Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN CKD

1.1. Konsep Dasar Teori


1.1.1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulusfiltration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)didefinisikan sebagai kondisi di
mana ginjal mengalami penurunan fungsi secara
lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh g
agal dalammempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
Penyakit ginjal kronik (PGK) atau Chronic Kidney disease (CKD) menjadi
problem kesehatan yang besar di seluruh dunia. Perubahan yang besar ini
mungkin karena berubahnya penyakit yang mendasari patogenesis dari PGK.
Beberapa dekade yang lalu penyakit glomerulonefritis merupakan penyebab
utama dari PGK. Saat ini infeksi bukan merupakan penyebab yang penting dari
PGK. Dari berbagai penelitian diduga bahwa hipertensi dan diabetes merupakan
dua penyebab utama dari PGK (Chang dan Rhaimond, 2008).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang
progresif dan irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Suyono, 2010)

1
2

1.1.2. Etiologi
1) Gout menyebabkan nefropati gout.
2) Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
3) SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
4) Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
5) Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
6) Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke penyakit
7) ginjal genetik).
1.1.3. Klasifikasi
Menurut KDIGO 2013, Penyakit ginjal kronik dibagi menjadi 6 stadium
yaitu:
Kategori LFG pada PGK (KDIGO, 2013)
Kategori LFG (ml/min/1.73 Batasan
LFG m2)
G1 ≥90 normal atau tinggi
G2 60-89 Penurunan Ringan
G3a 45-59 Penurunan Ringan Sampai Sedang
G3b 30-44 Penurunan Sedang Sampai Berat
G4 15-29 Penurunan Berat
G5 <15 Gagal Ginjal

Cronic Kidney Disease (CKD) pada dasarnya pengelolaan tidak jauh


beda dengan cronoic renal failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD
lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan pada kasus secara dini,
karena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa masih
dalam stage- stage awal yaitu 1 dan 2. Secara konsep CKD untuk menentukan
derajat (stage) menggunakan terminology CCT (Clearance Creatinin Test)
dengan rumus stage 1 sampai stage 5. Sedangkan CRF (Cronic Renal Failure)
hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3
atau datang dengan terminal stage bila menggunak istilah CRF.
3

1) Gagal ginjal kronik/ Cronic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium:


a) Stadium I:
1. Penurunan cadangan ginjal
2. Kreatin serum dan kadar BUN normal
3. Asimptomatik
4. Tes beban kerja pada ginjal : pemekatan kemih, tes GFR
b) Stadium II : Insufisiensi ginjal
1. Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
2. Kadar kreatinin serum meningkat
3. Nokturia dan poliuria (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat infusiensi ginjal:
a. Ringan
40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b. Sedang
15% - 40% fungsi ginjal normal
c. Kondisi berat
2% - 20% fungsi ginjal normal
c) Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
1. Kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
2. Ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
3. Air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma
2) KDOQ (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan
pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju
Filtrasi Glomerolus)
a) Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten
dan LFG yang masih normal ( > 90 ml/ menit/ 1,73 m2)
b) Stadium 2: kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara
60- 89 mL/ menit/ 1,73 m2)
c) Stadium III: kelainan ginjal dengan LFG antara 30- 59 mL/ menit/ 1,73
m2)
d) Stadium IV: kelainan ginjal dengan LFG antara 15- 29 mL/ menit/ 1,73
m2)
4

e) Stadium V: kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/ menit/ 1, 73 m2 atau


gagal ginjal terminal

1.1.4. Tanda dan Gejala


Pada GGK semua sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia.
Keparahan gejala klinis tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien. Gejala klinis yang muncul antara
lain:

1) Manifestasi kardiovaskuler mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan


natrium dari aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron), piting edema,
edema periorbital, frikction rub pericardial dan pembesaran vena leher.
2) Gejala integumen mencakup : warna kulit abu-abu mengkilat, rasa gatal
yang parah (pruritus), kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh,
rambut tipis dan kasar.
3) Gejala gastrointestinal mencakup : napas berbau ammonia, ulserasi dan
perdarahan pada mulut, anoreksia, mual, muntah, cegukan, konstipasi dan
diare, perdarahan dari saluran GI.
4) Gejala Pulmoner mencakup : krekels, sputum kental, napas dangkal dan
pernapasan kussmaul.
5) Gejala neurologi mencakup : konfusi (perubahan tingkat kesadaran), tidak
mampu berkonsentrasi, kelemahan dan keletihan, disorientasi, kejang,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, dan perubahan
perilaku.
6) Gejala musculoskeletal mencakup : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur
tulang dan foot drop.
7) Gangguan system reproduktif mencakup amenore dan atropi testikuler.

1.1.5. Patofisiologi
Pada gagal ginjal terjadi penurunan fungsi renal yang mengakibatkan
produk akhir metabolisme protein tidak dapat diekskresikan ke dalam urine
sehingga tertimbun didalam darah yang disebut uremia. Uremia dapat
5

mempengaruhi setiap system tubuh, dan semakin banyak timbunan produk


sampah uremia maka gejala yang ditimbulkan semakin berat.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) mengakibatkan klirens kreatinin
akan menurun sehingga kreatinin darah akan meningkat. Kadar nitrogen urea
darah (BUN) biasanya juga meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator
yang paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara
konstan oleh tubuh, sementara BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit
ginjal tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme jaringan
medikasi seperti steroid.
Ginjal juga tidak mampu mengkonsentrasikan atau mengencerkan urine
secara normal dan sering terjadi retensi natrium dan cairan, meningkatkan resiko
terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat
terjadi akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron.
Asidosis sering terjadi akibat ketidakmampuan ginjal mengeluarkan ion
H+ (muatan basa) yang berlebihan, ketidakmampuan menyekresikan ammonia
(NH3+) dan mengabsorpsi bikarbonat (HCO3-).
Anemia terjadi akibat sekresi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk
mengalami perdarahan akibat dtatus uremik, terutama dari saluran
gastrointentinal.
Penurunan GFR juga mengakibatkan peningkatan kadar fosfat serum
sehingga terjadi penurunan kadar kalsium serum. Penurunan kadar kalsium
menyebabkan sekresi kadar parathormon, terjadi respon abnormal sehingga
kalsium dalam tulang menurun menyebabkan penyakit tulang dan kalsifikasi
metastasik. Disamping itu penyakit tulang juga disebabkan penurunan produksi
metabolit aktif vitamin D (1,25 dehidrokolekalsiferol).
1.1.6. WOC
TERLAMPIR
1.1.7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang mencakup:

1) Pemeriksaan laboratorium:
a) Urine:
6

Volume: oligouria atau anuria, warna keruh, berat jenis kurang


dari 1,015, osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg, klirens kreatinin
mungkin agak menurun, natrium > 40 mEq/L, proteinuria (3-4+).

b) Darah:
BUN/Kreatinin meningkat (kreatinin 10 mg/dl), Hematokrit
menurun, HB < 7-8 g/dL), Gas darah arteri : pH < 7,2 ,bikarbonat dan
PCO2 menurun. Natrium mungkin rendah atau normal, kalium,
magnesium/ fosfat meningkat, kalsium menurun, protein ( khususnya
albumin) menurun, osmolalitas serum > 285 mOsm/kg.

2) Pemeriksaan Radiologi
a) USG Ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran kemih atas.
b) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan
sel jaringan untuk diagnosis histologist.
c) Endoskopi ginjal, nefroskopi: menentukan pelvis ginjal; keluar batu,
hematuri, pengangkatan tumor selektif.
d) EKG: mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa
e) KUB foto: menunjukkan ukuran ginjal/ ureter/ kandung kemih dan
adanya obstruksi batu.
f) Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : menunjukkan
demineralisasi dan kalsifikasi.

1.1.8. Penatalaksanaan
1) Hemodialisa
Adalah dialysis yang dilakukan diluar tubuh. Tujuannya adalah untuk
mengambil zat-zat toksik di dalam darah menyesuaikan kadar air, dan
elektrolit didalam darah.
2) Dialysis peritoneum
Dialysis peritoneum berlangsung di dalam tubuh. Permukaan
peritoneum yang luasnya sekitar 22.000cm3berfungsi sebagai difusi.
3) Trasplantasi ginjal
7

Adalah penempatan sebuah ginjal donor krdalam abdomen seseorang


yang menhindap penyakit ginjal stadium akhir.
1.1.9. Komplikasi
1) Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih
2) Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3) Hipertensi akibat akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin- angiostensin- aldosteron
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin DNA kehilangan darah
selama hemodialisa
5) Penyakit tulang serta klasifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal
6) Asidosis metabolic
7) Osteodistropi ginjal
8) Sepsis
9) Neuropati perifer
10) Hiperuremia

1.2. Konsep Asuhan Keperawatan


1.2.1. Pengkajian
Data pasien yang harus dikaji mencakup:

1) Aktifitas & istirahat ;


Gejala : Kelemahan,malaise, gangguan tidur (insomnia,gelisah,atau
somnolen).

Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

2) Sirkulasi :
Gejala : Riwayat hipertensi lama/baru, palpitasi, nyeri dada (angina)
8

Tanda : Hipertensi (nadi kuat,edema jaringan umum dan pitting pada


kaki,telapak tamgam), disritmia jantung. Friction rub pericardial,
kulit pucat, kecenderungan pedarahan.

3).Integritas ego :

Gejala : Faktor stress, perasaan tak berdaya, tidak ada harapan.

Tanda : Menolak, ansietas,takut,marah,mudah terangsang,perubahan


kepribadian.

4).Eliminasi :

Gejala: Produksi urine menurun (oligouri,anuria),abdomen kembung,diare


atau konstipasi.

Tanda : Warna urine kuning pekat,merah,coklat.

5).Makanan /Cairan :

Gejala : Peningkatan BB secara cepat akibat edema. Penurunan BB akibat


malnutrisi. Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tak sedap di
mulut (napas bau ammonia)

Tanda : Distensi abdomen/ascites, pembesaran hati (tahap akhir), Edema,


ulserasi/perdarahan gusi atau lidah,

6).Neuro sensori :

Gejala : Nyeri kepala, kram otot/kejang, kesemutan ekstremitas bawah.

Tanda : Penurunan tingkat kesadaran/konsentrasi, rambut tipis, kuku rapuh


dan tipis.

7).Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki.

Tanda : Perilaku hati – hati (distraksi), gelisah.


9

8).Pernapasan.

Gejala : Napas pendek ; dispnea nocturnal paroksismal, batuk dengan atau


tanpa sputum.

Tanda : Takipnea,dispnea,pernapasan Kussmaul, batuk produktif.

9) Keamanan.

Gejala : Berulangnya infeksi.

Tanda : Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik,keterbatasan gerak sendi.

10) Seksualitas.

Gejala : Penurunan libido, amenore, infertilitas.

11)Interaksi social.

Gejala : Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.

1.2.2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1) Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium
2) Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
3) Nyeri akut b.d agen cedera biologis
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual
dan muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut
5) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perlemahan aliran darah
keseluruhan tubuh
6) Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
7) Kerusakan integritas kulit b.d pruritas, gangguan status metabolic sekunder
10

1.2.3. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1 Gangguan NOC: NIC:


pertukaran gas
 Respiratory status : Gas Airway Management
b.d kongesti
exchange
paru, penurunan 1. Observasi vital sign
 Respiratory status :
curah jantung, 2. Posisikan pasien
ventilation
penurunan untuk
 Vital sign status memaksimalkan
perifer yang
Kriteria Hasil: ventilasi
mengakibatkan
asidosis laktat  Mendemontrasikan 3. Identifikasikan pasien

peningkatan vensitilasi perlunya pemasangan

dan oksigenasi yang alat jalan nafas buatan

adekuat 4. Atur intake untuk

 Tanda-tanda vital dalam cairan

rentang normal mengoptimalkan


keseimbangan

2 Nyeri akut b/d NOC: NIC:


agen cidera
 Pain Level Pain Management
biologis
 Pain Control 1. Observasi nyeri
 comfort level secara komprehensif
Kriteria Hasil: 2. Kontrol lingkungan

 Mampu mengontrol yang dapat

nyeri. mempengarugi nyeri

 Melaporkan bahwa nyeri seperti suhu ruangan

berkurang dengan atau kebisingan

menggunakan 3. Ajarkan tentang

manajemen nyeri. teknik


nonfarmakologi
11

Menyatakan rasa nyaman Kolaborasi pemberian


setelah nyeri berkurang analgesik

3 Kelebihan NOC: NIC:


volume cairan
 Electrolit and acid base Fluid management
b.d penurunan
balance
haluaran urine, 1. Monitor vital sign
 Fluid balance
diet berlebih 2. Pasang urine kateter
 Hydration jika diperlukan
dan retensi
Kriteria hasil : 3. Kaji lokasi dan luas
cairan seperti
natrium  Terbebas dari edema, edema

efusi, anaskara 4. Kolaborasi pemberian

 Terbebas dari kelelahan, diuretik sesuai

kecemasan atau intruksi

kebingungan
4 Ketidakseimban NOC: NIC:
gan nutrisi
 Nutritional status: Food Nutrition Management
kurang dari
and Fluid Intake
kebutuhan 1. Observasi adanya
 Nutritional status:
tubuh b.d alergi makanan
Nutrition Intake
anoreksia, mual, 2. Anjurkan px untuk
 Weight control meningkatkan intake
dan muntah,
Kriteria Hasil: Fe
pembatasan
diet, dan  Adanya peningkatan 3. Berikan informasi

perubahan berat badan sesuai tentang kebutuhan

membarane dengan tujuan nutrisi

mukosa mulut  Tidak ada tanda 4. Yakinkan diet yang


malnutrisi dimakan megandung

 Menunjukan peningkatan tinggi serat

fungsi pengecapan dan 5. Kolaborasi dengan

menelan ahli gizi dalam


menentukan jumlah
 Tidak terjadi penurunan
kalori dan nutrisi
12

berat badan yang berarti. yang diberikan.

5 Ketidakefektifa NOC: NIC:


n perfusi
 Circulation status  Peripheral Sensation
jaringan b.d
 Tissue perfusion: cerebral Management
perlemahan
Kriteria hasil: (Manajemen sensasi
aliran darah
perifer)
keseluruh tubuh  Tekanan systole dan
1. Monitor adanya daerah
diastole dalam rentang
tertentu yang hanya
yang diharapkan
peka terhadap panas/
 Tidak ada tanda-tanda
dingin/ tajam/ tumpul
peningkatan tekanan
2. Intruksikan keluarga
intrakranial (tidak lebih
untuk mengobservasi
dari 15mmHg)
kulit jika isi atau
laserasi
3. Gunakan sarung tangan
untuk proteksi
4. Kolaborasi pemnerian
analgetik
6 Intoleransi NOC: NIC:
aktivitas b.d
 Energy conservation Activity Therapy
keletihan,
 Activity tolerance 1. Bantu klien untuk
anemia, retensi,
 Self care: ADLs membuat jadwal latihan
produk sampah
Kriteria Hasil: diwaktu luang

 Berpartisipasi dalam 2. Bantu klien untuk

aktivitas fisik tanpa mengidentivikasikan

disertai peningkatan aktivitas yang mampu

tekanan darah, nadi dan dilakukan

RR 3. Kolaborasikan dengan

 Mampu melakukan tenaga rehabilitas medik


dalam merencanakan
13

aktivitas sehari hari program terapi yang


(ADLs) secara mandiri tepat
 Tanda-tanda vital normal 4. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

7 Kerusakan NOC : NIC :


integritas kulit
 Tissue integrity : skin Pressureulcer
b.d pruritas,
and mucous prevention wound care
gangguan status
 Wound healing: primary
metabolic 1. Monitor kulit akan
and secondary intention
sekunder adanya kemerahan
Kriteria Hasil :
2. Oleskan lotion atau
 Perfusi jaringan normal minyak/ baby oil pada

 Tidak ada tanda infeksi daerah yang tertekan

 Menunjukkan terjadinya 3. Ajarkan keluarga

proses penyembuhan tentang luka dan

luka perawatan luka


4. Lakukan tehnik
perawtan luka dengan
steril

1.2.4. Implementasi
Sesuai dengan intervensi yang dilakukan
1.2.5. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi

1 Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru,  Mendemontrasikan


penurunan curah jantung, penurunan perifer peningkatan
yang mengakibatkan asidosis laktat vensitilasi dan
oksigenasi yang
adekuat
14

 Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal
2 Nyeri akut b/d agen cidera biologis  Mampu mengontrol
nyeri.
 Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri.
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
3 Kelebihan volume cairan b.d penurunan  Terbebas dari
haluaran urine, diet berlebih dan retensi edema, efusi,
cairan seperti natrium anaskara
 Terbebas dari
kelelahan,
kecemasan atau
kebingungan

4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari  Adanya peningkatan


kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, dan berat badan sesuai
muntah, pembatasan diet, dan perubahan dengan tujuan
membarane mukosa mulut  Tidak ada tanda
malnutrisi
 Menunjukan
peningkatan fungsi
pengecapan dan
menelan
 Tidak terjadi
15

penurunan berat
badan yang berarti.
5 Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d  Tekanan systole dan
perlemahan aliran darah keseluruh tubuh diastole dalam
rentang yang
diharapkan
 Tidak ada tanda-
tanda peningkatan
tekanan intrakranial
(tidak lebih dari
15mmHg)

6 Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia,  Berpartisipasi dalam


retensi, produk sampah aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi
dan RR
 Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara
mandiri
 Tanda-tanda vital
normal
7 Kerusakan integritas kulit b.d pruritas,  Perfusi jaringan
gangguan status metabolic sekunder normal
 Tidak ada tanda
infeksi
 Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka
16

1.3. Konsep Dasar Hemodialisa


1.3.1. Definisi
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan
kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode
terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi, dan peritoneal dialisis.
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi
darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan
menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk
terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy /RRT) dan hanya
menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada
penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury)
yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang dilakukan HD
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD
persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al.,2007).

1.3.2. Jenis-jenis Hemodialisis


1.3.2.1. Hemodialisis
Selama proses hemodialisis, darah dialirkan dari tubuh pasien melalui
penapis yang terdapat di dalam mesin dialisis, dikenal sebagai membran dialisis.
Selama proses tersebut, tubuh pasien akan diletakkan sejenis tub plastik khas
diantar arteri dan vena di dalam lengan atau kaki (dikenal sebagai gortex graft).
Dalam keadaan tertentu, terdapat juga sambungan yang idbuat secara terus di
antara arteri dan vena di lengan. Prosedur ini disebut Cimino Fistula. Jarum
kemudian diletakkan di dalam Graf atau Vistula, dan darah dialirkan ke mesin
dialisis melalui penapis, dan kembali kepada pasien. Dalam mesin dialisis,
terdapat sejenis cairan di bagian lain penapis menerima bahan buangan daripada
pasien dan akan dipompa keluar manakala darah yang telah ditapis dimasukkan
kembali ke dalam tubuh.
17

1.3.2.2. Peritoneal Dialisis


Cuci darah peritoneal adalah metode yang kurang dikenal cuci darah,
walaupun hal ini menjadi lebih umum. Cuci darah peritoneal melibatkan
menggunakan peritoneum sebagai filter. Peritoneum adalah selaput tipis yang
melapisi bagian perut, dan mengelilingi, mendukung organ-organ perut, seperti
perut dan hati.

1.3.3. Indikasi Hemodialisis


Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera dan HD kronik.
Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan.
1) Indikasi hemodialisis segera antara lain (Daurgirdas et al., 2007):
18

a) Kegawatan ginjal
1. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
2. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
3. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
4. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5
mmol/l )
5. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
6. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
7. Ensefalopati uremikum
8. Neuropati/miopati uremikum
9. Perikarditis uremikum
10. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)
11. Hipertermia
b) Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.
2) Indikasi Hemodialisis Kronik
Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan
seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut
K/DOQI dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang
mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap
baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini
(Daurgirdas et al.,2007):
1. GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
2. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.
3. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
4. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
5. Komplikasi metabolik yang refrakter.

1.3.4. Komplikasi Hemodialisis


Hemodialisis merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari
fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik
(PGK) stadium V atau gagal ginjal kronik (GGK). Walaupun tindakan HD saat
ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak penderita
19

yang mengalami masalah medis saat menjalani HD. Komplikasi yang sering
terjadi pada penderita yang menjalani HD adalah gangguan hemodinamik.
Tekanan darah umumnya menurun dengan dilakukannya UF atau penarikan
cairan saat HD. Hipotensi intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang
menjalani HD 15 reguler. Namun sekitar 5-15% dari pasien HD tekanan
darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik atau
intradialytic hypertension (HID) (Agarwal dan Light, 2010). Komplikasi HD
dapat dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik (Daurgirdas et
al.,2007).
1) Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis
berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot,
mual muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan
menggigil (Daurgirdas et al,2007; Bieber dan Himmelfarb, 2013).
Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah gangguan hemodinamik, baik
hipotensi maupun hipertensi saat HD atau HID. Komplikasi yang jarang
terjadi adalah sindrom disekuilibrium, reaksi dialiser, aritmia, tamponade
jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, emboli udara neutropenia,
aktivasi komplemen, hipoksemia (Daurgirdas et la,2007).
a) Hipotensi: Penarikan cairan yang berlebihan, terapi anti
hipertensi, infark jantung, tamponade, reaksi anafilaksis
b) Hipertensi: Kelebihan natrium dan air, ultrafiltrasi yang tidak
adekuat
c) Reaksi Alergi: Reaksi alergi, dialiser, tabung, heparin, besi,
lateks
d) Aritmia: Gangguan elektrolit, perpindahan cairan yang terlalu
cepat, obat antiaritmia yang terdialisis
e) Kram Otot: Ultrafiltrasi terlalu cepat, gangguan elektrolit
f) Emboli Udara: Udara memasuki sirkuit darah
g) Dialysis disequilibirium: Perpindahan osmosis antara intrasel
dan ekstrasel menyebabkan sel menjadi bengkak, edema
serebral. Penurunan konsentrasi urea plasma yang terlalu
cepat
20

h) Masalah pada dialisat / kualitas air


a. Chlorine: Hemolisis oleh karena menurunnya kolom charcoal
b. Kontaminasi Fluoride: Gatal, gangguan gastrointestinal, sinkop,
tetanus, gejala neurologi, aritmia
c. Kontaminasi bakteri / endotoksin: Demam, mengigil, hipotensi oleh
karena kontaminasi dari dialisat maupun sirkuti air
2) Adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan hemodialisis kronik.
a) Penyakit jantung
b) Malnutrisi
c) Hipertensi / volume excess
d) Anemia
e) Renal osteodystrophy
f) Neurophaty
g) Disfungsi reproduksi
h) Komplikasi pada akses
i) Gangguan perdarahan
j) Infeksi
k) Amiloidosis
l) Acquired cystic kidney disease

Anda mungkin juga menyukai