TUGAS 2
KELOMPOK : 4
KELAS : G
DOSEN PEMBIMBING :
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Buah lerak (Sapindus rarak DC) merupakan salah satu bahan alam yang
digunakan sebagai deterjen tradisional dengan kandungan zak aktif utama saponin
sehingga dapat menghasilkan busa. Penggunaan buah lerak sebagai foaming agent
atau penghasil busa pada pasta gigi merupakan salah satu alternatif. Penggunaan
bahan alam tersebut harus bersifat tidak toksik, sehingga perlu dilakukan uji
sitotoksisitas terhadap jaringan.(Rahmadina, Rianti and Meizarini, 2015)
Selain saponin, kulit buah lerak juga mengandung flavonoid, alkaloid, dan
polifenol (Irham, 2007). Flavonoid merupakan golongan senyawa fenol (Robinson,
1995). Menurut Pelczar dan can (1988), fenol bersifat bakterisid dan fungisid yang
mempunyai kemampuan menambah permeabilitas sel dan pada keadaan tinggi
dapat mengkoagulasi protein. Khasiat farmakologiknya antara lain adalah sebagai
antijamur, bakterisid, anti radang, anti spasmodinamik, peluruh dahak, dan diuretic
(Marchianti, Nurus Sakinah and Diniyah, 2017).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (Depkes RI, 1995), ekstrak adalah
sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan, sedangkan
ekstrak kering adalah sediaan yang berasal dari tanaman atau hewan, diperoleh
dengan cara pemekatan dan pengeringan ekstrak cair sampai mencapai konsentrasi
yang diinginkan menurut cara yang memenuhi syarat (Zulharmitta, Kasypiah and
Rivai, 2017).
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Lerak
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dycotyledonae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Morfologi
Buah lerak (Sapindus rarak DC.) merupakan tanaman rimba yang memiliki
tinggi mencapai 42 m daengan batang 1 m. Tanaman ini tumbuh liar di Jawa pada
ketinggian 450-1500 m diatas permukaan laut (Prosea, 2014). Tanaman ini
mempunyai batang berwarna putih kotor dan berakar tunggang. Daun tanaman ini
majemuk menyirip ganjil dan anak daun berbentuk lanset (lanceolatus). Bunga pada
tanaman ini berbentuk tandan (racemes), melekat di pangkal, berwarna kuning
keputihan, dan mahkotanya empat. Tanaman ini mempunyai buah yang keras,
berbentuk bundar seperti kelereng kalau sudah tua/masak warnanya coklat
kehitaman dengan permukaan licin/mengkilap, diameter ±1,5 cm dan berwarna
kuning kecoklatan. Biji tanaman ini kuning kecoklatan. Antara buah dan biji
terdapat daging buah berlendir sedikit dan aromanya wangi (Gambar 2.3). Buah
lerak terdiri dari 73% daging buah dan 27% biji (Marchianti, Nurus Sakinah and
Diniyah, 2017).
Kandungan Kimia
Manfaat
Buah lerak digunakan untuk mencerahkan warna yang diperoleh dari soga
alam/pewarna alami. Selain itu, juga digunakan untuk mencuci kain batik supaya
awet dan warnanya tetap baik/tidak luntur. Khasiat pembersih ini didapat dari
buahnya yang apabila digosok di dalam air panas, bagian luar daging buah akan
berbusa seperti sabun (Marchianti, Nurus Sakinah and Diniyah, 2017).
Ekstrak
Ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak berguna dimana
teknik pemisahan berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut antara dua pelarut
atau lebih yang saling bercampur. Pada umumnya, zat terlarut yang diekstrak
bersifat tidak larut atau sedikit larut dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan
pelarut lain (Harbone, 1987)
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan
pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena panas.
Metode Ekstraksi
Secara garis besar ada 2 macam proses ekstraksi yaitu cara dingin dan cara panas :
Cara Dingin
Ekstraksi dengan metode ini memiliki keuntungan yaitu
meminimalkan kerusakan kandungan yang bersifat termolabil (Istiqomah,
2013).
Maserasi
Maserasi berasal dari bahasa latin macerace yang berarti mengairi
atau melunakkan. Maserasi adalah salah satu dari metode ekstraksi cara
dingin dengan cara merendam simplisia tanaman dengan menggunakan
pelarut di dalam wadah tertutup selama kurun waktu tertentu dengan
diselingi pengadukan dan dilakukan pada suhu kamar (Istiqomah, 2013).
Prinsip dari metode ini adalah diperolehnya kesetimbangan antara
konsentrasi di dalam dan luar sel tanaman sehingga mampu melarutkan atau
mengeluarkan konstituen aktif dari dalam sel tanaman melalui mekanisme
difusi (Istiqomah, 2013).
Kelebihan dari metode ini adalah pengerjaan yang sedikit mudah
serta dengan alat yang sederhana dan murah, namun untuk metode ini juga
mempunyai kekurangan yaitu pengerjaannya cukup lama dan membutuhkan
banyak pelarut (Istiqomah, 2013).
Perkolasi
Sonikasi (Ultrasonik)
Cara Panas
Refluks
Digesti
Infusa
Dekokta
Soxhletasi
Tripenoid/steroid
Steroid adalah triterpen yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana
perhidrofenantren. Senyawa steroid dahulu dianggap sebagai senyawa satwa, yaitu
sebagai hormon kelamin, asam empedu dan lain-lain. Salah satu estrogen hewan
adalah esteron. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprene dan secara biosintetis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu skualen. Senyawa ini berstruktur siklik yang relatif rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanpa warna,
berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. (Ekstrak and Daun,
2011) Triterpenoid dapat dibagi atas 4 golongan senyawa, yaitu triterpen
sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung (Harborne, 1987).
Uji Buih
Uji Liebermann-Burchard
Uji Salkowski
Pada uji salkoswki, apabila sterol dengan konfigurasi tidak jenuh di dalam
molekulnya direaksikan dengan asam kuat dalam kondisi bebas air, maka akan
memberikan reaksi warna. Uji salkowski dilakukan dengan menggunakan ekstrak
dari sampel yang akan diuji lalu ditambahkan dengan H2SO4, terbentuknya warna
merah mengindikasikan adanya steroid. Penambahan H2SO4 bertujuan untuk
memutuskan ikatan gula pada senyawa. Sehingga akan terbentuk cincin yang
berwarna merah, selain itu gugus sulfat akan menggantikan gugus OH sehingga
terbentuk kompleks warna merah ungu.
1. Totolkan larutan uji dan larutan pembanding dengan jarak antara 1,5 cm – 2
cm dari tepi bawah lempeng, dan birkan mengering
2. Tempatkan lempeng pada alat penyangga, hingga tempat penotolan terletak
disebelah bawah, dan masukkan rak kedalam bejana kromatrografi
3. Larutan pengembang dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan
penjerap totolan jangan sampai terendam
4. Letakkan tutup bejana pada tempatnya dan biarkan sistem hingga fase gerak
merambat sampai batas jarak rambat
5. Keluarkan lempeng dan keringkan di udara dan amati bercak dengan sinar
tampak, ultraviolet gelombang pendek (254 nm), kemudian dengan
ultraviolet gelombang panjang 366 nm)
6. Ukur dan catat jarak tiap bercak yang diamati
7. Tentukan harga Rf atau Rx
8. Jika diperlukan semprot bercak dengan pereaksi penampak bercak, amati dan
bandingkan kromatografi bahan uji dengan kromatogram pembanding
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
Pelarut
Etanol
Etanol (etil alkohol atau grain alkohol) merupakan cairan jernih, tidak
berwarna dan memiliki bau yang dapat diterima. Etanol memiliki rumus kimia
C2H5OH, merupakan gugus senyawa kimia yang tersusun atas grup hidroksil (-OH)
yang terikat pada atom karbon. Kata alkohol berasal dari bahasa arab, yaitu al-kuhul
yang berarti bubuk putih jernih untuk merias mata. Alkohol pada dasarnya ditujukan
pada semua bubuk jernih, namun ahli kimia era pertengahan mengaplikasikan istilah
alkohol untuk produk distilasi dan digunakan hingga saat ini (Shakhashiri, 2009).
Etil alkohol atau etanol adalah salah satu turunan dari senyawa hidroksil atau
gugus OH, dengan rumus kimia C2H5OH. Istilah umum yang sering dipakai untuk
senyawa tersebut adalah alkohol. Etanol mempunyai sifat tidak berwarna, mudah
menguap, mudah larut dalam air, berat molekul 46,1, titik didihnya 78,3 °C,
membeku pada suhu –117,3 °C, kerapatannya 0,789 pada suhu 20 °C, nilai kalor
7077 kal/gram, panas laten penguapan 204 kal/gram dan angka oktan 91–105
(Hambali et al., 2008). Etanol dapat digunakan sebagai pelarut, germisida, minuman,
bahan antibeku, bahan bakar, bahan depressant dan kemampuan khususnya sebagai
pelarut, germisida, minuman, bahan antibeku, bahan bakar, bahan depressant dan
kemampuan khususnya sebagai bahan kimia intermediet untuk menghasilkan bahan
kimia lain (Gaur, 2006).
BAB III
PROSEDUR KERJA
Bagan Alir
Preparasi Sampel
Uji Buih
Reaksi Warna
Uji Salkowski
Adanya
Sedikit ekstrak Toltolkan pada terpenoid/steroid
+ beberapa tetes fase diam ditunjukkan
etanol, diaduk (Kiesel Gel 245) dengan terjadinya
ad larut warna merah ungu
atau ungu
Deskripsi Prosedur Kerja
A. Uji Buih
1. Dimasukkan 0,2 gram ekstrak ke dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan air suling sebanyak 10 ml
3. Dikocok kuat-kuat selama 30 detik
4. Hasilnya positif saponin jika terjadi buih yang stabil selama 30
menit dan tinggi buih 3 cm di atas permukaan cairan
B. Reaksi Warna
Preparasi warna sampel
1. Dilarutkan 0,5 gram dalam 15 ml etanol
2. Dibagi menjadi 3 bagian masing-masing 5 ml (larutan IIA, IIB, dan
IIC)
Uji Liebermann-Burchard
Uji Salkowski
Hasriyania et al. (2019) ‘Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Biji Lada
Hitam (Piper Nigrum L) Terhadap Bakteri Escherichia Coli’, Indonesia Jurnal …,
5(2), pp. 6–11. Available at:
https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/IJF/article/view/1172.
Harborne, J.B., (1987), Metode Fitokimia, Edisi ke dua, ITB, Bandung. Harrison,
L.J., Leong, L.S., Lee Sia, G., Sim, K.Y., Tan, H.T.W., (1993)
Marchianti, A., Nurus Sakinah, E. and Diniyah, N. et al. (2017) ‘Digital Repository
Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember’, Efektifitas Penyuluhan
Gizi pada Kelompok 1000 HPK dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap
Kesadaran Gizi, 3(3), pp. 96–104.
Osbourn, A. (1996) ‘Saponins and plant defence asoapstory oo’, 1(1), pp. 4–9.
Rahmadina, A., Rianti, D. and Meizarini, A. (2015) ‘Uji sitotoksitas rebusan buah
lerak ( Sapindus rarak DC ) terhadap sel BHK-21’, Jurnal material kedokteran gigi,
4(1), pp. 1–6.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani
N. S., UGM Press, Yogyakarta