Disusun oleh :
Tittania Safitri Krisanda 1102015240
Pembimbing :
dr. Donny Gustiawan, Sp.PD
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah
metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh.
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah.
Dengan mengekskresikan zat terlarut dan air secara selektif.
Gagal Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan terjadinya penurunan
fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menaun) disebabkan oleh berbagai
penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali
(irreversible). Gagal ginjal kronik secara progresif kehilangan fungsi ginjal nefronnya satu
persatu yang secara bertahap menurunkan keseluruhan fungsi ginjal.
BAB II
2.1 Definisi
Gagal Ginjal Kronik adalah suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal atau laju filtrasi
glomerulus / glomerular filtration rate (LFG/GFR) <60 mL/menit dalam waktu 3 bulan atau
lebih. Penurunan fungsi ginjal terjadi secara berangsur-angsur dan irreversible yang akan
berkembang terus menjadi gagal ginjal terminal.
1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan structural atau
fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG/GFR), dengan
manifestasi :
a. Kelainan Patologis
b. Terdapat tanda kelainan ginjal termasuk kelainan dalam komposisi darah atau
urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests)
2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2013, sebanyak 2 per 1000 penduduk atau 499.800 penduduk Indonesia
menderita Penyakit Gagal Ginjal. Prevalensi gagal ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur prevalensi tertinggi
pada kategori usia diatas 75 tahun (0,6%), dimana mulai terjadi peningkatan pada usia 35
tahun ke atas (Riskesdas, 2013). Di Indonesia, pada tahun 2013, angka insiden CKD stadium
akhir yang mendapat terapi ialah sebesar 208 per 1 juta populasi. Angka insidennya cenderung
meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
2.3 Etiologi
Etiologi penyakit ginjal kronis sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Tabel..
menunjukkan penyebab utama dan insiden penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat.
Tabel 1. Penyebab Utama Gagal Ginjal Kronik di Amerika Serikat (1995-1999)
Penyebab Insiden
Diabetes Melitus Tipe 1 7%
Diabetes Melitus Tipe 2 37%
Hipertensi dengan penyakit pembuluh darah 27%
besar
Glomerulonefritis 10%
Nefritis Interstisial 4%
Kista dan penyakit bawaan lain 3%
Penyakit Sistemik 2%
Neoplasma 2%
Tidak diketahui 4%
Penyakit lain 4%
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage)
penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat
atas dasar LFG, yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai
berikut :
Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik katas Dasar Derajat Penyakit
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG berat 15-29
5 Gagal Ginjal < 15 atau dialisis
2.5 Pafisiologi
Patofisiologi CKD pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih
sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi structural dan fungsional
nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler
dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti
oleh proses maladaptasi berupa sclerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini
akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit
dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktifitas renin-angiotensin-
aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi,
sclerosis dan progresifitas tersebut. Aktivitas jangka panjang aksis renin-angiotensin-
aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth
factor 𝛽 (TGF- 𝛽).
Pada stadium paling dini CKD, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal
reserve), pada keadaan mana basal GFR masih normal atau malah meningkat.
Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang
progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai
pada GFR sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi
sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada GFR sebesar
30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemah, mual, nafsu
makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada GFR dibawah 30% pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti, anemia, peningkatan
tekanan darah, gangguan metabolism fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan
lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperi infeksi saluran kemih,
infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan
keseimbangan air seperti hipo atau hypervolemia, gangguan keseimbangan air seperti
hipo atau hypervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan
kalium. Pada GFR di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (Renal Replacement
Therapy/RRT) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien
dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
2.6 Diagnosis
Anamnesis
1. Riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus, Infeksi Saluran Kemih, batu saluran kemih,
hiperurisemia, lupus
2. Riwayat hipertensi dalam kehamilan (pre-eklamsi, abortus spontan)
3. Riwayat konsumsi obat NSAID, penisilamin, antimikroba, kemoterapi, antiretroviral,
proton pump inhibitors, paparan zat kontras
4. Evaluasi sindrom uremia : lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, mual,
muntah, nocturia, sendawa, edema perifer, neuropati perifer, pruritus, kram otot, kejang
sampai koma
5. Riwayat penyakit ginjal pada keluarga
Manifestasi klinis
1. Gambaran Laboratoris
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi :
1. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
2. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan
penurunan LFG/GFR yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft – Gault.
Kadar kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi
ginjal.
3. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar
asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik.
4. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria, cast, isosteinuria.
2. Gambaran Radiologis
Gambaran radiologis penyakit ginjal kronik meliputi :
1. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio opak.
2. Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa melewati
filter glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras
terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
3. Pielografi antegrad atau retrograde dilakukan sesuai dengan indikasi.
4. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks
menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi
5. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjalan bila ada indikasi
A. Farmakologis
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya :
B. Non Farmakologis
1. Nutrisi pada pasien non dialysis dengan GFR <20 mL/menit, evaluasi
status nutrisi dari serum albumin dan berat badan actual tanpa edema.
Tabel 4. Anjuran Nutrisi Pada CKD berdasarkan GFR.
2. Protein
1. Pasien non dialysis 0.6 – 0.75 gram/kgBB ideal/hari sesuai dengan
CCT dan toleransi pasien
2. Pasien hemodialisis 1 – 1.2 gram/kgBB ideal/hari
3. Pasien peritoneal dialysis 1.3 gram/kgBB/hari
3. Pengaturan asupan lemak : 30 – 40% dari kalori total dan mengandung
jumlah yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh
4. Pengaturan asupan karbohidrat : 50 – 60% dari kalori total
5. Natrium : <2 gram/hari (dalam bentuk garam <6 gram/hari)
6. Kalium : 40 – 70 mEq/hari
7. Fosfor : 5 – 10 mg/kgBB/hari. Pasien dengan hemodialisa : 17 mg/hari
8. Kalsium : 1400 – 1600 mg/hari (tidak melebihi 2000 mg/hari)
9. Besi : 10 – 18 mg/hari
10. Magnesium : 200 – 300 mg/hari
11. Asam folat pasien hemodialisa : 5 mg
12. Air : jumlah urin 24 jam + 500 ml (insensible water loss)
12
2.9 Prognosis
13
DAFTAR PUSTAKA