Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. Pengertian
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber
diantaranya adalah :
1. Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif
yang ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan
metabolik, cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan
azotemia (Bsyhskki, 2012).
2. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan
laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang
dan berat (Mansjoer, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah
penyakit ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total
seperti sediakala. CKD adalah penyakit ginjal tahap akhir yang dapat disebabakan
oleh berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang meyebabkan uremia.

B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus
kockrof – gault sebagia berikut :
Tabel 1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya.

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90
atau ↑
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau 60-89
ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau 30-59
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau 15-29
berat
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo, 2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

C. Etiologi
Dibawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price, dan Wilson (2010)
diantaranya adalah tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit vaskuler
hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter, penyakit
metabolik, nefropati toksik, nefropati obsruktif. Beberapa contoh dari golongan
penyakit tersebut adalah :
1. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronik dan refluks
nefropati.
2. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, dan stenosis arteria renalis.
4. Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, dan seklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik, dan
asidosis tubulus ginjal.
6. Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan hiperparatiroidisme,
serta amiloidosis.
7. Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah.
8. Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari batu,
neoplasma, fibrosis retroperitoneal.

D. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2014) setiap sistem tubuh pada Chronic Kidney
Disease (CKD) dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka klien akan menunjukkan
sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian
dan tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan
gejala klien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
1. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum),
pembesaran vena leher.
2. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.
4. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,
muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5. Manifestasi Neurologi.
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai,
panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
6. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.
7. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler.

E. Patofisiologi
Patofisiologi CKD beragam, bergantung pada proses penyebab penyakit.
Proses patologi umum yang menyebabkan kerusakan nefron, CKD, dan gagal
ginjal. Tanpa melihat penyebab awal, glomerulosklerosis dan inflamasi interstisial
dan fibrosis adalah ciri khas CKD dan menyebabkan penurunan fungsi
ginjal (Copstead& banasik, 2010). Seluruh unit nefron secara bertahap hancur.
Pada tahap awal, saat nefron hilang , nefron fungsional yang masih ada
mengalami hipertrofi. Aliran kapiler glomerulus dan tekanan meningkat dalam
nefron ini dan lebih banyak pertikel zat terlarut disaring untuk mengkompensasi
massa ginjal yang hilang. Kebutuhan yang meningkat ini menyebabkan nefron
yang masih ada mengalami sklerosis (jaringan parut) glomerulus, menimbulkan
kerusakan nefron pada akhirnya. Proteinuria akibat kerusakan glomerulus di duga
menjadi penyebab cedera tubulus. Proses hilangnya nefron yang kontiunu ini terus
berlangsung meskipun setelah proses penyakit awal telah teratasi (Fauci et al.,
2008). Perjalanan CKD beragam, berkembang selama periodebulanan hingga
tahunan. Pada tahap awal, sering kali disebut penurunan cadangan ginjal, nefron
yang tidak terkena mengkompensasi nefron yang hilang. GFR sedikit turun dan
pada pasien asimtomatik disertai BUN dan kadar kreatin serum normal. Ketika
penyakit berkembang dan GFR turun lebih lanjut, hipertensi dan ebberapa
manifestasi insufisiensi ginjal dapat muncul. Serangan berikutnya pada ginjal di
tahap ini (misalnya infeksi, dehidrasi atau obstruksi saluran kemih) dapat
menurunkan fungsi dan dapat memicu awitan gagal ginjal atau uremia nyata lebih
lanjut. Kadar serum kratinin dan BUN naik secara tajam, pasien menjadi uliguria,
dan manifestasi uremia muncul. Pada ESRD, tahap akhir CKD, GFR kurang dari
10% normal dan terapi penggantian ginjal diperlukan untuk mempertahankan
hidup. (Lemon, 2016)

F. Pathway

G. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, klien CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Suwitra (2015) antara lain
adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan
kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar urea dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

H. Penatalaksanaan dan Terapi


Klien CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan
derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum. Menurut
(Sudoyo, 2015), sesuai dengan derajat penyakit CKD dapat dilihat dalam tabel
berikut :
1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.
2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.
3. Memperlambat pemburukan fungsi ginjal.
4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.
5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
6. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Tabel 2 Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan
derajatnya.

Derajat LFG Rencana tatalaksana


(ml/mnt/1,73m
1 >90 Terapi penyakit dasar,
kondisi komoroid,
evaluasi pemburukan
fungsi ginjal,
memperkecil resiko
kardiovaskular.
2 60-89 menghambat
pemburukan fungsi ginjal
3 30-59 evaluasi dan terapi
komplikasi
4 15-29 persiapan untuk terapi
pengganti ginjal
5 <15 terapi pengganti ginjal
Sumber : Sudoyo, 2015.

Penatalaksanaa keperawatan
1. Cairan
a. Klien yang tidak didialisa
Bila ada oliguria, cairan yang diperbolehkan biasanya 400-500 ml (untuk
menghitung kelebihan cairan rutin) ditambah volume yang hilang lainya
seperti urin, diare, dan muntah selama 24 jam terakhir.
b. Klien dialisis
Pemasukan cairan terbatas jumlahnya sehingga kenaikan berat badan
tidak lebih dari 0,45 kg/hari diantara waktu dialisis. ini umumnya akibat
dari pemasukan 500 ml sehari ditambah volume yang hilang melalui urin,
diare dan muntah.
2. Elektrolit
a. Klien yang tidak dialisis
Pemasukam kalium harus dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64 mEq)/hari pada
dewasa dan sekitar 50 mg (1,9 mEq)/kg/hari untuk anak-anak.
b. Klien yang didialisis
Ini dapat diberikan lebih bebas untuk mempertahankan kadar natrium dan
kalium serum normal pada Klien dengan dialisis. selama CAPD (cronik
ambulatory peritonial dealysis), kalium yang dapat diberikan sekitar 2,7-
3,1 g (70-80 mEq)/kg/hari pada anak, untuk mempertahankan
keseimbangan cairan.
c. Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir metabolisme
protein yang tidak dapat diekresikan ginjal.
Penatalaksanaa kolaboratif
1. Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2. Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan edema.
3. Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi ginjal
dengan mengikat fosfat dan menambah kalsium.
4. Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah dan edema.
5. Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.
6. Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia.
7. Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang, memproduksi sel
darah merah.
8. Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan efek
hematologik.
9. Terapi dialysis (pengganti ginjal)
Dialysis digunakan untuk mengeluarkan produk sisa cairan dan uremik
dari tubuh bila ginjal tidak mampu melakukanya.juga dapat digunakan untuk
mengobati klien dengan edema yang tidak merespon pengobatan lain, hepatic,
hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan dialysis peritonial, untuk
menggantikan ginjal yang tidak berfungsi.

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik menurut Billota (2012).
1. Laboratorium
a. Kadar BUN kreatinin serum, natrium, dan kalsium meningkat
b. Analisa gas darah arteri menunjukkan penurunan PH arteri dan kadar
bikarbonat.
c. Kadar hematokrit dan hemoglobin rendah, masa hidup sel darah merah
berkurang.
d. Muncul defek trombositomia dan trombosit ringan
e. Sekresi aldosteron meningkat
f. Terjadi hiperglikemia dan hipertligiseridemia
g. Penurunan kadar high density lipoprotein (HDL)
h. Analisa gas darah menunjukkan asidosis metabolik
i. Berat jenis urine tetap pada angka 1,010.
j. Pasien mengalami proteinuria, glikosuria, dan pada urine ditemukan
sedimentasi, leokosit, sel darah merah, dan kristal.
2. Pencitraan
Radiografi KUB, urografi ekskretorik, nefrotomografi, scan ginjal, dan
arteriografi ginjal menunjukkan penurunan ukuran ginjal.
3. Prosedur diagnostik
a. Biopsi ginjal memungkinkan identifikasi histologis dari prposes penyakit
yang mendasari
b. EEG menunjukkan dugaan perubahan ensefalopati metabolik.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian merupakan
dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
individu.
1. Demografi.
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD
dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai
peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja
dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan
pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan
traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya
CKD.
3. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
a. Aktivitas istirahat
Gejala :
- kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/
gelisah atau somnolen).
Tanda :
- kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejala :
- Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda :
- Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki,
telapak tangan, nadi lemah dan halus, hipotensi ortostatik
menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi pada penyakit tahap
akhir, friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi rasa) pucat,
kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan pendarahan.
c. Integritas Ego
Gejala :
- Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda :
- Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
d. Eiminasi
Gejala :
- Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan
(malnutrisi). Anoreksia, Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.
Tanda :
- Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna.
Oliguria, dapat menjadi anuria.
e. Makanan / Cairan
Gejala :
- Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan
(malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik
tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), pengguanaan diuretik.
Tanda :
- Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan
turgor kulit. Edem (umum, tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan gusi
/ lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, tampak tak
bertenaga.
f. Neorosensasi
Gejala :
- Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki,
gelisah ; kebas terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda :
- Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketikmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran, koma. Kejang, fasikulasi otot, aktifitas kejang,
Rambut tipis, kuku rapuh dan tips.

g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
- Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada
malam hari.
Tanda :
- perilaku berhati-hati dan gelisah.
h. Pernafasan
Gejala :
- nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa
sputum kental atau banyak.
Tanda :
- takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan
kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema
paru).
i. Keamanan
Gejala :
- Klit gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda :
- Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual
terjadi peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh lebih
rendah dari pada normal ( efek CKD / depresi respon imum) Ptekie,
araekimosis pada kulit Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium,
(klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan
gerak sendi.
j. Seksualitas
Gejala :
- penurunan libido ; amenorea ; infertilitas.
k. Interaksi Sosial
Gejala :
- Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
4. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
klien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi,
atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir
kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan
pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara
tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut Huda dan
Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
denganpembatasan diit dan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
3. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
6. Resiko Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan efek uremia.
7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan
cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler
sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan
elektrolit).

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-
NOC (2015).

Tabel 3 Rencanan Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan Keperawatan
1. Kelebihan volume Tujuan: Nursing intervensi
cairan Setelah dilakukan asuhan classification
Definisi : Retensi keperawatan selama 3x24 (NIC)
cairan isotomik jam volume cairan Fluid Management :
meningkat seimbang. 1. Kaji status
Kriteria Hasil: cairan ; timbang
Batasan Nursing outcomes berat
karakteristik : classification (NOC) : badan,keseimbanga
- Berat badan Fluid Balance n masukan dan
meningkat pada - Terbebas dari haluaran, turgor
waktu yang singkat edema, efusi, anasarka kulit dan adanya
- Asupan - Bunyi nafas edema.
berlebihan bersih,tidak adanya 2. Batasi
dibanding output dipsnea masukan cairan.
- Tekanan darah - Memilihara tekanan 3. Identifikasi
berubah, tekanan vena sentral, tekanan sumber potensial
arteri pulmonalis kapiler paru, output cairan.
berubah, jantung dan vital sign 4. Jelaskan
peningkatan CVP normal. pada klien dan
- Distensi vena keluarga rasional
jugularis pembatasan cairan.
- Perubahan 5. Kolaborasi
pada pola nafas, pemberian cairan
dyspnoe/sesak sesuai terapi.
nafas, orthopnoe,
suara nafas Hemodialysis
abnormal (Rales therapy :
atau crakles), 1. Ambil sampel
kongestikemacetan darah dan meninjau
paru, pleural kimia darah
effusion (misalnya BUN,
- Hb dan kreatinin, natrium,
hematokrit pottasium, tingkat
menurun, perubahan phospor) sebelum
elektrolit, khususnya perawatan untuk
perubahan berat mengevaluasi
jenis respon thdp terapi.
- Suara jantung 2. Rekam tanda
SIII vital: berat badan,
- Reflek denyut nadi,
hepatojugular positif pernapasan, dan
- Oliguria, tekanan darah
azotemia untuk
- Perubahan mengevaluasi
status mental, respon terhadap
kegelisahan, terapi.
kecemasan 3. Sesuaikan
tekanan filtrasi
Faktor-faktor yang untuk
berhubungan : menghilangkan
- Mekanisme jumlah yang tepat
pengaturan dari cairan berlebih
melemah di tubuh klien.
- Asupan cairan 4. Bekerja
berlebihan secara kolaboratif
- Asupan dengan klien untuk
natrium berlebihan menyesuaikan
panjang dialisis,
peraturan diet,
keterbatasan cairan
dan obat-obatan
untuk mengatur
cairan dan
elektrolit
pergeseran antara
pengobatan.
2 Gangguan nutrisi Tujuan: Nursing intervensi
kurang dari Setelah dilakukan asuhan classification
kebutuhan keperawatan selama 3x24 (NIC)
Definisi : Intake jam nutrisi seimbang dan Nutritional
nutrisi tidak cukup adekuat. Management :
untuk keperluan Kriteria Hasil: 1. Monitor
metabolisme tubuh. Nursing outcomes adanya mual dan
classification (NOC) muntah
Batasan : Nutritional Status 2. Monitor
karakteristik : - Nafsu makan adanya kehilangan
- Berat badan 20 % meningkat berat badan dan
atau lebih di bawah - Tidak terjadi perubahan status
ideal penurunan BB nutrisi.
- Dilaporkan - Masukan nutrisi 3. Monitor
adanya intake adekuat albumin, total
makanan yang - Menghabiskan porsi protein,
kurang dari RDA makan hemoglobin, dan
(Recomended Daily - Hasil lab normal hematocrit level
Allowance) (albumin, kalium) yang
- Membran mukosa menindikasikan
dan konjungtiva status nutrisi dan
pucat untuk perencanaan
- Kelemahan otot treatment
yang digunakan selanjutnya.
untuk 4. Monitor intake
menelan/mengunyah nutrisi dan kalori
- Luka, inflamasi klien.
pada rongga mulut 5. Berikan
- Mudah merasa makanan sedikit
kenyang, sesaat tapi sering.
setelah mengunyah 6. Berikan
makanan perawatan mulut
- Dilaporkan atau sering.
fakta adanya 7. Kolaborasi
kekurangan dengan ahli gizi
makanan dalam pemberian
- Dilaporkan diet sesuai terapi.
adanya perubahan
sensasi rasa
- Perasaan
ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB
dengan makanan
cukup
- Keengganan
untuk makan
- Kram pada
abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa
patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau
steatorrhea
- Kehilangan
rambut yang cukup
banyak (rontok)
- Suara usus
hiperaktif
- Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan
dengan faktor
biologis, psikologis
atau ekonomi.
3 Perubahan pola Tujuan: Nursing intervensi
napas berhubungan Setelah dilakukan asuhan classification
dengan keperawatan selama 1x24 (NIC)
hiperventilasi paru jam pola nafas adekuat. Respiratory
Kriteria Hasil: Monitoring :
Nursing outcomes 1. Monitor rata –
classification (NOC) rata, kedalaman,
: Respiratory Status irama dan usaha
- Peningkatan ventilasi respirasi.
dan oksigenasi yang 2. Catat
adekuat pergerakan
- Bebas dari tanda dada,amati
tanda distress pernafasan kesimetrisan,
- Suara nafas yang penggunaan otot
bersih, tidak ada sianosis tambahan, retraksi
dan dyspneu (mampu otot supraclavicular
mengeluarkan sputum, dan intercostal.
mampu bernafas dengan 3. Monitor pola
mudah, tidak ada pursed nafas : bradipena,
lips) takipenia,
- Tanda tanda vital kussmaul,
dalam rentang normal hiperventilasi,
cheyne stokes.
4. Auskultasi
suara nafas, catat
area penurunan /
tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan.
Oxygen Therapy :
1. Auskultasi
bunyi nafas, catat
adanya crakles.
2. Ajarkan klien
nafas dalam.
3. Atur posisi
senyaman
mungkin.
4. Batasi untuk
beraktivitas.
5. Kolaborasi
pemberian oksigen.
4 Gangguan perfusi Tujuan: Nursing intervensi
jaringan Setelah dilakukan asuhan classification
berhubungan keperawatan selama 3x24 (NIC)
dengan penurunan jam perfusi jaringan Circulatory Care :
suplai O2 dan adekuat. 1. Lakukan
nutrisi ke jaringan Kriteria Hasil: penilaian secara
sekunder. Nursing outcomes komprehensif
classification (NOC) : fungsi sirkulasi
Circulation Status periper. (cek nadi
- Membran mukosa priper,oedema,
merah muda kapiler refil,
- Conjunctiva tidak temperatur
anemis ekstremitas).
- Akral hangat 2. Kaji nyeri.
- TTV dalam batas 3. Inspeksi kulit
normal. dan Palpasi
- Tidak ada edema anggota badan.
4. Atur posisi
klien, ekstremitas
bawah lebih rendah
untuk memperbaiki
sirkulasi.
5. Monitor status
cairan intake dan
output.
6. Evaluasi nadi,
oedema.
7. Berikan
therapi
antikoagulan.
5 Intoleransi aktivitas Tujuan: Nursing intervensi
berhubungan Setelah dilakukan asuhan classification
dengan keletihan keperawatan selama 3x24 (NIC)
anemia, retensi jam Intoleransi aktivitas Activity therapy :
produk sampah dan dapat teratasi. 1. Monitor respon
prosedur dialysis. Kriteria Hasil: fisik, social dan
Nursing outcomes spiritual.
classification (NOC) : 2. Bantu klien
Circulation Status untuk mendapatkan
- Mampu melakukan alat bantuan
aktivitas sehari-hari aktivitas seperti
secara mandiri. kursi roda, krek.
- Tanda-tanda vital 3. Bantu untuk
normal mengidentifikasi
- Mampu berpindah aktivitas yang
dengan atau tanpa disukai.
bantuan alat. 4. Bantu klien/
- Sirkulasi status baik. keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
5. Bantu klien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.
6. Kolaborasikan
dengan tenaga
rehabilitasi medik
dalam merencakan
program terapi
yang tepat.
6 Resiko Kerusakan Tujuan: Nursing intervensi
intregritas kulit Setelah dilakukan asuhan classification
berhubungan keperawatan selama 3x24 (NIC)
dengan efek jam Resiko Kerusakan Skin surveilance :
uremia dan intregritas kulit tidak 1. Monitor
neuropati perifer. terjadi. adanya tanda –
Kriteria Hasil: tanda kerusakan
integritas kulit.
Nursing outcomes 2. Monitor warna
classification (NOC) : kulit.
Circulation Status
- Temperatur jaringan 3. Monitor
dalam rentang normal. temperatur
- Elastisitas dan 4. Catat adanya
kelembaban dalam perubahan kulit dan
rentang rentang normaal. membran mukosa.
- Pigmentasi dalam 5. Ganti posisi
rentang normal. dengan sering.
6. Anjurkan
intake dengan
kalori dan protein
yang adekuat

D. Pelaksanaan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien
(Nursalam, 2008).

E. Evaluasi keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan antara tingkat kemandirian
klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat kemajuan kesehatan klien dengan
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasinya menurut Nursalam (2008)
sebagai berikut :
1. Tekanan darah stabil dan tidak ada penambahan BB.
2. Makan makanan rendah protein dan tinggi karbohidrat.
3. Tidak ada kerusakan kulit dan klien melaporkan gatal berkurang.
4. Ambulasi tanpa jatuh.
5. Bertanya dan membaca materi tentang dialisis.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta : Media Action.
LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5.
Alih bahasa: Egi Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC.
Litbang. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Litbang.
Mansjoer, A dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius.
Medical Record RSIJ Cempaka Putih. (2016). Data Pasien CKD yang Di Rawat
Inap 3 Bulan Terakhir. Jakarta: tidak di publikasi.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Alih bahasa: Renata Komalasari. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2010.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 12. Alih bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2014.
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015.
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al.,
3rd ed.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing 2015 : 1035-
1040.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku
Kedokteran.
Bilotta, kimberly. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn et al. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC
Lemone, Priscilla. 2012. Medical- surgical nursing: critical thinking in patient
care. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai