1
2
1.1.2. Etiologi
1) Gout menyebabkan nefropati gout.
2) Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
3) SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
4) Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
5) Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
6) Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke penyakit
7) ginjal genetik).
1.1.3. Klasifikasi
Menurut KDIGO 2013, Penyakit ginjal kronik dibagi menjadi 6 stadium
yaitu:
Kategori LFG pada PGK (KDIGO, 2013)
Kategori LFG (ml/min/1.73 Batasan
LFG m2)
G1 ≥90 normal atau tinggi
G2 60-89 Penurunan Ringan
G3a 45-59 Penurunan Ringan Sampai Sedang
G3b 30-44 Penurunan Sedang Sampai Berat
G4 15-29 Penurunan Berat
G5 <15 Gagal Ginjal
1.1.5. Patofisiologi
Pada gagal ginjal terjadi penurunan fungsi renal yang mengakibatkan
produk akhir metabolisme protein tidak dapat diekskresikan ke dalam urine
sehingga tertimbun didalam darah yang disebut uremia. Uremia dapat
5
1) Pemeriksaan laboratorium:
a) Urine:
6
b) Darah:
BUN/Kreatinin meningkat (kreatinin 10 mg/dl), Hematokrit
menurun, HB < 7-8 g/dL), Gas darah arteri : pH < 7,2 ,bikarbonat dan
PCO2 menurun. Natrium mungkin rendah atau normal, kalium,
magnesium/ fosfat meningkat, kalsium menurun, protein ( khususnya
albumin) menurun, osmolalitas serum > 285 mOsm/kg.
2) Pemeriksaan Radiologi
a) USG Ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran kemih atas.
b) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan
sel jaringan untuk diagnosis histologist.
c) Endoskopi ginjal, nefroskopi: menentukan pelvis ginjal; keluar batu,
hematuri, pengangkatan tumor selektif.
d) EKG: mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa
e) KUB foto: menunjukkan ukuran ginjal/ ureter/ kandung kemih dan
adanya obstruksi batu.
f) Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : menunjukkan
demineralisasi dan kalsifikasi.
1.1.8. Penatalaksanaan
1) Hemodialisa
Adalah dialysis yang dilakukan diluar tubuh. Tujuannya adalah untuk
mengambil zat-zat toksik di dalam darah menyesuaikan kadar air, dan
elektrolit didalam darah.
2) Dialysis peritoneum
Dialysis peritoneum berlangsung di dalam tubuh. Permukaan
peritoneum yang luasnya sekitar 22.000cm3berfungsi sebagai difusi.
3) Trasplantasi ginjal
7
2) Sirkulasi :
Gejala : Riwayat hipertensi lama/baru, palpitasi, nyeri dada (angina)
8
3).Integritas ego :
4).Eliminasi :
5).Makanan /Cairan :
6).Neuro sensori :
7).Nyeri/Kenyamanan
8).Pernapasan.
9) Keamanan.
10) Seksualitas.
11)Interaksi social.
1.2.3. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
kebingungan
4 Ketidakseimban NOC: NIC:
gan nutrisi
Nutritional status: Food Nutrition Management
kurang dari
and Fluid Intake
kebutuhan 1. Observasi adanya
Nutritional status:
tubuh b.d alergi makanan
Nutrition Intake
anoreksia, mual, 2. Anjurkan px untuk
Weight control meningkatkan intake
dan muntah,
Kriteria Hasil: Fe
pembatasan
diet, dan Adanya peningkatan 3. Berikan informasi
RR 3. Kolaborasikan dengan
1.2.4. Implementasi
Sesuai dengan intervensi yang dilakukan
1.2.5. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal
2 Nyeri akut b/d agen cidera biologis Mampu mengontrol
nyeri.
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri.
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
3 Kelebihan volume cairan b.d penurunan Terbebas dari
haluaran urine, diet berlebih dan retensi edema, efusi,
cairan seperti natrium anaskara
Terbebas dari
kelelahan,
kecemasan atau
kebingungan
penurunan berat
badan yang berarti.
5 Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d Tekanan systole dan
perlemahan aliran darah keseluruh tubuh diastole dalam
rentang yang
diharapkan
Tidak ada tanda-
tanda peningkatan
tekanan intrakranial
(tidak lebih dari
15mmHg)
a) Kegawatan ginjal
1. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
2. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
3. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
4. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5
mmol/l )
5. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
6. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
7. Ensefalopati uremikum
8. Neuropati/miopati uremikum
9. Perikarditis uremikum
10. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)
11. Hipertermia
b) Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.
2) Indikasi Hemodialisis Kronik
Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan
seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut
K/DOQI dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang
mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap
baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini
(Daurgirdas et al.,2007):
1. GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
2. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.
3. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
4. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
5. Komplikasi metabolik yang refrakter.
yang mengalami masalah medis saat menjalani HD. Komplikasi yang sering
terjadi pada penderita yang menjalani HD adalah gangguan hemodinamik.
Tekanan darah umumnya menurun dengan dilakukannya UF atau penarikan
cairan saat HD. Hipotensi intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang
menjalani HD 15 reguler. Namun sekitar 5-15% dari pasien HD tekanan
darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik atau
intradialytic hypertension (HID) (Agarwal dan Light, 2010). Komplikasi HD
dapat dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik (Daurgirdas et
al.,2007).
1) Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis
berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot,
mual muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan
menggigil (Daurgirdas et al,2007; Bieber dan Himmelfarb, 2013).
Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah gangguan hemodinamik, baik
hipotensi maupun hipertensi saat HD atau HID. Komplikasi yang jarang
terjadi adalah sindrom disekuilibrium, reaksi dialiser, aritmia, tamponade
jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, emboli udara neutropenia,
aktivasi komplemen, hipoksemia (Daurgirdas et la,2007).
a) Hipotensi: Penarikan cairan yang berlebihan, terapi anti
hipertensi, infark jantung, tamponade, reaksi anafilaksis
b) Hipertensi: Kelebihan natrium dan air, ultrafiltrasi yang tidak
adekuat
c) Reaksi Alergi: Reaksi alergi, dialiser, tabung, heparin, besi,
lateks
d) Aritmia: Gangguan elektrolit, perpindahan cairan yang terlalu
cepat, obat antiaritmia yang terdialisis
e) Kram Otot: Ultrafiltrasi terlalu cepat, gangguan elektrolit
f) Emboli Udara: Udara memasuki sirkuit darah
g) Dialysis disequilibirium: Perpindahan osmosis antara intrasel
dan ekstrasel menyebabkan sel menjadi bengkak, edema
serebral. Penurunan konsentrasi urea plasma yang terlalu
cepat
20