Komunitas
Pertemuan I
a. Profesionalisme harus menjadi filosofi utama yang mendasari praktik, meskipun diakui bahwa faktor ekonomi juga
penting.
b. Apoteker harus mempunyai peluang memberikan masukan untuk setiap keputusan penggunaan obat-obatan, dan harus ada
sistem yang memungkinkan apoteker melaporkan kejadian buruk penggunaan obat, kesalahan pengobatan, cacat dalam hal
kualitas produk, atau diketemukannya produk palsu.
c. Hubungan berkelanjutan dengan profesional kesehatan lain khususnya dokter, harus dipandang sebagai suatu kemitraan
yang didasarkan atas rasa saling percaya dan keyakinan dalam segala hal terkait farmakoterapi.
d. Hubungan antar apoteker harus dijalin sebagai hubungan kesejawatan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian, bukan
sebagai pesaing.
e. Praktisi apoteker dan manajer apotek harus berbagi tanggung jawab untuk mendefinisikan,
mengevaluasi, dan meningkatkan kualitas pelayanan.
f. Apoteker harus menyadari pentingnya informasi medis dan pengobatan setiap pasien.
g. Apoteker membutuhkan informasi yang independen, komprehensif, obyektif dan terkini tentang
terapi dan obat-obatan yang digunakan.
h. Apoteker harus menerima tanggungjawab pribadi dalam setiap praktik, untuk menjaga dan menilai kompetensi mereka
sepanjang kehidupan profesionalnya.
i. Program pendidikan untuk memasuki dunia profesi harus sesuai, baik untuk praktik kefarmasian masa
kini maupun untuk kemungkinan perubahan di masa mendatang.
j. Standar pelayanan kefarmasian yang telah ditetapkan harus dipatuhi oleh paraapoteker praktisi.
Apotek Sebagai Bisnis Apoteker yang memiliki apotek sendiri atau
manajer bisnis farmasi adalah pelaku bisnis. Dengan demikian, mereka
memiliki dua tujuan:
untuk pelayanan kesehatan pasien, dan
menghasilkan keuntungan yang cukup untuk bertahan dalam bisnis. Hal
ini sama pentingnya bagi apoteker maupun pekerja farmasi lainnya di
apotek, harus memahami tujuan bisnis dan melakukan semua yang
mereka bisa untuk membantu membuat bisnis sukses (Kelly, 2002).
Thanks!
Any
questions?