan hati :
jaundice (kuning pada kulit dan mata), asites, dan
peripheral edema

Tingkat keparahan ensefalopati hepatik menurut kriteria


West Haven:
• Tingkat 1 (Ringan): terlalu senang ataupun gelisah;
kurangnya konsentrasi
• Tingkat 2 (Lesu): minimal disorientasi terhadap waktu dan
tempat.
• Tingkat 3 (apatis): tapi tetap responsif dengan stimulasi
verbal, kebingungan.
• Tingkat 4 (Koma): tidak responsive
6. Enzim-enzim Transferase

 Perbandingan antara AST/GOT dan ALT/GPT dapat


menjadi tambahan petunjuk pada beberapa gejala penyakit:
 GPT > GOT terjadi pada gangguan fungsi hati kronis,
 GOT> GPT terjadi pada sirosis hati.

 Perbandingan GOT : GPT yang besar juga sangat berguna,


jika :
>2 mengindikasikan gangguan fungsi hati dikarenakan
alkohol
 <1.0 mengisyaratkan gangguan fungsi hati non-alkohol
Kondisi yang meningkatkan kadar GOT/AST:

 Peningkatan tinggi (> 5 x nilai normal): kerusakan


hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi,
pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
Peningkatan sedang (3-5 x nilai normal): obstruksi
saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung
kongestif, tumor hati (metastasis atau primer),
distrophia muscularis
Peningkatan ringan (sampai 3 x normal):
perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus,
cerebrovascular accident (CVA).
Kondisi yang meningkatkan kadar GPT/ALT

Peningkatan GPT > 20 kali normal: hepatitis viral


akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia)
Peningkatan 3-10 kali normal: infeksi
mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan
empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark
miokard (SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal: pankreatitis,
perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris
7. Gamma-Glutamyl Transferase (GGT)

 GGT mempunyai hubungan dengan saluran empedu.


 Peningkatan secara khas terjadi pada kondisi
cholestasis dengan peningkatan juga terjadi pada
ALP
8. Alkaline Phosphatase (ALP)
 Peningkatan jumlah dari ALP di dalam darah biasanya
disebabkan oleh kerusakan fungsi hati atau kerusakan tulang.
 Jumlah enzim ini dapat meningkat tajam seperti pada kasus
tersumbatnya saluran empedu.
 Peningkatan jumlah yang kecil pada darah dapat terjadi pada
kondisi pasien kanker dan sirosis yang menggunakan obat
yang merusak hati serta pada penderita hepatitis.
 Kondisi lain yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah
ALP adalah gangguan pada tulang seperti rheumatoid arthritis
dan penyembuhan patah tulang.
 Anak-anak dan remaja juga memiliki jumlah ALP yang tinggi,
hal tersebut dikarenakan tulang masih dalam tahap
pertumbuhan
9. PERHITUNGAN NILAI CHILD-PUGH SCORE
Child-Pugh (kadang-kadang disebut juga Child-
Turcotte-Pugh Score) digunakan untuk meramalkan
ganguan fungsi hati yang telah kronik, seperti sirosis.
Walaupun awalnya digunakan untuk memprediksi
kematian selama proses pembedahan, sekarang
digunakan untuk menetapkan dugaan awal kondisi
fungsi hati.
 Penilaiannya berdasarkan lima
pengukuran klinis dari gangguan
fungsi hati.
Setiap pengukuran diberi nilai 1-3,
yang mana nilai 3 mengindikasikan
kerusakan yang sangat berat.
 Ketika memutuskan dosis awal obat yang dieliminasi
melalui hati, fungsi hati haruslah diramalkan.
 Nilai Child-Pugh dapat digunakan sebagai indikator atas
kemampuan pasien untuk memetabolisme obat yang
dieliminasi pada hati.
 Nilai Child-Pugh dengan poin 8 – 9 menggambarkan
penurunan yang sedang pada dosis obat awal (~25%)
untuk bahan yang dimetabolisme pada hati, dan
 pada poin 10 atau lebih mengindikasikan penurunan
yang signifikan pada pemberian dosis awal (~50%)
dibutuhkan untuk obat yang metabolisme utamanya
pada hati.
 Klasifikasi nilai Child-Pugh pada pasien
 gangguan fungsi hati (Dipiro,2005).
 Point Kelas
 Kemampuan
 bertahan satu
 tahun
 Kemampuan
 bertahan dua
 tahun
 < 7 A 100% 85%
 7-9 B 81% 57%
 10-15 C 45% 35%
TERAPI PADA PENYAKIT HATI
 Terapi tanpa obat
 Terapi dengan obat
 Terapi dengan vaksinasi
 Terapi transplantasi hati
PRINSIP PENGGUNAAN OBAT PADA
PENDERITA GANGGUAN HATI YANG
BERAT:
 Usahakan memilih obat yang eliminasinya
melalui ekskresi ginjal.
 Hindari penggunaan obat depresan SSP,
diuretik, obat yang menyebabkan
konstipasi, antikoagulan oral, kontrasepsi
oral, dan obat hepatotoksik.
 Lakukan penyesuaian dosis
BEBERAPA PILIHAN DALAM
PENATALAKSANAAN DOSIS OBAT PADA
PASIEN KERUSAKAN FUNGSI HATI
 mengurangi dosis obat tetapi interval dosis
normal,
 menggunakan dosis normal tetapi
memperpanjang interval obat,
 dan memodifikasi dosis serta interval
pemberian obat
 Tidak ada pedoman umum untuk
menghitung berapa besar dosis yang harus
diturunkan, maka gunakan educated guess
atau bila ada, ikuti petunjuk dari pabrik
obat yang bersangkutan.
Kemudian monitor respon klinik pasien,
dan bila perlu monitor kadar obat dalam
plasma, serta uji fungsi hati pada pasien
dengan fungsi hati yang berfluktuasi
Obat-obat berikut ini memerlukan perhatian
khusus pada penderita gangguan hati:
 Sedatif (benzodiazepin, opioid) : dapat
menimbulkan koma.
 Diuretik : ensefalopati
 Warfarin, NSAID, aspirin : penurunan atau
gangguan produksi faktor pembekuan darah
dapat menimbulkan risiko perdarahan
 INH dan rifampisin : mempengaruhi enzim
hati
 Parasetamol, halotan, isoniazid : terkait dosis
Penjelasan beberapa obat yang tidak dibolehkan atau
dihindarkan penggunaannya pada pasien penyakit
hati :
 Morfin : dimetabolisme terutama di hati. Jika
diberikan pasien gangguan fungsi hati maka akan
memperlama kerja hati dalam metabolisme obat
sehingga akan memperparah fungsi hati serta morfin
atau golongan opiod lainnya akan terakumulasi pada
hati dan dapat meningkatkan kadar opiod dalam
plasma, sehingga dapat meningkatkan efek samping
 Diuretic tiazid dan diuretic kuat merupakan obat-obat
yang seutuhnya dimetabolisme di hati.
 Obat-obat hepatotoksik : obat-obat ini akan
mempercepat perusakan dari sel-sel hati
OBAT-OBAT YANG DIMETABOLISME TERUTAMA PADA ORGAN
HATI :
 Lidokain
 Procainamide
 Quinidine
 Phenytoin
 Carbamazepine
 Valproic acid
 Phenobarbital
 Ethosuximide
 Cyclosporine
 Tacrolimus
 Theophyline
 Diazepam
 Isoniazid
Beberapa contoh obat-obatan indeks terapi sempit > 60%
dieliminasikan pada hati :
 Aminophylline
 Carbamazepine
 Clindamycin
 Clonidine
 Valproic Acid
 Warfarin sodium
 Theophylline
 Guanethidine
 Quinidine gluconate
 Isoproterenol
 Levoxyine
 Prazosin
 Procainamide
 Phenytoin
 Minoxidil
 Oxytriphylline
Obat-obat yang menginduksi kerusakan hati:
 ACE inhibitor : gangguan kolestatik
 PCT : kerusakan sel hati
 Alkohol : hepatitis dan sirosis
 Aldesleukin
 Allopurinol : hepatitis dan kerusakan sel hati
 Aminoglutetimid : kolestasis
 Asam amino salisilat : dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas
 Amiodaron : sirosis dan hepatitis
 Amoxicilin dan asam klafulanat : kolestasis
 Pada BNF 57 tertera banyak obat yang harus dihindari
pemakaiannya karena dapat menyebabkan kerusakan
pada hati :
 Antivirus : abacavir
 Antigipertensi : ACE inhibitor
 NSAID : asiklofenak
 Antikoagulan : Acenokumarol
 Opioid analgetik : alfentanil
 Anxyolitik dan hipnotik : alprazolam
 Diuretik : golongan thiazid
 Gol.statin : atorvastatin
 Kontrasepsi : desogestrol
 Sulfonilurea : glibenklamid
PANDUAN UMUM DALAM PERESEPAN
OBAT PADA GANGGUAN HATI
 Hindari obat-obat hepatotoksik.
 Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasinya terutama
melalui ekskresi ginjal
 Hindarkan penggunaan : obat-obat yang mendepresi susunan
saraf pusat (terutama morfin), diuretic tiazid dan diuretic
kuat, obat-obat yang menyebabkan konstipasi, antikoagulan
oral, kontrasepsi oral, dan obat-obat hepatotoksik
 Gunakan dosis yang lebih rendah dari normal, terutama obat-
obat yang eliminasi utamanya melalui metabolism hati,
dengan cara
 menurunkan dosis dengan interval pemberian normal
 memberikan dosis biasa dengan memperpanjang interval
pemberian
 mengatur besarnya dosis sekaligus interval pemberian
sambungan …
• Monitor efek samping obat.
 Hindari obat yang meningkatkan resiko pendarahan.
 Hindari obat-obat sedatif jika ada resiko ensepalopati
hepatika.
 Jika albumin rendah pertimbangkan untuk menurunkan dosis
obat yang ikatan proteinnya tinggi.
 Obat yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit harus
digunakan secara hati-hati dan harus dimonitor.

Anda mungkin juga menyukai