Oleh :
Ririn Putri Leksonowati 1410070100016
M. Hanif Ahsin 1310070100000
Pembimbing :
dr. Didi Yuda Putra. Sp. PD
Chronic Kidney Deaseas
(CKD)
DEFINISI
LFG
Derajat Penjelasan
(ml/menit/1,73m2)
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
1 ≥ 90
meningkat
Kerusakan ginjal dengan LFG menurun
2 60 - 89
ringan
Kerusakan ginjal dengan LFG menurun
3 30-59
sedang
Kerusakan ginjal dengan LFG menurun
4 15-29
berat
Penyebab Insiden
Diabetes Melitus 44%
- Tipe 1 (7%)
- Tipe 2 (37%)
Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar 27%
Glomerulonefritis 10%
Nefritis interstitialis 4%
Kista dan penyakit bawaan lain 3%
Penyakit sistemik (misal, lupus dan vaskulitis) 2%
Neoplasma 2%
Tidak diketahui 4%
Penyakit lain 4%
PATOFISIOLOGI
Infeksi Penyakit metabolik
Penyakit vaskular Nefropati toksik
Peradangan Kerusakkan Nefropati obstruksi
Gg jaringan Gg konginetal dan
nefron ginjal heriditer
penyambung
Gambaran Laboratorium
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik
meliputi:
1. Sesuai dengan penyakit yang mendasari
LFG
Derajat Rencana Tatalaksana
(ml/mnt/1,73 m2)
Mean arterial
presure(MAP) > Nefrosklerosis
autoregulasi benigna Jika
berlangsung
Nefrosklerosis lama
Peningktan
akselerasi TD maligna
Resistensi arteriol
mendadak
aferen dan eferen
menyempit
Sklerosis Aktifasi
glomerulus/ angitensin II
nefrosklerosis intrarenal
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis
Terdapat 2 bentuk nefrosklerosis:
a. Nefrosklerosis maligna
Nefrosklerosis ganas yang sering dihubungkan dengan nefropati
maligna ( TDD > 130 mmHg) hal ini biasa terjadi pada dewasa
muda. Dengan gejala :
• Proteinuria
• Hematuria disertai chronik kidney disease (CKD)
b. Nerfosklerosis benigna
Disebabkan kerusakan vaskularisasi pada ginjal yang
disebabkan peningkatan tekanan darah yang menetap (Hipertensi
stage 2) primer atau skunder > 3 bulan dengan LFG < 60 ml/
menit/1,73 m². nefrosklerosis ini sebagian besar disebabkan oleh
hipertensi ensensial.
manifestasi klinis jarang menunjukkan adanya tanda gejala renal,
gejala yang muncul :
• Proteinuria ringan
• nokturia
Penatalaksanaan
Berdasarkan African American Study of Kidney Disease
and Hypertension (AASK), pengobatan terhadap
neflosklerosis berfokus pada deteksi awal terhadap hipertensi
dan pengobatan anti hipertensi :
• Diuretik
• Adrenolitik sentral
• ACE inhibitor
• Vasodilator
• Β bloker
Prognosis
• Gangguan Mekanik
Beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara
tunggal atau bersamaan yaitu :
- Beban volume (volume overload) misal insufisiensi
aorta atau mitral dan transfusi berlebihan
- Beban tekanan (pressure overload) misal hipertensi,
stenosis aorta dan hipertrofi kardiomiopati
- Hambatan pengisian, misal constrictive pericarditis
dan tamponade jantung
• Abnormalitas otot jantung
- Kelainan miokardium (otot), misal kardiomiopati,
miokarditis metabolik (DM, gagal ginjal kronik,
anemia) dan toksin
- Kelainan dinamik sekunder : Penyakit jantung
koroner, kelainan metabolic, peradangan, penyakit
sistemik dan penyakit paru obstruksi kronis.
• Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi :
misalnya fibrilasi, takikardi atau bradikardi
Diagnosa
nosa
• Stage A :
Memiliki risiko tinggi mengembangkan gagal jantung.
Tidak ditemukan kelainan struktual atau fungsional, tidak
terdapat tanda/gejala.
• Stage B :
Secara struktural terdapat kelainan jantung yang
dihubungkan dengan gagal jantung, tapi tanpa tanda/gejala
gagal jantung.
• Stage C :
Gagal jantung bergejala dengan kelainan struktural jantung
• Stage D :
Secara struktural jantung telah mengalami kelainan berat,
gejala gagal jantung terasa saat istirahat walau telah
mendapatkan pengobatan
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan gejala dan
aktifitas fisik
• Kelas I
Aktivitas fisik tidak terganggu, aktifitas yang umum dilakukan tidak
menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
• Kelas II
Aktifitas fisik sedikit terbatasi. Saat istirahat tidak ada keluhan. Tapi
aktivitas fisik yang umum dilakukan mengakibatkan kelelahan,
palpitasi atau sesak nafas.
• Kelas III
Aktivitas fisik sangat terbatas. Saat istirahat tidak ada keluhan. Tapi
aktivitas ringan menimbulkan rasa lelah, palpitasi, atau sesak nafas.
• Kelas IV
Tidak dapat mealakukan aktivitas karna akan menimbulkan
keluhan, saat istirahat bergejala. Jika melakukan aktivitas fisik,
keluhan bertambah berat.
GAGAL JANTUNG
PATOFISIOLOGI KONGESTIF
Gangguan ventrikel
Gangguan ventrikel kiri
kanan
NON FARMAKOLOGI :
Anjuran Umum :
•Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan
pengobatan.
•Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan
seperti biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan profesi yang
masih bisa dilakukan.
Tindakan umum :
•Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal jantung
ringan dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter
pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
•Hentikan rokok.
•Hentikan alcohol pada kardiomiopati.
•Istirahat baring
FARMAKOLOGI
• Diuretik
Kebanyakan pasien dengan gagal jantung membutuhkan paling
sedikit diuretic regular dosis rendah. Permulaan dapat
digunakan loop diuretic atau tiazid
• Penghambat ACE
Bermanfaat untuk menekankan aktivitas neurohormonal, dan
pada gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel
kiri.
• Penyekat Beta
Bermanfaat sama seperti penghambat ACE. Pemberian dimulai
dosis kecil, kemudian dititriasi selama beberapa minggu
dengan control ketat.
• Angiostenin II antagonis reseptor
Dapat digunakan bila ada intoleransi terhadap ACE inhibitor.
• Digoxin
Diberikan untuk pasien simptomatik dengan gagal jantung
disfungsi sistolik ventrikel kiri dan terutama yang dengan
fibrilasi atrial, digunakan bersama-sama diuretic, ACE
inhibitor, beta blocker.
• Antikoagulan dan antiplatelet
Antikoagulan perlu diberikan pada fibrilasi atrial kronis
maupun dengan riwayat emboli, thrombosis dan trancient
ischemic attack, thrombus intrakardiac dan aneurisma
ventrikel
HIPERTENSI HEART DISEASE
Definisi Hipertensi Heart Disease
(HHD)
Hipertrofi
ventrikel
kiri
Disfungsi diastolik otot jantung
Abnormalita
s Atrium
Peningkatan ukuran atrium
Kiri
Penyakit
Dilatasi cincin katup aorta
Katup
Gagal Komplikasi umum
HHD
Jantung
Diuretik
Diuretik thiazide dosis-rendah sering digunakan sebagai agen lini
pertama, sendiri atau dalam kombinasi dengan obat
antihipertensif lain.
Penyekat sistem renin-angiotensin
ACE inhibitor mengurangi produksi angiotensin II, meningkatkan
kadar bradikinin, dan mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis.
Penyekat reseptor angiotensin II menyediakan blokade reseptor
AT1 secara selektif, dan efek angiotensin II pada reseptor
AT2 yang tidak tersekat dapat menambah efek hipotensif.
Antagonis aldosteron
Spironolakton adalah antogonis aldosteron nonselektif
yang dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi
dengan diuretik thiazide.
Beta blocker
Penyekat reseptor adrenergik mengurangi tekanan
darah melalui penurunan curah jantung, karena reduksi
kecepatan detak jantung dan kontraktilitas.
Penyekat kanal kalsium
Antagonis kalsium mengurangi resistansi vaskular
melalui penyekatan L-channel, yang mengurangi kalsium
intraselular dan vasokonstriksi.
Vasodilator Langsung
Hydralazine adalah vasodilator direk yang paten yang
memiliki efek antioksidan dan penambah NO, dan
minoxidil merupakan agen yang amat poten dan sering
digunakan pada pasien dengan insufisiensi ginjal yang
refrakter terhadap semua obat lain.
ULKUS KAKI DIABETIK
Definisi
• Neuropati Sensorik
• Neuropati Motorik
• Neuropati Autonom
Infeksi Luka
Penanganan Ulkus
Kaki Diabetik
• Prinsip dasar Debridement
• Debridement dengan tujuan drainase pus dan menghilangkan
jaringan nekrotik, memperbaiki lingkungan luka untuk
merangsang penyembuhan luka dan untuk menilai beratnya
infeksi.
• Pengelolaan kaki diabetik : pencegahan primer dan sekunder
Pencegahan primer pengelolaan kaki diabetes dengan
cara penyuluhan untuk pencegahan terjadinya tukak.
Pencegahan sekunder kontrol metabolic, kontrol
vaskular, wound control, microbiological control,
pressure control dan education control.
• Amputasi adanya gas gangren, adanya infeksi jaringan
lunak yang luas atau kombinasi bersama osteomielitis dan
ulkus berulang.
Terapi Farmakologis
• Antimikroba harus segera diberikan berdasarkan empiris,
sambil menunggu kultur dan tes sensitivitas.
• Pada ulkus terinfeksi yang berat kuman lebih bersifat
polimikrobal
Diabetes Melitus Tipe 2
DEFINISI
Kecacatan
Resistensi
dalam
terhadap
produksi
insulin
insulin
DM
Tipe 2
Resistensi insulin
cenderung memburuk
sehingga meskipun
konsentrasi insulin
meningkat, tampak
intoleransi glukosa Resistensi insulin
Glukosa plasma dalam bentuk tidak berubah,
tetap normal hiperglikemia setelah tetapi sekresi
walaupun terlihat makan. insulin menurun,
resistensi insulin menyebabkan
karena kadar hiperglikemia
insulin meningkat puasa dan diabetes
yang nyata
3 FASE
Patogenesa Diabetes Melitus tipe 2
-Amino bebas
-Asam lemak bebas Respons yang terus
-Trigliserida menerus
-Glukosa
Kadar glukagon
dalam darah Glukoneogenesis
meningkat
Gejala klinis Diabetes Melitus
• Keluhan lain:
Penurunan BB tanpa sebab, badan lemas, kesemutan,
gatal, mata kabur, disfungsi ereksi , serta pruritus
vulvae gejala komplikasi DM
66
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :
Jika keluhan
klasik
ditemukan, maka Pemeriksaan
pemeriksaan glukosa plasma
Tes toleransi
glukosa plasma puasa = 126
glukosa oral
sewaktu >200 mg/dL dengan
(TTGO).
mg/dL sudah adanya keluhan
cukup untuk klasik.
menegakkan
diagnosis DM.
Keluhan Klinis Diabetes
Keluhan Khas (+) Keluhan Khas (-)
GDP GDP
>126 <126 >126 110-125 <110
Atau Atau
>200 <200 >200 140-199 <140
GDS GDS
Non Farmakologi
Peningkat
Pemicu sekresi sensitivitas
Penghambat Penghambat DPP4 inh
insulin (insulin terhadap
glukoneogene Alfa (dipeptidyl
secretagogue): insulin:
sis : Glukosidase peptidase-
sulfonilurea metformin (acarbose) 4 inhibitor)
metformin
dan glinid dan tia
zolidindion
Cara pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) , terdiri
dari:
Agonis
GLP-1 Terapi
Insulin Kombinasi
(glucagon like peptide-
1)
PENCEGAHAN
Komplikasi Komplikasi
Akut menahun
1. Ketoasidosis
diabetik (KAD) 1. Makroangiopati
2. Status Hiperglikemi 2. Mikroangiopati:
Hiperosmolar (SHH) 3. Neuropati
3. Hipoglikemia
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN :
• Nama : Tn. B
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 53 Tahun
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Agama : Islam
• Alamat : Paninggahan
• Suku Bangsa : Minang
• Tanggal Masuk : 17 Mei 2018
Keluhan Utama
Superior
Reflek biseps ++ ++
Reflek triseps ++ ++
Reflek brachioradialis ++ ++
Reflek Hoffman-Tromer - -
Inferior :
Reflek Patella ++ ++
Reflek Achiles ++ ++
Reflek Babinski - -
Reflek Gordon - -
Reflek Oppeinheim - -
Reflek Chaddoks - -
Pemeriksaan Penunjang
Rutin
Darah rutin
Hemoglobin : 5,7 g/dl
Hematokrit : 17,4 %
Leukosit : 8.650/mm³
Trombosit : 387.000/mm3
Faal Ginjal
Ureum : 340 mg/dl
Kreatinin : 1,08 mg/dl
• EKG
• Echocardiography
• pemeriksaan urinalisa
• Pemeriksaan renal aretriografi
• Foto thorax PA
• Foto polos abdomen
• CT Scan
• MRI
• USG ginjal
• Biopsi ginjal
Diagnosa Kerja
• Bed Rest
• Diet DM IV (1700 kal), RG II : 600-800mg, boleh
ditambah 1 gr garam dapur
• Diet rendah protein
• Transfusi PRC 5 unit / 1 unit / hari prelasik
• Jumlah kebutuhan kalori per hari :
• Berat Badan Ideal = (TB - 100) - 10% (TB-100)
• = (173 -100) - 10%(173-100)
• =65,7
• kebutuhan kalori basal : 21,7 x 25 = 542,5
• Distribusi makanan
1. Karbohidrat : 60% x 1525,5 :4 = 915,3 gr
2. Protein : 20% x 1525,4 :4 = 305,2 gr
3. Lemak = 20% x 1525,5 :9 =33,3 gr
FARMAKOTERAPI
QUO AD VITAM
• Dubia ad Malam
QUO AD
FUNCTIONAM
• Dubia ad Malam
QUO AD
SANATIONAM
• Dubia ad Malam
Follow Up
Hari/tanggal : Jumat /18 Mei 2018
Subject :
• Sesak nafas,
• mual disertai muntah berisi makanan yang dimakan sebelumnya,
• nyeri perut hilang timbul dan menjalar sampai ke punggung,
• nyeri ulu hati,
• sering haus dan banyak minum,
• luka pada kaki semakin menghitam dan nyeri,
• kesemutan pada jari-jari kaki,
• nafsu makan tidak ada,
• buang air besar belum ada sejak 2 hari ini,
• sering buang air kecil.
• Object : TD : 160/70 mmHg
Nadi : 80x/menit, reguler
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36,1oC
• Assessment : CKD stage V e.c nefrosklerosis hipertensi
CHF fungsional stage II – III irama sinus e.c
HHD
Ulkus cruris sinistra e.c diabetes melitus tipe 2
tidak terkontrol normoweight
Plan dan Anjuran
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36,2oC
• Assessment : CKD stage V e.c nefrosklerosis hipertensi
CHF fungsional stage II – III irama sinus e.c
HHD
Ulkus cruris sinistra e.c diabetes melitus tipe 2
tidak terkontrol normoweight
Hasil EKG :
Kalibrasi 1 mv, irama sinus tachycardi dan rythme,
HR 88x/menit, axis normal Lead I (+), gelombang P
lebar 0,08 detik, tinggi 0,2 mv, interval PR 0,16 detik,
kompleks QRS 0,04 detik, interval QT 0,36,
gelombang T normal.
Kesan :
kardiomegali
Plan dan Anjuran