Anda di halaman 1dari 36

Disusun oleh :

Dea Melinda Sabila 1102013072


Pembimbing :
Mayor CKM (K) dr. Eny Ambarwati Sp.PD. Mars. FINASIM

RUMAH SAKIT MOHAMMAD RIDWAN MEURAKSA


JAKARTA TIMUR
Anatomi………..

• Ginjal berjumlah 2 buah, berat + 150 gr (125 –


170 gr pada Laki-laki, 115 – 155 gr pada
perempuan); panjang 11 cm, lebar 5 – 7,5 cm;
tebal 2,5 – 3 cm.
• Letak retroperitoneal sebelah dorsal cavum
abdominale
• Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12
hingga L3
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih
dalam lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut
pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat
adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat
longgar yang disebut kapsula.

Medulla :
Terdiri bangunan berbentuk piramid disebut Piramid
Renalis, ujung piramid akan menjadi Calix Minor, beberapa
Calix Minor bergabung menjadi Calix Major, beberapa
Calix Major bergabung menjadi Pelvis Renalis dan berlanjut
sebagari ureter.
 Secara mikroskopis ginjal terdiri
dari Nefron berjumlah + 1- 2
Juta

 Nefron berfungsi sebagai


regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh
dengan cara menyaring darah,
kemudian mereabsorpsi cairan
dan molekul yang masih
diperlukan tubuh.

 Nefron terdiri dari


 Glomerolus, dimana terjadi
proses filtrasi
 Tubulus, dimana cairan
filtrasi diubah menjadi urin
Proses Pembentukan Urine
1. Proses Filtrasi (Penyaringan)
sisa hasil penyaringan ini disebut urine
primer (filtrat glomerulus). Urine primer
biasanya mengandung air, glukosa,
garam serta urea. Zat-zat tersebut akan
masuk dan disimpan sementara dalam
Simpai Bowman.
2. Proses Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)
Setelah urine primer tersimpan sementara dalam
Simpai Bowman, mereka kemudian akan menuju saluran
pengumpul. Zat-zat yang masih dapat digunakan seperti
glukosa, asam amino, dan garam tertentu akan diserap
lagi oleh tubulus proksimal dan lengkung
Henle. Penyerapan kembali dari urine primer akan
menghasilkan zat yang disebut dengan urine
sekunder (filtrat tubulus).
Berikut hal-hal yang dapat
mempengaruhi LFG
Autoregulasi LFG dan Renal Blood Flow
3. Proses Augmentasi (Pengeluaran Zat)
 Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan
lengkung Henle akan mengalir menuju tubulus
kontortus distal. Di sini, urine sekuder akan melalui
pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat
yang sudah tidak lagi berguna bagi tubuh. Selanjutnya,
terbentuklah urine yang sesungguhnya. Urine ini akan
mengalir dan berkumpul di tubulus kolektivus (saluran
pengumpul) untuk kemudian bermuara ke rongga
ginjal.
Tahapan Pembentukan Urine dan Zat yang Dihasilkan
 Dari rongga ginjal, proses pembentukan urine diakhiri
dengan mengalirnya urine melalui ureter untuk
menuju kandung kemih (vesika urinaria). Apabila
kandung kemih telah penuh dan cukup mengandung
urine, ia akan tertekan sehingga akan menghasilkan
rasa ingin buang air kecil pada tubuh. Urine kemudian
dialirkan melalui saluran pembuangan yang disebut
uretra.
Fungsi ginjal
1. Mempertahankan keseimbangan H2O di dalam tubuh
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh
3. Mengatur kuantitas dan konsentrasi sebagian besar ion ECF seperti sodium, klorida,
potasium, ion hidrogen, bikarbonat, dll
4. Mempertahankan volume plasma
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa di dalam tubuh
6. Membuang produk akhir metabolisme tubuh
7. Membuang zat asing seperti obat-obatan, pestisida, dan material non-nutritive lain yang
masuk ke dalam tubuh
8. Memproduksi eritropoietin
9. Memproduksi renin
10. Mengubah vitamin D ke bentuk aktif . 19
Definisi

Suatu proses patofisiologis dengan etilogi yang


beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal
ginjal.
Gagal ginjal  suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada
suatu derajat yang memerlukan terapi ginjal yang tetap,
berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Epidemiologi
• Penyakit ginjal adalah penyebab utama kematian kesembilan di Amerika Serikat.
• Nasional Ketiga Kesehatan dan Survey (NHANES III) memperkirakan bahwa
prevalensi penyakit ginjal kronis pada orang dewasa di Amerika Serikat adalah 11%
(19,2 juta)
• Data hingga April 2006 jumlah penderita ginjal di Indonesia mencapai 150 ribu orang
,sementara yang tetap membutuhkan terapi agar ginjalnya tetap berfungsi sebanyak
tiga ribu orang.
• Data Tahunan Laporan mengungkapkan bahwa pada kasus ESRD (End Stage Renal
Disease) adalah pada pria lebih tinggi dengan jumlah sekitar 409 dalam satu juta
populasi pada tahun 2002 dibandingkan dengan wanita dengan jumlah sekitar 276
Kriteria CKD

1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, berupa kelainan structural atau fungsional,


dengan atau tanpa penurunan LFG, dengan manifestasi:
- Kelainan patologis
- Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam tes
pencitraan (imaging tests).
2. LFG < 60 ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa
kerusakan ginjal.
Klasifikasi CKD
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar Derajat Penyakit

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1,73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau   90


2 Kerusakan ginjal dengan LFG  ringan 60 – 89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG  sedang 30 – 59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG  berat 15 – 29
5 Gagal Ginjal  15 atau dialisis

*Pada perempuan dikalikan 0.85


Klasifikasi GGK (KDIGO, 2013).
Derajat LFG (ml/mnt/1.732m2) Penjelasan

1 Kerusakan ginjal dengan LFG


≥ 90 normal atau meningkat

2 60-89 Kerusakan ginjal dengan LFG turun


ringan

3A 45-59 Kerusakan ginjal dengan LFG turun


dari ringan sampai sedang Kerusakan
3B 30-44 ginjal dengan LFG
turun dari sedang sampai berat

4 15-29 Kerusakan ginjal dengan LFG turun


berat
5 < 15 Gagal ginjal
Klasifikasi CKD
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar Diagnosis Etiologi
Penyakit Tipe Mayor (contoh)
Penyakit Ginjal Diabetes Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit Ginjal Non Diabetes Penyakit Glomerular (penyakit otoimun, infeksi sistemik,
obat, neoplasia)
Penyakit Vascular (penyakit pembuluh darah besar,
hipertensi, mikroangiopati)
Penyakit Tubulointerstitial (pielonefritis kronik, batu,
obstruksi, keracunan obat)
Penyakit Kistik (ginjal polikstik)
Rejeksi Kronik
Keracunan obat (siklosporin/takrolimus)
Penyakit recurrent (glomerular)
Penyakit Pada Transplantasi Transplant glomerulopathy
Etiologi

Penyebab Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis di Indonesia Tahun


2000
Penyebab Insiden

Glomerulonefritis 46,39 %
Diabetes Melitus 18,65 %
Obstruksi dan Infeksi 12,85 %
Hipertensi 8,46 %
Sebab lain 13,65 %
PATOFISIOLOGI
Diagnosis CKD
Gambaran Klinis

a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari  DM, infeksi traktus urinarius,


hipertensi, hiperurikemi, SLE.

b. Sindrom uremia (lemah, letargi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan


volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang sampai
koma).

c. Gejala komplikasi (hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis


metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, khlorida).
Diagnosis CKD
Gambaran Laboratorium

- Penurunan fungsi ginjal : kadar ureum dan kreatinin


LFG
• Kelainan biokimiawi darah : penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat,
hiperkalemia atau hipokalemia, hiperkloremia atau hipokloremia, hiperfosfatemia, asidosis
metabolik.
• Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, dan leukosuria.
Diagnosis CKD
Gambaran Radiologis

a. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak.

b. Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak bisa melewati filter
glomerulus, khawatir pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami
kerusakan.

c. Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai indikasi.

d. USG ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya
hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa kalsifikasi.

e. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.


Diagnosis CKD
Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal.

Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati


normal, dimana diagnosis secara non invasive tidak bisa ditegakkan.
Tujuan: etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil
terapi yang telah diberikan.
Prinsip penatalaksanaan CKD meliputi:

- Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

- Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid

- Memperlambat perburukan ( progression) fungsi ginjal

- Pencegahan dan terapi terhadap penyakitKardiovaskular

- Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi

- Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atautransplantasi ginjal


Penatalaksanaan
Rencana Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik Sesuai Dengan Derajatnya

Derajat LFG (ml/mn/1,73m2) Rencana Tatalaksana


1  90
Terapi penyakit dasar, kondisi komorbit, evaluasi
pemburukan (progression) fungsi ginjal,
memperkecil resiko kardiovascular
Menghambat pemburukan (progression) fungsi
2 60 – 89
ginjal
Evaluasi dan terapi komplikasi
3 30 – 59
Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
4 15 – 29
Terapi pengganti ginjal
5  15
• Terapi Spesifik Terhadap Penyakit Dasarnya
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya
penurunan LFG, sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal yang
masih normal secara ultrasonografi, biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dapat
menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik.
• Pencegahan dan Terapi Terhadap Kondisi Komorbid
Perlu pencatatan kecepatan penurunan LFG, untuk mengetahui kondisi komorbid. Faktor-
faktornya  gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi
traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat – obat nefrotoksik, bahan radiokontras,
peningkatan aktivitas penyakit dasarnya
A. Terapi Non Farmakologis
1. Pengaturan asupan protein : B. Terapi Farmakologis
Pasien non dialysis 0,6-0,75 gram/kgBB ideal/hari 1. Kontrol Tekanan Darah :
Penghambat ACE atau antagonis reseptor Angiotensin II
sesuai dengan CCT dan toleransi pasien
→ evaluasi kreatinin dan kalium serum, bila terdapat
Pasien hemodialisis 1-1,2 gram/kgBB ideal/hari peningkatan kreatinin  35 % atau timbul hiperkalemi
Pasien peritoneal dialysis 1,3 gram/kgBB/hari harus dihentikan
2. Pengaturan asupan kalori : 35 kal/kgBB ideal/hari Penghambat kalsium
3. Pengaturan asupan lemak : 30 – 40 % dari kalori Diuretik
total 2. Pada pasien DM, kontrol gula darah → hindari
4. Pengaturan asupan karbohidrat : 50 – 60 % dari pemakaian metformin dan obat-obat sulfonylurea dengan
kalori total masa kerja panjang
3. Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/dl
5. Garam (NaCl) : 2 – 3 gram/hari
4. Kontrol hiperfosfatemi : kalsium karbonat atau kalsium
6. Kalium : 40 – 70 mEq/kgBB/hari asetat
7. Fosfor : 5 – 10 mg/kgBB/hari. Pasien HD : 17 5. Kontrol osteodistrofi renal : kalsitriol
mg/hari 6. Koreksi asidosis metabolic dengan target HCO3 20-22
meq/l
8. Kalsium : 1400 – 1600 mg/hari 7. Koreksi hiperkalemi
9. Besi : 10 – 18 mg/hari 8. Kontrol dislipidemia dengan target LDL < 100 mg/dl
10. Magnesium : 200 – 300 mg/hari 9. Terapi Ginjal Pengganti
11. Asam folat pasien HD : 5 mg
TATALAKSANA KONTROL TEKANAN
DARAH
• Target yang harus dicapai untuk pasien DM tipe 1 atau 2, adalah kadar glukosa darah
puasa < 110 mg% dan kadar HbA1C 7% – 7.5%
• Restriksi asupan protein
• PGK pre-dialisis : 0.6-0,75 g/kgBB ideal/hari
• PGK hemodialisis :1,2 g/kgBB ideal/hari
• PGK dialisis peritoneal 1,2 – 1,3 g/kgBB ideal/hari
• Transplantasi ginjal 1,3 g/kgBB ideal/hari
Pengobatan Konsevatif terdiri dari 3
strategi

1. Memperlambat laju penurunan fungsi ginjal

• Pengobatan hipertensi. Target penurunan tekanan darah yang dianjurkan < 140/90 mmHg.
• Pembatasan asupan protein, bertujuan untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus dengan
demikian diharapkan progresifitas akan diperlambat.
• Retriksi fosfor, untuk mencegah hiperparatirodisme sekunder
• Mengurangi proteinuria. Terdapat korelasi antara proteinuria dan penurunan fungsi ginjal
terutama pada glomerulonefritis kronik dan diabetes. Dalam hal ini ACE inhibitor biasanya
digunakan.
• Mengendalikan hiperlipidemia. Telah terbukti bahwa hiperlipidemia yang tidak terkendali
dapat memepercepat progresifitas gagal ginjal. Pengobatan meliputi diet dan olahraga. Pada
peningkatan yang berlebihan diberikan obat-obat penurun lemak darah
2. Mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut:
- Modifikasi gaya hidup
- pencegahan kekurangan cairan
- Pencegahan sepsis
- Pengobatan hipertensifurosemid, beta blocker, calcium antagonis dan alfa blocker.
Gol tiazid kurang bermanfaat. Spironolakton tidak dapat digunakan
- Hindari obat-obat nefrotoksikAminoglikosida, OAINS
- Mencegah kehamilan
3. Pengelolaan uremia dan komplikasinya
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Asidosis metabolik diet rendah protein 0,6 gr/hr
- Hiperkalemia Ca gluconas 10% ml dlm 10 menit IV
- Diet rendah proteinkalori yg dibutuhkan 35 kal/kgBB, protein 0,6 gr/kgBB/ hari
Penatalaksanaan
3. Pengelolaan uremia dan komplikasinya
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolitretriksi asupan cairan.
- Asidosis metabolik diet rendah protein 0,6 gr/hr
- Hiperkalemia Ca gluconas 10% ml dlm 10 menit IV
- Diet rendah proteinkalori yg dibutuhkan 35 kal/kgBB, protein 0,6 gr/kgBB/ hari
- Anemia  Erythropoietin Stimulating Agents (ESA)
- Kalsium dan fosfor kalsium bikarbonat/kalsium asetat pada keadaan GFR
30mL/mn. Vit D untk meningkatkan calcium di usus
- Hiperuresemia – Allopurinol 100-300 mg
Terapi Pengganti Ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada Penyakit Ginjal Kronik stadium 5,
yaitu LFG kurang dari 15 ml/mnt. Terapi pengganti tersebut dapat berupa
:

1. Hemodialisis

2. Peritoneal dialisis

3. Transplantasi ginjal.
KOMPLIKASI

GFR
Derajat Penjelasan Komplikasi
(ml/men/1,73m2)

1
Kerusakan ginjal dengan GFR normal ≥ 90 -

2
Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR 60-89  TD mulai 
ringan
3
Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR 30-59  Hiperfosfatemia
sedang  Hipokalsemia
 Anemia
 Hiperparatiroid
 Hiperosmosisteinemia
4
Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR 15-29  Manutrisi
berat  Asidosis metabolic
 Cenderung hiperkalemia
 Dislipidemia
5
Gagal ginjal < 15  Gagal jantung
 Uremia
Prognosis
Prognosis pasien dengan penyakit ginjal kronis tergantung dari derajat
penurunan fungsi ginjal dan komplkasi yang terjadi. Penyebab utama kematian
pada pasien dengan penyakit ginjal kronis adalah penyakit kardiovaskuler,
Sementara terapi penggantian ginjal dapat mempertahankan pasien tanpa
batas waktu dan memperpanjang hidup, dan akan sangat memperbaiki
kualitas hidup.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai