Anda di halaman 1dari 20

Gagal Jantung

(Farmakoterapi 2)
By : Bettya Untari (2048201113)

Supporting Lecture : apt. Aisa Dinda Mitra, M.Farm


Introduction
Gagal jantung adalah kondisi medis di mana jantung tidak dapat
memompa cukup darah ke seluruh tubuh sehingga jaringan tubuh
membutuhkan oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi dengan baik.

 Pada pasien gagal jantung tanda dan gejala yang muncul yaitu
dyspnea saat istirahat atau aktivitas, kelelahan, dan edema
tungkai.
 Sering juga ditemukan sesak nafas, orthopnea, paroksismal
nocturnal dispnea, odema perifer, fatigue, penurunan
kemampuan beraktivitas, serta batuk dengan sputum jernih.

(Djunizar Djamaludin et al 2021)


Patofisiologi
Gagal Jantung

(Nurkhalis et al, 2020)


Tatalaksana Gagal Jantung
Terapi Farmakologis Terapi Non Farmakologis

Terapi farmakologis bertujuan untuk mengatasi gejala Dapat dilakukan dengan :


akibat gagal jantung. • Restriksi garam
• Terapi gagal jantung biasanya diawali dengan diuretik • Penurunan berat badan
untuk meredakan gejala kelebihan volume. • Diet rendah garam dan rendah
• Kemudian, ditambahkan ARB (Valsartan dkk) jika kolesterol
ACEI (Captopril dkk) tidak ditoleransi. • Tidak merokok
• Beta blockers (Bisoprolol dkk) diberikan setelah • Olahraga.
pasien stabil dengan pemberian ACEI.
• Glikosida jantung (Digoxin) diberikan jika pasien
masih mengalami gagal jantung meskipun telah
diberikan terapi kombinasi. (Nurkhalis et al, 2020)
Studi Kasus
• Ny. M usia 63 tahun datang ke IGD pada tanggal 20 Agustus 2019 dengan keluhan bengkak pada kedua kaki sejak 7
hari yang lalu. Disertai dengan keluhan nyeri ulu hati, anyanganyangan dan panas ketika BAK sejak 2 hari yang
lalu.

• Pasien tidak memiliki riwayat penyakit serupa sebelumnya dan memiliki riwayat TBC dan sudah dinyatakan
sembuh sejak 1 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat penyakit serupa di keluarga maupun lingkungan.

• Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 111x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 36,7o C dan Saturasi O 2 98%.

• Pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan adalah darah lengkap dan serum elektrolit. Didapatkan hasil: WBC:
4.85 x 103/uL, RBC 5.21 x 103/uL, Hb 13.3 g/dL, Hct 42.3%, PLT 247 x 103/uL asam urat 8.6, SGOT 39, SGPT 20
dan albumin 3.2.

• Tatalaksana untuk pasien ini dengan infus NS 1 fl, injeksi pantoprazole 1x1, drip furosemide 20 mg/jam,
spironolacton 1x25 mg, atorvastatin 1 x 80 mg, captopril 3 x 12.5 mg, bisoprolol 1 x 1.25 mg, ISDN 3 x 5 mg dan
ASA 1 x 80 mg.

(Tiara Alfitriana et al, 2020)


Subjek
Ny. M usia 63 tahun

Riwayat Medis Sebelumnya


 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit serupa sebelumnya
 Memiliki riwayat TBC dan sudah dinyatakan sembuh sejak 1 tahun yang lalu.

Riwayat Pengobatan
 Infus NS 1 fl, injeksi pantoprazole 1x1, drip furosemide 20 mg/jam, spironolacton
1x25 mg, atorvastatin 1 x 80 mg, captopril 3 x 12.5 mg, bisoprolol 1 x 1.25 mg, ISDN 3 x
5 mg dan ASA 1 x 80 mg.

Keluhan
 Bengkak pada kedua kaki sejak 7 hari yang lalu.
 Nyeri ulu hati, anyang-anyangan
Panas ketika BAK sejak 2 hari yang lalu.

Pemeriksaan Fisik
 Presentasi klinis pasien, keadaan umum tampak lemas
 Kesadaran compos mentis, skor GCS E4V5M6 dan skor VAS 2.
Pemeriksaan Fisik Nilai Uji Nilai Normal
Tekanan Darah 140/90 Mmhg 120/80 mmHg
Nadi 111x/Menit 95-170x/Menit
Frekuensi Nafas 24x/Menit 12-20x/Menit
Suhu 36,7o C 36-37 ͦ C
Saturasi O2 98% 95-100%

Data laboratorium Nilai uji Nilai normal


WBC
RBC
4.85 X 103/ul
5.21 X 103/ul
3,50 x 103/uL
3,9-5,1 x 103/uL
Objek
HB 13.3 G/dl 12-15 G/dL
HCT 42.3% 34,9-44,5%
PLT 247 X 103/ul 157-371 x103/uL
Asam urat 8.6 2,4-6,0 mg/dL
SGOT 39 5-40
SGPT 20 7-56
Albumin 3.2 3,8-5,1
Assassment
• Pasien mempunyai riwayat penyakit Tuberculosis sebelumnya.

• Pasien diberikan infus NS (Natrium Klorida) sebagai pengganti cairan yang hilang akibat diare dan injeksi pantoprazole
untuk mengatasi nyeri ulu hati, serta ASA (Asam Asetil Salisilat) sebagai antinyeri dan peradangan yang menyebabkan
bengkak pada kaki.

• Berdasarkan data diatas, frekuensi nafas pasien dibawah normal.hasil laboratorium juga menunjukkan adanya kadar
asam urat yang tinggi yakni 8,6. dan tekanan darah tinggi.

• Dari hasil pemeriksaan dan data laboratorium mengindikasikan bahwa pasien menderita gagal jantung.

• Beberapa kombinasi obat hipertensi dan gagal jantung yang digunakan yakni furosemide, spironolactone, bisoprolol dan
ISDN.

• Menurut Koda-Kimble et al (2009), Pemakaian obat antihipertensi dapat menyebabkan peningkatan kolesterol 5-7% dan
peningkatan trigliserida 30-50%.

• Dokter meresepkan Atorvastatin untuk mengatasi kolesterol tersebut.


Plan

 Tujuan terapi yang ingin dicapai dalam pengobatan adalah


meringankan gejala gagal jantung, meningkatkan kekuatan jantung,
mencegah terjadinya komplikasi dan menurunkan tekanan darah
menjadi normal serta meningkatkan kemampuan jantung memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien.
 Metode pengobatan gagal jantung akan disesuaikan dengan usia
pasien, penyebab dan tingkat keparahannya, serta penyakit lain yang
menyertai.
Lanjutan . . .
spironolacton Vasodilator Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh darah
1x25 mg vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan meningkatkan
kapasitas vena.
captopril 3 x 12.5 ACE Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi sekresi
Terapi mg inhibitor aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium dan air.
Antihipertensi
bisoprolol 1 x Beta- Menghambat kerja sistem saraf simpatis pada jantung dengan menghambat
1.25 mg Blocker reseptor beta-adrenergik jantung.
ISDN 3 x 5 mg Vasodilator Melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah ke otot jantung lebih
lancar dan beban kerja jantung berkurang.
Terapi Diuretik Drip furosemide Diuretik Meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, dan kalium 
20 mg/jam,
Terapi gangguan GI Injeksi PPI Menghambat sel-sel di lapisan lambung untuk menghasilkan asam lambung
pantoprazole 1x1
Terapi Analgetik ASA 1 x 80 mg NSAID Penghambatan sintesis prostaglandin E2 dan tromboksan A2.
dan Antiinflamasi
Terapi Atorvastatin 1 x Statin Menurunkan kolesterol total.
Antihyperlipidemia 80 mg
Terapi Tambahan Infus NS 1 fl - Pengganti cairan yang hilang akibat diare
Drug Relate Problem
1. Indikasi tanpa Obat

 Pasien menderita Gagal Jantung dan Hipertensi.


 Dari data hasil Laboratorium dan pemeriksaan fisik ditemukan adanya indikasi penyakit
lain yang tidak diberikan obat, yakni asam urat.

2. Obat tanpa Indikasi

 Terdapat 8 jenis obat yang digunakan yaitu untuk terapi gagal jantung dan antihipertensi
(spironolactone, captopril, bisoprolol dan ISDN/Isosorbide Dinitrate), untuk terapi diuretic
(furosemide), Untuk terapi pembengkakan pada kaki (ASA/Acetyl Salicilic Acid), Terapi
tukak lambung (injeksi pantoprazole), pengganti cairan yang hilang (Infus NS) dan terapi
hyperlipidemia (atorvastatin).
 Tidak ditemukan adanya obat tanpa indikasi pada kasus ini.
3. Ketidaktepatan pemilihan obat

 Terapi gagal jantung dan hipertensipada kasus ini menggunakan spironolactone


(vasodilator), captopril (Penghambat Angiotensin ii/ACEI), bisoprolol (Penghambat
Reseptor Beta/Beta bloker) dan ISDN/Isosorbide Dinitrate (Vasodilator).
 Atorvastatin pada kasus ini digunakan untuk mengatasi peningkatan trigliserida yang
merupakan efek samping dari obat-obat hipertensi).
 Infus NS digunakan untuk mengatasi gejala diare, pantoprazole digunakan untuk
mengatasi tukak lambung, dan ASA untuk meredakan gejala pembengkakan pada kaki
pasien.
 Pemilihan obat pada kasus ini sudah tepat.
 Pasien gagal jantung memerlukan kombinasi obat obat tersebut untuk mencapai target
terapi yang optimal.
4. Ketepatan Dosis

 Pada kasus ini dokter sudah memberikan dosis obat-obatan tersebut dalam jumlah dan
range dosis lazimnya sehingga dengan begitu dapat dikatakan tidak terjadi kekurangan
ataupun kelebihan dosis obat.

Nama Obat Dosis Aturan Pakai


Infus NS 100 mL/kgBB/hari 1 fl
Pantoprazole injeksi 40 mg 1x1
drip furosemide 20 mg/jam, 1 tab/Jam
spironolacton 25 mg 1 x 1 tab
atorvastatin 80 mg 1 x 1 tab (malam)
captopril 12.5 mg 3 x 1 tab
bisoprolol 1.25 mg 1 x 1 tab (pagi)
ISDN 5 mg 3 x 1 tab
ASA 80 mg 1 x 1 tab
5. Interaksi Obat

 aspirin + kaptopril (Mayor)


aspirin, kaptopril. antagonisme farmakodinamik. Hindari atau Gunakan Obat Alternatif. Pemberian bersama dapat
menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang signifikan. NSAID dapat mengurangi efek antihipertensi inhibitor ACE.
Mekanisme interaksi ini kemungkinan terkait dengan kemampuan NSAID untuk mengurangi sintesis prostaglandin ginjal
vasodilatasi.

 aspirin + bisoprolol (Moderate)


aspirin menurunkan efek bisoprolol dengan antagonisme farmakodinamik. Gunakan Perhatian/Monitor. Penggunaan NSAID
jangka panjang (>1 minggu). NSAID menurunkan sintesis prostaglandin.

 kaptopril + furosemide (Moderate)


kaptopril, furosemid. Mekanisme: sinergi farmakodinamik. Gunakan Perhatian/Monitor. Risiko hipotensi akut, insufisiensi
ginjal.

 kaptopril + spironolakton (Moderate)


kaptopril, spironolakton. Entah meningkatkan toksisitas yang lain dengan Mekanisme: sinergi farmakodinamik. Gunakan
Perhatian/Monitor. Kedua obat tersebut menurunkan tekanan darah. Risiko hiperkalemia. Pantau tekanan darah dan kalium.

 kaptopril + aspirin (moderate)


kaptopril, aspirin. Entah meningkatkan toksisitas yang lain dengan Lainnya (lihat komentar). Gunakan Perhatian/Monitor.
Komentar: Dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal, terutama dengan aspirin dosis tinggi, orang lanjut usia atau orang
yang kekurangan volume.
 isosorbid dinitrat + kaptopril (Moderate)
isosorbid dinitrat, kaptopril. Entah meningkatkan efek yang lain dengan sinergi farmakodinamik. Gunakan Perhatian/Monitor. Kedua obat
tersebut menurunkan tekanan darah. Pantau tekanan darah.
 aspirin + spironolakton (Moderate)
aspirin menurunkan efek spironolakton melalui mekanisme interaksi yang tidak ditentukan. Gunakan Perhatian/Monitor. Ketika digunakan
bersamaan, dosis spironolakton mungkin perlu dititrasi ke dosis pemeliharaan yang lebih tinggi dan pasien harus diamati dengan cermat untuk
menentukan apakah efek yang diinginkan tercapai.
 spironolakton + furosemide (Moderate)
spironolakton meningkat dan furosemid menurunkan kalium serum. Efek interaksi tidak jelas, gunakan hati-hati. Modifikasi Terapi/Monitor
Secara Dekat.
 bisoprolol + spironolakton (Moderate)
bisoprolol dan spironolakton keduanya meningkatkan kalium serum. Modifikasi Terapi/Monitor Secara Dekat.
 bisoprolol + aspirin (Moderate)
bisoprolol dan aspirin keduanya meningkatkan kalium serum. Gunakan Perhatian/Monitor.
 bisoprolol + furosemide (Moderate)
bisoprolol meningkat dan furosemid menurunkan kalium serum. Efek interaksi tidak jelas, gunakan hati-hati. Gunakan Perhatian/Monitor.
 aspirin + furosemide (Moderate)
aspirin meningkat dan furosemid menurunkan kalium serum. Efek interaksi tidak jelas, gunakan hati-hati. Gunakan Perhatian/Monitor.

 aspirin + furosemide (Minor)


aspirin menurunkan efek furosemide dengan antagonisme farmakodinamik. Minor/Signifikansi Tidak Diketahui. NSAID menurunkan sintesis
prostaglandin.
6. Efek Samping

 Infus NS  Iritasi. Nyeri sendi, kaku, atau bengkak. Kulit kemerahan. Nafas pendek


atau sesak nafas.
 Pantoprazole injeksi  Perut kembung. Mual atau muntah. Sakit perut. Nyeri sendi.
 Drip Furosemide  Kram otot. Pusing, sakit kepala. Hipotensi.
 Spironolacton  Pusing. Sakit kepala. Rasa kantuk. Mual.
 Atorvastatin  Nyeri otot, Sensitif pada otot, Lemah pada otot, Demam tinggi, Rasa
sangat Lelah, Urine berwarna gelap.
 Captopril  Pusing, batuk kering, lesu, mual, diare.
 Bisoprolol  pusing, kelelahan, sakit kepala, mual muntah, diare, sulit tidur.
 ISDN  Pusing atau kepala terasa ringan, Sakit kepala, Mual, Flushing atau sensasi
panas di sekitar wajah dan leher.
 ASA  Sakit kepala ringan · Kantuk · Sakit perut · Rasa panas di dada (heartburn).
7. Kegagalan Terapi

 Tidak ditemukan kegagalan terapi dalam kasus ini, sejauh follow up yang dilakukan
oleh dokter dan pasien terus mengalami perkembangan terhadap gagal jantung
beserta gejalanya

 Kegagalan terapi dalam suatu pengobatan dapat disebabkan oleh faktor psikososial,
ketidakmampuan ekonomi, kurangnya pemahaman pasien tentang terapi yang dia
lakukan, dosis yang tidak sesuai, dan pasien menggunakan obat lain tanpa
sepengetahuan dokter.

 Kegagalan terapi juga dapat disebabkan oleh petugas kesehatan yang tidak
memberitahu cara penggunaan obat dengan benar.
Drug Management
Rencana Penyelesaian Masalah Terkait Obat

 Konseling pasien. Mengingatkan lagi waktu penggunaan obat untuk meningkatkan kepatuhan pasien untuk
minum obat
 Menyarankan kepada dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai ada atau tidaknya plat atau
trombus pada pembuluh darah pasien, sehingga dapat diputuskan apakah diperlukan asetosal dalam terapi
pasien.

RencanaMonitoring Terapi

 Monitoring tekanan darah pasien


 Monitoring sesak nafas dan nyeri dada yang diderita oleh pasien
 Monitoring keluhan mual dan muntah yang dirasakan oleh pasien
 Monitoring edema pada kaki yang dialami oleh pasien
 Monitoring kadar elektrolit darah dengan cara melakukan pemeriksaan Whole
Perifer Blood
References
 Alfitriana, T., Rafsanjani, I., & Trihartanto, M.
(2021). Ny. M Dengan Gagal Jantung Kongestif:
Laporan Kasus Mrs. M With Congestive Heart
Failure. Proceeding Book National Symposium and
Workshop Continuing Medical Education, 1–8.
 Djamaludin, D. (2021). Asuhan keperawatan
komprehensif dengan penerapan active cycle
breathing technique pada pasien gagal jantung
dengan masalah ketidakefektifan jalan nafas dan pola
nafas. 1(3), 162–170.
 Nurkhalis, & Adista, R. J. (2020). Manifestasi Klinis
dan Tatalaksana Gagal Jantung. Jurnal Kedokteran
Nanggroe Medika, 3(3), 36–46.
Sekian dan
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai