Kelas : XII.IPS2
NISN :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga karya ilmiah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam karya ilmiah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
DAFTAR ISI
1.KATA PENGANTAR
2.DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A.Belakang Latar
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB III.
METODE PENELITIAN
A.Saran
B.Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanaman lontar (Borassus flabellifer linn) yang tergolong dalam famili palmae,
banyak tersebar di wilayah
Indonesia khususnya di daerah Sulawesi Selatan. Di daerah Sulawesi Selatan
tanaman lontar ini tersebar
di wilayah Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Jeneponto.
Tanaman ini cukup dikenal
karena beragam manfaatnya. Mulai dari akar, batang, daun bahkan sampai pucuk
pohon dan tandan
bunga jantan dapat menghasilkan nira sedangkan tandan bunga betina
menghasilkan buah. Nira yang
dihasilkan dari tanaman ini dapat dijadikan bahan baku gula/pemanis maupun
sebagai minuman segar.
Tanaman lontar memiliki berbagai manfaat, namun yang banyak diusahakan petani
sehari-hari adalah
niranya, itupun hanya diolah menjadi gula merah atau langsung diminum sebagai
minuman segar.
Produk-produk nira dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu produk yang
tidak mengalami proses
fermentasi dan yang mengalami proses fermentasi. Salah satu jenis produk
fermentasi yang dapat
dihasilkan dari nira adalah produk nata.
Pembuatan nata di Indonesia, khususnya pada daerah penghasil nira, belum terlalu
mendapat banyak
perhatian. Hal itu pada umumnya disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan
dalam memanfaatkan
nira menjadi produk nata. Beberapa produk nata yang sudah dikenal oleh
masyarakat saat ini hanya
produk nata de coco yang terbuat dari air kelapa karena sudah diproduksi secara
komersial. Namun
secara fisik air kelapa tidak jauh berbeda dengan nira lontar.
Nira sebagai bahan dasar dalam pembuatan gula merah merupakan bahan yang
mudah mengalami
fermentasi dan meningkatkan kadar keasaman yang berdampak menurunkan mutu
gula dan
menyebabkan nira tidak dapat lagi dibuat menjadi gula merah. Namun sebaliknya,
pada pembuatan nata
dibutuhkan nira dengan tingkat keasamaan yang tinggi, disertai dengan bantuan
bakteri Acetobacter
xylinum dan penambahan gula pada konsentrasi tertentu sebagai sumber energi
yang dapat merangsang
bakteri tersebut membentuk krim atau lapisan yang terapung pada permukaan
media.
Kandungan nata yang terbesar adalah air yang besarnya mencapai 98%, sehingga
makanan ini banyak
digunakan untuk keperluan diet dan bermanfaat untuk proses pencernaan serta
membantu penderita
diabetes karena mengandung serat dan sumber makanan rendah kalori.
Produk nata adalah salah satu jenis makanan penyegar atau pencuci mulut dari
hasil fermentasi. Hal ini
sangat disayangkan karena produk nata belum dikembangkan di wilayah Kabupaten
Jeneponto
sementara peluang untuk memproduksi secara komersial sangat besar karena
persediaan bahan baku
yang cukup banyak tersedia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. bagaimana proses pengolahan nira lontar menjadi nata sehingga dapat menjadi
produk baru bagi
masyarakat yang dapat dikembangkan di Kabupaten Jeneponto untuk dijadikan
sumber pendapatan
baru?
2. apakah hasil yang diperoleh dari pengolahan nira lontar menjadi nata memiliki
kualitas yang sama
dengan hasil yang diperoleh dari pengolahan air kelapa menjadi nata de coco yang
sudah diproduksi
secara komersial?
3. apakah produk yang dihasilkan dari pengolahan nira lontar aman untuk
dikonsumsi seperti halnya nata
de coco?
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui tata cara
pengolahan nira lontar menjadi nata, kemudian secara khusus penelitian ini
bertujuan:
1. menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan masyarakat di
Kabupaten Jeneponto dalam
proses pembuatan nata dari nira lontar.
2. mengembangkan potensi lontar menjadi produk olahan baru yang lebih ekonomis,
disamping menjadi
gula merah atau pemanis.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat terutama daerah penghasil
tanaman lontar,
mengenai potensi dari nira lontar sebagai bahan dasar pembuatan nata, sehingga
mempunyai nilai
ekonomis yang lebih baik dan mempunyai prospek untuk dikembangkan menjadi
salah satu komoditi
ekspor.
2. dapat menjadi acuan dalam pengembangan potensi nira lontar menjadi produk
olahan baru, di masa
yang akan datang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
eksperimen biokimia.
Di dalam eksperimen tersebut dilibatkan beberapa unsur biologis dan kimia yang
akan bereaksi antara
satu dengan yang lainnya dalam waktu yang telah ditentukan yaitu selama 9
(sembilan) hari, mulai dari
tahap awal hingga tahap akhir. Salah satu unsur biologis yang digunakan dalam
eksperimen ini adalah
bakteri Acetobacter xylinum yang akan bereaksi dengan unsur kimia yang juga
dijadikan bahan yaitu
pupuk ZA yang akan menghasilkan nitrogen sebagai sumber nutrisi bagi bakteri.
C. KERANGKA BERPIKIR
Pohon lontar merupakan salah satu tanaman endemik yang ada di Kabupaten
Jeneponto. Pohon lontar
memiliki banyak manfaat dan potensi untuk dikembangkan. Salah satu unsur yang
dihasilkan oleh pohon
lontar adalah nira lontar, yang oleh masyarakat setempat hanya diolah menjadi
minuman penyegar dan
gula merah. Dengan memperhatikan potensi yang masih dapat digali dari nira lontar
ini maka penelitian
mengenai pengolahan nira lontar menjadi produk nata dianggap perlu untuk
dilakukan. Dengan dasar
tersebut maka tim peneliti mengambil judul Pengolahan Nira Lontar Menjadi Produk
Nata di Kabupaten
Jeneponto. Di samping itu, populasi dan jumlah pohon lontar yang ada di
Kabupaten Jeneponto yang
masih sangat banyak dapat dijadikan sebagai cadangan bahan baku untuk
mengembangkan pengolahan
nira lontar menjadi produk nata yang diyakini memiliki prospek yang baik untuk
dijadikan sebagai salah
satu komoditi ekspor. Sehingga masyarakat di Kabupaten Jeneponto memiliki
keterampilan yang lebih
dalam pengolahan produk asli daerah dan peningkatan dalam hal kesejahteraan
hidup.
D. PROSEDUR PENELITIAN
Untuk menghasilkan produk nata yang berkualitas maka sebelum pengolahan, nira
disaring untuk
membersihkan kotoran yang tercampur di dalamnya. Dalam proses pengolahan nira
menjadi nata
digunakan dua macam larutan. Pertama, starter yang merupakan larutan nira yang
difermentasi dalam
botol setelah diinokulasi dengan Acetobacter xylinum sebagai bibit. Kedua adalah
larutan utama yang
akan difermentasi dalam nampan guna menghasilkan nata.
Untuk membuat starter, campurkan nira yang masih manis dengan asam cuka 15%,
kemudian direbus di
atas kompor sampai mendidih dan ditambahkan ZA dan gula selama 15 menit.
Larutan nira panas
kemudian dituangkan ke dalam botol sebanyak 400 ml/botol. Tutup botol dengan
kertas koran dan ikat
penutup dengan karet gelang, dinginkan selama 6 jam. Setelah dingin tutup botol
dibuka dan
ditambahkan 200 ml larutan bibit Acetobacter xylinum yang telah disiapkan dalam
botol lain. Tutup
kembali botol dengan kertas koran dan ikat dengan karet gelang, kemudian simpan
di tempat yang aman
dan biarkan sampai terbentuk lapisan pada permukaan media. Kedua adalah larutan
utama pembuatan
nata. Larutan ini dibuat setelah starter berumur 9 hari. Caranya adalah ukur nira
yang sudah disaring dan
masukkan ke dalam panci perebus, tambahkan asam cuka 15% sebanyak 20 ml / 1
liter nira, gula pasir 4
sendok makan / 5 liter nira, dan urea 4 sendok makan / 10 liter nira didihkan selama
15 menit. Setelah
mendidih angkat dari kompor, dan masukkan nira panas sebanyak 1000 ml ke
dalam nampan. Kemudian
tutup dengan kertas koran dan ikat dengan tali rafia agar kertas koran penutup tidak
terbuka. Setelah
larutan utama dalam sudah dingin (setelah 3 jam), kemudian tambahkan 200 ml
larutan starter yang telah
difermentasi ke dalam nampan. Nata terbentuk secara sempurna dan dapat dipanen
setelah 14 hari.
Nata kemudian dicuci bersih dan direndam dalam air dingin selama 2 hari. Dari
proses pengolahan yang
baik dapat dihasilkan nata dalam bentuk lembaran dengan rendemen sebesar 90%
(900 gram nata per
liter nira lontar).
Lembaran nata yang sudah dicuci dan direndam dalam air selama 2 hari, diiris atau
dipotong-potong
menjadi ukuran kecil berbentuk dadu. Nata yang sudah dipotong kemudian direbus
dan ditiriskan. Nata
dari nira lontar ini adalah bahan makanan yang hampir tidak memiliki rasa sehingga
harus ditambahkan
bahan pemberi rasa. Pada umumnya nata sebelum dikonsumsi direbus dulu dengan
air gula dan
ditambahkan sedikit essence sesuai kesukaan masing-masing konsumen.
Diagram 1. Tata Cara Pembuatan Nata dari Nira Lontar
BAB IV
Salah satu faktor yang menjadi ukuran keberhasilan suatu hasil produksi adalah
rendemen. Penambahan
(NH4)2SO4 juga sangat penting karena Acetobacter xylinum memanfaatkan
nitrogen dari bahan organik
dan terbukti bahwa urea, ZA serta natrium sulfat memberikan tanggapan positif
terhadap pembentukan
nata, juga ZA membuktikan rendemen nata tertinggi, berarti dengan penambahan
ZA mengakibatkan
peningkatan rendemen.
Gula merupakan sumber energi mikroba yang dapat menghasilkan asam asetat
dengan terbentuknya
selulosa yang dapat membungkus sel bakteri. Semakin banyak gula yang
ditambahkan maka rendemen
nata yang diperoleh juga akan mengalami peningkatan sampai mencapai batas
konsentrasi 15%. Akibat
dari penambahan gula mengakibatkan bakteri Acetobacter xylinum yang tujuan
utamanya bukan untuk
menghasilkan serat tetapi gula yang ada dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan
selnya, sedangkan serat yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari aktivitas
bakteri Acetobacter
xylinum yang digunakan untuk berkontak langsung dengan udara luar melalui
benang-benang fibril yang
mengapung di permukaan media.
Adanya aktivitas dari bakteri nata dalam mengubah komponen gula menjadi
senyawa-senyawa asam
mengakibatkan keasaman menjadi meningkat, dimana kadar asam merupakan
jumlah asam yang
terkandung dalam suatu bahan dalam proses fermentasi dalam hal ini asam asetat
yang dihasilkan.
Kadar keasamaan ini disebabkan karena adanya penambahan gula ke dalam nira
lontar yang selanjutnya
berubah menjadi asam asetat sehingga dapat meningkatkan keasaman dalam
pembuatan nata. Tingkat
keasaman diatur dengan menggunakan asam asetat. pH medium yang baik sekitar
4 4,5 dan suhu
ruang penyimpanan 28-30oC. Kandungan gula yang terdapat di dalam media lebih
banyak digunakan
sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan selnya bukan
untuk sintesa selulosa,
sehingga konsentrasi asam lebih tinggi.
Jika ditinjau dari segi kualitas, produk nata yang dihasilkan dari nira lontar memiliki
kandungan yang
sama dengan nata yang dihasilkan dari air kelapa, yaitu mengandung kadar air yang
tinggi (sekitar 98%)
dan memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga baik untuk proses pencernaan
dalam tubuh.
Penggunaan pupuk ZA dalam proses pembuatan nata yang bersumber dari nira
tidak mempengaruhi
kelayakan nata untuk dikonsumsi. Nata tetap dapat dikonsumsi dengan jumlah yang
banyak, sebab ZA
hanya berfungsi sebagai sumber nutrien bagi bakteri Acetobacter xylinum, sehingga
pupuk ZA akan
habis dimanfaatkan oleh bakteri dan tidak akan mencemari produk nata yang
dihasilkan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai
berikut:
1. proses pengolahan nira lontar menjadi produk nata di Kabupaten Jeneponto
mempunyai prospek yang
dikembangkan menjadi salah satu komoditi ekspor.
2. nata yang dihasilkan dari nira lontar memiliki kualitas yang sama dengan nata
yang dihasilkan dari air
kelapa, yaitu mengandung kadar air yang tinggi (sekitar 98%) dan memiliki
kandungan serat yang tinggi
sehingga baik untuk proses pencernaan dalam tubuh.
3. nata yang dihasilkan dari nira lontar sangat layak untuk dikonsumsi, meskipun
dalam jumlah yang
banyak.
B. SARAN
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, tim peneliti memiliki beberapa saran yaitu:
1. diharapkan masyarakat dapat menerapkan langsung proses pembuatan nata dari
nira lontar dengan
prosedur yang telah kami buat sehingga dapat menjadi sumber penghasilan baru
bagi masyarakat,
khususnya di Kabupaten Jeneponto.
2. Pemerintah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana dalam menunjang
inovasi baru yang
sangat berguna ini, seperti menyediakan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan
nata dari nira lontar
ini. Sebab terdapat beberapa bahan yang masih kurang tersedia, salah satunya
yaitu bakteri Acetobacter
xylinum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pengolahan Nira Aren Menjadi Produk Nata Pinnata. Balai Penelitian
dan Pengembangan
Kesehatan Sulawesi Selatan
Dasuki, Ahmad. 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut Teknologi
Bandung
Delima, Yuliana. 2003. Pengaruh Penyimpanan Nira Lontar Terhadap Nata yang
Dihasilkan. Makassar:
Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin
Lutony, Luqman. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Jakarta: Penebar Swadaya
Palungkun, Rony. 1996. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta: Penebar Swadaya
Pambayun, Rindit. 2002. Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Yogyakarta: Kanisius
Suryani, A., E. Hambali dan A. Suryadarma. 2005. Membuat Aneka Nata. Jakarta:
Penebar Swadaya
Sukendar, N.K. 1989. Pengaruh Jenis Pengawet Nira Lontar dan Konsentrasi Gula
Reduksi Total
TerhadapAktivitas Acetobacter xylinum pada Pertumbuhan Nata de Nira. Ujung
Pandang: Lembaga
Penelitian Universitas Hasanuddin
Van Stenis, C. G. G. I. 1975. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: Pradya
Paramita
Warisno. 2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco. Jakarta: Agromedia
Pustaka
MENCARI