Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS SIROSIS

Ny. Z dengan umur 59 tahun, BB 55 kg mengeluh muntah darah, BAB warna hitam, perut
membesar, keras dan nyeri, batuk berdahak, dan badan terasa lemas. Selain itu Ny. Z juga
mengeluh nyeri sendi yang akan membaik jika diberikan Voltaren Emulgel dan gangguan
lambung yang akan membaik jika minum Ranitidin 2x sehari 1 tablet. Ny. Z mempunyai riwayat
suka mengonsumsi alkohol dan merokok saat masih muda namun sekarang sudah berhenti.
Pemeriksaan fisik yang sudah dilakukan: TD: 120/80 mmHg, T: 36,5°C, Nadi: 85x/menit, RR:
22x/menit dan Asites (+). Hasil pemeriksaan laboratorium di antaranya: SGPT: 85 U/L, SGOT:
70 U/L, Albumin: 2,7 g/dL, Bilirubin Total: 2,3 mg/dL, Kreatinin: 0,44 mg/dL, BUN: 14 mg/dL,
Na: 122 mEq/L, K: 4 mmol/L, Hb: 11,5 g/dL, HBsAg (-). Diagnosa: Sirosis Hepatik dengan
Hematemesis Melena (Variceal Hemorrhage), Asites suspect SBP.

Ny. Z disarankan untuk rawat inap dan Dokter meresepkan:

- Biocef 2 g setiap 8 jam (iv) -> Cefotaksim

- Lasix 2x sehari 2 ampul (1 amp = 10mg/ml) -> Furosemid

- Metopain 2x sehari 30mg/ml (iv) -> Ketorolac

- Ranitidin 2x sehari 1 tablet

- Albumin 20% 100 ml (iv)

- Hepa-Balance 2x sehari 1kaplet

Lakukan Analisa SOAP terhadap pengobatan Ny. Z!

Tujuan Terapi a. Pencegahan kompilkasi


b. Penurunan hipertensi yang memadai tekanan portal dengan terapi
medis menggunakan terapi penghambat adrenergic dan
dukungan pantang alkohol
c. Resolusi komplikasi akut seperti perdarahan dan resolusi
ketidakstabilan hemodinamik untuk episode akut perdarahan
varises
d. Mencegah atau meredakan gejala yang berhubungan dengan
asites (dyspnes, sakit perut dan distensi) dan mencegah SBP serta
sindrom hepatorenal
Subjektif 1. Gejala/ keluhan :
2. Mengeluh muntah darah
3. BAB warna hitam
4. Perut membesar
5. Keras dan nyeri
6. Batuk berdahak
7. Badan terasa lemas
8. Nyeri sendi
9. Gangguan lambung
a. Riwayat penyakit terdahulu :
1. Tidak diketahui
b. Riwayat pengobatan :
1. Voltaren Emulgel 2x sehari 1 tablet (NSAID)
2. Ranitidin 2x sehari 1 tablet
Rawat inap :
1. Biocef 2 g setiap 8 jam (iv) (Cefotaksim gol Antibiotik
Sefalosporin)
2. Lasix 2x sehari 2 ampul (1 amp = 10mg/ml) (Furosemid gol
Diuretik)
3. Metopain 2x sehari 30mg/ml (iv) (Ketorolac gol OAINS )
4. Ranitidin 2x sehari 1 tablet (gol H2-blocker)
5. Albumin 20% 100 ml (iv) (obat keras, kelas terapi obat
jantung dan pembuluh darah)
6. Hepa-Balance 2x sehari 1kaplet ( gol suplemen
hepatoprotektor)
c. Riwayat penyakit keluarga
1. Tidak diketahui
d. Riwayat alergi
1. Tidak diketahui
e. Riwayat sosial
1. Konsumsi alkohol saat muda dan sudah berhenti
2. Perokok saat muda dan sudah berhenti
Objektif a. Pemeriksaan fisik
Parameter Data pasien Nilai rujukan Interpretasi
Suhu 36,5℃ 36-37,5℃ Normal
Tekanan darah 120/80 120/80 Normal
mmHg mmHg
HR 85x/menit 70-80x/menit Normal
RR 22x/menit 20-25x/menit Normal
BMI
b. Pemeriksaan penunjang
Parameter Data Nilai rujukan Interpretasi
pasien
Asites + - Tidak normal
SGPT (ALT) 85 U/L 5-35 U/L Diatas normal
SGOT (AST) 70 U/L 5-35 U/L Diatas normal
Albumin 2,7 g/dL 3,5-5,0 g/dL Dibawah
normal
Bilirubin total 2,3 mg/dL ≤1,4 mg/dL Diatas normal
Kreatinin 0,44 0,6-1,3 mg/dL Normal
mg/dL
BUN 14 mg/dL 6-21 mg/dL Normal
Na (Natrium) 122 135-144 mEq/L Dibawah
mEq/L normal
K (kalium) 4 mmol/L ≥18 thn : 3,6-4,8 Normal
mEq/L
Hb 11,5 g/dL 12-16 g/dL Normal
HBsAg - - Normal
Assessment 1. Reaksi obat yang tidak diinginkan :
 Antibiotik cefotaxim + furosemide dapat menyebabkan
masalah ginjal, dan dapat meningkatkan risiko Interaksi lebih
mungkin terjadi ketika diberikan dalam dosis tinggi melalui
injeksi ke dalam vena atau ketika diberikan kepada orang tua
atau individu dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah ada
sebelumnya. Tanda dan gejala kerusakan ginjal mungkin
termasuk mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
peningkatan atau penurunan buang air kecil, penambahan
atau penurunan berat badan secara tiba-tiba, retensi cairan,
pembengkakan, sesak napas, kram otot, kelelahan,
kelemahan, pusing, kebingungan, dan tidak teratur
(drugs.com).
 Ranitidine dapat meningkatkan nilai SGPT dan memperluas
kerusakan hepar (robiyanto, et al, 2019). Sehingg ranitidine
diganti dengan obat omeprazole.
2. Pasien memerlukan obat tambahan :
 Pasien mengeluhkan batuk berdahak namun belum diberikan
terapi, sehingga pasien diberikan obat ambroxol untuk
mengatasi batuk berdahaknya.
Plan 1. Cefotaxim, 2 g setiap 8 jam (iv) tetap dilanjutkan. Cefotaxim
digunakan sebagai antibiotic lini pertama pada pasien sirosis hepatic
dengan SBP (dipiro, 2017).
2. Ketorolac, 2x sehari 30 mg/ml (iv) dilanjutkan. Karena ketorolac
belum terbukti sebagai penyebab kerusakan hepar, namun masih
diduga, tetapi ketorolac harus digunakan dengan dosis yang rendah
(robiyanto, et al, 2019).
3. Albumin, 20% 100 mll (Iv) tetap dilanjutkan untuk mencapai
kadar albumin normal (3,5-5,0 g/dl)
4. Hepa-balance, 2x sehari 1 kaplet sebagai hepatoprotektor.
5. furosemide, diganti dengan spironolakton. Berdasarkan dipiro
(2017) spironolakton merupakan penanganan pertama pada sirosis
hepatic dengan asitesis. Terapi lini pertama pada pasien sirosis hati
denga asites dan edema yaitu dengan pengobatan diuretik berupa
spironolakton. Spironolakton adalah antagonis aldosteron, bertindak
terutama pada tubulus distal untuk meningkatkan natriuresis dan
menghemat kalium. Spironolakton adalah obat pilihan dalam
pengobatan awal asites karena sirosis. Efektivitas spironolakton
tidak tergantung pada filtrasi atau sekresi melalui tubulus ginjal
tetapi lebih dipengaruhi pada kadarnya dalam plasma. Studi
terkontrol telah menemukan bahwa spironolakton mencapai suatu
natriuresis dan diuresis lebih baik dibanding diuretik loop seperti
furosemid (Vitarani,laila 2011).
6. ranitidine, dihentikan dan digantikan dengan omeprazole 40 mg
2x sehari (iv). Berdasarkan wiranata (2017) omeprazole dapat
menekan sekresi asam lambung dengan cepat karena t1/2 lebih
singkat daripada golongan PPI lain dan dapat mengatasi
hematemesis melena.
7. Ambroxol, digunakan untuk batuk berdahak
Monitoring a. Efektifitas
 Cefotaxim
 Ambroxol berfungsi mengurangi kekentalan dahak dan
mengeluarkannya dari efek batuk.
 Furosemide berfungsi udem karena penyakit jantung, hati,
dan ginjal. Terapi tambahan pada udem pulmonari akut dan
udem otak yang diharapkan mendapat onset diuresis yang
kuat dan cepat.(Pionas)

b. ESO
 Cefotaxim : Radang usus besar, Diare, Peningkatan nitrogen
urea darah (BUN) dan kreatinin, Peningkatan transaminase
hati, eosinofilia, Demam, Sakit tempat suntikan, Mual,
pruritus, Ruam, Trombositopenia, Neutropenia sementara,
muntah (medscape)
 Keterolac : Sakit kepala (17%), Somnolen (3-14%),
Dispepsia (12-13%), Nyeri GL (12-13%), Mual (12-13%)
(medscape)
 Albumin : Urtikaria, Demam, Panas dingin, Mual, muntah,
takikardia, Hipotensi (medscape)

 Spironolakton : gangguan saluran cerna; impotensi,


ginekomastia, menstruasi tidak teratur, letargi, sakit kepala,
bingung; ruam kulit; hiperkalemia; hiponatremia;
hepatotoksisitas, osteomalasia, dan gangguan darah
dilaporkan.(pionas)
 Omeprazole : vertigo, alopesia, ginekomastia, impotensi,
stomatitis, ensefalopati pada penyakit hati yang parah,
hiponatremia, bingung (sementara), agitasi dan halusinasi
pada sakit yang berat, gangguan penglihatan dilaporkan pada
pemberian injeksi dosis tinggi. (Pionas)
 Hepa balance :
 Ambroxol :
c. Toksisitas
Ketorolac + furosemide (Minor)
Ketorolac menurunkan efek furosemide dengan antagonism
farmakodinamik. Kecil/signifikansi tidak diketahui. NSAID
menurunkan sintesis prostaglandin.
Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai