Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri tengkuk (neck pain) didefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan didaerah yang

dibatasi oleh : linea nuchae superior dibagian superior, dibagian lateral sisi lateral leher dan

dibagian inferior oleh garis transversal imajiner melalui prosesus spinosus Torakal 1.1

Nyeri tengkuk merupakan problem umum dalam masyarakat yang diperkirakan

dialami oleh ± 10 % populasi. Di Amerika Serikat ditemukan nyeri tengkuk ± 7 % pada laki-

laki dan ± 9,4 % pada wanita, dalam periode tahun 1976 – 1980. Nyeri tengkuk lebih sering

ditemukan pada wanita dan frekwensinya lebih banyak pada usia tua, perokok dan pekerja

yang banyak mengalami stres baik fisik maupun mental. 2,3

Manifestasi nyeri tengkuk dapat timbul di daerah tengkuk atau menyebar ke tempat

lain (terbanyak adalah ke anggota gerak atas dan kepala).4 Penyebab nyeri dapat berasal dari

kompresi terhadap struktural nyeri yang dapat berupa inflamasi, neoplastik, infeksi, proses

degenerasi atau trauma. Nyeri tengkuk umumnya cenderung berulang, disertai beragamnya

keluhan dan temuan klinis dari derajat ringan sampai sedang disertai temuan pemeriksaan

imajing yang tidak spesifik dan banyaknya diagnosis banding sehingga hal ini merupakan

tantangan bagi klinisi dalam mendiagnosis dan memberikan terapi yang tepat.5,6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI

Servikal sindrom adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala yang ditandai adanya

iritasi atau kompresi pada radiks saraf servikal, dengan gejala adanya rasa nyeri pada leher

(tengkuk) yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai radiks yang terganggu.1,7

Rasa nyeri yang dijalarkan disebut nyeri radikuler (rasa nyeri berpangkal pada tempat

perangsangan dan menjalar ke daerah persarafan radiks yang terkena, sesuai dengan kawasan

dermatom).1,2,3

Standar pelayanan medis Neurologi tahun 2006 mendefinisikan servikal sindrom

sebagai sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri menjalar, rasa kesemutan yang

menjalar, spasme otot yang disebabkan karena perubahan struktural kolumna vertebra

servikalis akibat perubahan degeneratif pada diskus intervertebralis, ligamentum flavum dan

facet joints.8

B. ANATOMI

Tulang dan jaringan ikat

Tulang belakang cervical terdiri dari 7 vertebra yang secara keseluruhan membentuk

kurva lordosis bila diliat dari lateral. Dapat dibagi menjadi 2 regio, regio atas (C1, C2) dan

regio bawah (C3-C7). Ada perbedaan nyata terhadap kedua regio tersebut baik secara

anatomis maupun fungsionalnya.

Regio atas

Secara struktural terdapat perbedaan yang jelas antar tulang C1 (Atlas) dan C2 (Axis).

Tulang C1 tidak mempunyai korpus vertebra, berbentuk seperti cincin dengan kedua masa
lateral dihubungkan dengan arkus anterior dan posterior. Sedangkan tulang C2 mempunyai

korpus vertebra, arkus anterior yang menebal ditengah membentuk prosesus odontoid, arkus

posterior dan prosesus spinosus.

Diantara tulang oksiput dan C1 dihubungkan dengan sendi oksipitoatlas dengan

gerakan fleksi 10° dan ekstensi 25°, tidak ada pergerakan rotasi dan lateral fleksi. Antara C1

dan C2 dihubungkan dengan sendi alantoaxial yang dapat bergerak rotasi 45° kiri dan kanan,

mungkin hanya sedikit fleksi dan ekstensi.

Terdapat banyak ligamen pada regio atas vertebra servikal dan sangat penting

peranannya dalam membatasi pergerakan. Itu berguna untuk melindungi medula spinalis dan

radiks saraf dari trauma eksternal.

 Ligamentum transversum sebagai penahan prosesus odontoid terhadap arkus anterior

 Ligamentum apikal: menghubungkan prosesus odontoid dengan foramen magnum

 Ligamentum alar: 2 ligamentum turun dari oksiput ke pinggir prosesus odontoid

 Ligamentum asesorius: 2 ligamentum untuk membatasi gerakan atlas terhadap axis

 Ligamentum longitudinal posterior yang terhubung dari foramen magnum sampai

sacrum

 Ligamentum flavum: mencegah subluksasi ke depan dari oksiput atlas terhadap axis

 Ligamentum nukhae/interspinosus: sebagai septum yang membagi otot ekstensor

leher.9,10

Regio bawah

Vertebra cervical C3-C7 mempunyai karakteristik spesifik, bagian anteriornya lebih

lebar dari bagian posterior. Begitu pula dengan diskus intervertebralis nya sehingga dapat
membentuk kurva lordotik. Vertebra cervical ini mempunyai persendian yang disebut sendi

uncovertebral disebut juga sebagai sendi lusckha terletak pada tepi posterolateral korpus

vertebral. Diskus intervertebralis terdapat diantara 2 korpus vertebra berisikan annulus dan

nucleus.

Gerakan yang dapat terjadi pada regio ini adalah fleksi, ekstensi, lateral fleksi dan

rotasi. Sedangkan ligamentum yang terdapat pada segmen ini adalah ligamentum flavum,

ligamentum longitudinal anterior, posterior, dan ligamentum nukhae/interspinosus.

Saraf

Struktur medulla spinalis terdapat di dalam kanalis spinalis mulai dari foramen

magnum sampai lebih kurang setinggi L2. Nervus spinalis mempunyai 2 radiks spinalis

posterior (sensori) dan anterior (motorik). Kedua radiks tersebut berjalan bersamaan keluar

dari foramen intervertebralis dan menjadi satu membentuk nervus spinalis.Nervus spinalis C1

dan C2 mempersarafi belakang kepala sedangkan C3 di daerah leher. Sedangkan C4-C8

mempersarafi daerah bahu dan lengan.9

C. ETIOLOGI

Timbulnya sindroma servikal ini oleh karena adanya rangsangan pada radiks saraf

servikal, dimana radiks anterior dan posterior akan bergabung menjadi saraf spinal di

foramen intervertebralis sehingga letak gangguannya adalah pada atau dekat foramen

intervertebralis. 3,4

Terdapat dua penyebab timbulnya servikal sindrom yaitu: 1,2

1. Foramen intervertebralis tetap utuh.

 Peradangan dari sarafnya sendiri misalnya radikulitis.


 Dorongan dari tumor, abses atau perdarahan oleh karena trauma tumor.

 Radiks mengalami tarikan, misalnya pada trauma whiplash (pecut) yaitu trauma oleh

karena anggukan kepala yang intensif yang didahului oleh tengadahan kepala,

dimana radiks dorsalis C5, C6 dan C7 teregang dan mengalami reksis.

 HNP servikalis yang paling sering terdapat diantara C5 dan C6 serta antara C6 dan

C7 sehingga menekan radiks C6 dan radiks C7.

2. Foramen intervertebralis menyempit.

 Terbentuknya osteofit atau eksostosis yang masuk ke dalam foramen intervertebralis

sehingga dapat menekan radiks.

 Adanya penipisan dari diskus intervertebralis sehingga keadaan ini akan

mendekatkan jarak kedua pedikel yang membentuk foramen intervertebralis.

 Namun demikian adanya penyempitan foramen intervertebralis harus disesuaikan

dengan gejala dan tanda yang dikeluhkan oleh penderita dan ditemukan dalam

pemeriksaan.

D. MANIFESTASI KLINIK

Seperti yang telah diketahui bahwa saraf cervical yang berperan dalam persarafan

bahu, lengan, sampai jari adalah saraf cervical yang berasal dari segmen medula spinalis C5,

C6, C7, dan C8 maka radiks-radiks dari segmen inilah yang memegang peranan dalam

masalah cervical root syndrome ini. Pada anamnesa biasanya dijumpai pasien dengan keluhan

nyeri tengkuk serta kaku pada otot leher dan kadang disertai dengan sakit daerah belakang

kepala. Rasa nyeri biasanya timbul pada pergerakan kepala dan leher disertai adanya

penjalaran ke lengan sesuai dengan persarafan radiks yang terkena, ini yang dinamakan nyeri

radikuler.
Pada pemeriksaan tidak jarang leher mengalami keterbatasan dalam lingkup geraknya

dan biasanya pasien juga merasakan hal itu dengan atau tidak disertai nyeri leher. Kelainan

neurologiknya, terhadap radiks saraf spinal akan menimbulkan gangguan sensibilitas dan

motorik. Untuk ganguan sensibilitas pengenalan klinisnya ditentukan oleh terdapatnya nyeri

saraf daerah kulit yang dipersarafi oleh radiks dorsalis yang terangsang. Hal tersebut yang

dinamakan dengan dermatom. Sedangkan kelaianan motorik ditandai dengan adanya

kelemahan pada daerah lengan dan tangan. Pemeriksaan lebih lanjut dinilai refleks tendonnya

yang terkadang menurun pada otot yang dipersarafinya.11

Radiks Nyeri dijalarkan Kelemahan Gangguan Refleks

dari leher ke: otot sensibilitas tendon

C5 Bahu bagian bawah Supraspinatus Permukaan Refleks

dan lengan atas Deltoideus ventral lengan biceps tidak

bagian lateral Infraspinatus atas dan terganggu

Biceps bawah atau menurun

Tidak ada

gangguan

sensibilitas

pada jari-jari

C6 Bagian lateral Biceps Permukaan Refleks

(radial) lengan Brachioradialis ibu jari dan biceps,

bawah tepi radial menurun /

dari lengan menghilang

C7 Bagian dorsal lengan Triceps Permukaan Refleks

bawah jari telunjuk, triceps

jari tangan menurun atau


dan dorsum menghilang

manus

C8 Bagian medial Otot-otot Jari Refleks

(ulnar) lengan bawah tangan: kelingking biceps dan

interossei dan jari manis triceps tidak

terganggu

Gejala dan tanda dari gangguan masing-masing radiks spinalis seperti terlihat pada

skema dan gambar di bawah ini.

Dermatom pada anggota gerak atas


Dermatom servikal sampai sakrum menurut Keegan & Garret

E. PATOLOGI

Leher mempunyai bangunan peka nyeri dalam daerah relatif kecil dan padat.

Bangunan peka nyeri tersebut mencakup : ligamentum longitudinale posterior, sendi faset,

radiks saraf, kapsul faset, ligamentum longitudinale anterior, otot, ligamentum interspinosum,

kapsul artikularis dan duramater. Nyeri leher dapat dihasilkan oleh berbagai patologi terhadap

bangunan peka nyeri tersebut, baik primer maupun rujukan dari bagian lain tubuh (sekunder)

misalnya : iritasi, cedera atau trauma, inflamasi, infeksi dan destruksi 7,8.

Berbagai patologi penyebab servikal sindrom tersebut yaitu :

 Spondilosis servikalis : Myelopathy

 Mekanik : Neck strain, Herniasi diskus

 Infeksi : Osteomyelitis, Meningitis

 Rujukan/reffered : Thoracic outlet syndrom, Pancoast tumor

 Neurologik : Brachialis plexitis, jebakan saraf perifer

 Rheumatologik : Rheumatoid arthritis, Fibromialgia

 Neoplasma : Multiple myeloma, Syringomyelia

F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis

Anamnesis memegang peranan penting mengingat banyaknya kausa yang dapat

menyebabkan cervical root syndrome ini, terutama mengenai identitas, serta riwayat hidup

seperti umur, riwayat trauma sebelumnya, riwayat pekerjaan. 13

2. Inspeksi

Perhatikan sikap tubuh pasien saat menanyakan riwayat penyakit. Bagaimana posisi

kepala dan leher selama wawancara. Biasanya pasien menekukkan kepala menjauhi sisi yang

cedera dan leher terlihat kaku. Gerak leher ke segala arah menjadi terbatas, baik yang

mendekati maupun menjauhi sisi cedera.2

3. Palpasi

- Nyeri kaku pada leher

- Rasa nyeri dan tebal dirambatkan ke ibu jari dan sisi radial tangan

- Dijumpai kelemahan pada biceps atau triceps. Berkurangnya reflex biceps

- Dijumpai nyeri alih (referred pain) di bahu yang samar, dimana “nyeri bahu” hanya

dirasa bertahan di daerah deltoideus bagian lateral dan infrascapula atas.1

4. Pemeriksaan fungsi motorik

Pemeriksaan motorik sangatlah penting untuk menentukan tingkat radiks servikal

yang terkena sesuai dengan distribusi myotomal. Sebagai contoh: Kelemahan pada abduksi

pundak menunjukkan radikulopati C5. Kelemahan pada fleksi siku dan ekstensi pergelangan

tangan menunjukkan radikulopati C6. Kelemahan pada ekstensi siku dan fleksi pergelangan

tangan menunjukkan radikulopati C7 dan kelemahan pada ekstensi ibu jari dan deviasi ulnar

dari pergelangan tangan menunjukkan radikulopati C8. Pemeriksaan refleks tendon sangat
membantu menentukan tingkat radiks yang terkena. Seperti : Refleks biseps mewakili tingkat

radiks C5-6, Refleks triseps mewakili tingkat radiks C7-8.2

5. Pemeriksaan fungsi sensorik

Pemeriksaan fungsi sensorik dilakukan bila ada gangguan sensorik. Namun seringkali

gangguan sensorik tidak sesuai dermatomal atlas anatomik. Hal ini disebabkan oleh adanya

daerah persarafan yang bertumpang tindih satu sama lain . Pemeriksaan ini juga

menunjukkan tingkat subyektivitas yang tinggi.1

6. Tes Provokasi

- Tes Spurling

Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi leher

diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan

ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler ke arah

ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik

namun tidak sensitif guna mendeteksi adanya radikulopati servikal. Pada pasien

yang datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan distraksi servikal secara

manual dengan cara pasien dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi

leher secara perlahan. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang.

- Tes Lhermitte

Penderita disuruh duduk kemudian oleh pemeriksa dilakukan kompresi pada

kepalanya dalam berbagai posisi (miring kanan, miring kiri, tengadah, menunduk).

Hasil tes ini dinyatakan positif bila pada penekanan dirasakan adanya rasa nyeri

yang dijalarkan
- Tes Distraksi Kepala

Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi

terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks

syaraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun penyebab

lain belum dapat disingkirkan.


- Tes Valsava

Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak ruang di

kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya tekanan intratekal

akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini sesuai dengan tingkat proses

patologis di kanalis vertebralis bagian cervical. Cara meningkatkan tekanan

intratekal menurut Valsava ini adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia

menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di

leher menjalar ke lengan.

- Tes Naffziger
Dilakukan pada posisi berbaring atau berdiri dengan menekan vena jugulare

dengan kedua tangan pemeriksa sementara pasien mengejan. Akan terjadi

peningkatan intrakranial yang akan diteruskan sepanjang rongga arachnoidal

medula spinalis. Adanya proses desak ruang kanalis vertebralis akan menimbulkan

nyeri radikuler.6

7. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan radiografi cervical

Foto polos servical ini biasanya rutin dilakukan pada pasien dengan cervical root

syndrome dengan kecurigaan spondilosis servikalis. Untuk keperluan tersebut

maka foto dibuat dengan berbagai proyeksi anterior-posterior, lateral, oblik kanan-

kiri. Pada pemeriksaan ini dinilai keadaan tulang, foramen, diskus, adanya spur

sehingga dapat ditentukan tingkat dari spondilosis.

 CT Scan dengan myelografi

Digunakan untuk menilai spinal dan stenosis foraminal. Tetapi jarang digunakan

karena sifatnya invasif dan biasanya diagnosis dapat ditegakkan cukup dengan

pemeriksaan fisik dan foto polos rutin.

 MRI

Salah satu prosedur untuk mendiagnosis cervical spondylosis. Keuntungannya

dapat memberikan gambaran dalam bermacam potongan, tidak invasif, dan dapat

mengidentifikasi kompresi radiks spinal.


 EMG

Berguna untuk menilai lokasi radiks yang terlibat.9

G. PENATALAKSANAAN

a. Medikamentosa :

Obat penghilang nyeri atau relaksan otot dapat diberikan pada fase akut. Obat-obatan

ini biasanya diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat- obatan yang banyak digunakan biasanya

dari golongan salisilat atau NSAID. Bila keadaan nyeri dirasakan begitu berat,

kadang-kadang diperlukan juga analgetik golongan narkotik seperti codein, meperidin,

bahkan bisa juga diberikan morfin. Ansiolitik dapat diberikan pada mereka yang

mengalami ketegangan mental. Pada kondisi tertentu seperti nyeri yang diakibatkan

oleh tarikan, tindakan latihan ringan yang diberikan lebih awal dapat mempercepat proses

perbaikan. Kepala sebaiknya diletakan pada bantal servikal sedemikian rupa yaitu sedikit

dalam posisi flexi sehingga pasien merasa nyaman dan tidak mengakibatkan gerakan

kearah lateral. Istirahat diperlukan pada fase akut nyeri,terutama pada spondilosis servikalis

atau kelompok nyeri non spesifik.

