Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMASI KOMUNITAS

Tata cara praktik kefarmasian yang baik / GPP (Good Practice Pharmaceutical)

Nama : Desya Damayanti

Nim : NH0519018

Kelas : Farmasi A

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi

Kata Pengantar

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Tujuan dan Manfaat

C.Pengertian dan persyaratan CPFB

D.Ruang Lingkup

BAB II Tinjauan pustaka

SISTEM MANAJEMEN MUTU

A.Pengertian Sistem Manajemen Mutu

B.Tahapan Penerapan Sistem Manajemen Mutu

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran
Kata Pengantar

Alhamdulillah dengan semangatmembara disertai kerja keras Pedoman ApotekerPraktik disarana


Pelayanan Kefarmasian dapat tersaji didepan khalayak sejawat apotekerlndonesia, buku GoodPharmacy
Practice ini merupakan hasit karya kolaborasi paraapoteker praktisi lkatan Apotekerlndonesia dan
pemerintah c/q Direktorat Jenderal BinaKefarmasian dan Alat Kesehatan KementerianKesehatanGood
Pharmacy Practice atau yang sering disingkat GPP adalah merupakansekumpulan pedomanbagi
apoteker praktik tentang cara pelayanan kefarmasian yangbaik di sarana pelayanan kefarmasianmeliputi
apotek, puskesmas, klinik dan rumah sakit.GPP merupakan pedoman yang wajib dipatuhi sebagaimana
diamanatkan oleh PPNo.51 Tahun2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, standar prosedur operasional
adalahprosedur tertutis berupapetunuju operasional tentang pekerjaan kefarmasian. Pada ayatlain
disebutkan bahwa dalammelakukan pekerjaan kefarmasian Apoteker harusmenetapkan standar
Prosedur.Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secaraterus
menerussesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidangfarmasi dan sesuai
denganketentuan perundang-undangan.Tentu GPP ini dapat dikembangkan sesuai perkembangan
kondisi praktikkefarmasian masing-masing sarana, namun yang paling penting adalah prinsip apa
yangtertulis harus dikerjakan, dan apayang dikerjakan harus tertulis mutlak dipenuhi. Disisi lainGPP
menjadi dokumen legal yang akanmelindungi dan memberi kepastian hukum bagiapoteker dalam
melakukan praktik profesi maupunpekerjaan kefarmasianKepatuhan mengikuti Standar Prosedur
Operasional adalah ciri apoteker modernmasa kini, yangkompeten melaksanakan praktik. Yang tentu
saja berbeda denganapoteker masa lalu yang bekerjatanpa Standar Prosedur Operasional,
sehinggapraktiknya kurang bisa d ipertanggungjawabkan.Akhirnya kritik dan saran sejawat sekalian
tetaplah diperlukan untuk perbaikan GPPini. Semogaupaya ini menjadi trigger bagi apoteker untuk
praktik sesuai dengan yangdiharapkan ketentuanperundang-undangan
BABI

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

World Health Organization (WHO)danlnternational Pharmaceutical Federation (FlP)telah menerbitkan


panduan Good PharmacyPractice (GPP) dan menghimbau semuanegara untukmengembangkan standar
minimal praktik farmasi.Pelayanan kefarmasian sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
mempunyaiperan pentingdalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dimanaApoteker
sebagai bagian daritenaga kesehatan mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam mewujudkan
pelayanankefarmasian yang berkualitas.Tujuan pelayanan kefarmasian adalah menyediakan dan
memberikan sediaan farmasidan alatkesehatan serta informasi terkait agar masyarakat mendapatkan
manfaatnyayang terbaik.Pelayanan kefarmasian yang menyeluruh meliputi aktivitas promotif, preventif,
kuratifdanrehabilitatif kepada masyarakat. Untuk memperoleh manfaat terapi obat
yangmaksimaldanmencegah efek yang tidak diinginkan, maka diperlukan penjaminanmutu proses
penggunaan obat.Hal ini menjadikan apoteker harus ikut bertanggungjawabbersama-sama dengan
profesikesehatan lainnya dan pasien, untuktercapainya tujuan terapi yaitu penggunaan obat
yangrasional.Datam rangka mencapai tujuan pelayanan kefarmasian tersebut maka diperlukanpedoman
bagiApoteker dan pihak lain yang terkait. Pedoman tersebut dituliskandalam bentuk

Cara PelayananKefarmasian yang Baik (Good Pharmacy Practice)

sebagai perangkat untuk memastikan Apotekerdalam memberikan setiap pelayanankepada pasien agar
memenuhi standar mutu dan merupakancara untuk menerapkan

Pharmaceutical Care. Komitmen untuk memberikan pelayanan sebaikmungkin untukkepentingan


masyarakatharus terus diupayakan dan ditingkatkan

oleh Apoteker baik di Apotek, Puskesmas, Klinik maupun Rumah sakit

B.Tujuan dan Manfaat

Tujuan

-Sebagai Pedoman bagi tenaga kefarmasian khususnya Apoteker dalammelaksanakanpraktik


kefarmasian.

-Melindungi masyarakat/pasien dari penggunaan obat yangtidak rasional

Manfaat
-Tujuan akhir dari pelayanan kefarmasian yang bermutu adalah meningkatkan mutu hidup pasien

C.Pengertian dan Persyaratan CPFB

Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) atau

Goad Pharmacy Practice adalah cara untukmelaksanakan pelayanan kefarmasian yang baik secara
komprehensif,berupa panduan yang berisisejumlah standar bagi para Apoteker dalam
dalammenjalankan praktik profesinya di saranapelayanan kefarmasian.Adapun Cara Pelayanan
Kefarmasian yang Baik (CPFB) hendaknya memenuhipersyaratan.

1.Apoteker mengutamakan seluruh aktifitasnya ditujukan bagi kesejahteraanpasien.

2.lnti aktivltas apoteker adalah penyediaan obat dan produk kesehatan lainnyauntukmenjamin khasiat,
kualitas dan keamanannya, penyediaan dan pemberianinformasi yangmemadai dan saran untuk pasien
dan pemantauan terapi obat.

3.Seluruh aktifitas merupakan kesatuan bagian dari kontribusi apoteker yangberupa promosiperesepan
rasional dan ekonomis serta penggunaan obat yangtepat.

4.Sasaran setiap unsur pelayanan terdefinisi dengan jelas, cocok bagi pasien,terkomunikasidengan
efektif bagi semua pihak yang terlibatUntuk memenuhi persyaratan ini, diperlukan kondisi sebagai
berikut:

1.Profesionalisme harus menjadi filosofi utama yang mendasari praktek, meskipunjugadisadari


pentingnya faktor ekonomi

.2.Apoteker harus memiliki masukan cukup dan tepat dalam membuat keputusantentangpenggunaan
obat. Suatu sistem haruslah memungkinkan apotekermelaporkan kejadianreaksi obat yang tidak
diinginkan, kesalahan medikasi dancacat dalam kualitas produk ataupendeteksian produk palsu. Laporan
ini jugatermasuk informasi tentang obat yangdigunakan dan disiapkan untuk pasien,tenaga kesehatan
profesional, baik langsung maupunmelalui apoteker.

3.Menjalin hubungan profesional terus menerus dengan tenaga kesehatan lainnya,yang harusdapat
dilihat sebagai kerjasama terapeutik yang saling percaya danmempercayaisebagaikolega dalam semua
hal yang berkaitan dengan terapiyang menggunakan obat( farmakoterapeutik ).

4.Hubungan profesional diantara apoteker harus berupa hubungan kotegial untukmenyempurnakan


pelayanan farmasi dan bukan sebagai pesaing/kompetitor.

5.Organisasi praktek kelompok dan manajer apotek harus ikut bertanggung jawab untuk
pendefinisian,pengkajian, dan penyempurnaan kualitas.
6.Apoteker harus hati-hati terhadap penyediaan dan pemberian informasi medisesensial
danfarmaseutik bagi setiap pasien. Perolehan informasi ini akan lebihmudah jika pasien
memilihmenggunakan hanya satu apotek atau jika tersediaprofil pengobatan pasien.

7.Apoteker harus tidak memihak, komprehensif, obyektif dan dapat memberikaninformasiterkini


tentang terapi dan penggunaan obat.8.Apoteker dalam setiap prakteknya harus bertanggung jawab
secara pribadiuntuk menjagadan mengukur kompetensi pribadinya melalui
praktekprofesionalnya.9.Program pendidikan profesi harus membekali calon apoteker agar
dapatmelaksanakanpraktik maupun mengantisipasi perubahan praktik farmasi di masa yang akan
datang.10.Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) harus ditetapkan dandipatuhi
olehpraktisi.

D.Ruang Lingkup

Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) meriputi empat aktivitas utama,
yaitu:1.Aktivitasyangberhubungandenganpromosikesehatan,
pencegahanpenyakitdanpencapaiantujuankesehatan, dengankegiatan:

€Penyuluhan kesehatan masyarakat

€Berperan aktif dalam promosi kesehatan sesuai program pemerintah.

€Menjamin mutu alat diagnostik dan alat kesehatan lainnya serta memberi
saranpenggunaannya.2.Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan
sediaanfarmasi dan alatkesehatan dalam pelayanan resep, dengan kegiatan:

€Penerimaan dan pemeriksaan kelengkapan resep.

€Pengkajian resep, meliputi identifikasi, mencegah dan mengatasi masalah terkaitobat/

Drug Related Problem (DRP)

€Penyiapan obat dan perbekalan farmasi lainnya, meliputi: pemilihan;pengadaan(perencanaan, teknis


pengadaan. penerimaan, danpenyimpanan); pendistribusian,penghapusan dan pemusnahan,
pencatatandan pelaporan, jaminan mutu, sertamonitoring dan evaluasi.

€Layanan lnformasi obat. meliputi: penyediaan area konseling khusus,;kelengkapanliteratur: penjaminan


mutu SDM; pembuatan prosedur tetap danpendokumentasiannya.

€Monitoring Terapi Obat meliputi: pembuatan protap monitoring; evaluasiperkembangan terapi pasien.

€Dokumentasi aktifitas profesional, meliputi : catatan pengobatan pasien (


PatientMedication Record/PMR), protap evaluasi diri

(self assesment )untuk jaminan mutu

3.Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaanfarmasi dan alatkesehatan
dalam swamedikasi (self medication), dengankegiatan:

€Pengkajian masalah kesehatan pasien berdasarkan keluhan pasien, meliputi siapa yangmemiliki
masalah; gejalanya apa; sudah berapa lama; tindakanapa yang sudahdilakukan; obat apa yang sudah
dan sedang digunakan.

€Pemilihan obat yang tepat (Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas dan Obat Wajib Apotek)

€Penentuan waktu merujuk pada lembaga kesehatan lain.4.Aktivitas yang berhubungan dengan
peningkatan penggunaan obat yangrasional, dengankegiatan:

€Pengkajian Resep, meliputi : identifikasi, mencegah dan mengatasi DRP

€Komunikasi dan advokasi kepada dokter tentang resep pasien.

€Penyebaran informasi obat.

€Menjamin kerahasiaan data pasien.

€Pencatatan kesalahan obat, produk cacat atau produk palsu.

€Pencatatan danpelaporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

€Evaluasi data penggunaan obat (

Drug Use Study )

€Penyusunan Formularium Bersama tenaga kesehatan lain.CaraPelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB)
dilaksanakan melalui penataan:

•Sistem Manajemen Mutu

•Sumber Daya Manusia (SDM),

•Sarana dan Prasarana,

•Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

•Pelayanan Farmasi Klinik


•Dokumentasi

•Standar Prosedur Operasional

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SISTEM MANAJEMEN MUTU

Ketatnya persaingan dijaman globalisasi menyebabkan suatupelayanan kesehatan salingberlombauntuk


mendapatkan konsumen sebanyak mungkin dengan berbagai rnacamsumber daya yang dimiliki,pada sisi
lain tidak dapat dipungkiri bahwa konsumen semakinselektif dalam memilih sebuah produkbarang/jasa.
Untuk dapat bersaing tidak hanyacukup dengan memberikan mutu petayanan terbaikdalam mencapai
apa yang disebutdengancustomer satisfactionakan tetapi mutu barang / jasa yangditawarkan juga
harusmampu memberikan jaminan mutu, sehingga mampu memenuhituntutankonsumen. Olehkarena
itu penerapan sistem Manajemen Mutu tidak dapat dihindari lagi.Menurut Philip B.Crosby mutu adalah
kesesuaian terhadap persyaratan (conformance torequirement ofspesification), seperti jam yang tahan
air atau sepatu yang tahan lama. Pendekatan Crosby adalah prosestop-down. W. Edwards Deming
berpendapat bahwamutu adalah pemecahan masalah untuk mencapaipenyempurnaan terus-menerus.
Pendekatan Deming adalahbottom-up. Sedangkan menurut Joseph M.Juran mutu adalahkesesuaian
dengan penggunaan( fifness for use), seperti sepatu yang dirancang untukolahraga. Pendekatan Juran
adalah orientasi pada pemenuhan harapan pelanggan.Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan mutu adalah kesesuaian denganstandar dan pemenuhan kebutuhan pelanggan.

A.Pengertian Sistem Manaiemen Mutu Menurut Gaspersz (2001),

Sistem Manaiemen Mutu (QMS)

merupakan sekumpulanprosedurterdokumentasi dan praktek sesuai standar untuk manajemen sistem


yangbertujuan menjaminkesesuaian dari suatu proses danproduk (barang dan atau jasa)terhadap
kebutuhan ataupersyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukanatau dispesifikasikan
olehpelanggan dan organisasi.Sistem Manajemen Mutu mendefinisikan bagaimana organisasi
menerapkan praktekmanajemenmutu secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan
pasar. Terdapat beberapakarakteristik umum dari Sistem Manajemen Mutu, antara lain sebagaiberikut
(Gaspersz, 2001,pp.10-11):

•Sistem Manajemen Mutu mencakup suatu lingkup yang luas dari aktivita-aktivitasdalamorganisasi
modern. Mutu dapat didefinisikan melalui lima pendekatan utama,antara lainsebagai
berikut:transcendent quality yaitu suatu kondisi ideal menujukeunggulan;productbased quality yaitu
suatu atribut produk yang memenuhimutu,user based quality yaitukesesuaian atau ketepatan dalam
penggunaanproduk;manufacturing based quality yaitu kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan
standar;value based quality yaitu derajatkeunggulan pada tingkatharga yang kompetitif

•Sistem Manajemen Mutu berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini seringmencakup
beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja.

•Sistem Manajemen Mutu berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehinggabersifatproaktif, bukan


pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Patut diakuipula bahwa banyakSistem Manajemen Mutu
tidak akan efektif sepenuhnya padapencegahan semata, sehinggaSistem Manajemen Mutu juga harus
berlandaskanpada tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan. Dalam kaitandengan
hal ini, Sistem Manajemen Mutu merupakansuatuclosed loop systemYangmencakup deteksi, umpan
balik, dan korelasi. Proporsiterbesar harus diarahkanpada pencegahan kesalahan sejak tahap awal.
•Sistem Manajemen Mutu mencakup elemen-elemen: tujuan (objectives), pelanggan(

customer ), hasil (outputs), proses (processes), masukan (inputs), pemasok(

suppliers), danpengukuran untuk umpan balik dan umpan maju (measurement forfeedback and
feedforward ).

B.Tahapan Penerapan Sistem Manaiemen Mutu

Terdapat beberapa tahapan dalam menerapkan suatu Sistem Manajemen Mutu,


antaralainsebagaiberikut (Gaspersz,2001, pp. 11-17):1.Memutuskan untuk mengadopsi suatu standar
Sistem Manajemen Mutu yang akanditerapkan.2.Menetapkan tujuan-tujuan mutu dan implementasi
sistem.3.Mendefinisikan struktur organisasi dan tanggung jawab.4.Menciptakan kesadaran mutu
(quality awareness) pada semua tingkat dalamorganisasi.5.Mengembangkan peninjauan ulang dari
sistem Manajemen Mutu6.Menyepakati bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh
prosedur(SPO)7.Mendokumentasikan aktivitas terperinci dalam prosedur operasional atau
prosedurterperinci.8.Memperkenalkan dokumentasi.9.Menetapkan partisipasi karyawan dan pelatihan
dalam sistem10.Meninjau ulang dan melakukan audit Sistem Manajemen MutuSuatu pelayanan
kefarmasian yang baik harus menyelenggarakan suatu sistem jaminanmutusehinggaobat yang
didistribusikan terjamin mutu, khasiat, keamanan dankeabsahannnyasampaike tangan konsumen.
Sistem ini dilaksanakan sejalan denganSistem QualityAssuranceyang telahdilakukan lndustri Farmasi
dalam menjalankankegiatannya. Jaringan distribusi obat harusmenjamin bahwa obat yang
didistribusikanmempunyaiizin edar, dengan kondisi penyimpananyang sesuai terjaga mutunya,
danselaludimonitor termasuk selama transportasi serta terhindardari kontaminasi Setiapsarana
pelayanan kefarmasian harus mempunyai sistem jaminan mutu yang dapatmenjaminbahwa produk
yang didistribusikan adalah benar ditujukan kepada penerimayang tepat.Sistempenelusuran harus
memungkinkan kemudahan penelusuran apabilaterjadi suatu kesalahanpelayanan dan kesalahan
produk sehingga dapat ditarik dariperedaransecara cepat dan mudah.Untukdapat terlaksananya Cara
Pelayanan Kefarmasian Yang Baik, maka harusdiperhatikanaspek-aspek yang penting yang mendukung
pelaksanaannya antara lain :managemenmutu, Sumber DayaManusia, bangunan dan peralatan serta
dokumentasi.Dalamsuatu organisasi, "Jaga Mutu" (Quality Assurance) merupakan bagian
darimanagemenmutu.PrinsipManajemen Mutu antara lain :

•Mutu merupakan tanggungjawab semua anggota organisasi

•Organisasi harus menerapkan dokumentasi dan sistem mutu yang dilaksanakansecaraefektif yang
melibatkan partisipasi manajemen dan seluruh anggotaorganisasi

•Manajemen Mutu harusmenjadi panduan dalam penetapan struktur organisasi, proses


danpemanfaatansumberdaya menuju kearah terjaminnya mutu produk

•Setiap penyimpangan mutu supaya didokumentasikan

•Melakukan perbaikan proses terus menerusManajemen mutu meliputi :


•lnsfrastruktur atau "Sistem Mutu" terdiri dari struktur organisasi, prosedur, prosesdansumber; dan

•Tindakan sistematis yang menjamin kepelayaan yang ada bahwa produk baik darisegipelayanan dan
dokumentasinya mendukung mutu, keseluruhan dari tindakaninidisebut"Jaga Mutu".Jaga Mutu(Quality
Assurance) didefinisikan sebagai suatu konsep yang mencakup segalaaspekyang secara individual atau
bersama-sama dapat mempengaruhi mutu suatupelayanan.Dasarpemikiran Jaga Mutu :

•Mutu harus dibentuk dalam setiap desain dan proses. Mutu tidak dapat diciptakanmelaluipemeriksaan

•Gagasan dasar yang ada dibelakang pengendalian adalah pencegahan terulangnyakesalahan

•lnti pengendalian mutu terpadu yang sesungguhnya terletak pada kendali mutu dan

• jaminan mutu pengembangan pelayananSistempaling sedikit mengacu pada jaga mutu seperti
pedoman WHO dan FIP yangterdapatpada Good Pharmacy Practice in Developing Countries

(1997). Semua pihakyang terlibat dalampelayanan kefarmasian harus bertanggungjawab terhadap


mutupelayanandan keamanan pasiensesuai dengan tujuan terapi.Agarpedoman Cara Pelayanan
Kefarmasian Yang Baik dilaksanakan sesuai dengantujuannya, makadalam pelaksanaan penerapannya
diperlukan Standar ProsedurOperasionaluntuk setiap kegiatanoperasionalnya.

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Pelayanan kefarmasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanankesehatan.


Apotekersebagai salah satu tenaga kesehatan dituntut untuk aktif mengambilbagian dalam pelayanan
kesehatankhususnya pelayanan kefarmasian sesuai dengankompetensinya.Apoteker harus selalu belajar
secara terus menerus baik melalui pendidikan formalmaupun non formalmelalui Pendidikan Profesi
Berkelanjutan (Continuing ProfessionalDevelopment) untuk meningkatkankompetensinya dan
diharapkan dapat menjalinhubungan (networking) dengan Apoteker yang seminat.

