Anda di halaman 1dari 26

Peranan EPO terhadap Anemia

pada CKD
Oleh:
Tanti Adelia
Christina Ageng
Penyakit Ginjal Kronik

• Definisi : proses patofisiologis degan etiologi beragam,


mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif,
umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
• Gagal ginjal : penurunan fungsi ginjal ireversibel,
memerlukan dialisis / transplantasi ginjal.
Penyakit Ginjal Kronik
Kriteria :
• Kerusakan ginjal > 3 bulan, berupa kelainan struktural /
fungsional, dengan/tanpa penurunan LFG
• LFG < 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan/tanpa
kerusakan ginjal
• Rumus Kockcroft-Gault :
(140-umur) x berat badan *)
LFG (ml/mnt/1,73m2) = —————————————
72 x kreatinin plasma (mg/dl)
*) pada perempuan dikalikan 0,85
Penyakit Ginjal Kronik
Epidemiologi
• Amerika Serikat (1995-1999) : 100 kasus per juta
penduduk pertahun, meningkat sekitar 8% setiap
tahunnya.
• Malaysia: 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya.
• Negara berkembang lainnya, 40-60 kasus perjuta
penduduk per tahun
Etiologi
Klasifikasi Penyakit Penyakit
Penyakit infeksi tubulointestinal Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati
Penyakit peradangan Glomerulonefritis
Penyakit vaskular hipertensif Nefroskelrosis benigna,
Nefrosklerosis maligna, Stenosis
arteria renalis
Etiologi
Klasifikasi Penyakit Penyakit
Gangguan jaringan ikat Lupus eritematosus sistemik,
Poliarteritis nodosa, Sklerosis
sistemik progresif
Gangguan kongenital dan Penyakit ginjal polikistik,
herediter Asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik Diabetes mellitus, Gout,
Hiperparatiroidisme,
Amiloidosis
Etiologi
Klasifikasi Penyakit Penyakit
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik,
Nefropati timah
Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas :
batu, neoplasma, fibrosis,
retroperitoneal
Traktus urinarius bagian
bawah : hipertrofi prostat,
striktur uretra, anomali
kongenital leher vesika urinaria
dan uretra.
Patofisiologi
mekanisme utama yang terlibat pada
patogenesis anemia pada gagal ginjal, yaitu:
• Hemolisis
• Defisiensi eritropoietin
• Penghambatan eritropoesis
Tanda dan Gejala Penyakit Ginjal Kronik
1.Gangguan keseimbangan carian, elektrolit dan asam basa
– Homeostasis natrium dan air
– Homeostasis kalium
– Metabolik asidosis
2.Penyakit tulang dan kelainan metabolisme kalsium dan fosfat
3.Kelainan kardiovaskuler
– Penyakit jantung iskemik
– Gagal jantung kongestif
– Hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri
4.Kelainan hematologi
– Anemia 
– Gangguan pembekuan
5.Kelainan neuromuskular
6.Kelainan gastrointestinal
7.Gangguan metabolik endokrin
8.Kelainan dermatologi
Penatalaksanaan
Perencanaan tatalaksana (action plan) sesuai dengan
derajatnya
LFG
Derajat (ml/menit/1,73m2) Rencana tatalaksana

1 ≥ 90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,


evaluasi pemburukan (progression) fungsi
ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler

2 60 – 89 Menghambat pemburukan (progression) fungsi


ginjal
3 30 – 59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15 – 29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 < 15 Terapi pengganti ginjal
Penatalaksanaan penyakit ginjal
kronik
• Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
• Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
• Menghambat perburukan fungsi ginjal
• Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
• Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
• Terapi pengganti ginjal (Renal Replacement Therapy)
Pencegahan dan terapi terhadap
komplikasi
Deraj Penjelasan LFG Komplikasi
at (ml/menit)
1 Kerusakan ginjal dengan ≥ 90
LFG normal
2 Kerusakan ginjal dengan 60 – 89 Tekanan darah mulai ↑
penurunan LFG ringan
3 Penurunan LFG sedang 30 – 59 -hiperfosfatemia
-hipokalemia
-anemia
-hiperparatiroid
-hipertensi
-hiperhomosistinemia
4 Penurunan LFG berat 15 – 29 -malnutrisi
-asidosis metabolik
-cenderung hiperkalemia
-dislipidemia
5 Gagal ginjal < 15 -gagal jantung
-uremia
Peranan EPO terhadap Anemia pada
CKD
• 80-90% pasien CKD → ANEMIA
• ANEMIA ← defisiensi EPO, defisiensi besi,
kehilangan darah (misal, perdarahan saluran
cerna, hematuri), masa hidup eritrosit yang
pendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi
asam folat, penekanan sumsum tulang oleh
substansi uremik, proses inflamasi akut
maupun kronik
ANEMIA
• hemoglobin ≤ 10 g%
• hematokrit ≤ 30%
Terapi komplikasi Anemia
• EPO paling dianjurkan
• Pemberian transfusi pada CKD harus hati-
hati!!!
• Transfusi darah yang dilakukan secara tidak
cermat dapat mengakibatkan kelebihan cairan
tubuh, hiperkalemia dan pemburukan fungsi
ginjal.
• Sasaran hemoglobin→11-12 g/dL
EPO
• Eritropoitin (EPO) merupakan regulator humoral
eritropoesis yang lineage specific. Produksi
eritropoitin dalam tubuh bergantung pada tekanan
oksigen jaringan dan dimodulasi oleh suatu
mekanisme umpan balik positif maupun negatif.
• tekanan oksigen ↓→ produksi meningkat
→produksi eritrosit ↑ di sumsum tulang.
• suplai oksigen ↑ menuju jatingan →produksi EPO↓
→ anemia
Produksi EPO
• EPO mRNA di sel tubulus dengan
menggunakan RT-PCR (Reverse Transcriptase –
Polymerase Chain Reaction) pada
microdissected isolated nephron segment
(ascending loop of Henle, bagian ascending
loop of Henle di korteks, bagian medula dan
korteks ductus colligentes)
Aplikasi klinik penggunaan EPO
• Pemberian rHuEPO → peningkatan aktivitas
eritropoesis dengan jalan menghambat proses
apoptosis dari sejumlah besar progenitor
eritroid tingkat lanjut yang memiliki
sensitivitas intermediet.
• Pemberian rHuEPO tidak diperlukan untuk
meningkatkan eritropoesis lebih lanjut
Farmakokinetik dan
cara pemberian EPO
• pemberian sub-kutan lebih efektif dibandingkan
dengan pemberian intravena.
• t½ intravena adalah 4-9 hari
• t½ sub-kutan > 24 jam
• Perlu diperhatikan untuk tidak menghentikan
pemberian rHuEPO hanya karena target Hb
tercapai → kadar Hb akan menurun lebih rendah
yang dapat diantisipasi karena peningkatan Hb
sebelumnya menekan produksi EPO endogen
Dosis dan Evaluasi Terapi rHuEPO
• anemia pada penderita gagal ginjal kronik bila
Hb<11g/dl pada wanita premenopause dan
prepubertas, Hb<12 g/dl pada wanita pasca
menopause dan pria dewasa.
• terapi EPO apabila Hb ≤ 10 g/dl dan
Hematokrit ≤ 30% dan penyebab lain anemia
sudah disingkirkan
Evaluasi pemberian rHuEPO
• Pemberian terapi dengan rHuEPO pada keadaan uremia dan
non-uremia → defisiensi besi
• Dua bentuk keadaan iron-deficient erythropoesis dapat
terjadi dengan pemberian rHuEPO yaitu:
• 1) True Iron Deficiency terjadi selama pemberian rHuEPO
jangka panjang disebabkan karena adanya perpindahan
progresif besi dari cadangan simpanan besi tubuh menuju
ke erition.
• 2) Functional atau Relative Iron Deficiency terjadi pada
keadaan cadangan simpanan besi tubuh yang normal (atau
bahkan meningkat) tetapi suplai besi ke dalam eritron tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan sel progenitor eritroid
Evaluasi pemberian rHuEPO
• Deteksi awal iron-restricted erythropoesis
dapat dilakukan dengan menggunakan
evaluasi reticulocyte Hb content (CHr).
• saturasi transferin < 20%, ferritin serum <
100µg/dL, > 10% eritrosit hipokromik, atau
retikulosit dengan CHr rendah → perlu
dipertimbangkan untuk memberikan terapi
tambahan suplementasi besi yang lebih agresif
Kesimpulan
• 80-90% pasien CKD → ANEMIA → defisiensi EPO
• Terapi → pemberian EPO (rHuEPO) secara
subkutan lebih efektif & tidak menghentikan
pemberian rHuEPO hanya karena target Hb
tercapai
• terapi EPO apabila Hb ≤ 10 g/dl dan Hematokrit
≤ 30% dan penyebab lain anemia sudah
disingkirkan
• Perlu dilakukan evaluasi setelah pemberian
rHuEPO
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai