Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

ADE NOVIRA
NIM.70900121015

PEMBIMBING

CI LAHAN CI INSTITUSI

(........................................) (........................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, atas rahmat dan
hidayah-Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga laporan pendahuluan
Chronic Kidney Disease (CKD) terselesaikan. Tak lupa pula kita kirimkan salam
dan salawat kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah mengantarkan kita dari
alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang sampai sekarang ini.

Dalam usaha menyusun Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan


pada kasus Chronic Kidney Disease (CKD), dihadapkan dengan berbagai
hambatan dan tantangan, namun atas bantuan, bimbingan, serta izin Allah Swt
akhirnya hambatan dan tantangan tersebut dapat diatasi serta mencapai tahap
penyelesaian.

Dalam penyusunan ini tidak menutup kemungkinan


adanya kekurangan, oleh karena itu, kritikan dan saran penyempurnaan sangat
penulis harapkan. Semoga Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada
kasus Chronic Kidney Disease (CKD) dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Makassar, 25 April 2022

Ade Novira
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Gagal ginjal kronis

1. Pengertian

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan


gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) (Smeltzer & Bare, 2001)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun) (Price & Wilson,
2005)
Gagal ginjal kronis adalah kondisi penyakit pada ginjal yang persisten
(keberlangsungan lebih dari 3 bulan dengan kerusakan ginjal dan kerusakan
glomerulus filtration rate (GFR) dengan angka GFR <60ml/menit/1.73m2
(MC Cllelan (2006).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gagal
ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
ireversible dan sudah berlangsung lama, sehingga mengakibatkan gangguan
yang persisten dan mengganggu berbagai sistem tubuh.

2. Klasifikasi Gagal ginjal kronis

Perlu diketahui klasifikasi dari derajat gagal ginjal kronis untuk


mengetahui tingkat prognosanya. (Prabowo,Eko.2014)
GFR
Stage Deskripsi
(ml/menit/1.73m2)
Kidney damage with normal or increase
1 ≥ 90
of GFR
2 Kidney damage with mild decrease GFR 60-89
3 Moderate decrease of GFR
4 Severe decrease of GFR
5 Kidney Failure <15 ( or dialysis)
3. Etiologi

Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari


penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illnes).
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada
penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis diantaranya (Prabowo,Eko.2014) :
a. Penyakit dari ginjal :
1) Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis.
2) Infeksi kronis : pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal : nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal : polcystis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
b. Penyakit umum di luar ginjal:
1) Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
2) Dyslipidemia
3) SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
4) Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklampsia
6) Obat-obatan
7) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)

4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang
rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah, akan semakin berat.
a). Gangguan klirens ginjal

Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut
filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin
akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar
nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum
merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh
penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme
(jaringan dan luka RBC) dan medikasi seperti steroid.
b). Retensi cairan dan ureum

Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin


secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak
terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko
terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi
juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama
keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai
kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi
dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air
dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
c). Asidosis

Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis


metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama
akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia
(NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan
ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.
d). Anemia

Anemia timbul sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak


adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi
eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina
dan sesak napas.
e). Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat

Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan


metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh
memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat,
maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui
glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan
sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium
serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid.
Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada
tulang dan pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D
(1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun
f). Penyakit tulang uremik

Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium,


fosfat dan keseimbangan parathormon.

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis berkembang seiring waktu jika
kerusakan ginjal berlangsung lambat. Tanda dan gejala penyakit ginjal
mungkin termasuk (Kardiyudiani & Brigitta 2019) :
a). Mual

b). Muntah

c). Kehilangan nafsu makan

d). Kelelahan dan kelemahan

e). Masalah tidur

f). Perubahan volume dan frekuensi buang air kecil

g). Otot berkedut dan kram

h). Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki

i). Gatal terus menerus

j). Nyeri dada jika cairan menumpuk di dalam selaput jantung

k). Sesak napas jika cairan menumpuk di paru-paru

l). Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan

6. Pemeriksaan Penunjang

1) Urin
• Volume : biasanya kurang dari 400cc/24 jam atau tak ada (anuria)
• Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan
menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
• Berat jenis; kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
• Osmoalitas; kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
• Klirens kreatinin; menurun
• Natrium; lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
• Protein; derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
2) Darah
• BUN/kreatinine meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
• Hb menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/db
• SDM; menurun, defisiensi eritropoitin
• GDA; asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
• Natrium serum; rendah
• Kalium; meningkat
• Magnesium; meningkat
• Kalsium; menurun
• Protein (albumin); menurun
3) Osmolalitas serum; lebih dari 285 mOsm/kg
4) Pelogram retrograd; abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5) Ultrasono ginjal; menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
6) Endoskopi ginjal, nefroskopi; untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7) Arteriogram ginjal; mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa
8) EKG; ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
9) Foto polos abdomen; menunjukkan ukuran ginjal/ureter /kandung kemih
dan adanya obstruksi (batu).
GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault :

Laki-laki :

( 140 - umur ) x BB ( kg )
CCT =
72 x Kreatinin serum ( mg/dl )

Wanita :

(140 - umur) x BB (kg)


CCT = x 0,85
72 x Kreatinin serum (mg/dl)

Perhitungan terbaik LFG adalah dengan menentukan bersihan kreatinin


yaitu :
Kreatinin Urin (mg/dl ) x Vol. Urin ( mL/24 jam)
Bersihan Kreatinin =
Kreatinin serum (mg/dl ) x 1440 menit

Nilai normal :

Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau 0,93 - 1,32 mL/detik/m2

Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85 - 1,23 mL/detik/m2

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah
(Prabowo, 2014)) :
1) Penyakit Tulang. Penurunan kadar kalsium secara langsung akan
mengakibatkan dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan
menjadi rapuh dan jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur
pathologis.
2) Penyakit Kardiovaskuler. Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik
akan berdampak secara sistemik berupa hipertensi, kelainan lifid,
intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering terjadi
hipertrofi ventrikel kiri).
3) Anemia. Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam
rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami
defiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4) Disfungsi seksual. Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka
libido sering mengalami penurunan dan terjadi impoten pada pria.
Pada wanita dapat terjadi hiperprolaktinemia.
8. Pathway

Tindakan Invasif

Rangsangan
mekanik

Serabut A
bermeilin

Korteks otak

Persepsi nyeri

Nyeri Akut

Gangguan
pertukaran
Gas
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan (Prabowo,2014)

a. Identitas

Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun


lakilaki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan
pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari
insidensi gagal ginjal akut.

b. Keluhan utama : sangat bervariasi, keluhan berupa urine output menurun


(oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi
pada sistem sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, fatigue,
napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena
penumpukan zat sisa metabolisme/toksik dalam tubuh karena ginjal
mengalami kegagalan filtrasi.
c. Riwayat penyakit sekarang : Pada klien dengan gagal ginjal kronis
biasanya terjadi penurunanurine output, penurunan kesadaran,
penurunan pola nafas karena komplikasi dari gangguan sistem ventilasi,
fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain itu,
karena berdampak pada metabolisme, maka akan terjadi anoreksia,
nausea, dan vomit sehingga beresiko untuk terjadi gangguan nutrisi.
d. Riwayat penyakit dahulu: informasi penyakit terdahulu akan menegaskan
untuk penegakan masalah. Kaji penyakit pada saringan (glomerulus):
glomerulonefritis, infeksi kuman; pyelonefritis, ureteritis, nefrolitiasis,
kista di ginjal: polcystis kidney, trauma langsung pada ginjal,
keganasan pada ginjal, batu, tumor, penyempitan/striktur, diabetes
melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, infeksi di badan: TBC paru, sifilis,
malaria, hepatitis, preeklamsi.
e. Riwayat Kesehatan keluarga. Gagal ginjal kronis bukan penyakit
menular atau menurun, sehingga silsilah keluarga tidak terlalu
berdampak pada penyakit ini. Namun pencetus sekunder seperti DM
dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap penyakit gagal ginjal kronik,
karena penyakit tersebut bersifat herediter.
f. Fokus Pengkajian (Doenges, 2000).

1. Aktifitas /istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem; kelemahan malaise; Gangguan tidur

(insomnis/gelisah atau somnolen)

Tanda; kelemahan otot; kehilangan tonus; penurunan rentang gerak

2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat; Palpitasi, nyeri dada
(angina)

Tanda : Hipertensi; nadi kuat; edema jaringan umum dan piting pada

kaki dan telapak tangan; Disritmia jantung; Nadi lemah halus;


hipotensi ortostatik; Friction rub perikardial; Pucat pada kulit;
Kecenderungan perdarahan
3. Integritas ego
Gejala : Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain;
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap
lanjut); Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda : Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat
berawan; Oliguria, dapat menjadi anuria
5. Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi);
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada
mulut (pernafasan amonia)
Tanda : Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir);
Perubahan turgor kuit/kelembaban; Edema (umum, tergantung);
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah; Penurunan otot, penurunan
lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur; Kram otot/kejang, sindrom
kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki;
Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah
(neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.; Kejang, fasikulasi otot,
aktivitas kejang; Rambut tipis, uku rapuh dan tipis.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyei panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki

Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

8. Pernapasan
Gejala : Napas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk
dengan/tanpa Sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul; Batuk produktif
dengan sputum merah muda encer (edema paru)
9. Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi

Tanda : Pruritus; Demam (sepsis, dehidrasi)

10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas

11. Interaksi sosial


Gejala : Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.
12. Penyuluhan : Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit
pokikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria; Riwayat terpajan
pada toksin, contoh obat, racun lingkungan; Penggunaan antibiotik
retroteksik saat ini berulang.

A. Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan pada pasien dengan ca mammae (PPNI, 2016)
1. Masalah : Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Batasan Karakteristik :
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

Mengeluh nyeri a. Tampak meringis


b. Bersikap protektif (mis.
waspada, posisi menghindari
nyeri)
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif

(tidak tersedia) Tekanan darah meningkat

Pola nafas berubah

Nafsu makan berubah

Proes berfikir terganggu

Menarik diri

Berfokus pada diri sendiri

diaforesis

Faktor yang Berhubungan


a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2. Masalah: Intoleransi Aktivitas
Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Batasan Karakteristik

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
Mengeluh lelah 1. Frekuensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Dispnea saat/setelah aktivitas 1. Tekanan darah berubah >20% dari
2. Merasa tidak nyaman setelah kondisi istirahat
beraktivitas 2. Gambaran EKG menunjukkan
3. Merasa lelah aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
4. Sianosis
Penyebab

1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
3. Masalah: Perfusi Perifer Tidak Efektif.
Definisi : Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh.
Penyebab:

a. Hiperglikemia
b. Penurunan konsentrasi gemoglobin
c. Peningkatan tekanan darah
d. Kekurangan volume cairan
e. Penurunan aliran arteri dan / atau vena
f. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. merokok,
gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam , imobilitas)
g. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. diabetes
melittus, hiperlipidemia)
h. Kurang aktivitas fisik.
Batasan Karakteristik :

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) a. Pengisian kapiler >3 detik.
b. Nadi perifer menurun atau
tidak teraba.
c. Akral teraba dingin.
d. Warga kulit pucat.
e. Turgor kulit menurun.
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif Objektif

a. Parastesia. a. Edema.
b. Nyeri ekstremitas b. Penyembuhan luka lambat.
(klaudikasi intermiten). c. Indeks ankle-brachial < 0,90.
d. Bruit femoral.

Kondisi Klinis Terkait.

a. Tromboflebitis.
b. Diabetes melitus.
c. Anemia.
d. Gagal Jantung kongenital.
e. Kelainan jantung kongenital/
f. Thrombosis arteri.
g. Varises.
h. Trombosis vena dalam.
i. Sindrom kompartemen.
B. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan
merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontektual dan residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam
menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat
terjadi pada klien (Nursalam, 2015). SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia) mendefinisikan intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
1. Masalah : Nyeri Akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan Nyeri akut menurun dengan
Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Sikap protektif menurun
d) Gelisah menurun
e) Frekuensi nadi membaik
f) Kesulitan tidur menurun
g) Tekanan darah membaik
h) Pola napas membaik
i) Nafsu makan membaik
j) Proses berfikir membaik
k) Menarik diri menurun
l) Berfokus pada diri sendiri menurun
m) Diaforesis menurun
Intervensi Rasional

Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, - Untuk mengetahui lokasi,
durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non - Untuk mengetahui skala nyeri
verbal - Untuk mengetahui mimik wajah
- Identifikasi faktor yang yang diperlihatkan pasien saat
memperberat dan memperingan nyeri muncul
nyeri - Untuk mengetahui apa saja yang
- Identifikasi pengetahuan dan memperberat dan memperingan
keyakinan tentang nyeri keadaan nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya - Untuk mengetahui pengetahuan
terhadap respon nyeri dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada - Untuk mengetahui bagaimana
kualitas hidup pengaruh budaya terhadap
- Monitor keberhasilan terapi respon nyeri
komplementer yang sudah - Untuk mengetahui pengaruh
diberikan nyeri pada kualitas hidup
- Monitor efek samping - Untuk mengetahui keberhasilan
penggunaan analgetik terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Untuk mengetahui efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Untuk mengurangi rasa nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis
yang dirasakan pasien
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan) - Untuk mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur yang dirasakan pasien dan
memberikan kenyamanan

- Pertimbangkan jenis dan sumber


- Untuk mengurangi rasa nyeri
nyeri dalam pemilihan strategi
yang dirasakan pasien
meredakan nyeri
- Agar strategi yang diberikan bisa
efektif dalam meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan - Untuk memberikan pemahaman
pemicu nyeri agar pasien tidak gelisah saat
nyeri timbul
- Jelaskan strategi meredakan - Untuk mengontrol mengatasi
nyeri nyeri ketika nyeri muncul
- Anjurkan memonitor nyeri - Untuk memanajemen nyeri
secara mandiri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan - Penggunaan analgetik yang tepat
analgetik secara tepat dapat mengurangi rasa nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis - Untuk menghindari peningkatan
untuk mengurangi rasa nyeri nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, - Untuk membantu menekan rasa
jika perlu nyeri

2. Masalah : Intoleransi Aktivitas


Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama …x… jam, diharapkan
toleransi aktivitas meningkat dengan Kriteria hasil:
a. Frekuensi nadi menurun
b. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
c. Kecepatan berjalan meningkat
d. Jarak berjalan meningkat
e. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
f. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
g. Keluhan lelah menurun
h. Dispnea saat aktivitas menurun
i. Dispnea setelah aktivitas menurun
j. Perasaan lemah menurun
k. Aritmia saat aktivitas menurun
l. Aritmia setelah aktivitas menurun
m. Sianosis menurun
n. Tekanan darah membaik
o. Frekuensi napas membaik
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen Energi
Observasi
- Identifikasi gangguan -Untuk menghindari
fungsi tubuh yang terjadinya letih
mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik -Untuk mengetahui status
dan emosional kelelahan klien dan
tingkat emosi
- Monitor pola dan jam - Untuk mengetahui
tidur kualitas tidur pasien
-Untuk mengetahui
- Monitor lokasi dan tingkat kemampuan klien
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
-Agar klien merasa
nyaman
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah -Melatih ekstermitas
stimulus (misalnya pasien untuk berlatih
cahaya, suara, kunjungan) dalam batas aman
- Lakukan latihan gerak -Distraksi bermanfaat
pasif dan/atau aktif dalam memberikan
-Berikan aktivitas distraksi ketenangan
yang menenangkan -Pemenuhan aktivitas
-Fasilitasi duduk di tempat klien
tidur, jika tidak berpindah
atau berjalan
Edukasi -Aktivitas yang
-Anjurkan tirah baring berlebihan akan
memperburuk keadaan
-Anjurkan melakukan klien
aktivitas secara bertahap - Meningkatkan
-Ajarkan strategi koping kemampuan klien dalam
untuk mengurangi melakukan aktivitas
kelelahan -Manifestasi koping
Kolaborasi maladaptif mungkin
-Kolaborasi dengan ahli dapat meningkatkan
gizi tentang cara kelelahan
meningkatkan asupan
makanan -Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk membantu
memilih makanan yang
dapat memenuhi
kebutuhan tubuh klien
DAFTAR PUSTAKA

Brrnner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta
:EGC
Endy, M.Clevo & Margareth TH. 2002.Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah.Yogjakarta : Nuha Medika
Kardiyudiani & Susanti,Brigitta A.D. (2019). Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta : Pustaka Baru
Padila. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogjakarta : Nuha Medika
Prabowo, Eko & Pranata, A.E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta : Naha Medika
Price SA. 2006. Patofisiologi:Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume
2.Edisi 6.Jakarta .EGC
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI..

Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas), (2018) Prevalensi kasus CKD di Indonesia


dan NTT
WHO (2015) Angka kejadian penderita CKD di dunia

Anda mungkin juga menyukai