TINJAUAN PUSTAKA
5
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit dari saringan (glomerulus) glomerulonephritis
2) Infeksi kuman, peilonefritis, urethritis
3) Batu ginjal (nefrolitiasis)
4) Kista di ginjal ( polcystis kidney)
5) Trauma langsung pada ginjal
6) Keganasan pada ginjal
7) Sumbatan : batu, tumor, penyempitan
b. Penyakit umum diluar ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
2) Dyslipidemia
3) Systemic lupus erythematosus (SLE)
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsia
6) Obat-obatan
7) Kehilangan banyak cairan Luka
Menurut (Lappin, Onecia Benjamin, 2022) , berbagai penyakit kronis
dapat menyebabkan gagal ginjal kronis, di Amerika Diabetes melitus adalah
penyebab utama penyakit gagal ginjal kronis. Penyebab lainnya antara lain:
1. Hipertensi
2. Penyakit pembulih darah
3. Penyakit glomerulus (primer atau sekunder)
4. Penyakit ginjal kistik
5. Penyakit tubulointerstisial
6. Obstruksi atau disfungsi saluran kemih
7. Penyakit batu ginjal berulang
8. Cacat bawaan (lahir) pada ginjal atau kandung kemih
9. Cedera ginjal akut yang belum pulih
10. Obat-pbatan tertentu termasuk obat antiinflamasi, nonsterois (NSAID),
inhibitor kalsineurin dan antiretroviral.
6
2.1.3 Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD)
Menurut Chronic Kidney Disease Improving Global Outcomes
(CKDIGO): proposed classification (KDIGO, 2013), CKD dapat diklasifikasikan
menurut 2 hal, yaitu:
1. Menurut penurunan faal ginjal berdasarkan tes albumin-kreatinin klirens
Table 2.1 Klasifikasi penurunan faal ginjal menurut Chronic Kidney
Disease Improving Global Outcomes (CKDIGO)
Kategori AER ACR (approximates Keterangan
(mg/24 equivalent)
jam) (mg/mmol) (mg/g)
A1 <30 <30 <30 Normal
A2 30-300 3-30 30-300 Sedang *
A3 >300 >30 >300 Berat**
* Berhubungan dengan remaja dan dewasa
** termasuk dalam Nephrotic Syndrom; ekskresi albumin >2200 mg/24 jam
2. Menurut derajat (stage) CKD berdasarkan penurunan GFR, yaitu:
Table 2.2 Klasifikasi penurunan GFR
Stage GFR(ml/mnt/ Keterangan
2
1,73 m )
1 ≥90 Kidney damage with normal or ↑ GFR
(Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑)
2 60-89 Kidney damage with mild ↓ GFR (Kerusakan
ginjal dengan LFG ↓ atau ringan)
3 30-59 Moderate ↓ GFR (Kerusakan ginjal dengan
LFG ↓ atau sedang)
4 15-29 Severe ↓ GFR (Kerusakan ginjal dengan LFG ↓
atau berat)
5 <15 atau Kidney failure (gagal ginjal)
dialisis
7
a) Berdasarkan Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO)
Tabel 2.3 Manifestasi CKD berdasarkan Kidney Disease Improving Global
Outcomes (KDIGO) (2013)
Chronic Kidney Disease (CKD)
Stage 1 Normal renal Function GFR
(90 ml/min)
Stage 2 Mild Impairment (GFR 60- Asymptomatic
89 ml/min)
Stage 3 Moderate Impairment (GFR Anemia, fatigue, muscle
30-59 ml/min) cramps
Stage 4 Severe impairment (GFR In addition: anorexia. Nausea,
15-29 ml/min) insomnia, neuropathy, gout
Stage 5 End stage renal disease In addition: itch, headache,
(GFR <15 ml/min) cognitive impairment; death
8
f) Hiperfosfatemia dan hipokalsemia (akibat defisiensi vitamin D3
cholecalciferol yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan membantu
menyerap kalsium dan fosfor di dalam tubuh)
2.1.6 Patofisiologi
Gagal ginjal kronis dimulai fase awal gangguan, keseimbangan cairan,
penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung
pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,
manifestasi klinis ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang
sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan
kecepatan filtrasi, reabsorpsi dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi. Seiring
dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi
tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya
9
mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada
nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat
penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran
darah ginjal akan berkurang. Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin
banyak terbentuk jaringan parut sebagai respons dari kerusakan nefron dan secara
progresif fungsi ginjal turun drastis dengan manifestasi penumpukan metabolitme
metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi
sindrom uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap organ
tubuh. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan
sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperburuk kondisi
gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma
(Harmilah, 2020)
1
3) CT Scan: pemeriksaan paling sensitif untuk mengidentifikasi
adanya batu ginjal yang menyebabkan terjadinya sumbatan
4) MRI: mendeteksi adanya trombosis vena renalis.
5) Endoskopi ginjal (nefroskopi): menentukan pelvis ginjal,
keluarnya batu, hematuria, dan pengangkatan tumor selektif
6) Arteriogram ginjal: menilai sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler.
7) Retrogade atau anterogade pyelography: dapat digunakan lebih
baik untuk mendiagnosis dan menghilangkan obstruksi traktus
urinarius
2. Pengkajian Edema
Edema adalah penumpukan cairan yang berlebihan dalam jaringan
Penyebab edema :
a. Peningkatan perneabilitas kapiler
b. Berkurangnya protein plasma
c. Peningkatan tekanan hidrostatik
d. Obstruksi limoa sekunder
e. Peningkatan tekanan koloid osmotic dalam jaringan
f. Retensi natrium dana air
Lokasi pemeriksaan/ daerah terjainya edema yaitu di daerah
sacrum, di atas tibia dan pergelangan kaki Penilaian derajat edema
a. Derajat I: kedalaman 1-3 mm dengan waktu kembali 3 detik
b. Derajat II: kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
c. Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembalu 7 detik
d. Derajat : IV : kedalamannya 7 mm atau lebih dengan waktu kembali 7
menit
1
Gambar 2.1
Pengkajian Edema
1
2.2.2 Indikasi Hemodialisis
Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) merekomendasikan
untuk mempertimbangkan manfaat dan risiko memulai terapi pengganti ginjal
pada pasien dengan perkiraan laju filtrasi glomerulus kurang dari 15
mL/menit/1,73m2 atau stage (Zasra, Harun, & Azmi, 2018).
1
2.3. Konsep Nyeri
2.3.1 Definisi Nyeri
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016a)
Ginj
1
Penurunan GFR
Me kanis e Kompensasi
CKD
PenurunanNitrit toxid
Port Entry Mikroorganisme aktivasi RAAS
1
Hipertensi Intradialis
1
a. Riwayat Penyakit Keluarga Pengkajian ini perawat menyakan riwayat
penyakit yang pernah di derita oleh keluarga pasien.
b. Riwayat Psikososial yang meliputi kebiasaan, perasaan, dan emosi
pasien terkait kondisi atau penyakit yang sedang dialami oleh pasien.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaaan umum : meliputi kondisi pasien, tanda-tanda vital pasien,
berat badan, tinggi badan.
b. Pemeriksaan Head Toe to Toe
1) Pemeriksaan kepala inspeksi penyebaran rambut ,warna bentuk
kepala, pada pasien gagal ginjal biasanya terjadi kerontokan
rambut. Palpasi : adakah nyeri tekan, adakah benjolan pada kepala
Wajah : biasanya terlihat pucat, lesu, adakah lesi atau tidak
Mata : konjungtiva anemis, simetris atau tidak pada mata
Hidung : Inspeksi : kesimetrisan hidung, adanya pernafasan cuping
hidung Mulut : inspeksi : sianosis, mulut kering, perdarahan tau
tidak pada gusi, adanya sariawan.
Leher : nyeri tekan, adanya akses CDL pada leher, pembengkakan
vena jugularis atau tidak
2) System Integumen : pruritus, kulit bersisik, perubahn kulit menjadi
warna hitam, gatal akibat uremic.
3) Sistem Pernafasan : bentuk dada, pernafasan dyspnea, batuk,
sputum, pada pasien gagal ginjal kronik biasanya pasien
mengalaim dipsnea.
4) Sistem kardiovaskuler : bunyi jantung tambahan, ictus cordis
tidak teraba, batas jantung, nadi : bradikardi, takikardi, arirmia,
cardiomegaly.
5) Sistem Gastrointestnial : adanya mual muntah, polifagi, diare,
dehidrasi, adanya acites, bentuk buncit atau datar
6) Sistem Eliminasi ; Urinaria ; poliuri, inkontinensia urin, retensi
urin, nyeri saat Bak, hematuria . Bab : Kontipasi, hemoroid
7) Sistem Muskuloskeletal : Biasanya pada pasien GGk adanya
Edema pada ekstremitas atas dan bawah, oedem pada wajah , dan
kelemahan otot
1
2.4.2 Diagnosa Keperawatan (SDKI)
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. diagnosis
keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis negatif dan diagnosis
positif . diagnosis negatif menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sakit atau
beresiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan mengarahkan
pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan
pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko.
