TIM ANGGREK
2022
A. Definisi Chronic Kidney Disease (CKD)
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversible, pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap,
patofiologik yang berbeda-beda serta berkaitan dengan kelainan fungsi ginjal dan
penurunan progresif laju filtrasi glomerolus (LFG). (Jameson dan Loscalz, 2013)
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa Chronic Kidney Disease
(CKD) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana
elektrolit, pada suatu derajat diperlukan terapi pengganti ginjal berupa dialisis
B. Etiologi
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada
beberapa penyebab lainnya, yaitu:
1) Glomerulonefritis
3) Polikistik ginjal
4) Renal nephrosclerosis
5) Neprolithisis
7) Aminoglikosida
Menurut IRR (Indonesian Renal Registry) pada tahun 2017 ini proporsi
etiologi CKD, urutan pertama ditempati oleh hipertensi sebanyak 36% dan
Penyebab Jumlah
Hipertensi 10482
DM 4394
Peny. Kardiovaskuler 1424
Peny. Serebrovaskuler 365
Peny. Saluran Pencernaan 374
Peny. Sakuran kencing lain 617
Tuberkulosis 184
Hepatitis B 366
Hepatitis C 679
Keganasan 123
Lain-lain 1240
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal yaitu,
atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi
atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan
Tabel 2.2. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) atas Dasar
Tabel 2.3. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) Atas Dasar
D. Patofisiologi
1) Penurunan GFR
kreatinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah
Banyak masalah muncul pada ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
hipertensi.
4) Anemia
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain akan turun. Dengan
memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak
tulang.
GGK
Anemia
Urokrom tertimbun
Gangguan keseimbangan asam basa perpospate mia
Gangguan nutrisi
Volume
interstisial
Perubah Pruritis
Produksi an
asam
Edema
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan yang
bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki
fungsi yang banyak. Sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan
adalah tanda dan gejala yang ditunjukan oleh gagal ginjal kronis:
2) Kardiovaskuler
3) Respiratori sistem
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura,
crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung dan sesak
nafas.
4) Gastrointestinal
lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis. Kejadian sekunder
5) Integumen
6) Neurologis
lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan,
metabolik encephalopathy.
7) Endokrin
8) Hepatopoiteic
(dampak dari dialisis), dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius
pada sistem hematologi ditunjukkan dengan adanya pendarahan ( purpura,
9) Muskuloskeletal
F. Penatalaksanaan
1) Konservatif
2) Dialisis
a) Peritoneal dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
b) Hemodialisis
3) Operasi
a) Pengambilan batu
b) Transplantasi ginjal
(Muttaqin, 2011)
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Urin
a) Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada (anuria)
mereabsorpsi natrium.
tahap akhir.
ekstravaskuler, masa.
a. Pengertian Hemodialisis
Hemodialisis berasal dari kata hemo = darah dan dialisis = pemisahan zat-
zat terlarut. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan
untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara
akut atau secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut.
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan
kerusakan permanen atau menyebabkan kematian (Muttaqin, A., & Sari, 2011).
Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini
disebut dialisis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin,
asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permiabel sebagai pemisah
darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis
ginjal stadium akhir yang membutuhkan terapi jangka panjang atau permanen
dengan suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari darah seperti air,
natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat dan zat-zat lain melalui
membran semipermeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat dimana terjadi
merupakan proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme dan zat toksik lainnya
dari darah seperti seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat
dan zat-zat lain melalui membran semipermeabel sebagai pemisah darah dan
cairan dialisat dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi, ketika secara
akut atau secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut.
b. Tujuan Hemodialisis
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatin, dan sisa metabolisme yang
lain.
air dengan mengetahui tekanan banding antara darah dan bagian cairan,
kompartemen dialisat.
mengambil zat-zat toksik nitrogen dari dalam darah dan mengeluarkan air yang
berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah
nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan
1) Indikasi absolut
paru, oliguri berat atau anuria bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak
Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%.
2) Indikasi elektif
metabolik, azotemia (kreatinin 8-12 mg%, BUN 100-120 mg%, CCT kurang dari
5-10 mL/menit)
umumnya indikasi dialisa pada GGK adalah bila laju filtrasi glomerulus (LFG
sudah kurang dari 5 ml/menit) sehingga dialisis baru dianggap perlu dimulai bila
pertimbangan, bila diberikan pada saat yang tepat dan cara yang benarakan
memperbaiki morbiditas, dan mortalitas. Pada gagal ginjal akut berat yang pada
umumnya dirawat di unit perawatan intensif, terapi dialisis diberikan lebih agresif.
Menunda terapi dialisis pada gagal ginjal akut berat hanya akan memperburuk
A. Pengkajian
maka tubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi dalam batas ambang
kewajaran. Tetapi, jika kondisi ini berlanjut (kronis), maka akan menimbulkan
1) Biodata
Tidak ada spesisfikasi khusus untuk kejadian CKD, namun laki-laki sering
mengalami resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup
sehat.
2) Keluhan utama
berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan
(akumulasi) zat sisa metabolisme/toksin dalam tubuh karena ginjal
membuat kepala terasa sakit, nyeri dada di bagian kiri, mual-mual, dan
anoreksia.
Sesak akan membuat freukensi napas menjadi cepat, lambat dan dalam.
Chronic Kidney Disease (CKD) dimulai dengan periode gagal ginjal akut
payah jantung, penggunaan obat yang bersifat nefrotoksis, BPH dan lain
penyakit gagal ginjal kronis, karena penyakit tersebut herediter. Kaji pola
kesehatan keluarga yang diterapkan jika ada anggota keluarga yang sakit,
6) Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif
yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial
terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan
menjalani proses dialisa. Klien akan mengurung diri dan lebih banyak
berdiam diri (murung). Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang
kecemasan.
a) Polanutrisi
atau tidak, frekuensi jumlah makan dan minum dalam sehari. Pada pasien
gagal ginjal kronik akan ditemukan perubahan pola makan atau nutrisi
mual/muntah.
b) Pola Eliminasi
warna feses dan urine. Apakah ada masalah yang berhubungan dengan
pola eleminasi atau tidak, akan ditemukan pola eleminasi penurunan urin,
anuria, oliguria, abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Kaji kebiasaan tidur, berapa lama tidur siang dan malam, apakah ada
gangguan pola tidur akibat dari manifestasi gagal ginjal kronik seperti
d) Personal Hygiene
Kaji kebersihan diri klien seperti mandi, gosok gigi, cuci rambut, dan
memotong kuku. Pada pasien gagal ginjal kronik akan dianjurkan untuk
e) Aktifitas
Apakah klien mandiri atau masih tergantung dengan orang lain. Pada
8) Pemeriksaan fisik
fluktuatif.
2) Pemeriksaan fisik
(Kussmaull).
Stagnansi ini akan memicu retensi natrium dan air sehingga akan
Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa metabolisme semakin
tinggi dalam tubuh karena tidak efektif dalam ekresinya. Selain itu,
penurunan eritropoetin.
metabolisme.
9) Data Psikososial
a) Body image
Persepsi atau perasaan tentang penampilan diri dari segi ukuran dan
bentuk.
b) Ideal diri
c) Identitas diri
Kesadaran akan diri sendiri yang sumber dari observasi dan penilaian diri
sendiri.
d) Peran diri
Pada aspek ini perlu dikaji pola komunikasi dan interaksi interpersonal,
gaya hidup, faktor sosio kultur serta keadaan lingkungan sekitar dan rumah.
selama dirawat.
Padila, 2012 data penunjang pada pasien CKD adalah sebagai berikut:
a) Laboratorium
ureum dan kreatinin kurang 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh
kreatinin, pada diet rendah protein dan tes klirens kreatinin yang
b) Radiologi
Foto polos abdomen untuk melihat bentuk dan besar ginjal (adanya batu
c) Ultrasonografi (USG)
d) Renogram
Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
e) EKG
pikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
2015).
2.2.3 Intervensi
Dengan kriteria :
Tabel 2.4. Intervensi dan rasional pola nafas tidak efektif (Gloria et all,
Intervensi Rasional
1. Monitor status pernafasan dan 1. Mengidentifikasi untuk mengatasi penyebab
oksigesnasi dasar dari asidosis metabolik
Dengan kriteria :
Intervensi Rasional
1. Monitor status hidrasi: hitung 1. Pemantauan tekanan darah dan nadi
denyut nadi dan tekanan darah merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui adanya peningkatan volume
cairan intravaskuler.
9. Lakukan dialisis dan catat reaksi 9. Dialisis akan menurunkan volume cairan
klien berlebih.
10. Timbang berat badan sesudah 10. Menimbang berat badan sesudah dan
dan sebelum dialisis sebelum dialisis untuk mengetahui kondisi
cairan dalam tubuh klien
mukosa mulut.
Dengan kriteria :
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi : perubahan berat 1. Menyediakan dasar untuk memantau
badan, nilai laboraturium BUN, perubahan dan mengevaluasi
kreatinin, protein, transferin, dan intervensi.
kadar besi).
2. Kaji pola diet nutrisi pasien : 2. Pola diet dahulu dan sekarang dapat
riwayat diet, makanan kesukaan, dipertimbangkan dalam menyusun
hitung kalori. menu.
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi 3. Mendorong peningkatan masukan diet.
untuk memberikan makanan
kesukaan pasien dalam batas-batas
diet, makanan yang rendah protein
dan tinggi kalori.
4. Berikan makanan sedikit tapi sering. 4. Porsi sedikit tapi sering dapat
meningkatkan masuknya makanan.
5. Anjurkan klien untuk melakukan 5. Hygiene oral yang tepat mengurangi
hygiene oral. mikroorganisme dan membantu
mencegah stomatitis.
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk 6. Pemberian obat anti emetik dan
memberikan obat antiemetik dan antasida dapat mengurangi mual
antasida. muntah dan mengurangi asam
lambung.
sampah.
Intervensi Rasional
metabolik sekunder.
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
Dengan kriteria:
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda vital 1. Mengindentifikasi keadaan umum
klien, menentukan intervensi yang
akan dilakukan
2. Monitor warna kulit, suhu, edema, 2. Mengidentifi kasi adanya tanda-tanda
waktu pengisian kapiler komplikasi lainnya
3. Tinggikan kaki 20˚ atau lebih tinggi 3. Mempelancar sirkulasi darah dari
dari jantung pembuluh darah di kaki ke tubuh
4. Ubah posisi pasien setiap 2 jam 4. Perubahan posisi dapat melancarkan
aliran darah keseluruh tubuh
5. Latihan ROM pasif dan aktif terutama 5. Meningkatkan aliran darah keseluruh
pada eksremitas bawah tubuh
6. Pertahankan hidrasi yang cukup 6. Mencegah terjadinya syok
7. Berikan obat antikoagulan atau 7. Antikoagulan dan antipletelet berguna
antipletelet jika dibutuhkan untuk menghambat pembekuan darah
2.2.4 Implentasi
dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
2.2.5 Evaluasi