Obat-obatan yang banyak digunakan adalah:12

o Ibuprofen 400 mg, tiap 4-6 jam (PO)

o Naproksen 200-500 mg, tiap 12 jam (PO)

o Fenoprofen 200 mg, tiap 4-6 jam (PO)

o Indometacin 25-50 mg, tiap 8 jam (PO)

o Kodein 30-60 mg, tiap jam (PO/Parentral)

o Vit. B1, B6, B12


b. Non medikamentosa

Untuk mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya kembali bekerja

adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan kerja yang baik. Saran yang

dapat diberikan antara lain:12

 Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu masuk,

leher merasa kuat, longgar dan santai

 Tidur dengan bantal

 Penggunaan telepon dengan posisi leher menekuk dapat dikurangi dengan

menggunakan headset, menghindari penggunaan kacamata bifokal dengan ekstensi

leher yang berlebihan, posisi tidur yang salah.

 Saat menonton pertandingan pada lapangan terbuka, maupun layar lebar sebaiknya

menghindari tempat duduk yang menyebabkan kepala menoleh/berotasi ke sisi

lesi.

 Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar.

 Pencegahan nyeri cervical ulangan yaitu dengan memperhatikan posisi saat duduk,

mengendarai kendaraan, dan posisi leher yang berkaitan dengan berbagai pekerjaan

atau aktivitas sehari-hari.

c. Rehabilitasi Medik

 Traksi

Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak berkurang atau

pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan adanya kompresi radiks saraf.

Traksi dapat dilakukan 3 kali sehari selama 15 menit, dan dapat dilakukan dengan frekuensi

yang lebih sedikit selama 4 sampai 6 minggu. Setelah keluhan nyeri hilang pun traksi masih
dapat dianjurkan. Traksi dikontraindikasikan pada pasien dengan spondilosis berat dengan

mielopati dan adanya arthritis dengan subluksasi atlanto-aksial.1

 Cervical Collar

Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta mengurangi

kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat satu jenis collar yang benar-benar

mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI

Brace (Sternal Occipital)

 Mandibular Immobilizer).

Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam dan diubah

secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan. Harus diingat bahwa

tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya
berupa atrofi otot serta kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk

mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks

saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling dan

perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar.1

 Thermotherapy

Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri. Modalitas

terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal untuk relaksasi otot.

Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1- 4 kali sehari selama 15-30 menit, atau kompres

panas/pemanasan selama 30 menit 2-3 kali sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai

hasil yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau dingin sangatlah pragmatik

tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.1

 Latihan

Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher. Latihan bisa

dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah anterior, latihan mengangkat

bahu atau penguatan otot banyak membantu proses penyembuhan nyeri. Hindari gerakan

ekstensi maupun flexi. Pengurangan nyeri dapat diakibatkan oleh spasme otot dapat

ditanggulangi dengan melakukan pijatan.1


d. Operasi

Tindakan operatif lebih banyak ditujukan pada keadaan yang disebabkan

kompresi terhadap radiks saraf atau pada penyakit medulla spinalis yang berkembang lambat

serta melibatkan tungkai dan lengan. Pada penanggulangan kompresi tentunya harus

dibuktikan dengan adanya keterlibatan neurologis serta tidak memberikan respon

dengan terapi medikamentosa biasa.1


BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Samsiah

Umur : 46 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Suka Jaya, kec. SIMTIM

Pekerjaan : Petani

NO.CM : 152xxx

Datang : 16 Oktober 2019

II. DATA SUBYEKTIF

 Keluhan Utama : Badan sulit di gerakkan, kebas- kebas

 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Datu Beru dengan keluhan kaki dan tangan sebelah kiri sulit

digerakkan, yang sudah dirasakan kurang lebih 1 minggu ini, dan memberat dalam 2 hari ini.

Pasien juga mengeluhkan kebas- kebas diseluruh badan disertai dengan leher ysng

tegang dan nyeri yang menjalar ke bahu dan lengan sehingga sulit menoleh kekanan maupun

ke kiri, jari- jari tangan kanan seperti mati rasa yang sudah dirasakan semenjak tangan dan

kaki sulit digerakkan, nyeri kepala, pusing, kesemutan seluruh badan, sensasi rasa terbakar

pada daerah perut. Nafsu makan ada, riwayat BAB dan BAK dalam batas normal.
 Riwayat Penyakit Dahulu

o Riwayat trauma disangkal

o Keluhan sama (+)

o Riwayat hipertensi (+)

o Riwayat DM (+)

 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini.

 Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai petani.

III. DATA OBYEKTIF

1. Status presens

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis GCS : E4M6V5 = 15

Tanda Vital : TD = 180/110 mmhg; N = 80x/menit;

RR = 16x/mnt; T = afebris

Visual Analog Scale : 7

2. Status Internus

Kepala : Simetris, mesosefal

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera ikterik -/-


Leher : Simetris, pergerakan tidak bebas

Dada : simetris, statis dinamis.

Jantung : Bunyi jantung I-II murni, gallop (-), bising (–)

Paru : Vesiculer, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Supel, nyeri tekan (–)

3. Status Neurologis

Kesadaran : GCS=E4M6V5=15

Kepala : Mesosefal,simetris

Mata : Pupil bulat, isokor 2,5mm/2,5mm, Reflek cahaya +/+

Leher : kaku kuduk (-), kuduk kaku (+), spasme otot leher (+)

Nn.Craniales : dalam batas normal

Ekstremitas Superior Dekstra Sinistra

Gerak : (+) (+)

Kekuatan: 4-4-4 4-4-4

Tonus : normotonus normotonus

Trofi : eutrofi eutrofi

R. Fisiologis

Biseps : (+) (+)


Triseps: (+) (+)

R. Patologis

Hoffman/Tromner: (-) (-)

Sensibilitas : Parestesi sesuai dermatom MS segmen C4-8 dex et sin

Ekstremitas Inferior Dekstra Sinistra

Gerak : (+) (+)

Kekuatan : 3-3-3 3-3-3

Tonus : normotonus normotonus

Trofi : eutrofi eutrofi

R. Fisiologis

Patella : (+) (+)

Achilles : (+) (+)

R. Patologis

Babinski : (-) (-)

Chaddock : (-) (-)

Oppenheim : (-) (-)

Gordon : (-) (-)

Schaeffer : (-) (-)


Bing : (-) (-)

Gonda : (-) (-)

Rossolimo : (-) (-)

Mendel-Bachterew: (-) (-)

Klonus : (-) (-)

Sensibilitas : dalam batas normal

Gerakan-gerakan abnormal

Tremor : (-)

Athetose : (-)

Mioklonik : (-)

Khorea : (-)

ROM Leher Kanan Kiri Nyeri

Ekstensi Full Full (+)

Fleks Full Full (+)

Rotasi D-S terbatas terbatas (+)

Abduksi bahu (+) (+)


Fleksi siku (+) (+)

Ekstensi pergelangan tangan (+) (+)

Ekstensi siku (+) (+)

Fleksi pergelangan tangan (+) (+)

Ekstensi ibu jari (+) (+)

Deviasi ulnar dr pergelangan (+) (+)

Pemeriksaan Tambahan

Lhermitte : (+)

Valsava : (-)

Naffziger : (-)

Distraksi : (+)

IV. DIAGNOSIS

Paraparase + Servical Sindrome + hipertensi Stage II

V. PENATALAKSANAAN

- IVFD RL 20 gtt/i

- Inj. Citicolin 500 mg/ 12 jam

- Inj. Mecobalamin 500mg / 8 jam

- Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam

- Paracetamol 3 X 750 mg
- Amlodipin 1 X 10 mg

- Candesartan 1 X 8 mg

- Alpentin 3X 100 mg

FOLLOW UP

17 Oktober 2019

S Lemah kedua Anggota gerak atas dan bawah, kebas- kebas seluruh badan, kaku

leher, nyeri kepala

O TD : 140/80 mmHg

HR : 79x/i

RR : 20X/i

T: 36,4

NPS : 7

Kekuatan otot

- Atas : 4444 / 4444

- Bawah : 3333 / 3333

O Paraparase + Servical Sindrome + hipertensi Stage II

P - IVFD RL 20 gtt/i

- Inj. Citicolin 500 mg/ 12 jam aff

- Inj. Mecobalamin 500mg / 8 jam

- Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam

- Paracetamol 3 X 750 mg

- Amlodipin 1 X 10 mg
- Candesartan 1 X 8 mg

- Alpentin 3X 100 mg

- Sucralfat 3 X C1

- Amitriptilin 2 x ½

- Diazepam 2X 2 mg

Foto cervical AP/ lat

18 OKTOBER 2019

S Lemah kedua Anggota gerak atas dan bawah, kebas- kebas seluruh badan, kaku

leher, nyeri kepala, pusing

O TD : 130/90 mmHg

HR : 80x/i

RR : 20X/i

T: 36,4

NPS : 7

Kekuatan otot

- Atas : 4444 / 4444

- Bawah : 3333 / 3333

O Paraparase + Servical Sindrome + hipertensi Stage II

P - IVFD RL 20 gtt/i

- Inj. Mecobalamin 500mg / 8 jam

- Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam

- Paracetamol 3 X 750 mg

- Amlodipin 1 X 10 mg
- Candesartan 1 X 8 mg

- Alpentin 3X 100 mg

- Sucralfat 3 X C1

- Amitriptilin 2 x ½

- Diazepam 2X 2 mg

- Metil. P 2x 4mg

- Gemfibrozil 1X 300 mg

19 OKTOBER 2019

S Kebas- kebas (-), nyeri kepala (-)

O TD : 130/90 mmHg

HR : 79 x/i

RR : 20X/i

T: 36,5

NPS : 2

Kekuatan otot

- Atas : 5555/5555

- Bawah : 4444 / 4444

O Paraparase + Servical Sindrome + hipertensi Stage II

P - IVFD RL 20 gtt/i

- Inj. Mecobalamin 500mg / 8 jam

- Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam

- Paracetamol 3 X 750 mg
- Amlodipin 1 X 10 mg

- Candesartan 1 X 8 mg

- Alpentin 3X 100 mg

- Sucralfat 3 X C1

- Amitriptilin 2 x ½

- Diazepam 2X 2 mg

- Metil. P 2x 4mg

- Gemfibrozil 1X 300 mg
DAFTAR PUSTAKA

1. Noerjanto. Nyeri tengkuk,. dalam : Nyeri pengenalan dan tatalaksana. BP UNDIP.

Semarang. 20001: 83-91.

2. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. edisi ke enam. Jakarta : PT Dian

Rakyat, 2008; 9 – 95.

3. Rahardjo R. Jepitan saraf dan kelumpuhan. dalam : Soedomo Hadinoto. Gangguan

gerak (ed). Semarang : Badan Penerbit FK UNDIP, 2002; 106 – 07.

4. Patten J. Neurological differential diagnosis. 2nd ed. Springer-verlag London Limited,

2004; 283-86.

5. Sidharta P. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta. PT Dian rakyat. 2004 :

492-514.

6. Aulina S. Pendekatan diagnostik pada nyeri tengkuk (Neck Pain). Neurology update

dalam makalah ilmiah konas PERDOSSI 7. Manado, 2011; 364-72

7. Jenie MN. Mekanisme nyeri di leher dan dari leher. Naskah lengkap pertemuan ilmiah

nasional 1 Kelompok studi nyeri PERDOSSI. Manado, 2005;6-11

8. Servikal sindom dalam buku pedoman standar pelayanan medis dan standar pelayanan

operasional neurologi PERDOSSI, 2006;171-73

9. Emil R. 2004. Sindroma Servikal. Semarang: FK UNDIP

10. Jackson R. 2010. The Classic: The Cervical Syndrome.

http://www.springerlink.com/content/1r7004736x033820/fulltext.html.

11. Turana Y, Rasyid A, Wibowo BS. Gambaran klinis, radiologis dan EMG pada nyeri

servikal. Departemen Neurologi FKUI / RSCM

12. Tejo B. 2009. Cervical Root Syndrome.

http://bimaariotejo.wordpress.com/2009/05/31/cervical-root-syndrome/
13. Susilo WA. Pengaruh terapi modalitas dan terapi latihan terhadap penurunan rasa

nyeri pada pasien cervical root syndrome di RSUD. DR. Moewardi Surakarta. Skripsi.

FK Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai