Anda di halaman 1dari 14

Etika Farmasi

Disusun Oleh :
Reren Alfiaturrahma P. 2048201100
Bettya Untari 2048201113
Nikha Izana 2048201114

Dosen Pengampu :
Dra. Armini Hadriyati M.Kes.Apt
Definition
 Etik/etika berasal dari kata  Moral merujuk kepada cara berfikir, dan bagaimana
ethos(Yunani) yang artinya Karakter, mereka harus bertindak Perbedaan antara moral
Watak kesusilaan atau Adat Istiadat dengan etika
atau kebiasaan.
 Etika berkaitan dengan nilai-nilai,
tata cara hidup yang baik, aturan
hidup yang baik dan segala
kebiasaan yang dianut dan
diwariskan dari generasi ke generasi

( Netty Thamaria, 2016 )


Lanjutan. . .

 Farmasi merupakan profesi di bidang kesehatan Menurut Prof. Marchaban


yang bertanggung jawab atas obat dan penggunaan Universitas Gadjah Mada pada
kliniknya. tahun 2021 :
 Selanjutnya Farmasi, secara fundamental dan
profesional, menyelenggarakan pelayanan tentang “Etika farmasi pada dasarnya
keamanan dan penggunaan obat yang tepat/benar menitikberatkan pada kode
untuk mencapai tujuan fundamental, yaitu etik atau etika sosial yang
peningkatan kesehatan. hanya berlaku bagi kelompok
profesi tertentu. Disini
(Riswaka Sudjaswadi, 2001 ) profesi yang dimaksud adalah
profesi apoteker. ”
Kode Etik

Kode etik harus disosialisasikan karena :

Fungsi Kode Etik :  Sebagai sarana kontrol social.

 Memberikan arahan bagi suatu  Mencegah campur tangan yang dilakukan oleh

pekerjaan profesi pihak luar yang bukan kalangan profesi


 Menjamin mutu moralitas  Mengembangkan petunjuk baku dari kehendak

profesi di mata masyarakat manusia yang lebih tinggi berdasarkan


 moral

( Netty Thamaria, 2016 )


Kode Etik Profesi

• Profesi adalah suatu jabatan atau juga pekerjaan yang menuntut keahlian atau suatu keterampilan
dari pelakunya
• Kode etik profesi adalah suatu sistem norma, nilai serta aturan professsional tertulis yang dengan
secara tegas menyatakan apa yang benar serta baik, dan juga apa yang tidak benar serta tidak
baik bagi professional.
• Tujuan kode etik adalah supaya dapat professional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pemakai atau juga customernya. Dengan adanya kode etik tersebut akan dapat melindungi
perbuatan yang tidak professional.
• Profesionalisme adalah suatu komitmen dari para anggota suatu profesi untuk dapat
meningkatkan kemampuannya dengan secara terus menerus atau berkelanjutan.

( Netty Thamaria, 2016 )


Lanjutan. . .

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai  Kewajiban terhadap Profesi

Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan  Kewajiban Ahli Farmasi

Apoteker. terhadap teman sejawat


 Kewajiban terhadap
Pasien/pemakai Jasa
 Kewajiban Terhadap
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang Masyarakat
membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan  Kewajiban Ahli Farmasi
Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Indonesia thd Profesi
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Kesehatan Lainnya
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

(PP RI NO. 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN)


Pekerjaan Kefarmasian membutuhkan tingkat keahlian dan
kewenenangan yang didasari oleh suatu standar kompetensi, dan etika.

Etika profesional farmasi tidak hanya mendorong/meningkatkan kinerja


bagi tenaga farmasi, tetapi juga akan memberikan peningkatkan
kontribusi fungsional /peranan farmasi bagi masyarakat.
Pekerjaan
Kefarmasian

Standar Profesi Standar Kompetensi

Etika Profesi Kode Etik


Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian

Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk :


 Pengendalian mutu Sediaan Farmasi
 Pengamanan
 Pengadaan
 Penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran Obat
 pengelolaan Obat
 pelayanan Obat atas Resep dokter
 Pelayanan informasi Obat
 Pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional.
Pekerjaan Kefarmasian

WHO juga merekomendasikan bidang pekerjaan untuk farmasis, yang katagorinya dapat
disampaikan sebagai berikut:

1. Apotik dan Rumah Sakit (community and hospital pharmacy)


2. Spesialis dalam aspek-aspek ilmiah kefarmasian
3. Industri farmasi, sebagai manager sub system, pengelola teknologi, dan penelitian.
4. Pendidikan, pengelolaan, dan administrator sistem-sistem dan pelayanan kefarmasian.

( Riswaka Sudjaswadi, 2001 )


Standar pelayanan kefarmasian

MENURUT PERMENKES NOMOR 73 TAHUN


2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI APOTEK

 Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
 Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
Bidang Apotek/Apotek Rumah Sakit

Bidang Toko Obat


Ruang lingkup
pelayanan
kefarmasian meliputi Bidang Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Tanggung jawab,
kewenangan dan hak Bidang Puskesmas
di Bidang :
Bidang Industri

Bidang Instalasi Perbekalan Farmasi

( Netty Thamaria, 2016 )


Berdasarkan hasil kongres WHO di New Delhi (1988), badan dunia di bidang kesehatan tersebut
mengakui/merekomendasi/menetapkan kemampuan untuk diserahi tanggung jawab kepada farmasis yang
secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Memahami prinsip-prinsip jaminan mutu (quality assurance) obat sehingga dapat mempertanggung jawabkan dan
fungsi control.
2. Menguasai masalah-masalah jalur distribusi obat (dan pengawasannya), serta paham prinsipprinsip penyediaannya.
3. Mengenal dengan baik struktur harga obat (sediaan obat).
4. Mengelola informasi obat dan siap melaksanakan pelayanan informasi.
5. Mampu memberi advice yang informatif kepada pasien tentang penyakit ringan (minor illnesses), dan tidak jarang
kepada pasien dengan penyakit kronik yang telah ditentukan dengan jelas pengobatannya.
6. Mampu menjaga keharmonisan hubungan antara fungsi pelayanan medik dengan pelayanan farmasi.

( Riswaka Sudjaswadi, 2001 )


Daftar Pustaka

Thamaria, Netty. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak “Ilmu Perilaku dan Etika Farmasi”.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Selatan.
Sudjaswadi, Riswaka. 2001. FARMASI, FARMASIS, DAN FARMASI SOSIAL
(PHARMACY, PHARMACIST, AND SOCIAL PHARMACY). Majalah Farmasi
Indonesia,12(3), 128-134. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
PERMENKES NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI APOTEK

Anda mungkin juga menyukai