DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU :
Ns. Nurhusna S.Kep ., M.Kep
Ns. Andika Sulistiawan S.Kep., M.Kep
PEMBIMBING KLINIK
Ns. Ratna …..S.Kep
1) Struktur Ginjal
Ginjal terletak di dinding posterior abdomen, di daerah lumbal, kanan dan kiri
tulang belakang, terbungkus lapisan lemak yang tebal, diluar rongga peritoneum
karena itu ginjal berada di belakang peritoneum. Ginjal kanan memiliki posisi yang
lebih rendah dari ginjal kiri karena terdapat hati yang mengisi rongga abdomen
sebelah kanan dengan panjang masing-masing ginjal 6-7,5 cm dan tebal 1,5-2,5 cm
dengan berat sekitar 140 gram pada dewasa (Pearce, 2013).
a. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh melalui pengeluaran jumlah urin
(Haryono, 2013).
b. Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan keseimbangan ion
yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit) apabila ada pengeluaran
ion yang abnormal ginjal akan meningkatkan ekskresi ion yang penting
(natrium, kalium, kalsium) (Haryono, 2013).
c. Mengatur keseimbangan asam basa dengan mensekresi urin sesuai dengan pH
darah yang berubah (Haryono, 2013)
d. Mengekskresikan sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) obat-
obatan, zat toksik dan hasil metabolisme pada hemoglobin (Haryono,
2013).Mengatur fungsi hormonal seperti mensekresi hormone renin untuk
mengatur tekanan darah dan metabolisme dengan membentuk eritropoiesis
yang berperan dalam proses pembentukan sel darah merah (Haryono, 2013)
B. KONSEP CKD
1. Defisini CKD
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada
suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal. (Suwitra, 2014)
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah) . (Nuari dan Widayati, 2017)
Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa Chronic Kidney Disease
(CKD) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan
elektrolit, pada suatu derajat diperlukan terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau
transplantasi ginjal.
2. Etiologi CKD
a. Glomerulonefritis
b. Pyelonefritis kronis, tuberkulosis
c. Polikistik ginjal
d. Renal nephrosclerosis
e. Neprolithisis
f. Sysctemic lupus erythematosus
g. Aminoglikosida
Menurut IRR (Indonesian Renal Registry) pada tahun 2017 ini proporsi etiologi
CKD, urutan pertama ditempati oleh hipertensi sebanyak 36% dan nefropati diabetic
atau diabetic kidney deases menempati urutan kedua.
Penyebab Jumlah
Hipertensi 10482
DM 4394
Tuberkulosis 184
Hepatitis B 366
Hepatitis C 679
Keganasan 123
Lain-lain 1240
≥ 90
1 atau ↑
60-89
2 ringan
30-59
3 sedang
Rejeksi kronik
Transplant glomerulopathy
4. Patofisiologi
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatini. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens
kreatinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah
(BUN) juga akan meningkat.
hiperpigmentasi pruritus
6. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan yang
bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki
fungsi yang banyak. Sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan
mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah
tanda dan gejala yang ditunjukan oleh gagal ginjal kronis:
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura,
crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung dan sesak nafas.
4) Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan kemungkinan
juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif duodenal, lesi pada usus
halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis. Kejadian sekunder biasanya mengikuti
seperti anoreksi, nause, dan vomitting.
5) Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecokelatan, kering dan ada scalp. Selain
itu, biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan
timbunan urea pada kulit.
6) Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada
lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya
memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan
kejang. Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan metabolik
encephalopathy.
7) Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan siklus
menstruasi pada wanita, impoten, penurunan seksresi sperma, peningkatan sekresi
aldosteron, dan kerusakan metabolisme karbohidrat.
8) Hepatopoiteic
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia
(dampak dari dialisis), dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius.
Pada sistem hematologi ditunjukkan dengan adanya pendarahan ( purpura,
ekimosis, dan petechiae).
9) Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis, dan
klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard). (Prabowo dan Pranata, 2014)
7. Penatalaksanaan
1) Konservatif
a.Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c.Observasi adanya edema
d. Batasi cairan yang masuk
2) Dialisis
a.Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergensi. Sedangkan dialysis yang
bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CPAD (Continues
Ambulatiry Peritonial Dialysis).
b. Hemodialisis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan invasif vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodilis dilakukan melalui daerah femoralis
namun untuk mempermudah maka dilakukan : AV fistule (menggabungkan vena
dan arteri) dan double lumen (langsung pada daerah jantung atau vaskularisasi ke
jantung)
3) Operasi
3) Pengambilan batu
4) Transplantasi ginjal (Muttaqin, 2011)
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Urin
a. Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada (anuria)
b. Warna: secara abnnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglobin, porifin.
c. Berat jenis: kurang dari 1.105 (menetap pada 1.010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
d. Osmolalitas: kurang dari 350mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
dan rasio urine/serum sering 1:1.
c. Klirens kreatinin: mungkin agak menurun.
d. Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium.
e. Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
2. Darah
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah
(Prabowo, 2014)) :
1) Penyakit Tulang.
Penurunan kadar kalsium secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
2) Penyakit Kardiovaskuler.
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik
berupa hipertensi, kelainan lifid, intoleransi glukosa, dan kelainan
hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3) Anemia.
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami defiensi di ginjal
akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4) Disfungsi seksual.
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami
penurunan dan terjadi impoten pada pria. Pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia.
1. Pengkajian
1) Biodata
Tidak ada spesisfikasi khusus untuk kejadian CKD, namun laki-laki sering
mengalami resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat.
2) Keluhan utama
Q : Qualitative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Rasa sesak akan
membuat lelah atau letih sehingga sulit beraktivitas.
R : Region sejauh mana lokasi penyebaran daerah keluhan. Sesak akan membuat
kepala terasa sakit, nyeri dada di bagian kiri, mual-mual, dan anoreksia.
Sesak akan membuat freukensi napas menjadi cepat, lambat dan dalam.
T :Time waktu dimana keluhan yang dirasakan, lamanya dan freukensinya, waktu
tidak menentu, biasanya dirasakan secara terus-menerus.
6) Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif yang
baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial terjadi pada
waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa.
Klien akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu,
kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan,
sehingga klien mengalami kecemasan.
b. Pola Eliminasi
Kaji kebiasaan BAB dan BAK, frekuensinya, jumlah, konsistensi, serta warna
feses dan urine. Apakah ada masalah yang berhubungan dengan pola eleminasi
atau tidak, akan ditemukan pola eleminasi penurunan urin, anuria, oliguria,
abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Kaji kebiasaan tidur, berapa lama tidur siang dan malam, apakah ada masalah
yang berhubungan dengan pola istirahat tidur, akan ditemukan gangguan pola
tidur akibat dari manifestasi gagal ginjal kronik seperti nyeri panggul, kram otot,
nyeri kaki, demam, dan lain-lain.
d. Personal Hygiene
Kaji kebersihan diri klien seperti mandi, gosok gigi, cuci rambut, dan
memotong kuku. Pada pasien gagal ginjal kronik akan dianjurkan untuk tirah
baring sehingga memerlukan bantuan dalam kebersihan diri.
e. Aktifitas
8) Pemeriksaan fisik
1.. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue), tingkat kesadaran
menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi system saraf
pusat. Pada pemeriksaan TTV sering dipakai RR meningkat (tachypneu),
hipertensi/hipotensi sesuai dengan kondisi fluktuatif.
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi asidosis/alkalosis
respiratorik maka kondisi pernapasan akan mengalami patologis gangguan. Pola
napas akan semakin cepat dan dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh
mempertahankan ventilasi (Kussmaull).
b. Sistem kardiovaskuler
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal kronis
salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi di atas ambang kewajaran
akan mempengaruhi volume vaskuler. Stagnansi ini akan memicu retensi natrium dan
air sehingga akan meningkatkan beban jantung.
c. Sistem pencernanaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit (stress
effect), sering ditemukan anoreksia, nausea, vomit, dan diare.
d. Sistem hematologi
Biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT>3 detik, palpitasi
jantung,gangguan irama jantung, dan gangguan sirkulasi lainnya. Kondisi ini akan
semakin parah jika zat sisa metabolisme semakin tinggi dalam tubuh karena tidak
efektif dalam ekresinya. Selain itu, pada fisiologis darah sendiri sering ada gangguan
anemia karena penurunan eritropoetin.
e. Sistem Endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal kronis akan
mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormon reproduksi. Selain itu,
jika kondisi gagal ginjal kronis berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus, maka
akan ada gangguan dalam sekresi insulin yang berdampak pada proses metabolisme.
f. Sistem neuromuskuler
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic dan sirkulasi
cerebral terganggu. Oleh karena itu, penurunan kognitif dan terjadinya disorientasi
akan dialami klien gagal ginjal kronis.
g. Sistem perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi, sekresi,
reabsorpsi dan ekskresi), maka manifestasi yang paling menonjol adalah penurunan
urine output <400ml/hari bahkan sampai pada anuria (tidak adanya urine output).
h. Sistem integumen
Anemia dan pigmentasi yang tertahan menyebabkan kulit pucat dan berwarna
kekuningan pada uremia. Kulit kering dengan turgor buruk, akibat dehidrasi dan
atrofi kelenjar keringat, umum terjadi. Sisa metabolik yang tidak dieliminasi oleh
ginjal dapat menumpuk di kulit, yang menyebabkan gatal atau pruritus. Pada
uremia lanjut, kadar urea tinggi di keringat dapat menyebabkan bekuan uremik,
deposit kristal urea di kulit.
i. Sistem muskuloskeletal
9) Data Psikososial
a. Body image
Persepsi atau perasaan tentang penampilan diri dari segi ukuran dan bentuk.
b. Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan
standar, tujuan, keinginan, atau nilai pribadi.
c. Identitas diri
Kesadaran akan diri sendiri yang sumber dari observasi dan penilaian diri
sendiri.
d. Peran diri
Perilaku yang diharapkan secara social yang berhubungan dengan fungsi
individu pada berbagai kelompok.
10) Data sosial dan budaya
Pada aspek ini perlu dikaji pola komunikasi dan interaksi interpersonal,
gaya hidup, faktor sosio kultur serta keadaan lingkungan sekitar dan rumah
- Laboratorium
Ureum kreatinin biasanya meninggi biasanya perabandingan antara ureum dan
kreatinin kurang 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan
saluran cerna, pengobatan steroid, dan obstruksi saluraan kemih. Perbandingan ini
berkurang, ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein dan tes
klirens kreatinin yang menurun. Terjadi asidosis metabolic dengan kompensasi
respirasi menunjukan pH menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
- Radiologi
Foto polos abdomen untuk melihat bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau
adanya suatu obstuksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab
itu penderita diharapkan tidak puasa.
- Ultrasonografi (USG)
- Renogram
Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vascular,
parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
- EKG
2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan Chronic
Kidney Deases (CKD) adalah: (Nurarif dan Kusuma, 2015)
3. Intervensi
1) Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, penurunan
curah jantung, penrunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat.
Tujuan : tidak adanya gangguan pertukaran gas.
Dengan kriteria :
a) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
b) Tanda-tanda vital dalam batas normal
c) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih
Tabel Intervensi dan rasional pola nafas tidak efektif (Gloria et all, 2016 dan
Dongoes, 2012).
1. INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa
mulut.
INTERVENSI RASIONAL
sampah.
Intervensi dan Rasional Intoleransi Aktivitas (Gloria et all, 2016 dan Dongoes,
2012).
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji faktor yang menimbulkan 1. Menyediakan informasi tentang
keletihan : anemia, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, retensi produk indikasi tingkat keletihan.
sampah, depresi.
2. Tingkatkan kemandirian dalam 2. Meningkatkan aktivitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi,
bantu jika keletihan terjadi. ringan/seda ng
3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil
istirahat 3. Mendorong latihan dan aktivitas
4. Anjurkan untuk beristirahat setelah dalam batas-batas yang ditoleransi
dialisis. dan istirahat yang adekuat.
5. Berikan transfusi darah PRC sampai Hb 4. Istirahat yang adekuat dianjurkan
>10 mg/dl. setelah dialisis, yang bagi banyak
pasien sangat melelahkan.
5. Pemberan transfusi PRC dapat
meningkatkan Hb dan memperbaiki
gejala anemia.
metabolik sekunder.
Kriteria hasil:
a) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
INTERVENSI RASIONAL
1. inspeksi kulit 1. menandakan area sirkulasi buruk/
longgar kulit.
dingin untuk
memberikan tekanan
( daripada garukan )
pendek
Dengan kriteria:
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor TTV 1. Mengindentifikasi keadaan umum
2. Monitor warna kulit, suhu, edem, klien, menentukan intervensi yang akan
waktu pengisian kapiler dilakukan
3. tinggikan kaki 20 derajat atau lebih 2. Mengidentifi kasi adanya tanda-
tanda komplikasi lainnya
tinbggi dari jantung
3. Mempelancar sirkulasi darah dari
4. ubah posisi pasien setiap 2 jam pembuluh darah di kaki ke tubuh
4. Perubahan posisi dapat
5. latihan ROM pasif dan aktif terutama
melancarkan aliran darah
pada ekstremitas bawah keseluruh tubuh
5. Meningkatkan aliran darah
6. pertahankan hidrasi yang cukup keseluruh tubuh
7. berikan antikoagulan , antiplatelet, jika 6. Mencegah terjadinya syok
7. Antikoagulan dan platelet
dibutuhkan berguna untuk menghambat
pembekuan darah.
4. Implentasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
5. Evaluasi
Menurut Hasil yang diharapkan setelah pasien Chronic Kidney Deases