B. Saran
Dalam memberikan pelayanan kefarmasian seorang Apoteker harus berpedoman
padaperaturanperundang-undangan yang berlaku dan berpegang teguh pada etika profesiserta
melaksanakanparadigma yang berorientasi atau berfokus kepada pasien.Dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian yang baik Apoteker harus membuat Standar ProsedurOperasional (SPO) dan
melakukan pendokumentasian.itu sangat penting bagi Apoteker yang akanmemberikan pelayananOleh
sebab kefarmasia n (pharmaceutical care) perlu membekali dirinya denganilmu pengetahuan
danketerampilan yang diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Good Pharmacy Practice (GPP) in Developing Countries, Recommendations forstep-wiseimplementation, 
1998. FIP

Good Pharmacy Practice-l P.A.-C,D.S.C.O.-W H O.INDIA COUNTRY OFFICE,2005

Pedoman Pelaksanaan Cara Pelayanan Farmasi yang Baik (Good PharmacyPractice) PT Kimia Farma

Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 1045/Menkes/Per/lX/2006tentangPedoman Or
ganisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan)
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/Per/XII/1999 tentang StandarPelayananRumah Saki
t

Soal No 2

Altruisme adalah sikap atau naluri untuk memperhatikan dan mengutamakan kepentingan dan kebaikan
orang lain. Altruisme berkebalikan dengan sifat egois yang lebih mementingkan diri sendiri.
Contohnya anda tidak bisa berenang, tetapi memaksakan diri ingin membantu orang yang tenggelam.
Sikap altruisme di sini termasuk berlebihan dan tidak bijak. Korban yang ingin diselamatkan jadi tidak
tertolong dan Anda pun turut menjadi korban.

Akuntabilitas adalah bentuk kewajiban pertanggungjawaban seseorang (pimpinan, pejabat atau


pelaksana) atau suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta
keterangan terkait kinerja atau tindakan dalam menjalankan misi dan tujuan organisasi dalam bentuk
pelaporan yang telah ditetapkan secara periodik.

Contohnya ketua organisai yang harus mewujudkan kewajiban untuk mempertanggung jawabkan
keberhasilan atau kegagalan atas pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan
sasaran–sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggung jawaban secara periodik.

Keunggulan adalah suatu kelebihan dari yang kita miliki maupun dari suatu barang.

Contohnya anda sendiri yang mempunyai kelebihan dari diri anda.

Tugas adalah sesuatu yg wajib dikerjakan atau sesuatu perintah yang telah ditentukan untuk dilakukan,
Pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang, Pekerjaan yang dibebankan, dan hendaklah
dijalankan sesuai dengan fungsi masing-masing.

Contohnya adalah disaat anda diberikan tugas oleh seseorang dan harus kamu laksanakan karna itu
adalah amanah.

Integritas adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu, “integer” yang artinya utuh dan lengkap. Oleh
karena itu, integritas memerlukan perasaan batin yang menunjukkan keutuhan dan konsistensi karakter.
Dalam pengertian singkat, integritas artinya konsep konsistensi tindakan, nilai, metode, ukuran, prinsip,
harapan dan hasil.

Contohnya Ketika kita memiliki integritas diri yang tinggi, orang-orang di sekitar kita dapat melihatnya
melalui tindakan, kata-kata, keputusan, metode yang kita lakukan, serta hasil yang kita dapatkan.
Analoginya, ketika kita menjadi pribadi yang utuh dan konsisten, maka dimanapun dan apapun
kondisinya diri kita hanya ada satu. Kita tidak akan pernah meninggalkan bagian diri kita dalam kondisi
lain, karena kita telah menjadi pribadi yang konsisten. Dengan kata lain, Anda selalu menjadi diri Anda
sendiri sepanjang waktu.

Mengahargai atau menghormati orang lain adalah cara untuk mendapat penghargaan atau


penghormatan dari orang lain sebagaimana penghargaan atau penghormatan yang kita berikan kepada
orang lain. Pahami bahwa setiap manusia memiliki arti tidak peduli siapa pun dan Anda patut
mengakuinya.

Contohnya kalian menghormati orang tua kalian karna dialah yang merawatmu dari kecil hingga dewasa.

Anda mungkin juga menyukai