Sedangkan diagnosis positif menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sehat dan
dapat mencapai kondisi yang lebih sehat dan optimal. Diagnosis ini disebut juga
dengan Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP, 2015)
Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas penyebab dan
tanda/gejala. Pada diagnosis resiko tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala,
hanya memiliki faktor resiko. Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data
pasien. Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal
kronis adalah sebagai berikut : (Brunner & Suddarth., 2013 & Tim Pokja SDKI,
2016).
1. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan, gangguan mekanisme regulasi,
kelebihan asupan natrium (D.0022)
2. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan, factor psikologis
(D.0019)
3. Nausea b.d gangguan biokimiawi, factor psikologis (D.0076)
4. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis kimiawi fisik (D.0077)
5. Keletihan b.d kondisi fisiologis, stress berlebihan, depresi (D.0057)
6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)
7. Gangguan Pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,
perubahan membrane alveoulus-kapiler (D.0003)
8. Gangguan Integritas Kulit b.d perubahan status nutrisi, kelebihan volume
cairan, neuropati perifer (D.0129)
1
9. Perfusi Perifer Tidak efektif b.d hiperglikemia, penurunan konsentrasi
hemoglobin, peningkatan tekanan darah, kurang aktivitas fisik (D.0009)
10. Risiko Penurunan Curah Jantung b.d perubahan frekuensi jantung,
perubahan irama jantung (D.0011)
1
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x5jam, maka tingkat nyeri
menurun dengan kriteria hasil (L.08066) :
a. Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat b.
Keluhan nyeri menurun
c. Meringis menurun d.
Gelisah menurun
e. Kesulitan tidur menurun f.
Frekuensi nadi membaik g.
Tekanan darah membaik h. Pola
nafas membaik
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x5jam, maka tingkat
keletihan menurun dengan kriteria hasil (L.05046) :
a. Tenaga meningkat
b. Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat c.
Motivasi meningkat
d. Lesu menurun
e. Nafsu makan membaik f.
Pola nafas membaik
Setelah dilakukan intrevensi keperawatan selama 1x5jam, maka toleransi
aktivitas meningkat dengan kriteria hasil (L.05047) :
a. Frekuensi nadi meningkat b.
Keluhan lelah menurun
c. Dispnea setelah beraktivitas menurun d.
Warna kulit membaik
e. Tekanan darah membaik
f. Frekuensi napas membaik g.
Tekanan darah membaik
Setelah dilakukan intrevensi keperawatan selama 1x5jam, maka pertukaran gas
meningkat dengan kriteria hasil (L.01003) :
a. Tingkat kesadaran meningkat b.
Dispnea menurun
c. Bunyi nafas tambahan menurun
20
d. Takikardia menurun
e. Pola nafas membaik f.
Gelisah menurun
g. Pusing menurun
Setelah dilakukan intrevensi keperawatan selama 1x5jam, maka Integritas Kulit
meningkat dengan kriteria hasil (L.14125) :
a. Elastisitas meningkat b.
Tekstur membaik
Setelah dilakukan intrevensi keperawatan selama 1x5jam, maka Perfusi Perifer
meningkat dengan kriteria hasil (L.02011) :
a. Warna kulit pucat menurun b.
Akral membaik
c. Turgor kulit membaik d.Tekanan darah
sistolik membaik e.Tekanan darah
diastolic membaik
Setelah dilakukan intrevensi keperawatan selama 1x5jam, maka Curah Jantung
meningkat dengan kriteria hasil (L.02008) :
a. Kekuatan nadi perifer meningkat b.
Lelah menurun
c. Edema menurun
d. Tekanan darah membaik
21
g. Batasi asupan cairan dan garam
o
h. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40
Edukasi
i. Anjurkan melapor jika haluaran urine <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam j.
Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari
k. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
l. Kolaborasi pemberian diuretik
Manajemen Energi (I.05178)
Observasi
a. Monitor kelelahan fisik dan emosional b.
Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik
c. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Edukasi
d. Anjurkan tirah baring
e. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
22
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2
Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. Kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
Berikan makan dalam jumlah kecil dan menarik
Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
Edukasi
Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang
mual
Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
(mis. Biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
Manajemen Nyeri (I. 08238)
Observasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
2
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi Aktivitas/Istirahat (1.12362)
Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis. kelelahan,
sesak nafas saat aktivitas)
Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan