TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Foam
2.1.1. Pengertian Foam
Foam merupakan sejumlah massa dari gelembung kecil yang terbentuk di
permukaan liquid. Ketika air diguncang gelembung akan tercipta tapi gelembung
tersebut mudah untuk collapse karena permukaan mempunyai tegangan yang
masih tinggi. Untuk membuat gelembung menjadi stabil beberapa tambahan
digunakan, seperti surfaktan. Surfaktan mampu mengurangi tergangan
permukaan.
Foam dibedakan menjadi dua jenis, dry, dan wet foam. foam yang
mempunyai fraksi volume <0.05 didefinisikan sebagai dry foam. dry foam terdiri
dari lapisan tipis secara umum mempunyai bentuk polihedral. Sementara wet
foam ditemukan dibagian bawah kolom sekitar permukaan udara/air dan
gelembungnya mempunyai ukuran yang lebih kecil dibanding dry (Hill et al.,
2017).
4
5
atau cair. Kebanyakan foam tercipta akibat kehadiran surface active agent atau
surfaktan yang terakumulasi pada permukaan.
agen pembersih dan lain-lain. Dalam agen pembersih foaming agent biasanya
digunakan sebagai penurun tegangan permukaan air. Sehingga menyebabkan akan
terbentuk media gelembung untuk menghilangkan noda yang bersifat hidropobik.
Akan tetapi penggunaan foaming agent mempunyai dampak yang sangat buruk
terhadap kesehatan dan lingkungan. Karena itu untuk menghindarinya, foaming
agent yang berasal dari makhluk hidup perlu untuk dikembangkan. Sehingga
masalah kesehatan seperti iritasi dan pencemaran lingkungan dapat dikurangi.
juga dipercaya mampu mengobati sakit kepala dan menstabilkan tekanan darah
(Ravi et al., 2013). Kandungan biologis yang baik terkandung didalam daun nya.
Colubrina asiatica mengandung tannin, saponin, terpenoid, and kandungan fenol
(Ravi et al., 2013). Flavonoid merupakan salah satu jenis fenol yang terdapat
banyak dalam tumbuhan, flavonoid merupakan anti oksidan, anti alergi, dan
antitumor (kim et al., 2003). Tannin merupakan racun bagi bakteri ataupun fungi
dan merupakan anti mikroba yang baik (Compean, 2014). Terpenoid merupakan
bahan aktif untuk melawan bakteri, fungsi, virus, dan protozoa.
2.2.3. Ability sebagai foaming agent
Colubrina asiatica mengandung senyawa saponin yang dapat
memproduksi busa didalam air (CABI, 2016). Terdapat dua jenis saponin pada
daun Colubrina asiatica yang berhasil diisolasi dan dianalisa strukturnya
menggunakan 13C-NMR spectrometer,jujubogenin-3-0-[2-0-acetyl-3-0-(3-0-3-D-
xylopyranosyl-4-0-acety1-D- glucopyranosyl)-a-L-arabinoside] (colubrinoside)
and jujubogenin-3-0- [2-0-acetyl -3-0- (2-0- -D- xylopyranosyl--D-
glucopyranosyl)-a-L-arabinoside] (colubrin) (Wagner et al., 1983).
2.3. Saponin
2.3.1. Definisi Saponin
Saponin merupakan salah satu senyawa kimia yang bisa ditemukan jenis
tumbuhan. Lebih spesifik, merupakan gugus glikosida amfipatik yang secara
fenomena bersifat seperti sabun yang mana memproduksi busa ketika diguncang
didalam larutan, dan secara structural saponin mempunyai satu atau lebih gugus
glikosida hidrofilik yang terkombinasikan dengan turunan triterpena lipopilik.
Karakteristik saponin sendiri mempunyai rasa pahit, dalam larutan mampu
menciptakan gelembung yang stabil, dan bisa menghemolisis erythrocytes.
2.3.2. Jenis Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida yang mana mempunyai aglikon
berupak steroid dan triterpen. Steroid saponin tersusun atas inti steroid (C 27)
dengan molekul karbohidrat. Hidrolisis steroid menghasilkan aglikon yang
dikenal saraponin yang mempunyai efek sebagai anti fungi. Saponin mempunyai
sifat seperti agen pembersih karena kemampuannya dalam membasmi fungi
8
menunjukan hasil yang sangat baik. Triterpenoid saponin tersusun atas inti
triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Hidrolisis nya menghasilkan sapogenin.
Senyawa ini merupakan sebuah senyawa yang mudah dikristaliasi lewat asetilasi,
sehingga dapat dimurnikan. Tipe senyawa ini merupakan turunan amirin.
2.4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Dalam usaha
mengambil kandungan biologis yang terdapat dalam sebuah tumbuhan proses
ekstraksi merupakan cara yang efektif. Metode ektraksi dan jenis pelarut
mempunyai peranan penting dalam kualitas ekstraksi. Terdapat tiga metode yang
umumnya digunakan, microwave assisted extraction (MAE), ultrasound assisted
extraction (UAE), dan conventional. Dalam kondisi waktu yang sama MAE dan
UAE memiliki keunggulan dalam produksi yield dibanding metode konvensional.
Metode konvensional yang menggunakan soxhlet extractor apparatus
memerlukan waktu yang cukup lama, dengan yield yang lebih kecil. Akan tetapi
metode ini mempunyai prinsip kerja yang lebih sederhana dan mudah untuk
dilakukan dilaboratorium biasa. Penggunaan MAE dan UAE menggunakan
prinsip perengkahan melalui gelombang kedalam lapisan sampel menyebabkan
pori-pori sampel terbuka sehingga pelarut lebih mudah mengekstrak kandungan
didalamnya.
9
Gambar 2.3 Surface tension vs konsentrasi LiDS, NaDS, KDS, RbDS dan CsDS
(Sumber: Sett et al., 2015)
Terdapat dua faktor yang bekerja dalam menstabilkan lapisan, adsorpsi yang kuat
pada permukaan menghasilkan penurunan electrostatic repulsion dan potensial
menurunkan kestabilan lapisan, sehingga counter ion mempenetrasi di
permukaan.
Hofmeister menjelaskan efek yang sama dalam penambahan garam
terhadap stabilitas dari suspense aqueous dari isinglass, koloid oksida besi, dan
sodium oleat. Garam meningkatkan tegangan permukaan dari permukaan
udara/air dalam larutan tanpa surfaktan. Karakashev dan Manev menjelaskan
perbedaan monovalent garam mempunyai efek berbeda dalam menstabilkan dan
abilitas dari larutan surfaktan non ionik dalam memproduksi foam (Sett et al.,
2015).
2.5.2. Gliserol
Sebuah foam akan mongering didasarkan atas gravitasi, aliran liquid
kebawah melalui foam, dan kandungan liquid pada foam akan mengurang seiring
waktu. Saat ini, terdapat dua jenis drainasi yang telah teridentifikasi, yang mana
berhubungan dengan kondisi batas pada permukaan gelembung. Di sub bab
sebelumnya telah dijelaskan untuk mengurangi drainasi diperlukan gelembung
yang viskos dan berukuran sangat kecil. Kristal liquid yang terdistribusi sebagai
partikel dalam larutan gliserol akan menstabilakan sekaligus mengubah sifat
11
rheological dari bagian yang terkondisasi dari foam. Secara umum meningkatkan
viskositas mempunyai efek yang jelas dalam waktu drainasi ( Freiber et al,. 1988).
melewati membran kulit. Ketika satu sel telah terkontaminasi maka rentan
bahan kimia berbahaya terikut terserap bersamaan dengan SLS
Emmanuelle Rio, Unusually Stable Liquid Foams Efek penambahan bahwa penambahan
Wiebke bahan aditif terhadap partiekl mampu
Drenckhan, kemampuan foam mengurangi
Anniina Salonen, kemungkinan
Dominique terjadinya coalescence
Langevin/2014 sementara
penambahan protein
menyebabkan ukuran
gelembung yang
dihasil menjadi lebih
kecil sehingga lebih
tahan drainage, dan
pencampuran dengan
surfaktan jenis lain
dapat meningkatkan
kecepatan adsorbs
surfaktan
dipermukaan liquid.
Stig Freiberg, Foam Stability in Glycerol Efek penambahan Rasio 80:20
Aalto Stenius, System gliserol terhadap gliserol:surfaktan
Irena Blute/1987 ketahanan foam memberikan lifetime
dari foam yang paling
tinggi. Didapat
kesimpulan bahwa
16
semakin tinggi
kandungan gliserol
maka lifetime dari
foam akan meningkat
Soumyadip Sett , Ion Specific Effect in Foams Efek penambahan
Stoyan I. garam terhadap
Karakashev , kualitas foam
Stoyan K.
Smoukov,
Alexander L.
Yarin/2015