Anda di halaman 1dari 7

JUDUL KASUS : SEORANG LAKI-LAKI YANG BERUSIA 67 TAHUN

DIDIAGNOSA TELAH MENGALAMI PENYAKIT GANGGUAN PROSTAT


ATAU BENIGH PROSTATIC HYPERPLASIA

A. DASAR TEORI
1. Benigh prostatic hyperplasia
Benigh prostatic hyperplasia atau yang sering disebut dengan pembesaran
prostat jinak adalah sebuah penyakit dimana terjadinya pembesaran prostat. Pada
sel stroma dan sel epitel berinteraksi. Sel-sel ini pertumbuhannya dipengaruhi
oleh hormon seks dan respon sitokin Pada penderita BPH hormon
dihidrotestosteron (DHT) sangat tinggi dalam jaringan prostat. Sitokin dapat
memicu respon inflamasi dengan menginduksi epitel. Prostat membesar
mengakibatkan penyempitan uretra sehingga menyumbat saluran kemih atau
aliran urin dan sering terjadi pada pria. Adapun gejala-gejala yang biasanya
dirasakan oleh penderita pembesaran prostat jinak yaitu nokturia (seing kencing
pada malam hari), inkontinensia urin (pengeluaran urin tanpa disadari dalam
jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan dan social), aliran urin tersendat-sendat, mengeluarkan urin disertai
darah, dan merasa tidak tuntas setelah berkemih. Adapun Faktor resiko yang
mempengaruhi terjadinya BPH adalah kadar hormon,usia, riwayat keluarga, pola
hidup, dan inflamasi.
Patofisiologi pada benigh prostatic hyperplasia terkait aktivitas hormon
dihidrotestosteron, dihidrotestosteron merupakan suatu androgen yang berasal
dari testosterone melalui kerja enzim 5a-reductase dan metabolitnya 5a-
androstanediol yang merupakan pemicu terjadinya poliferase kelenjar.
Pengubahan testosteron menjadi dihidrotestosteron diperantai oleh enzim 5α-
reductase. Ada dua tipe enzim 5α-reductase tipe pertama terdapat pada folikel
rambut, kulit kepala bagian depan, liver dan kulit. Tipe kedua terdapat pada
prostat, jaringan genital, dan kulit kepala. Pada jaringan-jaringan target
dihidrotestosteron menyebabkan pertumbuhan dan pembesaran kelenjar prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi perlahan-lahan, pada tahap awal setelah
terjadi pembesaran, urin akan meningkat, otot detrusor akan menebal dan
merenggang sehingga menimbulkan sulit untuk makanan dan cairan untuk masuk
ke dalam perut, jika berlanjur detrusos akan menjadi lelah (mengalami
dekompensasi), tidak mampu lagi berkontraksi, sehingga terjadi retensi urin yang
dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Jika terjadi obstruksi outlet yaitu penyumbatan pada pangkal kandung
kemih kondisi ini akan membuat aliran urine ke uretra (saluran pembawa urine
keluar dari tubuh) berkurang atau akan terhenti. Jika kondisi ini terjadi bersamaan
dengan gejala kandung kemih yang terlalu aktif maka pasien dapat diobati dengan
kombinasi alpha-blocker dan terapi antikolinergik. Ketika gejala obstruksi outlet
mendominasi, agen penghambat alfa-adrenergik adalah pengobatan pilihan
pertama untuk gejala saluran kemih bagian bawah karena pembesaran prostat
jinak. Namun, alfa-blocker saja, 5-ARI saja, dan/atau kombinasi alfa-blocker dan
terapi 5-ARI telah menunjukkan kemanjuran paling tinggi ketika prostat
membesar seperti yang dinilai dengan kadar PSA, ultrasonografi transrektal
(TRUS) atau pada DRE.

B. Penatalaksanaan dan pembahasan (SOAP)


Metode yang digunakan dalam menyelesaikan kasus ini adalah metode
SOAP (subjective, objective, assessment, plan)
Nama : Tn.A
Usia : 67 tahun
Jenis kelamin: laki-laki

1. Subjektif (keluhan utama)


Merasakan nyeri sudah 2 minggu ini ketika buang air kecil urine
terasa sulit keluar dan aliran seperti tersendat sehingga terasa tidak tuntas

2. Riwayat penyakit terdahulu : -


3. Riwayat pengobatan : -
4. Diagnosis :
Gangguan prostat / BPH
5. Objektif
a) Data klinik
Tekanan darah : 130/90 mmHg (nilai normal : 120/80 mmHg)
Berdasarkan data klinik tekanan darah pada pasien yaitu
130/90 mmHg yang melebihi batas normal tekanan darah yaitu
120/80 mmHg.

b) Data laboratorium :
GDP : 140 mg/dL (nilai normal : < 120 mg/dL)
Berdasarkan data laboratorium GDP atau gula darah puasa pada
pasien yaitu 140 mg/dL yang melebihi batas normal yaitu < 120
mg/dL

6. Assessment and plan


Assessment pada kasus ini adalah :
a) Amlodipine untuk tekanan darah diberhentikan, dan
direkomendasikan untuk melakukan terapi non farmakologi
b) Alfuzosin BPH 1 x 10 mg untuk gangguan prostat atau BPH telah
sesuai
c) Glibenclamid 1 x 5 mg untuk antidiabetes menurunkan gula darah
telah sesuai

Plan yang akan diberikan oleh pasien adalah dengan memberikan :


a) Alfuzosin dengan dosis 1 x 10 mg dikombinasikan dengan dutasterid
dosis 1 x 0,5 mg untuk mengatasi gangguan prostat atau BPH
b) Glibenclamid dengan dosis 1 x 5 mg sebagai antidiabetes atau untuk
menurunkan gula darah
c) Paracetamol dengan dosis 4 x 500 mg tiap 4 jam sebagai analgesic
untuk meredakan nyeri
Pembahasan :

Direkomendasikan menggunakan terapi Alpha blockers dan 5-alpha reductase


inhibitors (Alfuzosin 10 mg PO dan dutasteride 0,5 mg PO). Pemberian kombinasi
alfuzosin dan dutasteride karena dapat memberikan efek sinergis antara manfaat kedua
obat, sehingga dapat menghasilkan terapi yang lebih baik. Alfuzosin diindikasikan untuk
pengobatan tanda dan gejala BPH. Alfuzosin adalah penghambat adrenoreseptor alfa-1 di
prostat. Blokade adrenoreseptor dapat menyebabkan otot polos di leher kandung kemih
dan prostat menjadi rileks, menghasilkan peningkatan laju aliran urin dan pengurangan
gejala BPH. Sedangkan dutasteride diindikasikan untuk pengobatan BPH sebagai
monoterapi atau dalam kombinasi dengan alfuzosin. Dutasteride memperbaiki gejala,
mengurangi retensi urin, dan dapat mengurangi kebutuhan akan pembedahan terkait
BPH. Ini menghambat isoenzim 5alpha-reductase tipe I dan II. Agen ini menekan
konversi testosteron menjadi DHT lebih dari 95%, menyebabkan kadar DHT serum
menurun. (Medscape)

Pada kondisi BPH dapat mengalami nyeri perut bagian bawah yang dapat
digunakan terapi analgesic seperti Paracetamol. Terapi untuk mengatasi nyeri perut
bagian bawah dapat diberikan pengobatan analgesik yaitu paracetamol, pada
kasus ini paracetamol digunakan dengan dosis 325-650 mg 4-6 jam sehari
(medscape), sehingga direkomendasikan Paracetamol dengan dosis 4 x 500 mg tiap 4 jam
digunakan jika nyeri saja.

Dan terdapat terapi non farmakologi yaitu dengan memperbaiki pola idup
dengan makan secara teratur dan mengkonsumsi makanan-makanan yang dapat
mengontrol tekanan darah.

Monitoring :
a) Tes gula darah puasa (GDP) dilakukan jadwal pemantauan selama 1
bulan. Pasien berpuasa antara 8- 12 jam sebelum menjalani tes darah.
Kadar gula darah puasa pada pasien dinilai normal jika masih di
bawah 100 mg/dL, dan prediabetes jika kadarnya antara 100 hingga
120 mg/dL.
b) Pemeriksaan tekanan darah dilakukan jadwal pemantauan selama 1
bulan dengan melakukan tes

Indormasi :

Mengedukasi pada pasien untuk prehipertensi memperbaiki pola hidup sehat


untuk mengontrol tekanan darah, dengan mengonsumsi buah-buahan dan sayuran.
Adapun rekomendasi makanan yang baik untuk tekanan darah adalah Pisang (karena
kandungan kaliumnya yang tinggi), Sayuran hijau, yoghurt dan susu skim (karena
kandungan kalsiumnya yang tinggi), Kentang (karena kandungan kalsium dan
magnesium yang tinggi). Selain itu kentang juga dapat menjadi pengganti nasi putih yang
memiliki kandungan glikosa yang tinggi.) dan Ikan (karena kandungan lemak omega 3
yang tinggi. Selain itu kentang juga dapat menjadi pengganti ayam dan daging merah
yang dapat menyebabkan obesitas). Serta melakukan olahraga penting dilakukan agar
sirkulasi darah dapat mengalir lancar dan kerja otot menjadi baik. Sehatnya jantung dan
pembuluh darah dapat mencegah terjadinya hipertensi.
Begitupun juga dengan mengontrol gula darah dalam tubuh dengan menjalani
gaya hidup sehat dengan memperbanyak aktivitas fisik. Pilihlah olahraga yang tidak
terlalu menyita tenaga, dan lakukan selama 30 hingga 60 menit beberapa hari dalam
seminggu, makan sayur buah tinggi serat, minum obat bila perlu selain bisa menormalkan
kembali kadar gula darah, gaya hidup sehat juga bisa mencegah prediabetes berkembang.

Indikasi obat :
1. Alfuzosin dan dutasterid diindikasikan untuk mengatasi ngangguan prostat/BPH
2. Glibenclamid diindikasikan untuk antidiabetes
3. Paracetamol diindikasikan sebagai analgetik untuk pereda nyeri

Efek samping obat :


1. Alfuzosin : sensitive terhadap cahaya, pusing dan sakit kepala
2. Dutasterid : ruam, pembengkakan dan nyeri testis
3. Glibenclamid: mual dan berat badan meningkat
4. Paracetamol : sakit perut, mual dan muntah
C. KESIMPULAN
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) terjadi karena adanya
penyumbatan yang terlihat pada pembesaran prostat. Salah satu faktor yang
dapat menimbulkan BPH yaitu usia, ras, diet dan gaya hidup. BPH
dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti hipertensi dan diabetes.
DAFTAR PUSTAKA
Medscape 2023, paracetamol
Medscape 2023, glibenclamid
Medscape 2023, benigh prostatic hyperplasia
American Urological Association Guideline 2010: Management of Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH)
National Center for Biotechnology Information 2023, Benign Prostatic Hyperplasia
Jurnal kedokteran unram kasus Benign Prostatic Hyperplasia, 2022,11(2):875-882

Anda mungkin juga menyukai