Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

PERCOBAAN I
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI / B22 FARMASI


ALYA SUKMAWATI 202204059
ANDI NUR RESKY DESY ACRIAI 202204064
CITRA DEWI PATIKA SYARIF 202204067
DEWI SARTIKA 202204070
FATIMAH AZ-ZAHRAH 202204073
NURUL HIDAYAH 202204095
RINA SOFIA NINGSI 202204100
UMMY AMALIA AKHMAD 202204109

PENANGGUNG JAWAB : Apt. JUMASNI ADNAN, S.Farm., M.Si


: AHMAD FAJAR SADIK
ASISTEN : HAERANA

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID


PROGRAM STUDI DIII FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA
MAKASSAR
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk

tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau

lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam ataupun

obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang farmasi, yang

dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan.

Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat dibedakan menjadi

tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan emulsi),

bentuk sediaan semi padat (krim, lotion, salep, gel, supositoria), dan

bentuk sediaan solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk)

(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

Perkembangan dalam bidang industri farmasi telah membawa

banyak kemajuan khususnya dalam formulasi suatu sediaan, salah

satunya adalah bentuk sediaan solida. Sediaan solida memiliki

beberapa keunggulan dibandingkan dengan sediaan bentuk cair,

antara lain: takaran dosis yang lebih tepat, dapat menghilangkan atau

mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat, dan sediaan obat lebih

stabil dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluwarsa dapat lebih

lama (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

Floating drug delivery systems (FDDS) merupakan suatu

mekanisme penghantaran obat yang memiliki densitas lebih kecil dari


cairan lambung sehingga tetap mengapung untuk jangka waktu lama

dan tidak dipengaruhi waktu pengosongan lambung. Bentuk

penghantaran obat dengan sistem mengapung merupakan salah satu

metode yang paling sering digunakan dalam memperbaiki dan

meningkatkan waktu tinggal dari penghantaran obat pada bagian

lambung (gastric residence time) dan dapat mengontrol fluktuasi kadar

obat dalam plasma. Obat akan terlepas secara perlahan sesuai

dengan kecepatan yang diinginkan. Sistem tersebut dibagi menjadi

dua bentuk yaitu sistem effervescent dan non-effervescent (Sharma

et.al, 2011).

Sediaan effervescent kini sedang popular di pasaran selain

sebagai terapi kuratif, effervescent juga digunakan sebagai

pemeliharaan dan pencegahan seperti suplemen, minuman

kesehatan, dan nutraseutikal lain yang tersedia dalam bentuk granul

maupun tablet. Effervescent diketahui dapat bereaksi jika

ditambahkan atau dilarutkan dalam air menghasilkan buih dan

menyebabkan tablet atau granul larut dalam air tersebuSediaan

effervescent kini sedang popular di pasaran selain sebagai terapi

kuratif, effervescent juga digunakan sebagai pemeliharaan dan

pencegahan seperti suplemen, minuman kesehatan, dan nutraseutikal

lain yang tersedia dalam bentuk granul maupun tablet. Effervescent

diketahui dapat bereaksi jika ditambahkan atau dilarutkan dalam air


menghasilkan buih dan menyebabkan tablet atau granul larut dalam

air tersebut (Swarbrick, 2013).

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

a. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan mampu merancang

formulasi dan pembuatan granul.

b. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan mampu melakukan

evaluasi mutu granul

2. Tujuan

a. Untuk mengetahui proses pembuatan granul

b. Untuk mengetahui evaluasi mutu granul


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Granul adalah gumpalan partikel yang saling mengikat dengan

kecepatan tertentu. Granul merupakan sediaan multiunit berbentuk

agglomerat dari partikel kecil serbuk. Pemberiaan granul dapat

dilakukan dengan memasukkan granul ke dalam kapsul gelatin lunak

atau dibuat menjadi tablet yang dapat segera hancur. Granul

merupakan hasil dari proses granulasi yang bertujuan untuk

meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi

bulatan-bulatan atau agregat-agregat dalam bentuk yang beraturan.

Proses granulasi dapat dilakukan dengan metode granulasi kering dan

granulasi basah (Ansel, 1999; Effentakis, M., dkk, 2000).

Effervescent merupakan sediaan yang mengandung campuran

dari substansi asam dan basa karbonat yang dapat mereaksi cepat

ketika bertemu dengan air dan menghasilkan buih-buih atau

gelembung gas karbondioksida (CO2). Hal ini terjadi karena adanya

reaksi kimia yang terjadi antara substansi asam dan basa yang

bertemu sehingga membentuk suatu garam natrium dan

menghasilkan CO2 serta air. Namun reaksi ini hanya dapat terjadi jika

paling tidak terdapat sedikit air dalam produk (Ansel, 1989).

Effervescent didefinisikan sebagai timbulnya gelembung gas

dari cairan sebagai hasil dari reaksi kimia. Campuran effervescent


telah diketahui dan digunakan sebagai obat sejak 100 tahun yang lalu.

Tablet effervescent merupakan metode yang nyaman untuk

pemberian sejumlah zat aktif atau bahan kimia yang telah diukur

sebelumnya dengan disolusi. Larutan effervescent berkilau, lezat, dan

menyediakan zat aktif dalam bentuk larutan dengan ketersediaan

hayati yang terjamin bagi orang yang sulit menelan tablet atau kapsul

biasa (Siregar dan Wikarsa, 2010). Effervescent didefenisikan sebagai

bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil

reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan effervescent

adalah karbondioksida sehingga dapat memberikan efek sparkling

yaitu rasa seperti air soda (Lieberman, dkk., 1986).

Sistem effervescent menggunakan matriks seperti metilselulosa

dan kitosan serta berbagai macam senyawa eferfesen, misalnya

natrium bikarbonat, asam tartrat dan asam sitrat. Ketika kontak

dengan cairan lambung akan menghasilkan gas CO2 dan selanjutnya

akan membantu penetrasi cairan ke dalam tablet kemudian tablet

akan mengembang. Sedangkan pada sistem non-effervescent mampu

membentuk gel dan mudah mengembang setelah kontak dengan

cairan lambung ketika udara terperangkap dalam matriks sehingga

obat mengapung dan mencapai kepadatan massa kurang dari 1.

Matriks yang digunakan berupa golongan selulosa hidrokoloid

(misalnya hidroksil etil selulosa, hidroksil propil selulosa, hidroksipropil

metil selulosa [HPMC] dan natrium karboksi metil selulosa),


polisakarida atau matriks pembentuk polimer (misalnya, polikarbopil,

poliacrilates, dan polistirene) (Narang, 2011).

Sifat alir merupakan salah satu karakteristik yang penting dari

granul, terutama untuk granul yang akan dicetak menjadi tablet. Sifat

alir granul yang baik akan mempermudah proses pencetakan tablet.

Salah satu karakteristik granul yang lebih menguntungkan daripada

serbuk adalah kestabilan granul terhadap efek dari kelembapan

udara, karena luas permukaan granul yang lebih kecil daripada serbuk

(Nugrahani, dkk, 2016).

Sediaan granul (multiunit) memiliki beberapa keuntungan dan

kerugian dibandingkan dengan sediaan tunggal. Keuntungannya

antara lain, lebih mudah diperkirakan waktu pengosongannya di

lambung, pengosongannya di lambung tidak bergantung adanya

makanan di lambung, variasi absorpsinya rendah, dan memiliki risiko

yang lebih rendah untuk terjadinya dose dumping. Beberapa kerugian

sediaan multiunit dibandingkan sediaan tunggal, antara lain proses

pembuatannya lebih sulit dan lebih mahal, dan proses pengisian ke

kapsul gelatin sulit terutama untuk partikel yang berbeda ukuran.

Sediaan multiunit, seperti granul, lebih cocok digunakan sebagai

sediaan lepas terkendali dibandingkan sediaan tunggal karena dapat

mengurangi variasi absorpsi dan risiko terjadinya dose dumping

(Shimpi, dkk., 2016).


B. Uraian Bahan

1. Asam Askorbat (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : ASAM ASCORBAT

Nama lain : Asam askorbat

RM/BM : C6H8O6 / 176,13 g/mol

Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau

agak kuning, tidak berbau, rasa

asam.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar

larut dalam etanol (95%) P,

praktis tidak larut dalam kloroform,

dalam eter dan dalam benzene.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan

terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai sampel.

2. Asam Sitrat (Rowe et al, 2009)

Nama resmi : CITRIC ACID

Nama lain : Asam sitrat

RM/BM : C6H8O7.H2O / 210,14 g/mol

Pemerian : Serbuk hablur, tidak berwarna,

tembus cahaya, tidak berbau atau

praktis tidak berbau, memiliki rasa

asam yang kuat


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan

mudah larut dalam etanol

(Lindberg, dkk., 1992).

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, di

tempat yang sejuk dan kering.

Kegunaan : Zat Pengasaman (Acidifying

agent)

3. Na CMC (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : NATRII

CARBOXYMETHYLCELLULOSE

SODIUM

Nama lain : Natrium karboksimetil selulosa

RM/BM : C23H46N2H2SO4H2O/ 694,85 g/mol

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau

kuning gading, tidak berbau,

higroskopik

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air,

membentuk suspense koloidal,

tidak larut dalam etanol (95%) P,

dalam eter dan dalam pelarut

organic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut


4. Etanol (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol

RM/BM : C2H6O / 46,07 g/mol

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih,

mudah menguap, mudah

bergerak, bau khas, rasa panas,

mudah terbakar

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,

kloroform P, dan eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,

terlindung dari cahaya, dijauhkan

dari api

Kegunaan : Zat tambahan

5. Sukrosa (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : SUKROSA

Nama lain : Sukrosa

RM/BM : C12H22O11

Pemerian : Hablur tidak berwarna

Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air dan

dalam 370 bagian etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat tambahan

6. Natrium Bikarbonat (Ditjen POM, 1979)


Nama resmi : NATRII SUBCARBONAS

Nama lain : Natrium Bikarbonat

RM : NaHCO3

Pemerian : Serbuk putih atau hablur, buram,

tidak berbau, rasa asin

Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air, praktis

tidk larut dalam etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat tambahan

7. Maltodextrin (Rowe et al, 2009)

Nama resmi : MALTODEXTRINUM

Nama lain : Maltodextrin

RM/BM : (C6H10O5)n.H2O / 900-9000 g/mol

Pemerian : Serbuk putih, tidak manis, tidak

berbau

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di

tempat yang sejuk dan kering

BAB III

METODE KERJA
A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Ayakan

b. Batang pengaduk

c. Beaker glass

d. Cawan porselen

e. Corong

f. Gelas ukur

g. Oven

h. Pipet tetes

i. Sendok tanduk

j. Timbangan analitik

2. Bahan

a. Asam askorbat

b. Asam Sitrat

c. Etanol 95%

d. Kertas pH

e. Sukrosa

f. Maltodextrin

g. Natrium bikarbonat

h. Amarant

i. Strowberry flavor

B. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan Bahan

2. Campuran A : Natrium bikarbonat dan Na. CMC dimasukkan ke

dalam lumpang. Disemprotkan dengan etanol 95% hingga dapat

dikepal, diayak dan dikeringkan dalam oven pada suhu 40-50°C

selama 15 menit.

3. Campuran B : Asam askorbat, asam sitrat, maltodextrin, laktosa

dihomogenkan di dalam lumpang dan diayak.

4. Setelah kering, campuran A dan B dihomogenkan dengan

penambahan amaranth strowberry secukupnya.

5. Granul siap dievaluasi

a. Organoleptis (Bentuk, Warna, Rasa, Bau)

 Tujuan : Uji organoleptik dilakukan ntuk mengetahui

tampilan fisik dari sediaan. Uji organoleptik dilakukan

secara visual, untuk melihat warna, bentuk, aroma dan

rasa

 Alat : -

 Prosedur kerja : dilakukan dengan cara mengamati

bentuk, warna, bau dan rasa dari granul yang dihasilkan.

 Syarat : -

b. Kadar Air (%LOD, %MC)

 Tujuan : Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui

jumlah kadar air yang terdapat di dalam granul.


 Alat : Pengukuran kadar air dilakukan dengan

menggunakan alat moisture balance.

 Prosedur kerja : Adapun untuk cara kerja moisture

balance yaitu pembacaan kadar air secara otomatis,

dengan cara memasukkan sampel sebanyak ± 2gram

kedalam cawan aluminium, selanjutnya tutup dan tunggu

hingga muncul angka pada % LOD dalam layar alat

dengan syarat 2-4%.

 Syarat : Syarat kadar air dalam granul adalah 2-4%

c. Sudut Istirahat

 Tujuan : Sudut istirahat digunakan untuk

mengkarakterisasi sifat alir dari suatu padatan. Sudut

istirahat berkaitan dengan gesekan atau resistensi antar

partikel terhadap pergerakan antar partikel. Granul yang

terjatuh dari hopper diukur tinggi gunungan dan jari-jari

yang dihasilkan.

 Alat : Moisture Analyzer adalah alat yang dirancang untuk

penentuan kadar lembab yang terkandung dalam suatu

sampel cair, serbuk, maupun granul.

 Prosedur kerja : Penentuan kadar air granul dilakukan

dengan menghitung kandungan lembab. Diambil sejumlah

granul seberat 1 g granul ditimbang dan dipanaskan

dalam alat dengan suhu 105°C selama 15 menit.


 Syarat : Kandungan lembab serbuk atau granul yang akan

dibuat tidak lebih dari 3-5%.

d. Kecepatan Alir

 Tujuan : Uji kecepatan alir dilakukan untuk mengetahui

sifat alir dari granul.

 Alat : Laju alir granul ditentukan dengan menggunakan

alat flowmeter.

 Prosedur kerja : Serbuk ditempatkan di atas hopper

kemudian dialirkan dan dicatat berapa waktu yang

diperlukan granul untuk mengalir dari hopper ke bawah.

 Syarat : Kecepatan alir baik apabila granul mengalir 10

g/detik.

e. Uji Pengetapan

 Tujuan : untuk mengetahui kemampatan sediaan granul

agar mengetahui kelayakan granul untuk dikempa menjadi

sediaan tablet.

 Alat : Tapping Device ialah alat uji pengetapan granul

(bubuk obat).

 Prosedur kerja : Tuangkan granul secara perlahan

kedalam gelas ukur sampai volume 50mL, Setelah masuk

kedalam gelas ukur, lakukan pengetapan sebanyak

30,50,100 kali pengetapan, lakukan terus hingga serbuk


tidak turun lagi (volume konstan) kemudian catat

tingginya.

 Syarat : Granul dengan sifat alir yang baik akan memiliki

nilai T% < 20%

f. Uji Ph

 Tujuan : Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui

derajat keasaman larutan granul, apabila pH larutan

terlalu asam dapat menyebabkan iritasi pada lambung

sedangkan apabila terlalu basa dapat menimbulkan rasa

pahit dan tidak enak.

 Alat : Alat untuk pengujian hasil granul ialah pH meter.

 Prosedur kerja : granul ditimbang sebanyak 5 gram dan

dilarutkan dalam 100 ml air kemudian diukur pH dengan

pH meter.

 Syarat : Granul memenuhi syarat bila pH diantara 5-6.

C. Rancangan Formula

Nama Produk : SIX.C®

Jumlah Produk : 2000

No. Registrasi : DBL7232562810A1

No. Batch : B102001

Mg. Date : 17 November 2023

Exp. Date : 1 tahun setelah pembuatan

Kode Nama Bahan Fungsi Satuan Batch


Bahan

001 Asam Askorbat Zat Aktif 500 mg 25000 mg

002 Natrium Bikarbonat Zat tambahan 300 mg 15000 mg

Zat
Asam Sitrat 100 mg 5000 mg
003
pengasam

Na CMC Kontrol 40 mg 2000 mg


004
Negative

Sukrosa Pemanis 400 mg 20000 mg


005

006 Maltodextrin Pengisi 660 mg 33000 mg

007
Amarant Pewarna q.s q.s

008 Strowberry Flavor Pengaroma q.s q.s

D. Perhitungan bahan

Satuan

1. Asam askorbat : 500 mg

15
2. Natrium bikarbonat : ×2000=300mg
100

5
3. Asam sitrat : ×2000=100 mg
100

2
4. Na. CMC : ×2000=40 mg
100

20
5. Sukrosa : ×2000=400 mg
100

6. Maltodextrin : 2000−(500+300+ 100+40+ 400)


¿ 2000−1340

¿ 660 mg

Batch

1. Asam askorbat : 500 mg × 50 = 25000 mg

2. Natrium bikarbonat : 300 mg × 50 = 15000 mg

3. Asam sitrat : 100 mg × 50 = 5000 mg

4. Na. CMC : 40 mg × 50 = 2000 mg

5. Sukrosa : 400 mg × 50 = 20000 mg

6. Maltodextrin : 660 mg × 50 = 33000 mg


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Formula
Evaluasi
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

Organolepti

- Bentuk Serbuk Serbuk Serbuk Serbuk Serbuk Serbuk Serbuk

- Warna Pink Pink Pink Pink


Pink Pink Pink
- Rasa Kecut Kecut Kecut Kecut Kecut Kecut
Kecut

- Bau Stawberry Stawberry Stawberr Strawberry Tidak Tidak Tidak


y berbau berbau berbau
Kadar Air

%LOD 3% 0% 0,93% 50% 1,6% 1,37% 0%

%MC 4% 0% 0,93% 100% 1,62% 1,39% 0%

Sudut 26,57˚ 37,59˚ 14,93˚ 28,07˚ 15,6˚ 21,8˚ 0˚


Istirahat
Kecepatan 13 s/20 g 12 s/ 20 15 s/ 20 15 s/ 20
17 s/ 20 g 11 s/20 g 9 s/ 20 g
alir g g g
Uji 16,6% 18% 18,5% 15% 19% 18% 19%
Pengetapan
Terdapa
Terdapat Terdapat Terdapat Terdapat Terdapat Terdapat
t
Uji Ph buih, buih, buih, buih, buih, buih,
buih,
pH : 4 pH : 4 pH : 4 pH : 7 pH : 7 pH : 7
pH : 7

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan mengenai sediaan granul

effervescent. Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang


menghasilkan gelembung gas sebagai reaksi kimia larutan. Gas yang

dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbondioksida sehingga

dapat memberikan efek sparkling.

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu ayakan,

batang pengaduk, beaker glass, cawan porselen, corong, gelas ukur,

oven, pipet tetes, sendok tanduk, dan timbangan analitik. Adapun bahan

yang digunakan yaitu asam askorbat, asam sitrat, etanol 95%, kertas pH,

laktosa, maltodextrin, dan natrium bikarbonat.

Dalam pembuatan granul yang baik, maka dapat dilakukan evaluasi

sediaan. Yang pertama yaitu uji organoleptis dengan cara melakukan

pengamatan melalui indra manusia (Ansel, 2008). Granul effervescent

dapat berbentuk serbuk, berwarna pink, rasa kecut, dan berbau

strawberry (Ansel, 2008).

Selanjutnya yaitu uji kadar air. Berdasarkan pengamatan granul

ketujuh formula mempunyai kadar air yang berbeda-beda yaitu pada F1

memiliki nilai 3% dan 4%, F2 memiliki nilai 0% dan 0%, F3 memiliki nilai

0,93% dan 0,93%, F4 memiliki nilai 50% dan 100%, F5 memiliki nilai

1,62% dan 1,6%, F6 memiliki nilai 1,37% dan 1,39%, F7 memiliki nilai 0%.

Formula 2 dan 7 memiliki niali susut pengeringan paling kecil dibanding

yang lainnya dan formula 4 memiliki nilai paling besar. Hal tersebut dapat

terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor penyebab diantaranya

suhu temperatur oven yang terlalu tingi atau terlalu lama dalam

pengeringan granul. Uji susut pengeringan bertujuan untuk mengetahui


kadar kelembaban granul setelah mengalami pengeringan, karena granul

dengan kadar air yang masih tinggi akan berpengaruh terhadap proses

pencetakan tablet. Hasil dari Formula 6 pada %LOD yaitu 1,37% dan

%MC yaitu 1,39% yang menunjukkan hasil yang memenuhi syarat.

Menurut (Lachman, 1989) stabilitas zat dalam granul cukup baik bila nilai

LOD dan MC ≤ 10%.

Selanjutnya yaitu uji sudut diam atau sudut istirahat. Sudut diam

merupakan salah satu uji granul yang menunjukkan bagaimana sifat alir

dari suatu granul dikatakan baik. Berdasarkan pengamatan granul ketujuh

kelompok mempunyai sudut diam yang berbeda-beda yaitu pada F1 ;

26,57˚, F2 ; 37,59˚ C, F3 ; 14,93˚ C, F5 ; 15,6˚ C, F7 ; 0˚C%. Pada

kelompok uji sudut diam ada beberapa kelompok yang tidak sesuai

dengan teori karena pada saat proses pembuatan granul terdapat

kesalahan pengayakan . Menurut (Aulton, 1988; Liebermann & Lachman,

1986) Waktu alir dipersyaratkan dengan sudut diam harus memenuhi

syarat proses pembuatan.

Selanjutnya itu uji kecepatan alir. Kecepatan waktu alir granul

berpengaruh pada proses pencetakan tablet, semakin cepat granul

mengalir maka semakin kecil waktu alir yang didapat atau granul mudah

mengalir maka akan semakin baik proses pencetakan tablet dan

keseragaman bobot yang dihasilkan. Berdasarkan pengamatan granul

ketujuh formula mempunyai kecepatan alir yang berbeda-beda yaitu pada

F1 : 13 s/20 g, F2 : 17 s/ 20 g, F3 : 12 s/ 20 g, F4 : 17 s/ 20 g, F5 : 15 s/
20 g, F6 : 9 s/ 20 g, F7 : 15 s/ 20 g. Hal ini tidak sesuai dengan teori.

Menurut (Ben, 2008), waktu alir yang dipersyaratkan yaitu 100 gram

granul mengalir dalam waktu <10 detik. Adapun granul yang diuji

sebanyak 20 gram sehingga waktu alir yang baik yaitu 2 detik. Adapun

hasil dari Formula 6 yaitu 9 s/20 g yang menujukkan hasil uji kecepatan

alir yang tidak memenuhi syarat.

Selanjutnya, uji pengetapan. Uji pengetapan merupakan penerapan

sejumlah volume granul atau serbuk akibat adanya hentakan atau tap.

Bentuk, ukuran dan kerapatan dari suatu granul akan berpengaruh

terhadap uji pengetapan. Berdasarkan pengamatan granul ketujuh formula

mempunyai uji pengetapan yang berbeda-beda yaitu pada F1 : 16,6%,

F2 : 18%, F3 : 18,5%, F4 : 15%, F5 : 19%, F6 : 18%, F7 : 19%. Hal ini

sesuai dengan teori. Menurut (Chandira et al., 2012). Serbuk memiliki sifat

alir yang baik jika memiliki nilai indeks < 20%. Hasil uji pengetapan pada

Formula 6 yaitu 18% yang menunjukkan hasil yang memenuhi syarat.

Selanjutnya uji pH. Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui tingkat

keasaman dari suatu sediaan. Berdasarkan pengamatan granul ketujuh

formula mempunyai pH yang berbeda-beda yaitu pada F1 terdapat buih

dengan pH : 4, F2 terdapat buih dengan pH : 4, F3 terdapat buih dengan

pH : 4, F4 terdapat buih dengan pH : 7, F5 terdapat buih dengan pH : 7,

F6 terdapat buih dengan pH : 7, F7 terdapat buih dengan pH : 7. Pada

formula 4,5,6,7 dinyatakan bahwa pH memenuhi syarat yaitu pH 6-7

sehingga dikatakan memenuhi syarat pengujian (Mohrle, 2014).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang

menghasilkan gelembung gas sebagai reaksi kimia larutan. Gas yang

dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbondioksida sehingga

dapat memberikan efek sparkling yaitu rasa seperti soda. Beberapa

pengujian ada yang tidak sesuai syarat hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor penyebab diantaranya suhu temperatur oven yang

terlalu tinggi atau terlalu lama dalam pengeringan granul.

B. Saran

Praktikan diharapkan lebih memperhatikan kebersihan dan waktu

agar praktikum dapat berjalan dengan lancar


DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta :
Universitas Indonesia Pres

Ansel, Howard. C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas


Indonesia Pres : Jakarta

Ansel, H.C., Allen, L.V., and Popovich, N.G. 1999. Pharmaceuticl Dosage
Forms and Drug Delivery System. Edisi VII. Lippincott Williams &
Wilkins a Wotters Kluver Company. Philadelphia-Baltimare-New
York.

Ben and Robert E., 2008. Evvervescent tablet.Churchill living stone : New
York

Chandira et al., 2012. Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direk, 590,


591, Medika No.7.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan Indonesia

Effentakis, M., A. Koutlis & M. Vlachou. Development and Evaluation of


Oral Multiple-unit and Single-unit Hydrophilic Controlled-release
Systems. AAPS Pharm. Sci. Teck. 1(4). 2000:1-7

Lieberman, Lachman, Leon, Herbert A dan Joseph L. Kanig. 1986. The


Theory and Practice of Industrial Pharmacy. Le & Febringer,
Philadelphia. 314-320

Lachman, dkk 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. UI Press :


Jakarta.

Linberg, N., Engfors, H., and Ericsson T. 1992. Effervescent


Pharmaceutical in Swarbick, J., and Boylan, J.C. (Editors)
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Volume V. New York :
Marcel Dekker Inc
Mohrle, R., 2014. Effervescent tablets in Lieberman, H.A., Lachman, L.,
(eds), Pharmaceutical Dossage form : Tablet, Vol. I, 225-228, Marcell
Dekker Inc., New York

Narang, N. 2011. An Updated Review on Pulsatile Drug Delivery System.


International Journal of Advances in Pharmaceutics, 3(1). 1-7

Nugrahani, I., Rahmat & Djajadisastra J. 2016. Karakteristik Granul dan


Tablet Propanolol Hidroklorida dengan Metode Granulasi Peleburan.
Majalah Farmasi Indonesi. 2(2) : 100

Rowe, R.C. et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed.


London : The Pharmaceutical Press

Shimpi, S.B., Chauhan, K.R. Mahadik & A. Paradkar. 2016. Preparation


and Evaluation of Diltiazem Hydrochloride-Gelucire 43/01 Floating
Granules Prepared by Melt Granulation. AAPS Pharm. Sci. Tech.
5(3) : 1-5

Siregar, Charles J.P. dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan


Tablet dasar-Dasar Praktis. Cetakan II. Jakarta : Kedokteran EGC
LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 2
Memasukkan Natrium Bikarbonat Ditetesi etanol sambil diuleni hingga
(Campuran A) homogen

Gambar 3 Gambar 4
Campuran A diayak Penimbangan campuran A sebelum
dimasukkan ke dalam oven

Gambar 5 Gambar 6
Campuran A dimasukkan ke dalam Penimbangan campuran A setelah
oven keluar dari oven

Gambar 7 Gambar 8
Memasukkan Asam Askorbat Memasukkan laktosa ke dalam
(Campuran B) campuran B
Gambar 9 Gambar 10
Menguleni campuran B Mengayak campuran B

Gambar 11 Gambar 12
Melakukan uji Ph Hasil uji pH
Gambar 13 Gambar 14
Melakukan uji pengetapan Hasil akhir uji Pengetapan

Gambar 15
Melakukan uji kecepatan alir
Perhitungan Bahan

Anda mungkin juga menyukai