Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia,terletak di

bagian paling luar dan mempunyai permukaan paling luas. Oleh karena itu,kondisi

kulit selalu dipandang pertama kali dan dianggap sebagai salah satu unsur

kecantikan (Wirakusumah, 2007).

Kulit merupakan organ pertama yang terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat

di lingkungan hidup kita. Berbagai faktor dapat mempengaruhi struktur dan fungsi

kulit, misalnya: udara kering, kelembaban udara yang rendah, sinar matahari, usia,

berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh. Faktor-faktor tersebut dapat

terjadi penguapan yang berlebihan pada epidermis kulit sehingga menyebabkan

kulit kering (Wasitaatmadja, 1997). Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita

penyakit, baik penyakit yang mengenai kulitnya secara langsung ataupun penyakit

dalam tubuh yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya.

Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna,

konsistensi kelembaban, kelenturan, tebal dan tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Pada kondisi kulit tertentu pelembaban diperlukan oleh kulit untuk

mempertahankan struktur dan fungsinya. Berbagai faktor eksternal maupun

internal dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit tersebut, misalnya udara
kering, sinar matahari, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit dan lain

sebagainya (Wasitaatmadja, 1997).

Pemaparan sinar matahari berlebihan dapat membahayakan kulit manusia,

karena kerusakan kulit dapat terjadi segera setelah pemaparan, yaitu berupa

eritema atau kulit terbakar yang merupakan gejala terjadinya degradasi sel dan

jaringan. Kerusakan kulit yang terjadi dalam pemaparan jangka panjang akan

memberikan efek yang bersifat kumulatif akibat pemamparan sinar matahari

berlebihan dalam jangka waktu tertentu, antara lain adalah penuaan dini kulit dan

kemungkinan kanker kulit (Lowe dkk., 1990). Dampak negatif dari sinar

ultraviolet, maka diperlukan perlindungan terhadap sinar ultraviolet. Salah satu

cara yang dapat dilakukan untuk meminimumkan jumlah ultraviolet yang

berpenetrasi ke dalam kulit adalah dengan menggunakan tabir surya. Indonesia

sebagai negara tropis dengan pemamparan sinar matahari yang cukup tinggi sangat

membutuhkan sediaan kosmetik yang berperan sebagai tabir surya. Pada zaman

sekarang banyak orang yang menggunakan wortel (Daucus carrota L.) hanya

untuk dijadikan makanan dan minuman. Bagian utama yang dikonsumsi

masyarakat dari wortel adalah umbinya yang dapat dilalap mentah atau dimasak.

Disamping itu wortel dapat bermanfaat menyembuhkan beberapa jenis penyakit

dan juga digunakan untuk kesehatan kulit (Rukmana, 1995). Wortel mengandung

gula alami, beta karoten, vitamin A, B kompleks, C, D, E, K, antioksidan dan

fitokimia. Kandungan gula alami pada wortel dapat di gunakan sebagai pelembab
kulit. Vitamin-vitamin pada wortel berfungsi sebagai penyokong sehingga

kemampuan melembabkan kulit dari wortel lebih besar lagi (Rukmana, 1995).

Pada penelitian ini, berdasarkan kandungan dari wortel (Daucus carrota L.)

dilakukan formulasi dalam sediaan krim. Pemilihan krim sebagai bentuk sediaan

karena krim memiliki sifat umum penyebarannya merata dan mampu melekat pada

permukaan tempat pemakaian dalam waktu cukup lama sebelum sediaan tersebut

dicuci atau dihilangkan (Lachman dkk., 1994).Pembuatan krim tabir surya dengan

perbedaan konsentrasi agar mampu mengetahui apakah perbedaan konsentrasi

dapat mempengaruhi sifat fisik krim tabir surya.


B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dirumuskan suatu

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak wortel (Daucus carrota L.) dapat diformulasikan sebagai


sediaan krim?
2. Apakah perbedaan konsentrasi dapat mempengaruhi sifat fisik krim wortel
Daucus carrota L.)?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi


ekstrak wortel (Daucus carrota L.) dalam sediaan krim terhadap sifat fisiknya
( homogenitas, uji proteksi, daya lekat dan daya sebar ).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi instutusi
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan pihak-pihak yang memerlukan
informasi tentang sifat fisik (Daucus carrota L.) dalam sediaan krim.
2. Bagi masyarakat
Memberikan informasi dan pengetahuan tentang sifat fisik sediaan krim
(Daucus carrota L.).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka Sediaan


Mnurut Farmakope Indonesia III (1979), Krim adalah sediaan setengah padat
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Ada dua tipe krim, krim tipe minyak-air dan krim tipe air.
Stabilitas krim rusak, jika terganggu sistem campuranya terutama disebabkan
perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase
secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak
tercampur satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui
pengenceran yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang
sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 bulan. Pemilihan zat pengemulsi
harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai zat
pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setaseum , setil alkohol,
stearilalkohol, trietanolaminil stearat dan dan golongan sorbitan, polisorbat,
polietilenglikol, sabun. Zat pengawet umumnya digunakan Metil paraben 0,12%
hingga 0,18% atau Propil Paraben 0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan dalam
wadah tertutup baik atau tube, ditempat sejuk. Penandaan pada etiket harus tertera
“obat luar”.
B. Tinjauan Ekstraksi.        
1. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang
dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong atau
berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya
rendaman tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang
dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3
kali sehari). Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope
mencantumkan 4-10 hari. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak
memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan
simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang
diperoleh (Voight, 1995).
2. Perkolasi
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbenruk silindris atau kerucut (perkulator)
yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstaksi yang
dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi
simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan
pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Jika
pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia oleh
karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan dalam seldengan
cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan pelarut
segar perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahnkan. Dengan demikian ekstraksi
total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi
mencapai 95%) (Voight,1995).
3. Sokletasi
Sokletasi dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam
kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam alat ekstraksi
dari gelas yang bekerja kontinyu (perkulator). Wadah gelas yang mengandung
kantung ndiletakkan diantar labu penyulingan dengan pendingin aliran balik
dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut
yang menguap dan mencapai kedalam pendingin aliran balik melalui pipet yang
berkodensasi didalamnya. Menetes ketas bahan yang diekstraksi dan menarik
keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul didalam wadah gelas dan
setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan kedalam
labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melaui penguapan
bahan pelarut murni berikutnya (Voight, 1995).
C. Tinjauan Pustaka Bahan
1. Cera alba
Cera alba atau disebut malam putih berbentuk zat padat, lapisan tipis bening,
putih kekuningan, bau khas lemah. Cera alba praktis tidak larut dalam air; agak
sukar larut dalam etanol 95%; larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
lemak dan dalam minyak atsiri. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).
2. Vaselinum album
Vaselin album adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah
diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemerian masa lunak, lengket,
bening, putih; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin
tanpa diaduk. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Khasiat dan
penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).
3. Stearic acid
Asam stearat adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari
lemak,sebagian besar terdiri dari asam oktadenoat, C18H36O2 dan asam
heksadenoat, C16H32O2. Pemerian zat padat keras mengikat menunjukkan
susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin. Penyimpanan dalam
wadah tertutup baik. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan.
4. Triaethanolaminum
Trietanolamina adalah campuran dari trietanolamina, dietanolamina, dan
monoetanolamina. Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamina. Penyimpanan
dalam wadah tertutup rapat terlindungi dari cahaya. Khasiat dan penggunaan
sebagai zat tambahan.
5. Propylenglycolum
Pemerian cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis;
higroskopik. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Khasiat dan penggunaan
sebagai zat tambahan; pelarut
6. Wortel (Daucus carrota L)
Wortel (daucus carrota L) merupakan tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang
tahun. Tanaman ini menyukai daerah bersuhu dingin dan lembap, seperti daerah
pegunungan dengan ketinggian 1.200 m dpl.Jenis tanah yang disukainya berupa
tanah gembur dan subur. Nama daerahnya antara lain wortel, wortol, wertol,
wertel, bortol (Jawa), dan ortel (Madura).Berikut klasifiasi wortel
Devisio:  Spermatophyta
Subdevisio:  Angiospermae
Kelas   :  Dicotyledon
Ordo:  Umbelliferales
Family   :  Umbelliferae
Genus  : Daucus
Species  :   Daucus carota L
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Konsentrasi ekstrak Homogenitas, daya


Wortel ((Daucus proteksi dan
carrota L.) organoleptis.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya
(Riyanto, 2011).
Hipotesis penelitian dalam karya tulis ilmiah ini yaitu:
1. Ekstrak Wortel (Daucus carrota L.) dapat dibuat krim tabir surya.
2. Konsentrasi ekstrak Wortel ((Daucus carrota L.) berpengaruh pada sifat fisik
krim tabir surya.

C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan ialah rancangan pra eksperimen berupa
Post Only Design /One Shot Case Study yaitu perlakukan/intervensi telah
dilakukan (X), kemudian dilakukan pengukuran atau post tes.

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Dalam populasi dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana
yang menjadi sasaran penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010) Populasi dalam
penelitian ini adalah ekstrak Wortel (Daucus carrota L.)
2. Sampel
Sampel adalah objek yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh populasi
( notoadmodjo, 2010 ). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ekstrak Wortel (Daucus carrota L.) dengan berbagai konsentrasi 0,5 %, 1 %,
1,5 %, 2%, dan 2,5 %.

E. Teknik Sampling
Teknik sampling ada dua jenis sampel, yaitu sampel- sampel probabilitas atau
sering disebut sampel acak dan sampel-sampel non probabilitas (Notoatmodjo,
2010). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah system
pengambilan sampel secara non acak (non probabilitas).

F. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Tempat penelitian proposal ini dilakukan di laboratorium farmasetika program
studi D-III Farmasi sekolah tinggi ilmu kesehatan kendal (STIKES Kendal ).
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian proposal ini dilakukan pada bulan November 2014 – Februari
2015.

G. Definisi Operasional
1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).
a. Definisi operasional pada penelitian KTI ini yaitu sediaan krim tabir surya
dari ekstrak Wortel (Daucus carrota L.) dengan menggunakan Ekstrak
Wortel (Daucus carrota L.) ditambahkan pada basis krim dengan kadar 0,5
%, 1,0 %, 1,5 %, 2,0 % dan 2,5 % b/b.
b. Basis krim berfungsi untuk membentuk sediaan krim yang baik.
c. Homogenitas yaitu tercampurnya bahan-bahan sediaan krim,ditunjukkan
dengan tidak adanya butiran kasar (Ditjen POM, 2000)
d. Daya proteksi yaitu kemampuan sediaan untuk memproteksi atau
melindungi kulit
e. Organoleptis dimaksudkan melihat fisik sediaan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap bentuk,warna dan bau daei sediaan yang telah dibuat.
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah komponen atau faktor yang berkaitan satu sama lain
dan telah diinventarisasi lebih dulu dalam variabel penelitian (Budiman, 2008).
Variabel penelitian ini adalah :
a. Variabel Bebas (Independen)
Variabel independen merupakan variabel sebab atau resiko (Notoatmodjo,
2010). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu konsentrasi dari ekstrak
Wortel (Daucus carrota L.) pada sediaan krim tabir surya.
b. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat adalah variabel akibat atau efek (Notoatmodjo, 2010).
Variabel terikat pada penelitian ini yaitu sifat fisik (homogenitas, daya
proteksi dan organoleptis ).

3. Skala Pengukuran
Skala pengukuran yakni suatu himpunan yang terdiri dari anggota-anggota
yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memilii perbedaan dari
anggota himpunan yang lain (Notoatmodjo,2010). Skala pengukuran variable
dalam penelitian ini adalah skala nominal.

H. Alat penelitian dan cara pengumpulan data


1. Instrumen Penelitian
a. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lumpang, alu, penangas
air, stopwatch, timbangan analitik, alat uji daya proteksi, alat uji
homogenitas, gelas ukur, kain flanel, sudip, pipet tetes.
b. Bahan Penelitian
Wortel (Daucus carrota L) dan diidentifikasi di Laboratorium Biologi
Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang. Wortel (Daucus carrota
L) diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan larutan penyari etanol
70%. Bahan yang digunakan untuk formula krim adalah stearic acid, cera
alba, vaselin album, triethanolamini, propylene glycoli, aqua destilata,
dengan kualitas farmasetik.

2. Cara pengumpulan data


Dalam penelitian yang dilakukan untuk KTI ini diperoleh data dengan metode
praktik yaitu dengan melakukan praktik secara langsung sesuai dengan metode
penelitian yang sesuai. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
uji fisik berupa catatan.

I. Prosedur Penelitian
1. Deskripsi Sampel
Pada penelitian ini menggunakan ekstrak wortel (Daucus carrota L) dengan
konsentrasi 0,5 %, 1,0 %, 1,5 %, 2,0 % dan 2,5 % b/b.
2. Formula sediaan krim

Komposisi F1 F2 F3 F4 F5
Ekstrak wortel 0,5% 1,0% 1,5% 2,0% 2,5%
Stearic Acid 20% 20% 20% 20% 20%
Cera Alba 2% 2% 2% 2% 2%
Vaselin Album 10% 10% 10% 10% 10%
Triethanolamini 2% 2% 2% 2% 2%
Propylene glycoli 10% 10% 10% 10% 10%
Aquadest ad 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr

3. Persiapan
a. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin untuk melakukan penelitian
dengan meminta persetujuan dari dosen pembimbing dan ketua program
studi D-III Farmasi STIKES Kendal.
b. Peneliti mengajukan seurat permohonan ijin penggunaan fasilitas
laboratorium farmasetika Program Studi D-III Farmasi STIKES Kendal.
c. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan krim
ekstrak wortel (Daucus carrota L)
d. Membuat lembar observasi untuk mencatat hasil evaluasi yang telah
dilakukan.
4. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Krim Tabir Surya
Pembuatan sediaan krim yaitu bahan-bahan yang sudah dipersiapkan
ditimbang sesuai dengan jumlah yang ditentukan, cera alba, vaselinum
album dan stearic acid dilelehkan dipenangas air (fase minyak), larutkan
triaethanolamini dan Propylene glycolum dalam aquadestilata hangat (fase
air), secara bertahap tambahkan fase minyak dan fase air dengan pengadukan
dinginkan hingga suhu 45ºc dengan pengadukan dan tambahkan ekstrak
wortel (Daucus carrota L) sedikit demi sedikit hingga terbentuk sediaan
krim. Krim kemudian dimasukan dalam pot sediaan selanjutnya dilakukuan
evaluasi dan analisa hasil.

b. Evaluasi sediaan krim


1) Homogenitas
Sediaan krim yang telah dibuat ditimbang sebanyak ± 0,5 gram
kemudian diletakan pada objek glass dan ditutup objek glass lainya.
Selanjutnya sediaan krim diletakan dengan beban 1 kg selama 5 menit,
setelah itu dilakukan pengamatan dengan menggunakan kaca pembesar.
2) Daya proteksi
Sediaan krim yang telah dibuat ditimbang ± 2 gram, kemudian disiapkan
kertas saring, KOH, PP dan parafin liquidum, dan kertas saring dipotong
dengan ukuran 10 X 10 cm. Selanjutnya dibasahi kertas saring penutup
dengan menggunakan PP dan dikeringkan, dibuat bidang 2,5 X 2,5 cm
pada kertas saring alas dan ditetesi bidang dengan parafin liquidum
selanjutnya dikeringkan. Setelah itu diolesi dengan sediaan pada kertas
saring alas dalam bidang. Selanjutnya ditempelkan kertas saring penutup
dengan cara ditekan. Kemudian ditetesi bidang tersebut dengan larutan
KOH 0,1N dengan ± 2 tetes jumlah tetesan, kertas yang sudah dibasahi
kemudian diamati muncul dan hilangnya warna yang terjadi kemudian
dicatat waktunya, jika tidak ada warna berarti sediaan dapat
memberikan proteksi terhadap larutan KOH, tetapi jika ada warna
berarti sediaan tidak dapat memberikan proteksi terhadap larutan KOH
dan dicatat waktunya.

3) Organoleptis
Sediaan dilihat secara kasat mata dengan pemeriksaan yang meliputi
warna, bau, dan konsistensi dari krim tersebut.

J. Teknik Pengolahan dan Analisis dan Data


Menurut Notoatmodjo, S. (2012), proses pengolahan data secara manual
umumnya melalui langkah langkah sebagai berikut :
1. Editing (penyuntingan Data)
Hasil pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan terlebih
dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian formulir atau lembar observasi.
2. Coding (membuat Kode)
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom yang
merekam data secara manual.
3. Data Entry (memasukan Data)
Data yang diperoleh dari lembaran observasi dimasukan kedalam kolom-
kolom atau kotak-kotak kode.
4. Tabulasi
Pada langkah ini dibuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau
sesuai dengan yang diinginkan peneliti.
Data yang diperoleh, kemudian dianalisa melalui prosedur analisa data
sebagai berikut :
a. Analisa univariate (Analisa Deskripsi)
Analisa univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Dari data tersebut didapat nilai
mean (rata-rata), median (nilai tengah), modus dan standar deviasi.

Anda mungkin juga menyukai