PENDAHULUAN
abnormal baik secara struktural maupun fungsinya yang terjadi secara progresif
dan menahun, umumnya bersifat ireversibel. Sering kali berakhir dengan penyakit
ginjal terminal yang menyebabkan penderita harus menjalani dialisis atau bahkan
transplantasi ginjal. Penyakit ini sering terjadi, seringkali tanpa disadari dan
dan diabetes). 1
GGK atau sering disebut juga penyakit ginjal kronik (Chronic kidney
disease) memiliki prevalensi yang sama baik pria maupun wanita dan sangat
resesif.3,4
ginjal ringan sampai sedang lebih banyak daripada mereka yang dengan stadium
dan upaya preventif. Selain itu ditemukan juga bukti-bukti bahwa intervensi atau
1
pengobatan pada stadium dini dapat mengubah prognosa dari penyakit tersebut.
adanya cadangan fungsi ginjal yang bisa mencapai 20% diatas nilai normal,
sehingga tidak akan menimbulkan gejala sampai terjadi penurunan fungsi ginjal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
2
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel,
pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal. Dan ditandai dengan adanya uremia ( retensi urea
yang beragam, yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan
umunya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel,
pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis maupun transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu sindrom klinik dan
laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada
1. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
- Kelainan patologis
3
- Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi
darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging test).
II. EPIDEMIOLOGI
ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini
penduduk pertahun.
III. ETIOLOGI
o Glomerulonefritis
o Pielonefritis
o Ginjal polikistik
o TBC ginjal
4
o Nefritis lupus
o Nefropati analgesic
o Amiloidosis ginjal
IV. KLASIFIKASI
atau
ringan
sedang
5
Klasifikasi atas dasar penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung
diabetes
transplantasi
Keracunan obat (siklosporin / takrolimus)
6
Penyakit recurrent (glomerular)
Transplant glomerulopathy
V. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes
melitus atau hipertensi, penyakit autoimun, batu ginjal, sembuh dari gagal ginjal
akut, infeksi saluran kemih, berat badan lahir rendah, dan faktor social dan
lingkungan seperti obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan
individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal
dalam keluarga, berpendidikan rendah, dan terekspos dengan bahan kimia dan
lingkungan tertentu.6
VI. PATOFISIOLOGI
terjadi kurang lebih sama. Pada gagal ginjal kronik terjadi pengurangan massa
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi
7
nefron yang progresif. Perubahan fungsi neuron yang tersisa setelah kerusakan
utuh akan mengalami peningkatan beban eksresi sehingga terjadi lingkaran setan
keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan Gagal Ginjal
Terminal (GGT) atau End Stage Renal Disease (ESRD). Adanya peningkatan
- Anemia
saluran cerna. Adanya toksik uremik pada GGK akan mempengaruhi masa
paruh dari sel darah merah menjadi pendek, pada keadaan normal 120 hari
menjadi 70 – 80 hari dan toksik uremik ini dapat mempunya efek inhibisi
eritropoiesis
- Sesak nafas
8
Menurut saya disebabkan karena ada kerusakan pada unit filtrasi
- Asidosis
lelah. Salah satu gejala khas akibat asidosis metabolik adalah pernapasan
9
kussmaul yang timbul karena kebutuhan untuk meningkatkan eksresi
- Hipertensi
- Hiperlipidemia
- Hiperurikemia
- Hiponatremia
pada tubulus ginjal. Bila fungsi ginjal terus memburuk disertai dengan
- Hiperfosfatemia
- Hipokalsemia
plasma tetap rendah. Oleh karena itu, rangsangan untuk pelepasan PTH
11
kelenjar paratiroid mengalami hipertrofi bahkan semakin melepaskan lebih
Karena reseptor PTH selain terdapat di ginjal dan tulang, juga terdapat di
banyak organ lain ( sistem saraf, lambung, sel darah dan gonad), diduga
- Hiperkalemia
meningkat, maka ion hidrogen tersebut akan berdifusi ke dalam sel –sel
kelainan kalium ini berkaitan dengan sistem saraf dan otot jantung, rangka
mental.
- Proteinuria
12
Proteinuria merupakan penanda untuk mengetahui penyebab dari
proteinuria berat akan terjadi pengeluaran 3,5 g protein atau lebih yang
- Uremia
Kadar urea yang tinggi dalam darah disebut uremia. Penyebab dari
uremia pada GGK adalah akibat gangguan fungsi filtrasi pada ginjal
sehingga dapat terjadi akumulasi ureum dalam darah. Urea dalam urin
ginjal. Bila filtrasi glomerulus kurang dari 10% dari normal, maka gejala
klinis uremia mulai terlihat. Pasien akan menunjukkan gejala iritasi traktus
serebral adapat terjadi pada keadaan ureum yang sangat tinggi dan
hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan
kelainan kardiovaskular.8
a. Kelainan hemopoeisis
ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia pada pasien gagal ginjal
kronik terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoetin. Hal lain yang ikut
berperan dalam terjadinya anemia adalah defisiensi besi, kehilangan darah (misal
perdarahan saluran cerna, hematuri), masa hidup eritrosit yang pendek akibat
Evaluasi terhadap anemia dimulai saat kadar hemoglobin < 10 g/dL atau
hematokrit < 30 %, meliputi evaluasi terhadap status besi (kadar besi serum /
serum iron, kapasitas ikat besi total / Total Iron binding Capacity (TIBC), feritin
penyebab lain bila ditemukan. Pemberian eritropoetin (EPO) merupakan hal yang
dianjurkan. Pemberian tranfusi pada penyakit ginjal kronik harus dilakukan hati-
hati, berdasarkan indikasi yang tepat dan pemantauan yang cermat. Tranfusi darah
Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien
gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dan muntah
masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora
usus sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau
rangsangan mukosa lambung dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran cerna ini
akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet protein dan antibiotika.
c. Kelainan mata
pasien gagal ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari
Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis dan pupil asimetris.
sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Penimbunan atau deposit garam
kalsium pada conjunctiva menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan
d. . Kelainan kulit
15
Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan
bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan
e. Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan
depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Kelainan mental berat
seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga sering
dijumpai pada pasien GGK. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai
pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar
kepribadiannya (personalitas).
f. Kelainan kardiovaskular
Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik sangat
sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik terutama pada
VIII. DIAGNOSIS
histopatologis.9
16
Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG)
Meramalkan prognosis
pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik
perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang dapat memperburuk faal ginjal
laboratorium) mempunyai spektrum klinik luas dan melibatkan banyak organ dan
17
ii) sindrom uremia yang terduru daru lemah, letargi, anoreksia, mual,
b. Pemeriksaan laboratorium
dan kreatinin serum, dan penurunan laju filtrasi glomerolus (LFG) yang dapat
18
pengaruh toksisk oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami
kerusakan
korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,
klasifikasi
1. Terapi konservatif
dan elektrolit.
a.Peranan diet
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama
c. Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
LFG dan penyebab dasar penyakit ginjal tersebut (underlying renal disease).
2. Terapi simptomatik
a. Asidosis metabolik
b. Anemia
Dapat diberikan eritropoetin pada pasien gagal ginjal kronik. Dosis inisial
50 u/kg IV 3 kali dalam seminggu. Jika Hb meningkat >2 gr/dL kurangi dosis
20
pemberian menjadi 2 kali seminggu. Maksimum pemberian 200 u/kg dan tidak
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu
pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah
c. Keluhan gastrointestinal
dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (chief
complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa
mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program
d. Kelainan kulit
e. Kelainan neuromuskular
f. Hipertensi
21
Pemberian obat-obatan anti hipertensi terutama penghambat Enzym
yang penting, karena 40-50% kematian pada penyakit ginjal kronik disebabkan
keseimbanagan elektrolit.
yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
a. Hemodialisis
toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat
pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG).
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.
22
Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,
Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%.
(CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD,
yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien
terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai
c. Transplantasi ginjal
X. PROGNOSIS
23
dilakukan sekarang ini, bertujuan hanya untuk mencegah progresifitas dari GGK
itu sendiri. Selain itu, biasanya GGK sering terjadi tanpa disadari sampai
seringkali terlambat. 11
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama : Ny. BR
Umur : 81 tahun
Pekerjaan : Petani
24
II. Anamnesis
Keluhan Utama :
Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh bengkak kedua
tungkai, terutama saat bangun pada pagi hari. Bengkak pada kedua tungkai tetap
berlangsung sepanjang hari. Bengkak juga terjadi pada kelopak mata saat bangun
pagi dan tetap berlangsung sepanjang hari. Bengkak sudah hampir seluruh tubuh.
Sesak nafas disangkal. Bangun pada malam hari karena sesak dan batuk
disangkal. Pasien juga mengeluh lesu, mudah lelah, dan nafsu makan menurun,
25
Tekanan darah : 106/56 mmHg
Suhu : 37,0° C
Keadaan spesifik
- KGB
Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axilla, leher, inguinal dan
- Kepala
- Mata
palpebra pucat (+), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya
- Hidung
- Telinga
26
- Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (+), atrofi papil (-), gusi
berdarah (-), stomatitis (-), rhageden (-), bau pernapasan khas (+),
- Leher
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, JVP (5-2) cmH 2 O, kaku kuduk
- Dada
Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
- Paru-paru
I : Statis dan dinamis simetris kanan = kiri, sela iga tidak melebar.
A: Vesikuler (+) normal, ronkhi basah lapang paru kiri, wheezing (-).
- Jantung
P : Batas jantung atas ICS II, batas jantung kanan LPS dextra, batas
jantung
- Abdomen
I : Distensi
27
P : Lemas, hepar dan lien tidak teraba.
- Alat Kelamin
Normal
- Extremitas
Laboratorium
i. Darah Rutin
WBC : 7,23
Rbc : 4,0
HCT : 36,4
MCV : 84,7 fl
MCH : 27,4 pg
PLT : 180
Kgds : 210
Ureum : 67 mg/dl
28
Creatinin : 0,5 mg/dl
Natrium : 138
Kalium : 4,7
Chlorida : 102
V. Diagnosis
VI. Penatalaksanaan
- Treeway
29
Follow Up
Kgds : 150
S/ apneu
06:05
O/
TD : tidak teraba
HR : tidak teraba
A/
30
dan perawat
DAFTAR PUSTAKA
22.
Aesculapius FKUI,2001:531-534.
31
3. Skorecki K, Green J, Brenner BM. Chronic Renal Failure. Dalam Braunwald
E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, et al (eds): Harisson’s
2005:1653-1663.
condition. 2008,September.
Marcellus SK, Siti S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4 Jilid I.
http://www.kidney. professionals/kdoqi/guidelinesckd/toc.htm
7. Silbernagl, S dan Lang, F. Gagal Ginjal kronis. Teks & Atlas Berwarna
110 – 115.
Handbook of Clinical Medicine. Ed. 7th. New York: Oxford University; 2007.
294-97.
32
Pelayanan Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.
hlm 168-70.
10. Kamaludin Ameliana. 2010. Gagal Ginjal Kronik. Jakarta : Bagian Ilmu
33