PEMBAHASAN
Klasifikasi Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Jenis : Hibiscus tiliaceus
“Dibanyak tempat yang bersesuaian, termasuk di Indonesia, tanaman ini banyak ditemukan dipantai
yang tidak berawa, ditanah datar, dan dipegunungan hingga ketinggian 1700 meter di atas permukaan
laut”.
Pohon waru dapat tumbuh sampai tinggi 5-15 meter, garis tengah batang 40-50 cm, bercabang dan
berwarna coklat. Bunga waru merupakan bunga tunggal, bertaju 8-11. Panjang kelopak 2.5 cm
beraturan bercangap 5. Daun mahkota berbentuk kipas, panjang 5-7 cm, berwarna kuning dengan
noda ungu pada pangkal, bagian dalam oranye dan akhirnya berubah menjadi kemerah-merahan.
Tabung benang sari keseluruhan ditempati oleh kepala sari kuning. Bakal buah beruang 5, tiap rumah
dibagi dua oleh sekat semu, dengan banyak bakal biji. Buah berbentuk telur berparuh pendek, panjang
3 cm, beruang 5 tidak sempurna, membuka dengan 5 katup.
Daun waru merupakan daun tunggal, berangkai, berbentuk jantung, lingkaran lebar/bulat telur, tidak
berlekuk dengan diameter kurang dari 19 cm. Daun menjari, sebagian dari tulang daun utama dengan
kelenjar berbentuk celah pada sisi bawah dan sisi pangkal. Sisi bawah daun berambut abu-abu rapat.
Daun penumpu bulat telur memanjang, panjang 2.5 cm, meninggalkan tanda bekas berbentuk cincin.
2.1.2 Kandungan Kimia Daun Waru
Obat penyubur rambut, dengan cara cuci kepala menggunakan air remasan daun waru muda akan
mendatangkan rasa sejuk serta menambah kesuburan rambut.
Obat pelarut dahak yang meringankan terhadap batuk-batuk berat serta terhadap dahak darah dengan
cara merebus daun muda dengan gula batu.
Obat minuman masuk angin dada ringan yang disertai batuk suara serak dan sukar mengeluarkan
dahak.
Pengobatan radang usus, dengan cara makan daun waru muda yang masih kuncup sebagai lalap.
Pengobatan muntah darah, dengan cara giling daun waru segar, saring dan tambahkan air gula
secukupnya.
“Detergen ialah bahan pembersih pakaian yang (spt. sabun yang tidak dibuat dari lemak atau soda dan
berupa tepung atau cairan)”.
Deterjen merupakan salah satu bahan pencuci atau pembersih yang mengandung zat aktif permukaan
dan zat-zataditif lainnya untuk meningkatkan daya pencuci atau pembersihnya. Zat aktif permukaan
dalam deterjen mempunyai kemampuan untuk mengurangi tegangan permukaan air.
Zat aktif permukaan dalam deterjen mempunyai kemampuan untuk mengurangi tegangan permukaan
air.Zat aktif permukaan ini disebut juga dengan surfaktan.Dalam deterjen komersial
komposisi surfaktan hanya 10%-30%, yang lainya adalah zat aditif yang menambah kinerja
deterjen. Zat-zat aditif tersebut contohnya adalah builder (polifosfat), penukar ion, natrium karbonat,
natrum silikat, amida penstabil busa, karboksimetilselulosa (CMC), zat pengelantang,
pelembut, enzim, pencerah, pewangi, pelindung warna, natrium sulfat encer, Hal ini karena secara
mendasar surfaktan merupakan komponen terpenting dari suatu deterjen. Hal ini karena secara
mendasar surfaktanadalah zat yang meningkatkan kualitas pemasahan air (wetting qualities of water)
terhadap bahan yang dicuci.
Kandungan fosfat dari deterjen yang tinggi di sungai, dapat juga merangsang tumbuhnya gulma air.
Peningkatan jumlah tanaman air akan menyebabkan peningkatan penguraian fosfat dan penghambatan
pertukaran oksigen dalam air, sehingga kadar oksigen terlalut dalam air amat rendah (mikroaerofil).
“Deterjen dapat menghambat proses pengolahan air dan air buangan, dapat menurunkan efisiensi
tangki sedimentasi, menghambat kerja pada grease removal”.
2.1.6 Definisi Saponin
“Saponin adalah senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi.
Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan
tidak hilang dengan penambahan asam”.
“Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar,
dengan kegunaan luas”
2.2 Hipotesis
Daun waru (Hibiscus Tiliance L) dapat diolah menjadi detergen ramah lingkungan dengan proses
pengolahan yang baik dan benar.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian
eksperimen (metode kuantitatif).
“ Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh treatment (perlakuan) tertentu”.
Jenis penelitian ini adalah eksperimentali dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Biakan murni bakteri staphylococcos aureus dalam media nutriens cair yang berumur 24 jam
Berbagai zat antiseptik : betadine, sabun yang mengandung antiseptik, iodium, wipol
Paper disc
Cotton buds
DAFTAR PUSTAKA
Francis, G. et al. (2002) ‘The Biological Action of Saponins in Animal Systems :
a Review’, British Journal of Nutrition, 88(2002), pp. 587–605. doi:
10.1079/BJN2002725.
Kinho, J. et al. (2011) Tumbuhan Obat Tradisional di Sulawesi Utara.
Kirk, R. . and Othmer, D. . (1982) ‘The Interscience and Encyclopedia Inc’.
Makkar, H. P. ., Siddhuraju, P. and Becker, K. (2007) Plant Secondary
Metabolites.
Netala, V. . et al. (2014) ‘Triterpenoid Saponins: A Review on Biosynthesis,
Aplications and Mechanism of Their Action’, International Journal Pharmaci, 7,
pp. 24–28. doi: 10.3390/molecules21101404.
Pujo, S. (2009) Tumbuhan Berkhasiat Obat.
Purnamasari, E. N. (2014) ‘Karakteristik Kandungan Linear Alkyl Benzene
Sulfonat (Las) pada Limbah Cair Laundry’, Jurnal Media Teknik, 11(1), pp. 32–
36.
S.Hut, S. and Hendrati, R. L. (2014) Perbanyakan Vegetatif dan Penanaman
Waru (Hibiscus Tiliaceus).
Santi, S. S. (2009) ‘Penurunan Konsentrasi Surfactan pada Limbah Detergen
dengan Proses Photokatalitik Sinar UV’, Jurnal Teknik Kimia, 4(1), pp. 260–264.
Suastuti, D. A., Suarsa, I. W. and Putra, D. K. (2015) ‘Pengolahan Larutan
Detergen dengan Biofilter Tanaman Kangkungan (Ipomoea Crassicaulis) dalam
Sistem Batch (Curah) Teraerasi’, Jurnal Kimia FMIPA, 9(1), pp. 98–104.
Sugiharto (1987) Dasar - Dasar Pengelolaan Air Limbah.
Sugiyono (2010) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif.
Syamsuhidayat, S. . and Hutapea, J. . (1991) Inventaris Tanaman Obat Indonesia
I.