Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, mempunyai
kurang lebih 35.000 pulau yang besar dan kecil dengan keanekaragaman jenis
flora dan fauna yang sangat tinggi. Indonesia diperkirakan memiliki 100
sampai dengan 150 famili tumbuh-tumbuhan, dan dari jumlah tersebut
sebagian besar mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman
industri, tanaman buahbuahan, tanaman rempah-rempah dan tanaman obat-
obatan (Nasution, 1992).
Salah satu tanaman khas Indonesia yang kaya akan manfaat adalah
Lamtoro atau petai cina adalah tunrbuhan yang benrlauan kecil dan bersifat
perodal Jstis Leucaern leucueplnla merupakan tanaman asli tropis yang dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak. Bagian yang dikonsumsi oleh temak selain
daun adalah biji dan bunganya. Bentuk daun lamtoro adalah bipinatus,
dengan jumlah daun 4-9 pasang, panjang 15-20 cm Sedangkan bunganya
berwama putih, ada satu atau beberapa dalam satu tangkai.(Jones, 1976)
Saponin adalah suatu glikosida yang memiliki berat molekul dan
kepolaran tinggi. Sebagai glikosida, saponin dapat dihidrolisis dengan asam
atau enzim untuk menghasilkan aglikon, gula, dan asam uronat
(Brotosisworo, 1979). Saponin merupakan surfaktan yang dapat
menghasilkan busa apabila dikocok dalam air. Surfaktan merupakan salah
satu senyawa turunan oleokimia yang merupakan senyawa aktif yang mampu
menurunkan tegangan permukaan dan tegangan antarmuka suatu cairan
(Aisyah, 2011).
Pola hidup “Back to Nature” pada zaman sekarang ini banyak diminati
oleh masyarakat Indonesia. Sabun yang berbahan dasar alami sangat
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan tidak merusak
lingkungan. Contoh bahan alami yang memiliki sifat surfaktan adalah saponin
yang dapat menghasilkan busa. Karena memiliki sifat surfaktan, maka
saponin biasa dimanfaatkan pada industri deterjen, sabun dan shampoo
(Thoha dkk, 2009).
Deterjen banyak digunakan oleh masyarakat untuk mencuci pakaian
dan perabotan serta sebagai bahan pembersih lainnya. Penggunaan deterjen
bubuk di Indonesia mulai mengalami peningkatan drastis pada tahun 1990-an,
seiring dengan meningkatnya penduduk Indonesia serta meningkatnya
perkembangan industri. Lima tahun terakhir, pemakaian deterjen bubuk
mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 10% per tahun.
Tahun 2007, penggunaan deterjen di Indonesia mencapai 500.000 ton per
tahun dan hanya 62% saja yang dipenuhi dari produksi lokal (Rahman dkk,
2013).
2

Bahan baku pembuatan deterjen bubuk terdiri dari, bahan aktif, bahan
pengisi, bahan penunjang, bahan tambahan, bahan pewangi, dan antifoam.
Bahan aktif dari deterjen, berupa Sodium Lauryl Sulfonate (SLS) yang
berfungsi meningkatkan daya bersih (Permono,2002). Sodium Lauryl
Sulfonate (SLS) fungsinya untuk membentuk busa dan membersihkan lemak.
Sifatsifatnya berwarna putih, padat, teksturnya seperti beras, rapuh, dan
berbau (Suryana, 2013).
Bahan-bahan kimia dalam detergen yang biasa ada di pasaran dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan air. Pengaruh negatif detergen terhadap
kondisi fisik dan kimia perairan yang teraliri limbah dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa pengaruh limbah detergen
terhadap lingkungan antara lain gangguan terhadap estetika oleh adanya busa
putih di permukaan perairan, penurunan kadar oksigen terlarut perairan,
perubahan sifat fisik dan kimia air serta terjadinya eutrofikasi. Kandungan
fosfat yang tinggi dapat merangsang tumbuhnya gulma air. Peningkatan
gulma air akan menyebabkan peningkatan penguraian fosfat, dan
penghambatan pertukaran oksigen dalam air, sehingga kadar oksigen terlarut
dalam air amat rendah (mikroaerofil) (Sitorus, 1997).Maka dari itu, dilakukan
penelitian untuk mengekstraksi senyawa saponin dari daun ciplukan sebagai
agn pembuih alami pada detergen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diperoleh rumusan


masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana cara mengekstraksi senyawa saponin dari daun


lamtorodengan metode sokletasi?
1.2.2 Bagaimana efektivitas ekstrak senyawa saponin dari daun lamtoro
sebagai bahan tambahan dalam pembuatan detergen?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.3.1 Mengetahui cara ekstraksi senyawa saponin dari daun lamtoro dengan
mtode sokletasi.
1.3.2 Mengetahui efektivitas ekstrak senyawa saponin dari daun lamtoro
sebagai bahan tambahan dalam pembuatan detergen.

1.4 Keutamaan Penelitian


Urgensi (Keutamaan) penelitian ini adalah :
1.4.1 Penelitian ini menjelaskan cara ekstraksi senyawa saponin dari daun
lantoro dengan metode sokletasi.
3

1.4.2 Penelitian ini membuktikan efektivitas ekstrak senyawa saponin dari


daun lamtoro sebagai bahan tambahan dalam pembuatan detergen.
1.5 Target Penemuan
Penelitian ini ditargetkan untuk mengetahui efektivitas ekstrak senyawa
saponin dari daun lamtoro sebagai bahan tambahan dalam pembuatan
detergen, serta memperoleh hasil detergen yang tidak merusak lingkungan.

1.6 Luaran yang Diharapkan


Luaran dari penelitian ini adalah menghasilkan ekstrak senyawa saponin dari
daun lamtoro dan digunakan dalam pembuatan detergen, serta program
kreativitas mahasiswa ini dapat menjadi artikel yang dipatenkan.

1.7 Manfaat Penelitian


1.7.1 Menemukan bahan campuran alami detergen yang tidak merusak
lingkungan
1.7.2 Dapat mengetahui cara ekstraksi saponin dengan metode sokletasi.
1.7.3 Meningkatkan nilai tambah produk detergen.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala)

Lamtoro merupakan tanaman perdu atau pohon kecil dengan tinggi


2-10 m, memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar serta batang
bulat silindris dan bagian ujung berambut rapat. Daun majemuk terurai dalam
tangkai, menyirip genap ganda dua sempurna, anak daun kecil terdiri dari 5-
20 pasang, bentuknya lanset, ujung runcing. Bunga majemuk terangkai dalam
karangan berbentuk bongkol yang bertangkai panjang dan berwarna putih
kekuningan. Kandungan zat aktif dalam lamtoro meliputi alkaloid, saponin,
flavonoid, mimiosin, dan leukanin (Chahyono et al, 2012)
1.2 Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi
dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif
4

permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan


kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian
saponin dalam tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber
sapogenin yang mudah diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi
sterol hewan yang berkhasiat penting. Pola glikosida saponin kadang-kadang
rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan
komponen yang umum ialah asam glukoronat (Harborne, 1987).
Saponin terdapat pada berbagai spesies tanaman baik tanaman liar
maupun tanaman budidaya. Pada tanaman budidaya, saponin triterpenoid
merupakan jenis yang utama sedangkan saponin steroid umumnya terdapat
pada tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat. Beberapa faktor seperti
umur, fisiologis, kondisi agronomi dan lingkungan dapat mempengaruhi
kandungan saponin dalam tanaman. Tanaman muda dalam satu spesies
mempunyai kandungan saponin yang lebih tinggi dibanding dengan tanaman
dewasa (Suparjo, 1998).
Bila dalam tumbuhan banyak terdapat saponin, sukar untuk
memekatkan ekstrak alkohol-air dengan baik, walaupun digunakan rotari
evaporator. Karena itu, uji saponin yang sederhana ialah mengocok ekstrak
alkohol-air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan diperhatikan apakah ada
terbentuk busa tahan lama pada permukaan cairan. Saponin dapat juga
diperiksa dalam ekstrak kasar berdasarkan kemampuannya menghemolisis sel
darah merah. Tetapi biasanya lebih baik bila uji sederhana itu dipastikan
dengan cara kromatologi lapis tipis dan pengukuran spektrum (Robinson,
1995).
Struktur dari saponin adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Glikosida Saponin

1.3 Detergen
Detergen adalah salah satu produk komersial yang digunakan untuk
menghilangkan kotoran pada pencucian pakaian. Dalam detergen
5

mengandung bahan yang mempunyai sifat aktif permukaan (surfaktan).


Surfaktan ini digunakan untuk proses pembahasan dan pengikat kotoran,
sehingga sifat dari detergen dapat berbeda tergantung jenis surfaktannya
(Kirk and Othmer, 1982). Detergen yang dijual bebas di pasaran biasanya
mengandung 20 – 40 % surfaktan, sedangkan sisanya adalah bahan kimia
yang biasanya disebut dengan additivies atau detergen builders yang
berfungsi untuk meningkatkan daya bersih detergen.
Bahan surfaktan yang biasa digunakan adalah alkyl benzene (ABS).
Senyawa ini termasuk dalam senyawa non biodegradable yaitu tidak dapat
didegradasi oleh mikroorganisme, dan juga banyak menimbulkan busa baik
pada sungai ataupun air tanah sehingga senyawa tersebut diganti dengan
linear alkyl sulphonat (LAS) yang lebih mudah didegradasi. Penggunaan LAS
di Negara – Negara berkembang seperi Indonesia masih terbatas dikarenakan
harga LAS yang mahal.
Adapun efek yang dapat ditimbulkan oleh adanya detergen dalam air
antara lain :Terbentuknya film akan menyebabkan menurunnya tingkat
transfer ke dalam air, pada konsentrasi yang melebihi ambang batas yang
ditentukan, dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang cukup serius,
kombinasi antara polyphospat dengan surfaktan dalam detergen dapat
mempertinngi kandungan phospat dalam air. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya entroikasi yang dapat menimbulkan warna pada air.
Surface Active Agent (surfaktan) adalah unsur detergen yang
digunakan untuk proses pembasahan dan pengikatan kotoran (Kirk dan
Othmer, 1982). Surfaktan menurunkan tegangan permukaan, karena adanya
proses pematahan ikatan hydrogen pada lapisan permukaan. Hal ini terjadi
sebagai akibat adanya perbedaan sifat antara gugus molekul penyusun
surfaktan yaitu gugus hidrophobik dan gugus hidrophilik (Fessenden and
Fessenden, 1986).
Bila surfaktan berada dalam air, maka sifat dan struktur molekul
surfaktan dapat dibedakan menjadi dua macam gugus yaitu gugus hidrofilik
dan gugus hidrofobik. Gugus hidrofobik adalah suatu hidrokarbon yang berisi
8 sampai 18 atom karbon di dalam suatu rantai yang sedikit bercabang atau
lurus. Sedangkan gugus hidrofilik merupakan gugus yang berfungsi sebagai
bahan pembasah. Bila surfaktan yang telah mengikat zat pengotor (dirt)
terkumpul , maka bagian yang bersifat non polar akan mengikat kotoran
tersebut dan akan membentuk kelompok (50 – 150 molekul) yang disebut
micelle. Micelle ini terbentuk sebagai akibat dari peningkatan antara gugus
hidrofobiknya berada pada bagian luar atau permukaan micell (Fessenden &
Fessenden, 1986).
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air
6

dan yang lainnya pelarut organik. Salah satu metode ekstraksi yang paling
sederhana adalah maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada suhu ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan
metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti
dilakukan pengadukan terusmenerus. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama, dan seterusnya.

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Matmatika da Ilmu
pengtahuan Alam Universitas Negeri Semarang (Unnes),. Metode penelitian
yang dilakukan adalah metode penelitian laboratorium.

3.2 Sampel
Sampel yang digunakan diperoleh dari Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa
Tengah.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik
pengambilan sampel bertujuan (purpose sampling), dimana sampel dipilih
secara khusus sesuai dengan tujuan penelitian.

3.4 Teknik Pengambilan Data


Data yang diperoleh berasal dari:
1. Analisis kemurnian saponin yang dihasilkan dengan menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Vis.
2. Hasil analisis uji kestabilan busa deterjen dengan berbagai macam
konsentrasi saponin yang ditambahkan pada deterjen.
3.4 Cara Kerja Penelitian
1. Pembuatan Ekstrak Saponin dari Daun Lamtoro
Daun Lamtoro dikeringkan kemudian diblender hingga halus, lalu disaring
dengan ayakan 65 mesh. Ekstraksi daun lamtoro dilakukan dengan cara
sokletasi. Sebanyak 50 g serbuk simplisia daun lamtoro dimasukkan ke
dalam soklet, kemudian ditambah dengan 200 mL metanol selanjutnya
disokletasi selama 6 jam terus - menerus. Setelah terekstraksi sempurna
selanjutnya didestilasi pada suhu 65℃, sehingga diperoleh pelarut metanol
dan ekstrak saponin kental. (Liem et al, 2013).
2. Uji Saponin
7

Sebanyak 2 g sampel serbuk daun lamtoro dimasukkan ke dalam tabung


reaksi, kemudian ditambahkan akuades hingga seluruh sampel terendam.
Sampel dididihkan selama 2-3 menit, dan selanjutnya didinginkan,
kemudian dikocok kuat-kuat. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil (Marlinda et al, 2012)
3. Formulasi Deterjen Cair
Tabel I. Formulasi deterjen
Konsentrasi(% b/b)
Bahan
F1 F2 F3 F4 F5
MES 13 13 13 13 13
Ekstrak daun ciplukan 14 28 42 56 70
Dekstrin 2 2 2 2 2
STPP 10 10 10 10 10
Parfum 2 1 1 1 1
Hidrogen Peroksida 2 1 1 1 1
Air 63 53 43 33 23

Proses pertama yang dilakukan dalam pembuatan deterjen cair


adalah dekstrin dan air yang dicampur hingga homogen (sediaan A).
Ekstrak daun ciplukan (14 %, 28 %, 42 %, 56 %, 70 %) dicampurkan
dengan LAS, STPP, dan H2O2, lalu diaduk sampai homogen (sediaan B).
Sediaan A dan sediaan B dicampur hingga homogen pada suhu 60℃ - 80
℃ kemudian ditambahkan parfum.
4. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh deterjen saat kontak
dengan kulit. Menurut SNI (06-0475-1996) standar nilai pH untuk deterjen
cair adalah 6-8 pada suhu 25°C.
5. Uji Viskositas
Sebanyak 120 mL sampel formula uji diukur viskositasnya dengan spindle
nomor dua dengan kecepatan 30 rpm. Nilai yang terbaca dikalikan dengan
faktor konversi 10 dengan satuan centipoises (cp). Standar Nasional
Indonesia tidak mencantumkan nilai viskositas yang harus dipenuhi oleh
produk deterjen cair. Stephan Co., salah satu produsen surfaktan di
Amerika menyatakan nilai viskositas sediaan pembersih cair berada
didalam kisaran 500 cp hingga 2000 cp.
6. Uji Kestabilan Busa
Pengukuran kestabilan busa dilakukan dengan melarutkan sampel formula
uji ke dalam air. Sebanyak 5 mL formula uji dimasukkan ke dalam tabung
ulir 10 mL, lalu dikocok hingga busa terbentuk. Busa yang terbentuk
kemudian diukur tinggi busa dengan menghitung perbandingan antara
tinggi busa dan tinggi keseluruhan (larutan + busa). Stabilitas busa
dihitung dengan melihat berapa lama busa terbentuk (menit) (Sukkary et
al, 2007).
8

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Anggaran Biaya
Aggaran biaya yang kami ajukan sebesar Rp. 12.396.000,- dengan perincian
sebagai berikut :
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
.
1. Peralatan Penujang, Rp. 3.150.000
2. Bahan Habis Pakai, Rp. 4.310.000
3. Perjalanan, Rp. 3.100.000
4. Lain-lain Rp. 1.836.000
Jumlah Rp. 12.396.000

4.2 Jadwal Kegiatan


No. Jenis Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5
1. Pengumpulan daun pembuatan ekstrak
saponin dari daun ciplukan

2. Identifikasi senyawa saponin

3. Membuat detergen menggunakan


campuran saponin dengan berbagai
konsentrasi

4. Pengujian pH, viskositas, dan kestabilan


busa, pada saponin

5. Analisis data dan penyusunan laporan


penelitian
9

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, siti. 2011. Produksi Surfaktan Alkil Poliglikosida (Apg) dan Aplikasinya
pada Sabun Cuci Tangan cair. Tesis, IPB Jawa Barat.

Brotosisworo, s. 1979. Obat Hayati Golongan Glikoksida,44. Yogyakarta : UGM


Press Nasution, R. E. (1992). Prosiding seminar dan loka karya nasional
etnobotani. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI

Fessenden, R . J dan Fessenden, J. S , 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2.


Jakarta : Erlangga.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB.

Kirk, R.E and D.F Othmer. 1982. Encyclopedia of Chemical techologi. New York
: The Interscience and encyclopedia Inc.

Liem, Alowisya F., Holle, Elizabeth., Gemnafle, Ivone Y., Dan Wakum, Sarah.
2013. Isolasi Senyawa Saponin Dari Mangrove Tanjang (Bruguiera
Gymnorrhiza) Dan Pemanfaatannya Sebagai Pestisida Nabati Pada Larva
Nyamuk. Jurnal Biologi Papua 5(1) : 29–36.

