ADE NOVIRA
NIM.70900121015
PEMBIMBING
CI LAHAN CI INSTITUSI
(........................................) (........................................)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, atas rahmat dan
hidayah-Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga laporan pendahuluan
Chronic Kidney Disease (CKD) terselesaikan. Tak lupa pula kita kirimkan salam
dan salawat kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah mengantarkan kita dari
alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang sampai sekarang ini.
Ade Novira
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Gagal ginjal kronis
1. Pengertian
4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang
rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah, akan semakin berat.
a). Gangguan klirens ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut
filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin
akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar
nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum
merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh
penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme
(jaringan dan luka RBC) dan medikasi seperti steroid.
b). Retensi cairan dan ureum
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis berkembang seiring waktu jika
kerusakan ginjal berlangsung lambat. Tanda dan gejala penyakit ginjal
mungkin termasuk (Kardiyudiani & Brigitta 2019) :
a). Mual
b). Muntah
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Urin
• Volume : biasanya kurang dari 400cc/24 jam atau tak ada (anuria)
• Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan
menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
• Berat jenis; kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
• Osmoalitas; kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
• Klirens kreatinin; menurun
• Natrium; lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
• Protein; derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
2) Darah
• BUN/kreatinine meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
• Hb menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/db
• SDM; menurun, defisiensi eritropoitin
• GDA; asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
• Natrium serum; rendah
• Kalium; meningkat
• Magnesium; meningkat
• Kalsium; menurun
• Protein (albumin); menurun
3) Osmolalitas serum; lebih dari 285 mOsm/kg
4) Pelogram retrograd; abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5) Ultrasono ginjal; menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
6) Endoskopi ginjal, nefroskopi; untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7) Arteriogram ginjal; mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa
8) EKG; ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
9) Foto polos abdomen; menunjukkan ukuran ginjal/ureter /kandung kemih
dan adanya obstruksi (batu).
GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault :
Laki-laki :
( 140 - umur ) x BB ( kg )
CCT =
72 x Kreatinin serum ( mg/dl )
Wanita :
Nilai normal :
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah
(Prabowo, 2014)) :
1) Penyakit Tulang. Penurunan kadar kalsium secara langsung akan
mengakibatkan dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan
menjadi rapuh dan jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur
pathologis.
2) Penyakit Kardiovaskuler. Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik
akan berdampak secara sistemik berupa hipertensi, kelainan lifid,
intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering terjadi
hipertrofi ventrikel kiri).
3) Anemia. Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam
rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami
defiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4) Disfungsi seksual. Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka
libido sering mengalami penurunan dan terjadi impoten pada pria.
Pada wanita dapat terjadi hiperprolaktinemia.
8. Pathway
Tindakan Invasif
Rangsangan
mekanik
Serabut A
bermeilin
Korteks otak
Persepsi nyeri
Nyeri Akut
Gangguan
pertukaran
Gas
B. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Identitas
1. Aktifitas /istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem; kelemahan malaise; Gangguan tidur
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat; Palpitasi, nyeri dada
(angina)
Tanda : Hipertensi; nadi kuat; edema jaringan umum dan piting pada
8. Pernapasan
Gejala : Napas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk
dengan/tanpa Sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul; Batuk produktif
dengan sputum merah muda encer (edema paru)
9. Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
A. Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan pada pasien dengan ca mammae (PPNI, 2016)
1. Masalah : Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Batasan Karakteristik :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Menarik diri
diaforesis
a. Hiperglikemia
b. Penurunan konsentrasi gemoglobin
c. Peningkatan tekanan darah
d. Kekurangan volume cairan
e. Penurunan aliran arteri dan / atau vena
f. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. merokok,
gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam , imobilitas)
g. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. diabetes
melittus, hiperlipidemia)
h. Kurang aktivitas fisik.
Batasan Karakteristik :
a. Parastesia. a. Edema.
b. Nyeri ekstremitas b. Penyembuhan luka lambat.
(klaudikasi intermiten). c. Indeks ankle-brachial < 0,90.
d. Bruit femoral.
a. Tromboflebitis.
b. Diabetes melitus.
c. Anemia.
d. Gagal Jantung kongenital.
e. Kelainan jantung kongenital/
f. Thrombosis arteri.
g. Varises.
h. Trombosis vena dalam.
i. Sindrom kompartemen.
B. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan
merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontektual dan residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam
menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat
terjadi pada klien (Nursalam, 2015). SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia) mendefinisikan intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
1. Masalah : Nyeri Akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan Nyeri akut menurun dengan
Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Sikap protektif menurun
d) Gelisah menurun
e) Frekuensi nadi membaik
f) Kesulitan tidur menurun
g) Tekanan darah membaik
h) Pola napas membaik
i) Nafsu makan membaik
j) Proses berfikir membaik
k) Menarik diri menurun
l) Berfokus pada diri sendiri menurun
m) Diaforesis menurun
Intervensi Rasional
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, - Untuk mengetahui lokasi,
durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non - Untuk mengetahui skala nyeri
verbal - Untuk mengetahui mimik wajah
- Identifikasi faktor yang yang diperlihatkan pasien saat
memperberat dan memperingan nyeri muncul
nyeri - Untuk mengetahui apa saja yang
- Identifikasi pengetahuan dan memperberat dan memperingan
keyakinan tentang nyeri keadaan nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya - Untuk mengetahui pengetahuan
terhadap respon nyeri dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada - Untuk mengetahui bagaimana
kualitas hidup pengaruh budaya terhadap
- Monitor keberhasilan terapi respon nyeri
komplementer yang sudah - Untuk mengetahui pengaruh
diberikan nyeri pada kualitas hidup
- Monitor efek samping - Untuk mengetahui keberhasilan
penggunaan analgetik terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Untuk mengetahui efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Untuk mengurangi rasa nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis
yang dirasakan pasien
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan) - Untuk mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur yang dirasakan pasien dan
memberikan kenyamanan
Brrnner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta
:EGC
Endy, M.Clevo & Margareth TH. 2002.Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah.Yogjakarta : Nuha Medika
Kardiyudiani & Susanti,Brigitta A.D. (2019). Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta : Pustaka Baru
Padila. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogjakarta : Nuha Medika
Prabowo, Eko & Pranata, A.E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta : Naha Medika
Price SA. 2006. Patofisiologi:Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume
2.Edisi 6.Jakarta .EGC
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.