Anda di halaman 1dari 14

Karya Ilmiah Pengolahan Pohon Nira Lontar

Nama : Ravic Niander Thene

Kelas : XII.IPS2

NISN :
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga karya ilmiah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam karya ilmiah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
DAFTAR ISI

1.KATA PENGANTAR

2.DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A.Belakang Latar
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II. LANDASAN TEORI


. Kajian Pustaka

A.Ciri-ciri umum Tanaman Lontar

B.Sifat dan Komposisi nira

C. Bakteri Acetobacter xylinum

D. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil pada proses pembuatan nata


E. NATA DAN KEGUNAANNYA

BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Bahan dan alat


B. Metode penelitian
C. Kerangka berpikir
D.Prosedur penelitian

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan


BAB V.Penutup

A.Saran

B.Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tanaman lontar (Borassus flabellifer linn) yang tergolong dalam famili palmae,
banyak tersebar di wilayah
Indonesia khususnya di daerah Sulawesi Selatan. Di daerah Sulawesi Selatan
tanaman lontar ini tersebar
di wilayah Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Jeneponto.
Tanaman ini cukup dikenal
karena beragam manfaatnya. Mulai dari akar, batang, daun bahkan sampai pucuk
pohon dan tandan
bunga jantan dapat menghasilkan nira sedangkan tandan bunga betina
menghasilkan buah. Nira yang
dihasilkan dari tanaman ini dapat dijadikan bahan baku gula/pemanis maupun
sebagai minuman segar.
Tanaman lontar memiliki berbagai manfaat, namun yang banyak diusahakan petani
sehari-hari adalah
niranya, itupun hanya diolah menjadi gula merah atau langsung diminum sebagai
minuman segar.
Produk-produk nira dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu produk yang
tidak mengalami proses
fermentasi dan yang mengalami proses fermentasi. Salah satu jenis produk
fermentasi yang dapat
dihasilkan dari nira adalah produk nata.
Pembuatan nata di Indonesia, khususnya pada daerah penghasil nira, belum terlalu
mendapat banyak
perhatian. Hal itu pada umumnya disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan
dalam memanfaatkan
nira menjadi produk nata. Beberapa produk nata yang sudah dikenal oleh
masyarakat saat ini hanya
produk nata de coco yang terbuat dari air kelapa karena sudah diproduksi secara
komersial. Namun
secara fisik air kelapa tidak jauh berbeda dengan nira lontar.
Nira sebagai bahan dasar dalam pembuatan gula merah merupakan bahan yang
mudah mengalami
fermentasi dan meningkatkan kadar keasaman yang berdampak menurunkan mutu
gula dan
menyebabkan nira tidak dapat lagi dibuat menjadi gula merah. Namun sebaliknya,
pada pembuatan nata
dibutuhkan nira dengan tingkat keasamaan yang tinggi, disertai dengan bantuan
bakteri Acetobacter
xylinum dan penambahan gula pada konsentrasi tertentu sebagai sumber energi
yang dapat merangsang
bakteri tersebut membentuk krim atau lapisan yang terapung pada permukaan
media.
Kandungan nata yang terbesar adalah air yang besarnya mencapai 98%, sehingga
makanan ini banyak
digunakan untuk keperluan diet dan bermanfaat untuk proses pencernaan serta
membantu penderita
diabetes karena mengandung serat dan sumber makanan rendah kalori.
Produk nata adalah salah satu jenis makanan penyegar atau pencuci mulut dari
hasil fermentasi. Hal ini
sangat disayangkan karena produk nata belum dikembangkan di wilayah Kabupaten
Jeneponto
sementara peluang untuk memproduksi secara komersial sangat besar karena
persediaan bahan baku
yang cukup banyak tersedia.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. bagaimana proses pengolahan nira lontar menjadi nata sehingga dapat menjadi
produk baru bagi
masyarakat yang dapat dikembangkan di Kabupaten Jeneponto untuk dijadikan
sumber pendapatan
baru?
2. apakah hasil yang diperoleh dari pengolahan nira lontar menjadi nata memiliki
kualitas yang sama
dengan hasil yang diperoleh dari pengolahan air kelapa menjadi nata de coco yang
sudah diproduksi
secara komersial?
3. apakah produk yang dihasilkan dari pengolahan nira lontar aman untuk
dikonsumsi seperti halnya nata
de coco?

C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui tata cara
pengolahan nira lontar menjadi nata, kemudian secara khusus penelitian ini
bertujuan:
1. menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan masyarakat di
Kabupaten Jeneponto dalam
proses pembuatan nata dari nira lontar.
2. mengembangkan potensi lontar menjadi produk olahan baru yang lebih ekonomis,
disamping menjadi
gula merah atau pemanis.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat terutama daerah penghasil
tanaman lontar,
mengenai potensi dari nira lontar sebagai bahan dasar pembuatan nata, sehingga
mempunyai nilai
ekonomis yang lebih baik dan mempunyai prospek untuk dikembangkan menjadi
salah satu komoditi
ekspor.
2. dapat menjadi acuan dalam pengembangan potensi nira lontar menjadi produk
olahan baru, di masa
yang akan datang.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. CIRI-CIRI UMUM TANAMAN LONTAR


Tanaman lontar merupakan pohon berkayu, tidak bercabang, berbentuk silindris,
permukaan batang
tampak lebih halus dan berwarna agak kehitam-hitaman, diameter pangkal kurang
lebih 60 cm dengan
ketinggian pohon sekitar 15-30 meter pada pohon yang telah menghasilkan nira.
Komposisi daun berupa
daun majemuk dengan anak-anak daun melekat satu sama lain dan terdapat pada
ujung tangkai daun. Di
sepanjang tangkai daun yang panjang dan kaku, terdapat banyak duri. Daun
berbentuk bulat seperti
kipas, tapi berlekuk-lekuk dan lancip. Daun tersebut tebal dan sedikit keras dengan
panjang sekitar 2,5
3 m.
Tanaman ini ada yang menghasilkan bunga jantan saja dan ada juga yang
menghasilkan bunga betina
saja, dengan bunga berbentuk tandan. Bunga yang hanya berkelamin satu dan juga
tanpa mahkota ini
tumbuh terkulai sepanjang 25 30 cm. Buah berbentuk bulat dan cukup besar. Di
dalamnya
mengandung air dan berserabut. Setiap buah rata-rata memiliki 1 3 biji dengan
daging buah berwarna
putih mirip dengan daging buah kelapa. Tekstur biji yang telah tua sangat keras dan
dapat digunakan
untuk perbanyakan.
Menurut klasifikasi botani, tanaman lontar termasuk:
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmae
Famili : Palmaceae
Genus : Borassus
Spesies : Borassus flabellifer linn.

B. SIFAT DAN KOMPOSISI NIRA


Nira adalah cairan yang rasanya manis yang diperoleh dari jenis tanaman tertentu.
Proses pengambilan
nira bisa dilakukan dengan cara digiling, diperas atau disadap. Nira umumnya
digunakan sebagai bahan
dasar dalam pembuatan gula atau pemanis. Selain itu, nira juga dapat digunakan
untuk membuat asam
cuka, minuman beralkohol, minuman tidak beralkohol dan obat tradisional.
Komponen utama yang terdapat dalam nira selain air adalah karbohidrat dalam
bentuk sukrosa.
Sedangkan komponen lainya adalah jumlah yang relatif kecil, yaitu protein, lemak,
vitamin, dan mineral.
Susunan komponen tersebut memungkinkan nira dapat direkayasa lebih lanjut untuk
menjadi berbagai
produk baru seperti aneka pemanis, minuman ringan (tuak, anggur dan nata), asam
cuka, alkohol dan
juga sebagai media tumbuh yang baik bagi mikroorganisme terutama bakteri dan
khamir (jamur).
Pada dasarnya komposisi nira aren, nira lontar, dan nira kelapa tidak jauh berbeda
jika dibandingkan
dengan air kelapa (Tabel 1), dimana air kelapa mengandung 91,27% air, 0,29%
protein, 0,15 % lemak,
7,29% karbohidrat, serta 0,60% abu.
Tabel 1. Komposisi Nira Lontar, Nira Aren, dan Nira Kelapa.
Asal Nira Kadar Air (%) Kadar Karbohidrat (%) Kadar Protein (%) Kadar Lemak (%)
Kadar Abu (%)
Lontar 86,10 11,30 0,30 0,02 0,04
Aren 87,20 11,28 0,20 0,02 0,24
Kelapa 86,20 14,35 0,10 0,17 0,66
Sumber: Anomimous, 1980 dalam Delima, 2003.

C. BAKTERI Acetobacter xylinum


Acetobacter xylinum merupakan bakteri yang berbentuk batang pendek, mempunyai
panjang 2 mikron
dan lebar 0,6 mikron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bisa
membentuk rantai
pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat non-motil dengan pewarnaan gram
menunjukkan gram negatif.
Bakteri ini tidak membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih
muda, individu sel
berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan
yang berbentuk gelatin
yang kokoh menutupi sel dan koloninya.
Acetobacter xylinum digunakan sebagai pembentuk nata karena kemampuannya
merubah gula menjadi
selulosa. Acetobacter xylinum dapat mengubah 19% gula menjadi selulosa. Selulosa
yang terbentuk
dalam media tersebut berupa benang-benang bersama-sama dengan polisakarida
membentuk jalinan
yang terus menerus menebal menjadi lapisan.
Pertumbuhan sel bakteri didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua
komponen di dalam
sel hidup. Umur sel ditentukan segera setelah proses pembelahan selesai,
sedangkan umur kultur
ditentukan dari lamanya inkubasi dari satu waktu generasi, bakteri akan melewati
setiap fase
pertumbuhannya.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PADA PROSES


PEMBUATAN NATA
Secara umum ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap aktivitas mikroba
yaitu faktor ektrinsik,
berhubungan dengan komposisi media seperti pH (derajat keasaman), zat pemacu
(inducer / katalisator)
atau zat penghambat (inhibitor), faktor intrinsik berhubungan dengan sifat-sifat
biologis bawaan, dan
faktor lingkungan misalnya suhu dan aerasi.
Selanjutnya ada beberapa hal yang berpengaruh pada proses pembuatan nata dari
nira lontar antara
lain:
1. Pengaruh Sumber Gula
Gula merupakan sumber energi mikroba yang dapat menghasilkan asama asetat
dengan terbentuknya
selulosa yang dapat membungkus sel bakteri. Semakin banyak gula yang
ditambahkan maka rendemen
nata yang diperoleh juga akan mengalami peningkatan sampai mencapai batas
konsentrasi 15%.
Penambahan gula juga akan mempengaruhi kadar air, berat dan derajat keputihan
nata. Namun,
dikatakan pula bahwa penambahan gula sebanyak 7,5% merupakan tingkat
konsentrasi gula yang paling
dianjurkan, sedangkan pada konsentrasi gula yang lebih besar akan terlalu banyak
gula yang terbuang
atau diubah menjadi asam asetat.
2. Pengaruh Sumber Nitrogen
Nitrogen digunakan untuk mencukupi kebutuhan akan nutrien, karbon, vitamin, dan
mineral bagi
pertumbuhan mikroba. Sumber nitrogen sangat penting artinya dalam pembentukan
nata, kadar nitrogen
yang biasanya digunakan adalah sebesar 0,25%. Penambahan (NH4)2SO4 juga
sangat penting karena
Acetobacter xylinum memanfaatkan nitrogen dari bahan organik dan terbukti bahwa
urea, ZA serta
Natrium sulfat memberikan tanggapan positif terhadap pembentukan nata, dengan
penggunaan ZA
menghasilkan rendemen nata tertinggi.
3. Pengaruh Tingkat Keasaman
Pada pH yang lebih rendah dari 3,5 menyebabkan kondisi yang terlalu asam selama
fermentasi
berlangsung dan sebaliknya pada pH terlalu tinggi dari pH 4,5 memungkinkan
adanya kontaminasi
seperti kapang, khamir, dan bakteri yang dapat mengacaukan proses fermentasi.
Tingkat keasaman
diatur dengan menggunakan asam asetat. pH medium yang baik antara 4 4,5 dan
suhu ruang yaitu 28
30o celcius.
Bakteri Acetobacter xylinum tergolong bakteri asam asetat yang menyukai suasana
asam atau suasana
pH rendah. Tingkat keasaman media fermentasi sangat dipengaruhi oleh jumlah
asam yang
ditambahkan, sehingga keasaman ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan
aktivitas Acetobacter
xylinum sehingga diperlukan adanya kondisi yang optimal.
4. Umur Biakan Starter
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari pembuatan nata, sebaiknya
menggunakan starter yang
berumur 48 jam, karena pada umur biakan starter 48 jam, kemungkinan Acetobacter
xylinum berada
dalam fase logaritma yaitu berdasarkan fase logaritma dengan waktu generasi
paling pendek dan
konstan. Jumlah bakteri untuk generasi ini menjadi dua kali lipat dan
metabolismenya paling giat.
Umur biakan starter pada pembuatan nata sangat mempengaruhi rendemen dan
ketebalan nata yang
diperoleh karena umur biakan ini berkaitan erat dengan aktivitas bakteri pembentuk
nata. Media
fermentasi yang mengandung starter yang sudah tua mudah mengalami kontaminasi
sehinga
menghasilkan nata yang tipis dan jelek penampakannya.

E. NATA DAN KEGUNAANNYA


Nata termasuk hasil fermentasi, seperti halnya tape. Biakan yang digunakan adalah
Acetobacter xylinum.
Jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula bakteri ini akan
menghasilkan asam cuka atau
asam asetat dan lapisan putih yang terapung-apung dipermukaan cairan tersebut.
Lapisan putih itulah
yang dikenal sebagai nata.
Nata merupakan jenis makanan yang berbentuk padat, kokoh, putih, tranparan,
kenyal serta memiliki
rasa yang mirip dengan rasa buah kolang kaling. Produk nata ini banyak digunakan
sebagai bahan
campuran es krim, coctail buah, sirup, dan sebagainya. Nilai gizinya rendah,
kandungan terbesarnya
adalah air yang mencapai 98% sehingga produk ini banyak digunakan sebagai
sumber makanan rendah
kalori untuk keperluan diet dan juga mengandung serta yang bermanfaat untuk
proses pencernaan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT


Untuk mengolah nira lontar menjadi produk nata dibutuhkan bahan baku nira dan
bahan-bahan pembantu
antara lain: stater / bibit Acetobacter xylinum, asam cuka, urea dan gula pasir.
Sementara alat-alat yang
dibutuhkan yaitu: jergen, baskom, saringan, gelas ukur, panci, kompor, bahan bakar,
botol, nampan (baki
fermentasi), tali rafia, karet gelang, dan pisau.

B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
eksperimen biokimia.
Di dalam eksperimen tersebut dilibatkan beberapa unsur biologis dan kimia yang
akan bereaksi antara
satu dengan yang lainnya dalam waktu yang telah ditentukan yaitu selama 9
(sembilan) hari, mulai dari
tahap awal hingga tahap akhir. Salah satu unsur biologis yang digunakan dalam
eksperimen ini adalah
bakteri Acetobacter xylinum yang akan bereaksi dengan unsur kimia yang juga
dijadikan bahan yaitu
pupuk ZA yang akan menghasilkan nitrogen sebagai sumber nutrisi bagi bakteri.

C. KERANGKA BERPIKIR
Pohon lontar merupakan salah satu tanaman endemik yang ada di Kabupaten
Jeneponto. Pohon lontar
memiliki banyak manfaat dan potensi untuk dikembangkan. Salah satu unsur yang
dihasilkan oleh pohon
lontar adalah nira lontar, yang oleh masyarakat setempat hanya diolah menjadi
minuman penyegar dan
gula merah. Dengan memperhatikan potensi yang masih dapat digali dari nira lontar
ini maka penelitian
mengenai pengolahan nira lontar menjadi produk nata dianggap perlu untuk
dilakukan. Dengan dasar
tersebut maka tim peneliti mengambil judul Pengolahan Nira Lontar Menjadi Produk
Nata di Kabupaten
Jeneponto. Di samping itu, populasi dan jumlah pohon lontar yang ada di
Kabupaten Jeneponto yang
masih sangat banyak dapat dijadikan sebagai cadangan bahan baku untuk
mengembangkan pengolahan
nira lontar menjadi produk nata yang diyakini memiliki prospek yang baik untuk
dijadikan sebagai salah
satu komoditi ekspor. Sehingga masyarakat di Kabupaten Jeneponto memiliki
keterampilan yang lebih
dalam pengolahan produk asli daerah dan peningkatan dalam hal kesejahteraan
hidup.
D. PROSEDUR PENELITIAN
Untuk menghasilkan produk nata yang berkualitas maka sebelum pengolahan, nira
disaring untuk
membersihkan kotoran yang tercampur di dalamnya. Dalam proses pengolahan nira
menjadi nata
digunakan dua macam larutan. Pertama, starter yang merupakan larutan nira yang
difermentasi dalam
botol setelah diinokulasi dengan Acetobacter xylinum sebagai bibit. Kedua adalah
larutan utama yang
akan difermentasi dalam nampan guna menghasilkan nata.
Untuk membuat starter, campurkan nira yang masih manis dengan asam cuka 15%,
kemudian direbus di
atas kompor sampai mendidih dan ditambahkan ZA dan gula selama 15 menit.
Larutan nira panas
kemudian dituangkan ke dalam botol sebanyak 400 ml/botol. Tutup botol dengan
kertas koran dan ikat
penutup dengan karet gelang, dinginkan selama 6 jam. Setelah dingin tutup botol
dibuka dan
ditambahkan 200 ml larutan bibit Acetobacter xylinum yang telah disiapkan dalam
botol lain. Tutup
kembali botol dengan kertas koran dan ikat dengan karet gelang, kemudian simpan
di tempat yang aman
dan biarkan sampai terbentuk lapisan pada permukaan media. Kedua adalah larutan
utama pembuatan
nata. Larutan ini dibuat setelah starter berumur 9 hari. Caranya adalah ukur nira
yang sudah disaring dan
masukkan ke dalam panci perebus, tambahkan asam cuka 15% sebanyak 20 ml / 1
liter nira, gula pasir 4
sendok makan / 5 liter nira, dan urea 4 sendok makan / 10 liter nira didihkan selama
15 menit. Setelah
mendidih angkat dari kompor, dan masukkan nira panas sebanyak 1000 ml ke
dalam nampan. Kemudian
tutup dengan kertas koran dan ikat dengan tali rafia agar kertas koran penutup tidak
terbuka. Setelah
larutan utama dalam sudah dingin (setelah 3 jam), kemudian tambahkan 200 ml
larutan starter yang telah
difermentasi ke dalam nampan. Nata terbentuk secara sempurna dan dapat dipanen
setelah 14 hari.
Nata kemudian dicuci bersih dan direndam dalam air dingin selama 2 hari. Dari
proses pengolahan yang
baik dapat dihasilkan nata dalam bentuk lembaran dengan rendemen sebesar 90%
(900 gram nata per
liter nira lontar).
Lembaran nata yang sudah dicuci dan direndam dalam air selama 2 hari, diiris atau
dipotong-potong
menjadi ukuran kecil berbentuk dadu. Nata yang sudah dipotong kemudian direbus
dan ditiriskan. Nata
dari nira lontar ini adalah bahan makanan yang hampir tidak memiliki rasa sehingga
harus ditambahkan
bahan pemberi rasa. Pada umumnya nata sebelum dikonsumsi direbus dulu dengan
air gula dan
ditambahkan sedikit essence sesuai kesukaan masing-masing konsumen.
Diagram 1. Tata Cara Pembuatan Nata dari Nira Lontar

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Salah satu faktor yang menjadi ukuran keberhasilan suatu hasil produksi adalah
rendemen. Penambahan
(NH4)2SO4 juga sangat penting karena Acetobacter xylinum memanfaatkan
nitrogen dari bahan organik
dan terbukti bahwa urea, ZA serta natrium sulfat memberikan tanggapan positif
terhadap pembentukan
nata, juga ZA membuktikan rendemen nata tertinggi, berarti dengan penambahan
ZA mengakibatkan
peningkatan rendemen.
Gula merupakan sumber energi mikroba yang dapat menghasilkan asam asetat
dengan terbentuknya
selulosa yang dapat membungkus sel bakteri. Semakin banyak gula yang
ditambahkan maka rendemen
nata yang diperoleh juga akan mengalami peningkatan sampai mencapai batas
konsentrasi 15%. Akibat
dari penambahan gula mengakibatkan bakteri Acetobacter xylinum yang tujuan
utamanya bukan untuk
menghasilkan serat tetapi gula yang ada dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan
selnya, sedangkan serat yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari aktivitas
bakteri Acetobacter
xylinum yang digunakan untuk berkontak langsung dengan udara luar melalui
benang-benang fibril yang
mengapung di permukaan media.
Adanya aktivitas dari bakteri nata dalam mengubah komponen gula menjadi
senyawa-senyawa asam
mengakibatkan keasaman menjadi meningkat, dimana kadar asam merupakan
jumlah asam yang
terkandung dalam suatu bahan dalam proses fermentasi dalam hal ini asam asetat
yang dihasilkan.
Kadar keasamaan ini disebabkan karena adanya penambahan gula ke dalam nira
lontar yang selanjutnya
berubah menjadi asam asetat sehingga dapat meningkatkan keasaman dalam
pembuatan nata. Tingkat
keasaman diatur dengan menggunakan asam asetat. pH medium yang baik sekitar
4 4,5 dan suhu
ruang penyimpanan 28-30oC. Kandungan gula yang terdapat di dalam media lebih
banyak digunakan
sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan selnya bukan
untuk sintesa selulosa,
sehingga konsentrasi asam lebih tinggi.
Jika ditinjau dari segi kualitas, produk nata yang dihasilkan dari nira lontar memiliki
kandungan yang
sama dengan nata yang dihasilkan dari air kelapa, yaitu mengandung kadar air yang
tinggi (sekitar 98%)
dan memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga baik untuk proses pencernaan
dalam tubuh.
Penggunaan pupuk ZA dalam proses pembuatan nata yang bersumber dari nira
tidak mempengaruhi
kelayakan nata untuk dikonsumsi. Nata tetap dapat dikonsumsi dengan jumlah yang
banyak, sebab ZA
hanya berfungsi sebagai sumber nutrien bagi bakteri Acetobacter xylinum, sehingga
pupuk ZA akan
habis dimanfaatkan oleh bakteri dan tidak akan mencemari produk nata yang
dihasilkan.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai
berikut:
1. proses pengolahan nira lontar menjadi produk nata di Kabupaten Jeneponto
mempunyai prospek yang
dikembangkan menjadi salah satu komoditi ekspor.
2. nata yang dihasilkan dari nira lontar memiliki kualitas yang sama dengan nata
yang dihasilkan dari air
kelapa, yaitu mengandung kadar air yang tinggi (sekitar 98%) dan memiliki
kandungan serat yang tinggi
sehingga baik untuk proses pencernaan dalam tubuh.
3. nata yang dihasilkan dari nira lontar sangat layak untuk dikonsumsi, meskipun
dalam jumlah yang
banyak.
B. SARAN
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, tim peneliti memiliki beberapa saran yaitu:
1. diharapkan masyarakat dapat menerapkan langsung proses pembuatan nata dari
nira lontar dengan
prosedur yang telah kami buat sehingga dapat menjadi sumber penghasilan baru
bagi masyarakat,
khususnya di Kabupaten Jeneponto.
2. Pemerintah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana dalam menunjang
inovasi baru yang
sangat berguna ini, seperti menyediakan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan
nata dari nira lontar
ini. Sebab terdapat beberapa bahan yang masih kurang tersedia, salah satunya
yaitu bakteri Acetobacter
xylinum.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Pengolahan Nira Aren Menjadi Produk Nata Pinnata. Balai Penelitian
dan Pengembangan
Kesehatan Sulawesi Selatan
Dasuki, Ahmad. 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut Teknologi
Bandung
Delima, Yuliana. 2003. Pengaruh Penyimpanan Nira Lontar Terhadap Nata yang
Dihasilkan. Makassar:
Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin
Lutony, Luqman. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Jakarta: Penebar Swadaya
Palungkun, Rony. 1996. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta: Penebar Swadaya
Pambayun, Rindit. 2002. Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Yogyakarta: Kanisius
Suryani, A., E. Hambali dan A. Suryadarma. 2005. Membuat Aneka Nata. Jakarta:
Penebar Swadaya
Sukendar, N.K. 1989. Pengaruh Jenis Pengawet Nira Lontar dan Konsentrasi Gula
Reduksi Total
TerhadapAktivitas Acetobacter xylinum pada Pertumbuhan Nata de Nira. Ujung
Pandang: Lembaga
Penelitian Universitas Hasanuddin
Van Stenis, C. G. G. I. 1975. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: Pradya
Paramita
Warisno. 2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco. Jakarta: Agromedia
Pustaka
MENCARI

Anda mungkin juga menyukai