Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FORMULASI PEMBUATAN TABLET FLOATING EKSTRAK DAUN


JAMBU BIJI UNTUK ANTIDIARE

Disusun oleh :
Nafi’ah Emma Suryani (1808062197)
Surya Perdana W (1808062198)
Dwi PujiLestari (1808062199)
Arif Fadli (1808062200)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSTAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.


Alhamdulillahirrobil’alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis diberi kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah
dengan judul “Formulasi Pembuatan Tablet Floating Ekstrak Daun Jambu Biji”.
Makalah ini disusun sebagai salah tugas dalam mata kuliah “Praktikum
Farmasi Industri”. Dengan kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil penelitian
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu farmasi khususnya dan ilmu
pengetahuan pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Yogyakarta, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................5
A. Sifat Bahan dan Sediaan..........................................................................................5
B. Bahan Tambahn Pembuatan Tablet.........................................................................5
BAB III PRODUKSI........................................................................................................11
A. Formulasi berdasarkan aspek preformulasi................................................................
B. Penimbangan..............................................................................................................
C. Metode pembuatan ……………………………………………………….............
D. IPC dan Syarat Penerimaan ……………………………………………………...
E. Evaluasi sediaan dan syarat penerimaan …………………………………………
F. Parameter standar ekstrak ………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa tanaman herbal yang telah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai
anti diare terdiri dari Aegle marmelos, Cyperus rotundus, Psidium guajava L., dan
Zingiber officinale. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tannaz, tanaman jambu biji
atau Psidium guajava L. terutama bagian daun, memiliki efektifitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan beberapa tanaman lain yang digunakan sebagai anti diare. Hal
tersebut berkaitan dengan beberapa kandungan metabolit sekunder pada daun Psidium
guajava L. (Tanzas ., et al, 2014).

Psidium guajava L. diketahui mengandung beberapa bahan aktif antara lain tanin,
flavonoid, guayaverin, leukosianidin, minyak atsiri, asam malat, damar, dan asam oksalat,
tetapi hanya komponen khusus seperti flavonoid, tanin, minyak atsiri, dan alkaloid yang
.memiliki efek farmakologi sebagai antidiare (Biswas B., et al, 2013).

Satu bahan aktif yang terkandung dalam daun Psidium guajava yang memiliki
peranan paling efektif sebagai antidiare adalah flavonoid. Senyawa turunan flavonoid
yang terkandung dalam daun Psidium guajava L. adalah quercetin (Anonim, 2008).
Senyawa quercetin memiliki potensi sebagai agen antidiare dengan menghambat pelepasan
asetilkolin yang dapat meningkatkan kontraksi usus sehingga terjadi penurunan kontraksi usus
(Permenkes, 2016).

B. Tujuan
1. Mengetahui parameter standar mutu sediaan dan ekstrak.
2. Dapat memformulasi bahan dalam membuat sediaan tablet floating dari ekstrak daun
jambu biji.
3. Mengetahui metode pembuatan tablet floating dan IPC nya
4. Mengetahui metode analisis kandungan zat aktif dari tablet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sifat Bahan dan Sediaan
1. Sifat Bahan Zat Aktif

• Rendemen : tidak kurang dari 12,3 %, etanol P sebagai pelarut.


• Formula Molekul : C15H10O7
• BM : 302,238 g/mol
• Sifat Fisik : jarum kuning atau bubuk kuning
• Titik Lebur : 316-318 oC
• Kelarutan : sangat larut dalam eter, metanol, larut dalam etanol,
aseton, aseton, piridin, asam asetat (sedikit larut air).
• Tekanan uap : 2,81 x 10-14 Pada derajat 25°C
• Densitas : 1,799 g/cm2
Pubchem, diakses pada tanggal 14 maret 2019.
2. Khasiat
Quersetin sebagai anti diare yaitu dapat menghambat berbagai neurotransmitter
yang bersifat spasmogenik. Asetilkolin merupakan salah satu neurotransmitter
spasmogenik usus yang dapat meningkat akibat adanya iritasi bakteri di usus.
Penghambatan pada asetilkolin akan menyebabkan penurunan kontraksi usus sehingga
dapat menghentikan diare (Fratiwi, 2015). Quersetin juga dapat merelaksasi otot dan
menghambat kontraksi saluran pencernaan dengan menghambat pengeluaran kalsium
intraseluler dari retikulum sarkoplasmik (Ezekwesik et al., 2010).
3. ADME zat aktif dalam tubuh
Abasorbsi : Quercetin diabsorpsi melalui usus.

Distribusi : Melalui saluran sistemik


• Metabolisme : Metabolisme quercetin dihepar dengan half-time kurang dari 2 jam.

• Ekskresi :Ekskresi melalui urin

(Grafae., et al, 1999)

4. Indikasi dan dosis


Indikasi : antidiare
Dosis : 500 mg ekstrak daun jambu biji per hari.
(Permenker RI, 2016)
Ekstrak daun jambu biji 100 mg/ kg BB tikus lebih efektif sebagai anti diare dari 50
mg/ kg BB tikus (Khalied., et al, 2019).
5. Kontra Indikasi
Appendicitis, hipoglikemi, dan pasien dengan pengobatan hati (Cheng et al, 1983
dan Singh et al, 1983). Jangan digunakan lebih dari 30 hari. Tidak direkomendasikan
untuk penggunaan pada anak-anak, wanita hamil dan menyusui (Acuan sediian herbal
vol 6).
6. Toksisitas
LD50 mencit intaperitonial = 13,12 (8,95-19,23 mg/10 gram BB)
LD50 ekstrak air per oral = 5 g/KgBB
LD50 ekstrak petrolium eter = 5 g/KgBB
LD50 ekstrak kloroform = 5 g/KgBB
LD50 ekstrak etil asetat = 2 g/KgBB
LD50 ekstrak metanol = 2 g/KgBB
LD50 ekstrak air = 2 g/KgBB
(Permenkes RI, 2016).
7. Efek Samping
Dapat menyebabkan konstipasi (Acuan sediian herbal vol 6).
Interaksi
Penghambat absorbsi zat besi (Permenkes RI, 2016).
8. Peringatan Selama Penggunaan
Ekstrak daun berpotensi memperpanjang waktu pembekuan darah
Jangan digunakan lebih dari dosis dan lama pemberian yang direkomendasikan.
(Permenkes RI, 2016).
B. Bahan Tambahan Pembuatan Tablet
1. Hidroksipropil Methyl Cellulose (HPMC)
Hidroksipropil methyl cellulose (HPMC) atau hypromellose adalah OMetilasi
dan O-(2-hidroksipropilasi). HPMC dikenal sebagai polimer pembentuk film dan
memiliki penerimaan yang sangat baik. HPMC memiliki bentuk yang transparan, kuat,
dan fleksibel HPMC merupakan turunan dari metilselulosa yang memiliki ciri serbuk
atau butiran putih , tidak memiliki bau dan rasa. Dapat mudah larut dalam air panas,
sangat sukar larut dalam eter, etanol atau aseton. Stabil pada p H 3 hingga 1. Berfungsi
sebagai matriks (Dewi., citra., dan Saptarini., 2016)
2. Etil Selullose
Etilselulosa, etil eter dari selulosa, adalah polimer rantai panjang dari unit b-
anhoglucose yang bergabung bersama oleh hubungan asetal. Rumus molekul:
C12H23O5. Berfungsi sebagai coating agent. Etilselulosa berwarna hambar, mengalir
bebas, berwarna putih hingga cokelat terang bubuk (Handbook of excipient 6 th
edition).
3. Natrium Bikarbonat (NaHCO3 )
Fungsi: agen alkalinisasi
Sodium bikarbonat bentuk kristal, tidak berbau, putih bubuk dengan rasa garam,
sedikit basa. Struktur kristal adalah prisma monoklinik. Kelas dengan ukuran partikel
yang berbeda, dari bubuk halus untuk butiran seragam mengalir bebas, secara
komersial. Prkatis tidak larut etanol (95%) dan eter. Larut air 1 dalam 11 bagian
(Handbook of excipient 6 th edition).
4. Asam Sitrat
Rumus molekul : C18H36O2
BM : 284.484 g/mol
Fungsi :
Asam stearat adalah bubuk atau kristal yang tidak berwarna, berlilin atau berwarna
putih. Ini memiliki bau dan rasa seperti lemak. Zat ini mudah larut dalam benzen,
karbon tetraklorida, kloroform, dan eter; larut dalam etanol, heksan dan propilen
glikol praktis tidak larut dalam air (Pubchem diakses pada 1 April 2019 pukul 16.15
wib).
5. Mucilago Amili
Amilum adalah pati yang diperoleh dari biji Oryza sativa. L., sedangkan amilum
manihot merupakan pati yang diperoleh dari ketela (Manihot utilissima). Amilum
oryzae berupa serbuk sangat halus dan putih. Praktis tidak larut dalam air dingin dan
dalam etanol. Secara mikroskopik amilum berupa butir persegi banyak ukuran 2 μm
sampai 5 μm, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur ukuran 10 μm sampai 20 μm.
Hilus di tengah, tidak terlihat jelas; tidak ada lamela konsentris (Depkes, 1995).
Berfungsi sebagai pengikat.
6. Mg Stearat
Rumus molekul : Mg(C18H35O2)2
Fungsi : lubrikan
Magnesium stearat adalah sangat halus, putih muda, diendapkan atau giling,
memiliki bau yang samar asam stearat dan rasa khas. raktis tidak larut dalam etanol,
etanol (95%), eter dan air; sedikit larut dalam benzena hangat dan etanol hangat
(95%) (Handbook of excipient 6 th edition).
7. Talk
Bedak adalah dimurnikan, terhidrasi, magnesium silikat, kira-kira dengan rumus
Mg6(Si2O5)4(OH)4. Ini mungkin mengandung jumlah kecil aluminium silikat dan
besi.
Fungsi : lubricant
Bedak adalah bubuk kristal yang sangat halus, putih hingga keabu-abuan, tidak
berbau, tidak bisa ditembus, tidak mengandung karat. Ini mudah menempel pada
kulit dan lembut saat disentuh dan bebas dari grittiness (Handbook of excipient 6 th
edition).
BAB III
PRODUKSI
A. Formula Tablet Floating
R/ Ekstrak daun jambu biji
HPMC
Etil Selulose
NaHCO3
Asam stearin
Mg Sitrat
Talk
Mucilago amili
B. Penimbangan
Bahan Persentase Penimbangan

Ekstrak daun jambu biji 41% 250 mg

HPMC 20% 120 mg

Etil Selulose 20% 120 mg

NaHCO3 8% 18 mg

Asam Sitrat 4% 24 mg

Mg Stearat 2% 0,33mg

Talk 1% 0,16 mg

Mucilago amili 10% - qs

C. Metode Pembuatan

D. IPC (In Proces Control) dan Syarat Penerimaan


1. Waktu alir

Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong dibuka
sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu alir granul dicatat dan
sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter dan tinggi tumpukan granul yang
keluar dari mulut corong. Waktu alir dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari
300 Syarat : dalam 100 gram tidak kurang dari 10 detik (Liebermann & Lachman,
1986).

2. Kadar Air

Uji kadar air dilakukan menggunakan alat Halogen Mosture Analyzer. Granul
ditimbang sebanyak 1 gram menggunakan wadah dari alumunium foil. Kemudian
masukan alumunium foil yang berisi granul ke dalam alat, tutup alat dan tunggu hingga
behenti. Alat Halogen Mosture Analyzer memiliki suhu kurang lebih 105oC dan waktu
kerja alat sekitar 15 menit.

3. Kandungan Kimia
a. penetapan kuersetin ekstrak kering daun jambu biji
penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan metode KLT – densitometri.
Fase gerak : kloroform : aseton : asam formiat ( 10 : 2 : 1 )
Fase diam : silika gel 60 GF254
Larutan pembanding : kuersetin
Deteksi : AlCl3
Volume penotolan : Totolkan 20 µL larutan uji dan 2 µL larutan pembanding
(Anonim, 2008)
E. Standarisasi Ekstrak
1. Susut pengeringan

Sebanyak 5 gram serbuk kering ekstrak daun jambu biji dimasukan dalam alat
Halogen Moisture Analysis dengan menggunakan almunium foil, kemudian diukur nilai
Moisture Content pada suhu 105oC sampai bobot konstan, sehingga diketahui susust
pengeringan pada serbuk kering ekstrak. Dikatakan memenuhi syarat jika nilai Moisture
Content kurang dari 10 % (Depkes RI, 1994).

2. Kadar kuersetin
Pembuatan Larutan Baku Kuersetin
Dibuat larutan induk 1000 ppm dengan cara menimbang dengan seksama 10 mg
kuersetin p.a dan dilarutkan dengan etanol p.a 10 mL. Kemudian dibuat larutan standar
kuersetin 100; 200; 300; 400; 500; 600; 700 ppm dari pengenceran larutan baku kuersetin
1000 ppm.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin
Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan cara membuat larutan standar
kuersetin 400 ppm kemudian sebanyak 1 mL larutan kuersetin 400 ppm tersebut direaksikan
dengan 1 mL AlCl3 2% di dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 mL asam asetat 5%
ke dalam larutan dan dilakukan pembacaan pada rentang panjang gelombang 400-500 nm
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.
Penetapan Operating Time Kuersetin
Penentuan operating time dilakukan dengan mengambil sebanyak 1 mL larutan
kuersetin 200 ppm dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu direaksikan dengan 1 mL AlCl 3 2%,
dan ditambahkan 1 mL asam asetat 5% ke dalam larutan. Larutan diukur absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh dengan interval waktu 1 menit sampai
diperoleh absorbansi yang stabil.
Uji validasi metode analisis Ketepatan (akurasi)
Sampel ekstrak daun jambu biji ditambahkan kuersetin baku sebanyak 80; 100 ; dan
120 ppm dari rerata kadar kuersetin yang terdapat pada sampel, kemudian dianalisis dengan
prosedur yang sama seperti pada sampel. Hasil dinyatakan dalam persen perolehan kembali
(% recovery). Persen perolehan kembali dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
Ketelitian (Presisi) Larutan kuersetin
100 ppm di pipet 1 mL dari larutan stok kemudian dimasukkan kedalam labu terukur
10 mL di add dengan etanol sampai konsentrasi 10 ppm. Kemudian larutan baku kuersetin
dengan konsentrasi 10 ppm tersebut didiamkan selama waktu operating time kemudian
dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Uji ketelitian ini dilakukan
sebanyak 5 kali pengulangan. Uji presisi (keseksamaan) ditentukan dengan parameter RSD
(Relative Standard Deviasi)
Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ)
Batas deteksi dan batas kuantitas dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi
linear dari kurva kalibrasi dengan membuat larutan baku kerja dengan konsentrasi 100; 200;
300; 400; 500; 600; 700 ppm lalu lalu dipipet 1 mL kemudian ditambahkan 1 mL AlCl 3 5%
setelah itu diinkubasi selama 20 menit, absorbansi dari larutan pembanding diukur
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Setelah diukur
absorbansi dari larutan baku kerja dicari persamaan regresi antara kadar (konsentrasi) dengan
absorbansi. Kemudian dihitung harga Limit Of Detection dan Limit Of Quantitation.

Linearitas (kurva baku)


Linieritas dilakukan dengan cara membuat larutan baku kuersetin 1000 ppm
kemudian dibuat larutan baku kerja dengan konsentrasi 10; 20; 30; 40; 50; 60 dan 70 ppm
lalu dipipet 1 ml kemudian ditambahkan 1 ml aluminium (III) klorida 2%, 1 ml larutan
CH3COOH 5%, Setelah itu diinkubasi selama 20 menit, absorbansi dari larutan pembanding
diukur menggunakan spektrofotometer UV Vis pada panjang gelombang maksimum. Kurva
hubungan antara kadar vs serapan dibuat kemudian ditentukan persamaan regresi linier serta
koefisien korelasi (x) dan kefisien korelasi dari fungsi regresi untuk mengevaluasi lineritas.
Berdasarkan nilai koefisien korelasi dapat diketahui linieritasnya baik atau tidak. Koefisien
korelasi dikatakan baik apabila r ≥ 0,98 dan koefisien fungsi regresi ≤ 5%.

Penentuan Kandungan Total Flavonoid Ekstrak Daun jambu biji


Ekstrak etanol daun jambu biji 1000 ppm dipipet sebanyak 1 mL ditambahkan dengan
volume 1,0 ml aluminium klorida (AlCl3) dan asam asetat (CH3COOH) volume 1,0 ml
.Campuran dikocok homogen lalu dibiarkan selama waktu inkubasi yang paling optimal dari
hasil optimasi waktu inkubasi. Kemudian diukur serapannya menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Penentuan nilai flavonoid akhir dilakukan
berdasarkan formula yang dikembangkan oleh Pan et al. (2012), yaitu:
m Y XN XV
Flavonoid Total = ( ) =
g W
Keterangan : Y = konsentrasi flavonoid contoh yang dihitung dengan menggunakan
persamaan kurva standard (mg g-1 )
N = nilai pengenceran.
V = volume hasil ekstraksi (mL).
W = berat serbuk daun jambu biji (g).
Kandungan total flavonoid dinyatakan sebagai ekivalen kuersetin mg/kg ekstrak.
I
U
G
D
4
-3
K
k
T
v
7
p
cfj)w
(o
y
M
S
8
%
9
s.N
lq
0
5
1
rh
g
,6
:2
A
C
iP
d
atn
u
b
em
3. Angka Lempeng Total (ALT)
Media dan Preaksi : Plate Count Agar (PCA).
Prosedur :

F. Evaluasi Tablet dan Syarat Penerimaanya


1. Uji Waktu Hancur
Untuk cara kerja uji waktu hancur, pertama-tama masukkan air kedalam alat,
selanjutnya panaskan air pada suhu 37° ± 2° C. Masukkan 6 tablet (tiap tabung
1 tablet) pada alat uji waktu hancur kemudian hidupkan alat, dan stopwatch secara
bersamaan, dan catat waktu hancur tiap tablet.
Waktu hancur tablet/kaplet tidak bersalut : ≤ 30 menit
2. Uji Keseragaman Bobot
Dari 20 tablet, tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang
dari bobot rata-ratanya lebih besar dari pada harga yang ditetapkan dalam kolom A
dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom B, yang tertera pada daftar berikut:
Bobot rata-rata Penyimpangan terhadap bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai 150 mg 10% 20%
151 mg sampai 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

3. Uji Kekerasan
Sebuah tablet diletakkan pada ujung alat dengan posisi vertikal. Pemutaran
dihentikan sampai tablet pecah atau hancur. Skala yang terbaca pada saat tablet pecah
atau hancur menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan kg. Kekuatan minimum
dalam bidang farmasi yang sesuai untuk tablet adalah 4 kg (Ansel, 2008).
4. Uji Kerapuhan (Friability)
Sejumlah 20 tablet dibebas debukan dengan aspirator, lalu ditimbang seksama pada
neraca analitik, kemudian dimasukkan dalam friability tester tester. Pengujian
dilakukan selama empat menit atau sebanyak 100 putaran. Tablet dikeluarkan dari
alat, lalu dibebas debukan lagi, kemudian ditimbang. Kerapuhan tablet dinyatakan
dalam selisih berat tablet sebelum dan sesudah pengujian dibagi berat mula-mula
dikalikan 100%.
5. Uji Pengembangan (Swelling)
Satu tablet dimasukkan dalam cawan petri berisi HCL 0,1 N. Setiap jam hingga 8 jam
tablet diambil dari media dan ditimbang (Bhupendra et al., 2014)
6. Uji Pengapungan (Floating)
Tablet dimasukkan ke dalam gelas Beaker 100 mL yang berisi HCL 0,1 N. Waktu
hingga tablet mengapung setinggi sepertiga gelas Beaker dicatat sebagai floating lag
time. Waktu sejak tablet mengapung hingga kembali tenggelam dicatat sebagai total
floating time ( Narang , 2010)
7. Uji Disolusi
Uji disolusi menggunakan alat uji disolusi tipe 2 (paddle apparatus) pada kecepatan
50 rpm dengan medium disolusi 900 mL HCL 0,1 N. Tablet dibiarkan tenggelam dan
ditambahkan kawat penahan untuk mencegah tablet mengapung selama uji. Sampel
diambil 5,0 mL pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240 kemudian
dimasukkan 5,0 mL medium ke dalam alat disolusi untuk mengganti sampel yang
telah diambil. Sampel dianalisis dengan spektrofotometer UV pada panjang
gelombang maksimum (Ainurofiq & Choiri, 2013).

BAB IV

HASIL DAN DATA

1. Persyaratan Ekstrak
a. Kualitatif kuersetin(Dwi)
Uji Kualitatif Kuersetin
Pembanding kuersetin Sampel ekstrak daun jambu biji
Rf 0.675cm 0,675 cm
Pada uji kualitatif kuersetin fase diam yang digunakan adalah silika gel GF254 dan fase
gerak yang digunakan adalah kloroform : aseton : asam formiat ( 10 : 2 : 1 ). Sebagai
pembanding digunakan kuersetin 0,1%. Hasil uji kualitatif positif mengandung kuerstin yang
ditunjukan bercak yang sama berwarna hitam samar pada pembanding maupun sampel
dilihat dari uv 254nm dengan nilai Rf 0,675.
b. ALT(dwi)
Uji Angka Lempeng Total
Pengencera cawan 1 cawan 2 Jumlah rata-rata ALT (CFU/ gram)
n (koloni) (koloni) koloni
10-1 133 166 150 15 x 102
10-2 69 105 87 87 x 102
10-3 48 51 50 50 x 103
10-4 25 42 34 340 x103
10-5 20 22 21 21+ 50
=¿ 35 x 105
10-6 4 6 5 2
Hasil pengamatan uji ALT selama 24 jam ditunjukan pada Tabel II, pada pengenceran
10-1 hingga 10-6 tampak koloni bakteri tumbuh pada media dan jumlah koloni yang tumbuh
pada media dihitung. Pertumbuhan koloni pada setiap pengenceran tidak kurang dari 35
koloni dan tidak lebih dari 350 koloni. Sehingga perhitungan ALT hanya dilakukan pada
pengenceran 10-1 sampai 10-4. PerKBPOM Nomor 12 tahun 2014 tentang persyaratan mutu
obat tradisional menyebutkan bahwa ALT untuk sediaan obat dalam tidak boleh lebih dari
104 (≤ 104) koloni/ g sampel. Hasil uji kelompok kontrol tidak ditumbuhi bakteri,
menandakan bahwa media dan pelarut bukan kontaminan. Nilai angka lempeng total pada uji
ini menunjukan bahwa selama proses ekstraksi hingga didapat ekstrak kering tidak banyak
mengalami kontaminasi dari bakteri dan sesuai dalam persyaratan PerKBPOM.

c. Susut pengeringan(Dwi)
SUSUT PENGERINGAN
R1 2,53 %
R2 2,27%
R3 2,48%
Rata-rata 2,43%
Pemeriksaan kadar susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batasan
maksimal (rentang) terhadap besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Sisa
o
zat diukur setelah proses pengeringan pada temperatur 105 C sampai berat konstan, yang
dinyatakan sebagai nilai persen. Nilai rata-rata pengukuran menunjukkan bahwa susut
pengeringan ekstrak daun jambu biji 2,43%. Nilai tersebut menunjukkan banyaknya
jumlah senyawa yang menguap ketika proses pengeringan seperti air, minyak atsiri, dan
sisa pelarut organik. Syarat untuk susut pengeringan adalah ≤ 11% (Depkes RI, 2008).
2. Persyaratan .Granul
a. Sifat alir(Arif)
Uji Sifat Alir
Persyaratan: Hasil:
100 gram granul < 10 detik 50 gram granul =R1 : 4,63 detik
50 gram granul < 5 detik R2 : 4, 71 detik
R3 : 4, 63 detik

b. Kadar air(Surya)
Uji Kadar Air
Persyaratan: Hasil:
2-10% R1 : 7,01 %
R2 : 7, 49 %
R3 : 8,90 %

3. Persyaratan Tablet
a. Keseragaman Bobot(Arif)
Perbedaan berat antar tablet untuk bahan aktif > 50 % ; 50 mg.

Syarat Keseragaman Bobot

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %


Lebih dari 300 mg 5% 10%

Uji Keseragaman Bobot

Bobot % bobot % penyimpangan bobot


(mg) Keterangan
rata-rata rata-rata

Tablet ke-1 612 100,164 0,164 Sesuai

Tablet ke-2 615 101,485 1,485 Sesuai

Tablet ke-3 611 99,674 -0,326 Sesuai

Tablet ke-4 606 98,537 -1,463 Sesuai

Tablet ke-5 613 99,513 -0,487 Sesuai

Tablet ke-6 615 99,676 -0,324 Sesuai

Tablet ke-7 616 100,489 0,489 Sesuai

Tablet ke-8 617 101,815 1,815 Sesuai

Tablet ke-9 613 100,000 0,000 Sesuai

Tablet ke-10 606 100,664 0,664 Sesuai

Tablet ke-11 613 100,327 0,327 Sesuai

Tablet ke-12 602 98,206 -1,794 Sesuai

Tablet ke-13 611 96,830 -3,170 Sesuai

Tablet ke-14 613 99,191 -0,809 Sesuai

Tablet ke-15 631 102,769 2,769 Sesuai

Tablet ke-16 618 100,980 0,980 Sesuai

Tablet ke-17 614 99,837 -0,163 Sesuai


Tablet ke-18 612 100,990 0,990 Sesuai

Tablet ke-19 615 100,334 0,334 Sesuai

Tablet ke-20 606 98,866 -1,134

Total 20 tablet 12.259 mg

bobot rata-rata 612,95 mg

b. Waktu Hancur(Arif)
Uji Waktu Hancur

Persyaratan: Hasil:
Semua tablet harus hancur sempurna dalam kurun 6 tablet hancur dalam
waktu < 30 menit, bila 1 atau 2 tablet tidak hancur kurun waktu < 1 menit.
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lain.
Tidak kurang dari 16 atau 18 tablet uji harus
sempurna.

c. Friabilitas atau Keregasan(ema)


Jumlah persen atau banyaknya serpihan yang terlepas, kepingan, retak, sumbing,
terutama pada waktu tablet akan dilepas.

Uji Kerapuhan

Hasil:
Semua tablet hancur dalam waktu kurang dari 1 menit.

d. Kekerasan (ema)
Uji Kekerasan

Persyaratan: Hasil:
Kekerasan tablet yang baik adalah untuk R1: 1,52 Kg
tablet kecil 4 – 5 Kg/cm dan untuk tablet R2: 1,56 Kg
besar 7 – 11 Kg/ cm 2. R3: 1,61 Kg
(tablet rapuh)

e. Keseragaman Ukuran(Surya)
Uji Keseragaman Ukuran

Persyaratan: Hasil:
Tebal tablet 4 mm.
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan
Diameter tablet 13 mm
tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.

f. Floating lag time dan total floating time(Ema)


Uji Floating Lag Time dan Total Floating Time
Floating Lag Time(detik) Floating Time
(detik)
Tablet 1 224 125
Tablet 2 306 188
Tablet 3 244 139

g. Laju Disolusi(bareng2)
Untuk obat yang kelarutan bahan aktifnya terbatas.

Daftar Pustaka
Bhupendra, P., Parag, J., Surajj, S., Bhushankumar, S., Bharat, J. & P., Vadnere
G., 2014, Formulation and Evaluation of Sustained Release Floating Tablet of
Famotidine, World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 3(4),
1231-1248.
Narang, Neha, 2010, An Update Review On: Floating Drug Delivery System
(FDSS), International Journal of Applied Pharmaceutics 3(1), 1-7.
Ainurofiq, A. & Choiri, S., 2013, Perbandingan Model dan Pelepasan Obat Sukar
Larut dari Matriks Berbasis Natural-Gum pada Sediaan Tablet Lepas Lambat,
Pharmacy 10(2), 170-180.

Anda mungkin juga menyukai