Anda di halaman 1dari 36

MANAGEMENT OF

FRACTURE
ANTEBRACHII
Oleh: Filany Rud Debora RG
FRAKTUR
 Fraktur atau patah tulang adalah terputus atau hilangnya kontinuitas dari

struktur tulang “epiphiseal plate” serta “cartilage” (tulang rawan sendi).


KLASIFIKASI FRAKTUR

BERDASARKAN JENIS :
• Fraktur tertutup
• Fraktur terbuka
o I : lesi <1cm, luka bersih.
o II : lesi 1 – 10 cm
o III: lesi >10cm
 A : kulit bisa menutupi luka
 B : kulit tidak bisa menutupi luka
 C : lesi neurovaskuler
 BERDASARKAN SEBAB
 Fraktur patologik. Contoh : osteoporosis, TBC tulang, infeksi dan tumor.
 Fraktur trauma.
 Fraktur stress. Terjadi karena gerakan berulang

 BERDASARKAN POSISINYA
 Fraktur undisplaced
 Garis patah komplit
 Kedua fragmen tidak bergeser
 Periosteumnya masih tetap utuh

 Fraktur displaced
 Pergeseran fragmen-fragmen fraktur
 BERDASARKAN KEADAANNYA
 Fraktur komplit
 Garis patah melalui seluruh penampang tulang

 Fraktur inkomplet
 Garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang

Fraktur inkomplit
Fraktur komplit
 BERDASARKAN JUMLAH GARIS

PATAHAN :
 Fraktur kominutif

 Garis patahan > 2

 Fraktur segmental

 Garis patahan > 1 dan tidak berhubungan

 Fraktur multiple

 Garis patahan >1 dan berlainan tempat

 Fraktur simple

 Dua fragmen tulang

 Pola garis patahan : transversal, oblique, dan

spiral.
GEJALA KLINIS
• Tanda fraktur :
• Nyeri gerak
• Krepitasi

• Tanda pasti fraktur :


• Shortening
• Angulasi
• False movement

• Tanda tidak pasti fraktur :


• Bengkak dan perubahan warna
DIAGNOSIS
Anamnesis
 Biasanya penderita datang dengan suatu trauma, baik yang hebat maupun trauma
ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan untuk menggunakan anggota gerak.
 Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di
daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain. Penderita biasanya
datang karena adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak,
deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala lain
DIAGNOSIS (Cont’d)
Pemeriksaan Fisik:
Pada pemeriksaan awal perlu diperhatikan:
 Syok, anemia atau perdarahan
 Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau
organ-organ dalam rongga thoraks, panggul dan abdomen
 Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
Inspeksi (Look)
 Bandingkan dengan bagian yang sehat
 Perhatikan posisi anggota gerak secara keseluruhan
 Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
 Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur
tertutup atau terbuka
 Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan pemendekan
 Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain
 Keadaan vaskularisasi
Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh
sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Nyeri tekan
 Krepitasi
 Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma
 Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya
perbedaan panjang tungkai
PERGERAKAN (MOVE)
 Periksa pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif
dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.
 Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan,


lokasi serta ekstensi fraktur. Tujuan pemeriksaan radiologis:
 Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
 Untuk konfirmasi adanya fraktur
 Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen
serta pergerakannya
 Untuk menentukan teknik pegobatan
 Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
 Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
 Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
FRAKTUR RADIUS ULNA
 Fraktur radius-ulna adalah terputusnya hubungan tulang radius dan ulna yang

disebabkan oleh cedera pada lengan bawah, baik trauma langsung maupun
trauma tidak langsung (Helmi, 2013). Menurut Hoppenfeld (2011) fraktur kedua
tulang bawah merupakan cedera yang tidak stabil. Fraktur nondislokasi jarang
terjadi.
ANATOMI RADIUS & ULNA
Os Ulna Os Radius
Otot lengan tampak posterior
Otot lengan tampak anterior
Fungsi Otot Origo Insersio Nerve Action
M. Biceps brachii Caput longum: Bagian posterior Musculocut aneus (C5, Flexi shoulder dan
tuberositas tuberositas radius C6) elbow, supinasi
supraglenoida lis forearm

Caput brevis: processus


coracoideus

M. Brachialis Setengah bawah Processus coronoideus Musculocut aneus (C5, Flexi elbow
permukaan depan dari dan tuberositas ulna C6), radial nerve (C7)
humerus, intermuscular
septum

M. Brachiora dialis Di atas 2/3 lateral Sisi lateral dari radius di Radial nerve (C5, C6) Flexi elbow
Flexors
supracondylus humerus, atas processus
lateral intermuscular styloideus
septum

M. Pronator teres Caput humerus: Pertengahan dari Median nerve (C6, C7) Pronasi forearm, flexi
epicondylus medialis permukaan lateral radius elbow
humeri

Caput ulnaris:
processus coronoideus
Fungsi Otot Origo Insersio Nerve Action
M. Triceps Long head: Permukaan atas Radial nerve (C6, C8) Extensi elbow dan
Brachii Infraglenoid tubercle olecranon shoulder
scapula

Extensors M. Anconeus Permukaan belakang Permukaan lateral Radial nerve (C6, C8) Extensi elbow
  epicondylus lateral olecranon, seperempat
humerus atas permukaan
belakang ulna

M. Pronator teres Caput humerus: Pertengahan dari Median nerve (C6, C7) Pronasi forearm, flexi
Epicondylus medialis permukaan lateral radius elbow
humeri

Caput ulnaris:
Processus
coronoideus
Pronators

M. Pronator quadratus Bagian bawah dari Bagian bawah dari Median nerve (C7, C8) Pronasi forearm
permukaan depan ulna permukaan depan
radius
Fungsi Otot Origo Insersio Nerve Action

M. Supinator Epycondylus lateralis Facies anterior radii Posterior interosseous Supinasi forearm
humeri, lig colaterale (proximal dan distal dari nerve (C6, C7)
radiale dan anulare radii, tuberositas radii)
crista musculi supinatori
ulna

Supinators M. Biceps brachii Caput longum: Bagian posterior Musculocut aneus (C5, Flexi shoulder dan
tuberositas tuberositas radius C6) elbow, supinasi
supraglenoida lis forearm

Caput brevis: processus


coracoideus
Klasifikasi fraktur antebrachii (Arif Mansjoer (2000))

FRAKTUR MONTEGGIA

FRAKTUR GALEAZZI

FRAKTUR COLLES

FRAKTUR SMITH
FRAKTUR MONTEGGIA
 Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal.
FRAKTUR GALEAZZI
 Fraktur ulna sepertiga-tengah atau proksimal dengan disertai dislokasi caput radii.
FRAKTUR COLLES
 Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur
melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan dengan pergeseran
dorsal fragmen distal. Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok (dinner fork
deformity). Fragmen distal fraktur membentuk sudut ke posterior (dorsal), dapat di sertai
fraktur prosesus stylloideus ulna.
FRAKTUR COLLES (Cont’d)
FRAKTUR COLLES (Cont’d)

AP Lat
FRAKTUR SMITH
 Fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture.
FRAKTUR SMITH (Cont’d)

Lat AP
PRINSIP TATALAKSANA
FRAKTUR
 Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur
 Reduction; reduksi fraktur apabila perlu restorasi fragmen fraktur
dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima
 Retention; imobilisasi fraktur
 Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
TATALAKSANA FRAKTUR
 Biasa disertai trauma
 Perhatikan ABC (airway, breathing, circulation), apakah terjadi syok atau
tidak.
 Golden periodnya adalah 1 – 6 jam. Lewat  komplikasi dari infeksi
menyebar
 Medikamentosa
 Pemberian analgesic maupun terapi sesuai simptomatis

 Non medikamentosa
 Konservatif
 Proteksi
 Imobilisasi tanpa reposisi
 Imobilisasi dengan reposisi
 Traksi
TATALAKSANA (Cont’d)
TATALAKSANA (Cont’d)
 Operatif
 Reposisi tertutup
 Reposisi terbuka
KOMPLIKASI FRAKTUR
 Bone atrophy
 Osteomyelitis
 Delayed / non union
 Aseptic necrosis
 Gangguan pertumbuhan
 Emboli lemak
PROGNOSIS
 Bergantung dari tingkat keparahan dan cepatnya penanganannya cepat.
 Penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih baik prognosisnya dibanding
penderita dengan usia lanjut.
PERKINS CLASSIFICATION OF Spiral Transverse
FRACTURE HEALING

union consolidation union consolidation

Upper Limb 3 6 6 12

Lower Limb 6 12 12 24

Figure 3: Perkins classification of fracture healing time (in weeks) for the fracture to unite
and become fully healed
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai