Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau

lebih bahan obat terlarut atau secara tradisional dugunakan untuk sediaan

setengah padat yang mempunyai konsentrasi relative cair, diformulasikan

sebagai emulsi cair dalam minyak (a/m) atau (m/a) krim merupakan

sediaan semi solid berupa emulsi minyak dalam air atau air dalam minyak

(Fatmawaty et.al, 2012).

Daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) mengandung senyawa kimia

seperti antarkuinon, alkaloid, flavonoid, dan terpenoid berperan sebagai

antibakteri, zat ini terbukti dapat menekan pertumbuhan bakteri

pseudomonas aeuginasa, proteus morganii, staphylococcus aureus,

bacillus subtills, dan E.coli.

Berdasarkan uraian diatas, maka pada praktikum kali ini akan

dilakukan percobaan pembuatan krim dari ekstrak daun mengkudu yang

dimulai dari formulasi, pembuatan sediaan serta evaluasi sediaan jjadi

krim ekstrak daun mengkudu.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud

Adapun maksud dari percobaan kali ini adalah untuk mengetahui

dan memahami cara pembuatan krim dari ekstrak daun mengkudu.

1.2.2 Tujuan

Mampu membuat sediaan krim ekstrak daun mengkudu

berdasarkan studi preformulasi zat aktif dan zat tambahan dan

mengevaluasi sediaan sesuai persyaratan standar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 URAIAN TUMBUHAN

2.1.1 Morfologi Tanaman

Tumbuhan ini berbetuk pohon dengan tinggi 4-8 cm. batang

berkayu, bulat telur, ujung pangkal daun runcing, panjang 10-40 cm.

bunga majemuk, bentuk bangkol, bertangkai, benang sari, buah bongkol,

permukaan tidak teratur, berdaging, panjang 5-10 cm, hijau kekuningan

(Dalitanta, 1995).

2.1.2 Klasifikasi Tanaman

Daun mengkudu (Morinda Citrifolia L.) mempunyai klasifikasi sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Rubiales
Genus : Morinda
Spesies : Morinda Citrifolia L. (Dalimanta, 1995)
2.1.3 Kandungan Kimia

Kandungan kimia pada daun mengkudu yaitu daun mengkudu

mengandung zat kapur, protein, zat besi, karofen, arginine, asam glutanat,

tirosin, asam askorbat, thiamin, dan antarquinon. Kandungan flavonoid

total dalam daun mengkudu adalah 254 mg/100 gr. Angka ini termasuk

tertinggi dibandingkan 90 tanaman lain yang juga diteliti olet et al. daun

mengkudu juga mengandung spectrum luas antarkuinon seperti inidiod,

elifosida, flavonol, dan triterpen. Senyawa ini berfungsi sebagai antibakteri

seperti staphylococcus aureus yang menyebabkan peradangan dan

infeksi stigela yang menyebabkan disentri pseudanzona, ouroginosa,

protein mongari, bacillis subhlis, salmonella dan eszherthia cair (Gusti

Ayu, 2014).

2.1.4 Kegunaan / Efek Farmakologi

Daun mengkudu (Morinda Citrifoli.L) mengandung senyawa kimia

seperti antrakuinon, alkaloid, flavonoid, dan terpenoid yang berperan

sebagai antibakteri, zat ini terbukti dapat menekan pertumbuhan bakteri

pseudomonas aeronosa, proteus morganii, staphylococcus aureus,

bacillus subtillis, dan E.coli.

Zat antrakuinon yang terdapat dalam daun mengkudu (Morinda

Citrifolia L.) merupakan suatu pensenyawaan fenolik. Sehingga

mekanisme kerja sebagai antibakteri mirip dengan sifat-sifat fenol, yaitu

menghambat bakteri dengan cara mendenaturasi protein.


Alkaloid mekanisme kerjanya diduga adalah dengan cara

menganggu komponen penyusun peptidaglikan pada sel bakteri.

Sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut (Sumitha, 2013).

2.2 EKSTRAKSI

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.

Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan

ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Dirjen POM, 2000).

Pada praktikum pembuatan sediaan krim ektrak daun mengkudu

menggunakan metode ektraksi Maserasi dimana Maserasi adalah proses

pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa

kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga

sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka

larutan terpekat didesak keluar.

2.3 URAIAN SEDIAAN

2.3.1 Definisi
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu

atau lebih bahan obat terlarut atau secara tradisional telah digunakan

untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsentrasi relative cair,

diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak (a/m) atau minyak dalam

air (m/a). krim merupakan sediaan semi solid berupa emulsi minyak dalam

air (m/a) atau air dalam minyak (a/m) (Fatmawati et.al, 2012).

1. Penggolongan Krim

Menurut Lina Winarti, 2013 penggolongan krim ada dua yaitu:

a. Tipe M/A atau O/W

Krim M/A (Vanishing Cream) yang digunakan dalam kulit dan

akan hilang tanpa bekas.

b. Tipe A/M atau W/O

Krim berminyak mengandung pengelmulsi A/M spesifik seperti

adeps lanae, wool alkoho, ester asam lemak atau garam dari asam

lemak.