Marlinda M., Sangi M.S. dan Muntu A.D. 2012. Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea
americana Mill.). Jurnal MIPA UNSRAT, 1(1), 24-28

Permono A. 2002. Membuat Deterjen Bubuk. Jakarta : Penebar Swadaya.

Pitojo, S. 2002. Ceplukan Herba Berkhasiat Obat. Jakarta : Penerbit Kanisius.

Rahman, A.A., Lelono G.S dan Djaeni M. 2013. Pemanfaatan Minyak Goreng
Bekas menjadi Deterjen Alami Melalui Kombinasi Reaksi Trans-
esterifikasi dan Sulfonasi. Jurnal Teknik kimia dan Industri, 2(2), 84-90.

Robinson, T. 1995. Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tingi. Bandung:


Penerbit ITB.

Rohyani , Immy Suci, Aryanti, Evy dan Suripto. 2015. Kandungan fitokimia
beberapa jenis tumbuhan lokal yang sering dimanfaatkan sebagai bahan
baku obat di Pulau Lombok. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(2) :
388-391

Sitorus, H. (1997). Uji Hayati Toksisitas Detergen Terhadap Ikan Mas (Cyprinus
carpio, L). Visi 5(2): 44-62
10

Sukkary M.M., Nagla A., Aid S.I. and Azab, W.I. 2007. Synthesis and
Characterization of Some Alkyl Polyglycosides Surfactans. Journal of
Dispersion and Technology, 2 : 129-137.

Suparjo. 1998. Saponin peran dan pengaruhnya bagi ternak dan manusia. Jambi:
Universitas Jambi.Suryana, D. 2013. Cara Membuat Sabun: Cara
Praktis Membuat Sabun Padat dan Cair. Jakarta : Gramedia.

Thoha, M.Y., Sitanggang, A.F. dan Hutahayan D.R.S. 2009. Pengaruh Pelarut
Isopropil Alkohol 75% dan Etanol 75% Terhadap Ekstraksi Saponin dari
Biji Teh dengan Variabel Waktu dan Temperatur. Jurnal Teknik Kimia,
16(3), 1-10.
11

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Biodata Anggota


Biodata Ketua
A. Identitas Diri
No. Nama Lengkap Linihayatin askhiya

1 Jenis Kelamin Perempuan

2 Program Studi Pendidikan Kimia

3 NIM 4301416027

4 Tempat dan Tanggal Lahir Cilacap, 16 mei 1999

5 E-mail liniaskhiya99@gmail.com

6 Nomor Telepon/Hp 083863161369

B.Riwayat Pendidikan
SD SMP/MTs SMA

Nama Institusi SD N Doplang SMP Masyithoh MAN


02 Kroya Purwokerto 1

Jurusan - - IPA

Tahun Masuk- 2004-2010 2010-2013 2013-2016

Lulus

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-P.

Semarang, 5 November 2018


Pengusul,

Linihayatin Askhiya
12

Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
No. Nama Lengkap Naily Nidhofatin

1 Jenis Kelamin Perempuan

2 Program Studi Kimia

3 NIM 4311416027

4 Tempat dan Tanggal Lahir Demak, 24 Agustus 1998

5 E-mail fatinnaily@gmail.com

6 Nomor Telepon/Hp 089635261985

A.Riwayat Pendidikan
SD SMP/MTs SMA

Nama Institusi SD N Rejosari SMP NEGERI 3 SMA NEGERI 1


02 WELAHAN, WELAHAN,
JEPARA JEPARA

Jurusan - - IPA

Tahun Masuk- 2004-2010 2010-2013 2013-2016

Lulus

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-P.

Semarang, 7 Juni 2018

Pengusul,

Naily Nidhofatin

Biodata Anggota 2
13

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Laily Ika Fitriani

2 NIM 4201416014

3 Program Studi/Jurusan Pendidikan Fisika/ Fisika

4 Fakultas FMIPA

5 Tempat dan Tanggal Lahir Blora, 20 Januari 1998

6 Alamat Ds. Plosorejo, Kec. Banjarejo, Kab.


Blora, Jateng.

7 E-mail lailyika05@gmail.com

8 Nomor Telepon/Hp 082326201626

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP/MTs SMA

Nama Institusi MIN Plosorejo MTs Hasanuddin MAN Blora


Plosorejo

Jurusan - - IPA

Tahun Masuk- 2004-2010 2010-2013 2013-2016

Lulus

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-P
Semarang, 7 Juni 2018
Pengusul,

Laily Ika Fitriani

Anda mungkin juga menyukai