Anda di halaman 1dari 17

PENATALAKSANAAN

GANGGUAN FUNGSI GINJAL


KELOMPOK 4
1. ARIEF NUR HIDAYAT
2. DOLLINCE DOUW
3. FREDRIKA SARA CHARLOTA TANAMOR
4. HENNY MAULINA
5. JENNIE MONICA AUBERTHA KAYAME
GINJAL
 Ginjal merupakan organ ekskresi yang
terdapat pada manusia. Ginjal terdapat pada
rongga retroperitoneal. Dalam tubuh
manusia dewasa, ukuran ginjal sekitar 11 cm
panjangnya. Ginjal menerima darah dari
sepasang arteri renalis, dan darah keluar
lewat vena renalis. Setiap ginjal
berhubungan dengan ureter, tabung yang
membawa urine keluar ke kandung kemih.
 Fungsi Ginjal :
1. Mengeluarkan sisa-sisa produk dari tubuh.
2. Menyimbangkan cairan tubuh.
3. Memproduksi sel darah merah
4. Mengatur tekanan darah, menyaring
120-150 liter darah setiap hari.
5. Mengaktifkan vitamin D untuk kesehatan
tulang dan gigi.
 Penyakit gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian :
- Gagal ginjal akut (Acute kidney Injury)
- Gagal ginjal kronik (Cronic kidney disease)
Gagal ginjal akut (Acute kidney Injury)
Definisi Gagal Ginjal Akut
Gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) dapat diartikan sebagai penurunan
cepat (dalam jam hingga minggu) dan tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi
ini bisa ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia (peningkatan
konsentrasi BUN).

Tanda dan Gejala Gangguan Ginjal Akut :


- Terjadi Oliguria, terutama jika terjadi obstruksi, bisa menyebabkan edema.
- Terjadi azotemia : senyawa bernitrogen dalam darah meningkat (kreatinin, urea nitrogen),
setelah azotemia terjadi Uremia (anorexia, nause, vomiting)
- Terjadi hiperkalemia dan asidosis.
- Anorexia
- Fatigue
- Mental status changes
- Nausea and vomiting pruritus
- Seizures (if blood urea nitrogen level is very high).
- Shortness of breath (if volume overload is present).
TERAPI GANGGUAN GINJAL AKUT (GGA)
Pendekatan Umum
Target  Pengobatan GGA tergantung pada etiologi.
 Mencegah faktor penginisasian GGA  Komunitas : penggunaan obat/zat
 Menghindari atau meminimalisir nefrotoksis.
berbagai hal yang memperlambat  Rumah sakit : stop penggunaan obat/zat
penyembuhan. nefrotoksis, memperbaiki hipoperfusi
 Memberikan tindakan hingga fungsi renal ginjal.
kembali normal.  Kerusakan sistem imun (glumerulusnefritis)
 Mengobati komplikasi. : tx supres imun.
 Memelihara keseimbangan cairan dan
PRE RENAL
elektrolit.
 Prinsip : memperbaiki perfusi darah ke
ginjal.
 Blood pressure management if needed. INTRA RENAL
 Blood products if needed. o Prinsip : perbaiki kerusakan intrarenal
 Normal saline if volume depleted. sesuai dengan etiologi.
o No spesific therapy universally effective.
o Eliminate the causative hemodynamic
abnormality or toxin.
POST RENAL o Prevent and treat complications.
Consult urology and/or radiology
TERAPI SUPORTIF
 Nutrisi
 Elektrolit
 Asam-basa
 Terapi cairan
 Koreksi terhadap kelainan hematologi
(infeksi, kardiovaskuler, gastrointestinal)

FLUID MANAGEMENT (Manajemen Cairan)


• Mempertahankan perfusi ginjal dan produksi urine.
• Terapi diuretik : mempertimbangkan pasien yang oliguria euvolemic
atau hypervolemic.
RENAL REPLACEMENT THERAPY
 Digunakan pada pasien dengan volume cairan yang overload yang
tidak berespon dengan diuretik.
 Tujuan : untuk meminimalisir akumulasi produk buangan, mengoreksi
elektrolit dan abnormalitas asam-basa.
DAMPAK GGA
GGA
Ganguan perfusi ke ginjal
Penurunan GFR

Cairan dan ion ekatrasel Produk buangan Iskemik Tubulus

Hipertensi Seizure
Udema

Hiperkalemi

Ion H Asidosis metabolik

KEMATIAN GGK
Gangguan Ginjal Kronik (Cronic kidney disease)

No Kelainan GFR (mL/min/1.73ml) Gejala dan Tanda
1 Kerusakan ginjal kronis > 90 Anemia 4%
dengan GFR normal atau Hipertensi 40%
meningkat Kematian -5 thn 19%
2 Kehilangan GFR ringan 60-89 Anemia 4%
Hipertensi 40%
Kematian -5 thn 19%
3 Kehilangan GFR sedang 30-59 Anemia 7%
Hipertensi 55%
Kematian -5 thn 24%
4. Kehilangan GFR berat 15-29 Hiperfosfatemia 20%
Anemia 29%
Hipertensi 77%
Kematian -5 thn 46%
5 Gagal ginjal < 15 or dialysis Hiperfosfatemia 55%
Anemia 69%
Hipertensi > 75%
Kematian -3 thn 14%
 Etiologi  Patofisiologi
 Karena perkembangan CKD adalah  Kerusakan ginjal dapat terjadi
fenomena yang kompleks, maka karena penyebab yang heterogen.
dikategorikan faktor risiko yang Kerusakan struktural awalnya
terkait dengan CKD : mungkin tergantung pada penyakit
utama yang mempengaruhi ginjal.
1) Suscepibility : usia, pendidikan,
ras, BBLR, riwayat keluarga GGK.  Sebagian besar nefropati progresif
berbagi jalur akhir yang sama
2) Iniatiation : DM, hipertensi, menuju kerusakan parenkim ginjal
autoimun, infeksi sistemik, ISK, ireversibel dan ESRD.
obstruksi saluran kemih,  Elemen kunci dari jalur ini adalah :
toksisitas obat.
a) Hilangnya massa nefron.
3) Progression factors : proteinuria, b) Hipertensi kapiler glomerulus.
perubahan TD, merokok,
initiation faktor-faktor persisten. c) Protenuria.
 Gejala  Tanda

 kardiovaskular - paru : edema dan


 Gejala umumnya tidak ada pada hipertensi yang memburuk, hipertrofi
CKD tahap 1 dan 2, dan mungkin ventrikel kiri, aritmia,
minimal selama tahap 3 dan 4. hiperhomosisteinemia, dan
dislipidemia.
 Gejala umum termasuk edema,
intoleransi dingin, sesak napas,  Gastrointestinal : GERD, penurunan
berat badan.
jantung berdebar, kram dan nyeri
otot, depresi, kecemasan,  Hiperparatiroidisme sekunder,
penurunan aktivasi vitamin D, β2-
kelelahan, dan disfungsi seksual. mikroglubulin, deposisi dan asam urat.
 Hematologi : anemia CKD, defisiensi
besi dan perdarahan.
 cairan/elektrolit : hiper/hiponatremia,
hiperkalemia, dan asidosis metabolik.
Tujuan Terapi GGK

 Menunda keparahan GGK dan mencegah terjadinya komplikasi.


 Meningkatkan dan mengoptimalkan kualitas hidup pasien.
 Pengobatan sedini mungkin penyakit ginjal kronis dapat memperlambat
perkembangannya menjadi ESRD.
 Penanganan penyakit terjadinya GGK.
 Penanganan komplikasi yang terjadi akibat dari GGK.
 Misalnya untuk pasien dengan hiperkalemia :
1) Lakukan koreksi kalsium dengan pemberian glukosa + insulin.
2) Mix 50ml dextrosa 40% + 10 unit regular insulin.
3) Diberikan secara IV selama 15-30 menit.
4) Jika terjadi overload, berikan inj. Furosemide 40-80 mg/ml.
 Menunda atau Menghentikan Proses Perburukan Penyakit GGK
Menurut kidney disease : improving global outcomes (KDIGO), aturan kontrol tekanan darah untuk
penyakit ginjal kronis adalah :
 Bila ekskresi albumin urin < 30 mg/24jam (atau ekuivalen) dengan tekanan darah >140/90mmHg,
target tekanan darah dengan obat antihipertensi yaitu ≤ 140mmHg pada sistolik dan ≤ 90mmHg pada
diastolik.
Bila ekskresi albumin urin ≥ 30mg/24jam (atau ekuivalen) dengan tekanan darah > 130/80mmHg, target
tekanan darah dengan obat antihipertensi yaitu ≤ 130mmHg pada sistolik dan ≤ 80 mmHg pada
diastolik.
Angiotensin Receptor Blocker (ARB) atau Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
direkomendasikan untuk digunakan pada pasien penyakit GGK dan diabetes eksresi albumin urin
30-300mg/24jam (atau ekuivalen).
•ARB atau ACEI direkomendasikan pada pasien penyakit ginjal kronis dengan atau tanpa diabetes
dengan ekskresi albumin urin > 300 mg/24 jam (atau ekuivalen)
•Pada pasien anak-anak dengan penyakit ginjal kronis, obat antihipertensi diberikan bila tekanan darah
secara konsisten berada di atas persentil 90 sesuai usia, jenis kelamin dan tinggi badan dan disarankan
untuk menggunakan ARB dan ACEI untuk mencapai persentil 50, kecuali timbul tanda dan gejala
hipotensi
•Perlu diperhatikan hipotensi postural pada pasien penyakit ginjal kronis dengan obat antihipertensi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai