Anda di halaman 1dari 8

Variasi penggunaan konsentrasi aerosil sebagai pelincir terhadap zat aktif asam askorbat tablet dengan

metode kempa langsung


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. (Farmakope Indonesia Edisi VI hal 52).
Sediaan tablet padat dibuat secara kempa cetak yang dibuat dengan cara menekan
massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet
tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan
tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.sediaan tablet biasanya dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, serta
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan
yang di gunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat
pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok. (Farmakope Indonesia III hal 6)
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan karena popularitasnya yang besar dan
penggunaannya yang sangat luas sebagai sediaan obat, tablet terbukti menunjukan suatu
bentuk yang efisien, sangat praktis, dan ideal untuk pemberian zat aktif secara oral.
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, antara
lain tablet dapat bekerja pada rute oral sehingga paling banyak dipilih, tablet memberi
ketepatan yang tinggi dalam dosis, tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan
volume yang kecil sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan
dan penyimpanan, bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah atau
diperkecil (Lachman, et al., 1994).
Tablet dapat dibuat dengan berbagai metode. Pemilihan metode untuk pembuatan
tablet biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet
diantaranya apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilan, besar
kecilnya dosis, dan lain sebagainya. Salah satu metode pembuatan tablet adalah dengan
metode cetak langsung. Keuntungan dari metoda cetak langsung yaitu lebih ekonomis
karena validasi proses lebih sedikit, Lebih singkat prosesnya, dapat digunakan untuk zat
aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab, waktu hancur dan disolusinya lebih
baik karena tidak melewati proses granul dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
Syarat obat yang dapat dicetak langsung yaitu kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta
zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab dan bahan pengisinya
mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik (Gohel & Jogani, 2005).
Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang sangat diperlukan tubuh untuk
proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin tidak dapat dibuat oleh
tubuh manusia dalam jumlah yang cukup. Oleh karenanya harus diperoleh dari bahan
pangan yang dikomsumsi. Vitamin pada umumnya dapat dikelompokkkan ke dalam dua
golongan yaitu vitamin yang larut dalam lemak yang meliputi vitamin A, D, E dan K
serta vitamin yang larut dalam air yang terdiri dari vitamin C dan B (Winarno, 1986).
Untuk membuat tablet, digunakan berbagai bahan tambahan. salah satu zat
tambahan yang sering digunakan adalah pelincir, fungsi pelincir untuk menghasilkan sifat
alir pada disolusi bahan yang bersifat sebagai glidant seperti aerosil, magnesium stearat,
talkum, pati dan lain sebagainya. Salah satunya aerosil, aerosil banyak dipakai sebagai
pelincir berguna untuk pengatur aliran partikel dan mengurangi lengketnya partikel satu
sama lain dengan demikian gesekan antar partikel menjadi berkurang (Ben, 2008).
Pelincir pada umumnya termasuk senyawa hidrofobik, akibatnya sifat, mutu dan
kuantitas pelincir yang ditambahkan dapat mempengaruhi laju disolusi. Pelincir ini dapat
membentuk salut di sekeliling tiap partikel yang tetap, lebih atau kurang utuh selama
pengempaan. Adanya salut pelincir dapat menyebabkan penurunan waktu desintegrasi
dan penurunan laju disolusi (Siregar, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penggunaan pelincir yaitu aerosil dalam berbagai
konsentrasi terhadap zat aktif asam askorbat tablet yang dibuat dengan
menggunakan metode kempa langsung ?
2. Bagaimana cara pembuatan tablet dengan metode kempa langsung ?
3. Bagaimana cara melakukan evaluasi pada sediaan tablet kempa langsung ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh penggunaan pelincir yaitu aerosil dalam berbagai
konsentrasi terhadap zat aktif asam askorbat tablet yang dibuat dengan
menggunakan metode kempa langsung ?
2. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode kempa langsung ?
3. Mengetahui cara melakukan evaluasi pada sediaan tablet kempa langsung ?

D. Manfaat Penelitian
1. Secara akademik dapat menambah wawasan penulis tentang konsentrasi yang
baik pada aerosil sebagai pelincir terhadap zat aktif asam askorbat dengan metode
kempa langsung .
2. Secara metodologi dapat memberikan informasi mengenai penggunaan dan cara
pembuatan tablet dengan metode kempa langsung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Asam Askorbat atau yang lebih kita kenal dengan nama Vitamin C pertama kali
diisolasi sebagai zat murni pada tahun 1928 dan penentuan strukturnya pada tahun 1933.
Nama Ascorbic Acid berasal dari bahasa Latin Scorbutus (gusi berdarah). Vitamin C
adalah salah satu jenis vitamin yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan yang larut
dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini
juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C
termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas
ekstraselular. Berikut akan disampaikan beberapa kajian tentang vitamin C oleh para ahli.
Smirnoft (1996) menyatakan bahwa selain sebagai pigmen, sayuran juga merupakan
sumber vitamin C utama disamping buahbuahan. Salah satu fungsi vitamin C adalah
sebagai antioksidan. Vitamin C sering ditambahkan pada makanan untuk mencegah
perubahan oksidatif, karena vitamin C memiliki daya antioksidan.
Berdasarkan pernyataan Smirnoft (1996) diketahui bahwa selain pada
buahbuahan, vitamin C juga terdapat pada sayuran. Salah satu fungsi vitamin C adalah
sebagai antioksidan. Kemudian dari pernyataan Mukaromah, dkk (2010), diketahui
bahwa kerusakan pada vitamin C dapat dipengaruhi oleh cara memasak, termasuk saat
proses pemotongan dan penambahan air yang digunakan. (Mukaromah, dkk, 2010)
pengaruh cara memasak (pengukusan dan perebusan) termasuk cara pemotongan dan
volume air yang digunakan serta suhu berpengaruh terhadap kerusakan vitamin C.
Diketahui bahwa vitamin C sangat berperan penting dalam menetralkan radikal
bebas hasil oksidasi lemak, sehingga dapat mencegah beberapa penyakit seperti kanker,
jantung, hingga penuaan dini. Namun vitamin C juga mudah mengalami oksidasi akibat
pengolahan dan penyimpanannya sehingga mudah sekali berkurang bahkan hilang.
(Wariyah, 2010),

1. Fisikokimia
Pemerian citamin C : Hablur atau serbuk; putih atau agak kuning, oleh pengaruh
cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam
keadaan kering, stabil di udara, dalam larutan cepat
teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190.
Kelarutan vitamin C : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen.
Penggunaan : Antioksidan
2. Farmakologi
Asam askorbat atau vitamin C berperan penting dalam tubuh sebagai
antioksidan. Vitamin C merupakan antioksidan yang mampu menetralkan stres
oksidatif melalui transfer electron. Vitamin C dengan dosis yang tepat mampu
mengurangi radikal bebas dalam tubuh. Vitamin C dapat menghambat stres
oksidatif setelah aktivitas fisik. Vitamin C adalah antioksidan pemecah rantai
radikal bebas yang larut dalam air. Vitamin C memulung radikal bebas dan
spesies oksigen reaktif radikal bebas, yang diproduksi selama metabolisme. (Sunil
Kumar et al., 2017).

B. Monografi Eksipien
1. Aerosil
Nama Lain : Colloidal Silicon Dioxide, Colloidal anhydrous silica.
Pemerian : Silikon dioksida koloid adalah silika berasap sub
mikroskopik dengan ukuran partikel sekitar 15 nm. Ini
adalah bubuk amorf yang ringan, longgar, berwarna putih
kebiruan, tidak berbau, tidak berasa, tidak berpasir
Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan asam,
kecuali asam fluorida; larut dalam larutan panas alkali
hidroksida. Membentuk dispersi koloid dengan air.
Sifat alir : 35.52% (Carr compressibility index)
Khasiat : Pelincir
Konsentrasi penggunaan : 0,1 – 0,5 %
(Handbook Pharmacautical Excipients 6th hal 189)

2. Avicel 102
Nama Lain : Microcrystalline cellulose
Pemerian : Terbentuk sebagai kristal putih, tidak berbau, tidak berasa
bubuk terdiri dari partikel berpori. Ini secara komersial
tersedia dalam berbagai ukuran partikel dan tingkat
kelembapan yang memiliki sifat dan aplikasi yang
berbeda.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan sebagian
besar pelarut organik
Sifat alir : 1,41 g/s
Khasiat : pengisi dan pengikat
Konsentrasi penggunaan : 1-10 %
(Handbook Pharmacautical Excipients 6th hal 133)

3. Amplotab/ amylum manihot


Nama lain : Sodium starch glycolate
Pemerian : Natrium pati glikolat berwarna putih hingga keputihan, tidak
berbau, bubuk yang tidak berasa, mengalir bebas. PhEur 2005
menyatakan bahwa terdiri dari butiran oval atau bulat, diameter
30-100 mm, dengan beberapa butiran kurang bulat mulai dari 10–
35 mm indiameter
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol (95%); praktistidak larut dalam air
Khasiat : Penghancur
Konsetrasi Penggunaan : 5-15 %
(Handbook Pharmacautical Excipients 6th hal 702)

4. Laktosa
Nama lain : laktosa, sacharum laktis
Pemerian :serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem, tidak
berbau dan rasa sedikit manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih,
sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan
dalam eter
penggunaan : bahan pengisi

BAB III
METODE PENENLITIAN
A. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam usaha
menguji objek yang telah disusun yang bertujuan untuk memperoleh informasi serta
mempelajari masalah-masalah yang terjadi mengenai konsentrasi aerosil sebagai pelincir.

B. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini yaitu aerosil sebagai pelincir

C. Sampel dan Teknik Sampling


Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teknik propability sampling. propability sampling adalah teknik penentuan sampel.
Alasan meggunakan teknik propability sampling ini karena sesuai untuk digunakan
untuk penelitian kualitatif.

D. Variabel Penelitian
Variabel Kualitatif terdapat variabel yang tidak bisa dikatifikasikan. Nilai variabel
kualitatif bukan berupa angka, tetapi bentuk kategori mutually exclusive.

1. Variabel bebas
Pada penelitian ini variable bebasnya yaitu vitamin C atau asam askorbat

2. Variable terikat
pada penelitian ini variable terikatnya aerosil sebagai pelincir

E. Definisi operasional
Definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan pada sifat yang
mudah diamati, mempunyai rumusan yang jelas dan pasti serta tidak membingungkan.
Definisi operasional merupakan unsur penting dalam penelitian, karena melalui definisi
operasional variabel maka seorang peneliti menyusun dan membuat alat ukur data yang
tepat dan akurat. Oleh karena itu, untuk memberikan kemudahan dalam proses
pengukuran variabel penelitian ini, variabel yang dibahas

F. Teknik Pengumpulan data


jenis teknik analisis data kualitatif menggunakan metode studi literature, metode
observasi pelaksanaan pengumpulan data juga melibatkan berbagai aktivitas pendukung
lainnya seperti menciptakan dan pencatatan informasi karena bagian ini akan dibahas
secara berturut-turut.

1. Alat dan bahan


a) Alat
a) Mortir g) Alat-alat gelas
b) Oven h) Timbangan
c) Disintegration tester i) Ayakan
d) Hardness tester j) Mortir stemper
e) Friability tester k) Blender
f) Penangas air l) Kertas saring

b) Bahan
Bahan-bahan yang digunakan : (vit C), amprotab , aerosil, avicel PH 101,
laktosa,

2. Prosedur penelitian
a) Formulasi Sediaan
Dibuat 500 tablet dengan berat setiap tablet @100 mg
Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3
Vitamin C 50 mg 50 mg 50 mg
Avicel 101 10 % 10 % 10 %
Aerosil 0,5 % 1% 1,5 %
Amprotab 10 % 10 % 10 %
Laktosa qs qs qs

b) Cara kerja

Anda mungkin juga menyukai