2. Jenis-jenis Krim
Menurut Kumar et al, 2011 jenis-jenis krim adalah:
a. Vanishing and Faundation Cream

Krim penghapus adalah sediaan kosmetika yang digunakan

untuk maksud menghilangkan tatarias wajah, sehingga wajah

menjadi bersih dan siap dilekati dengan krim dasar. Krim dasar

adalah sediaan kosmetika yang digunakan sebagai dasar tataris

wajah.

b. Cleancing and Cold Cream


Krim pembersih adalah sediaan kosmetika yang digunakan

untuk menghilangkan kotoran yang larut dalam air maupun larut

dalam minyak secara efisien. Krim pendingin adalah sediaan

kosmetika yang digunakan untuk memberikan rasa dingin dan

nyaman pada kulit.

c. Massage and Emollient Cream

Krim urut dan kirim lembut adalah sedian kosmetika yang

digunakan untuk memperbaiki kulit rusak karna suatu unsur atau

bahan misalnya, ditergen. Krim ini tertinggal pada kulit untuk

beberapa jam, umumnya semalam krim ini tidak boleh digosokkan

karna terlalu cepat diabsorpsi melalui kulit.

d. Hand and body cream

Melindungi kulit supaya tetap halus, lembut, dan kering, tidak

bersisik dan mudah pecah.

3. Fungsi Krim

Menurut Anief, 1997 Krim yang baik harus memiliki fungsi sebagai berikut

a. Sebagai bahan pelumas pada kulit


b. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
c. Sebagai pelindung bagi kulit yaitu mencegah kontak permukaan

kulit dengan larutan berair dan rangsangan kulit.

4. Syarat-Syarat Krim
Menurut Widodo, 2013 Krim yang baik memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Stabil

Baik selama distribusi, penyimpanan, maupun pemakaian.

Stabilitas terkait dengan kadaluwarsa, baik secara fisik


(bentuk,warna,bau) maupun secara kimia (kadar/kandungan zat

aktif yang masih tersisa). Stabilitas dipengaruhi oleh banyak faktor

seperti, suhu, kelembaban, cahaya, udara, dan lain sebagainya.

b. Lunak
Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk

yang dihasilkan menjadi lunak serta homogen


c. Mudah digunakan
Supaya mudah dipakai, krim harus memiliki konsistensi yang

tidak terlalu kental dan encer. Bila terlalu kental, krim akan sulit

diole
skan, bila terlalu encer maka krim akan mudah mengalir/meleleh.
d. Terdistribusi merata

Obat harus terdispresi merata melalui dasar krim padat atau cair

pada penggunaan.

5. Stabilitas krim

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau

kosmetik untuk bertahan dalam spesifikasi yang diterapkan sepanjang

periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas,

kekuatan kualitas, dan kemurnian produk. Sedangkan definisi sediaan

kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam

batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan

penggunaan, dimana sifat dan karakteristik sama dengan yang dimilikinya

pada saat dibuat (Djajadisastra,2005).

6. Pengujian Fisik Krim


Menurut Dewi et al 2005, pengujian Fisik krim adalah :
a. Pengujian Organoleptik
Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna, dan bau

dari krim yang dibuat. Krim yang baik memiliki konsistensi setengah

padat.
b. Uji Viskositas
Alat yang digunakan untuk uji viskositas adalah viskosi meter

(VT-04E RION) dengan rotor yang sesuai. Rotor di tempatkan di

tengah-tengah beaker glass yang berisi krim, kemudian alat

dihidupkan agar rotor mulai berputar, jarum menunjukkan viskositas

secara otomatis akan bergerak ke kanan. Setelah stabil, kemudian

dibaca viskositas pada skala yang ada pada viskotester tersebut.


c. Pengujian Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel krim

dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang

cocok, sediaan krim harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar.


d. Pengujian Daya Lekat
Pengujian daya lekat dilakukan dengan menimbang 0,5 gram

krim, diletakkan di atas objek glass kemudian ditutup dengan objek

glass lagi. Kedua ujung objek glass dijepit dengan penjepit, lalu

diberikan beban 50mg. Dihitung lama waktu hingga obyek glass

terlepas. Uji daya lekat yang baik tidak kurang dari 4 detik.
e. Pengujian Daya Sebar
Pengujian daya sebar dilakukan dengan menimbang 0,5 gram

sampel krim diletakkan di atas kaca bulat berdiameter 15 cm. Kaca

lainnya diletakkan di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit

diameter penyebaran krim di ukur. Setelahnya ditambahkan 50

gram, 100 gram, dan 150 gram beban tambahan dan didiamkan
selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan. Semakin lebar

diameternya, maka semakin baik penyebaran krimnya. Uji daya

sebar krim yang baik berkisar antara 5,6-6,4 cm.


f. Uji pH
Krim dioleskan pada pH stik universal kemudian dibandingkan

hasilnya dengan standar warna yang terdapat pada kemasan.

Dicatat pH krim. pH krim yang baik berkisar antar pH 4-6.

g. Uji Proteksi

Ini dilakukan yang pada prinsipnya untuk mengetahui sediaan

krim tersebut memberikan proteksi atau tidak. Cara kerja untuk uji

ini adalah dengan membuat kertas saring 10 cm x 10 cm kemudian

dibasahi dengan indikator pp dan dikkeringkan kemudian dioleskan

dengan sediaan krim yang telah dibuat, selanjutnya membuat areal

dengan kertas saring ukuran 2,5 cm x 2,5 cm dan ditetesi dengan

parafin cair dan kemudian dikeringkan. Setelah itu letakkan kertas

tersebut di kertas pertama yang lebih besar dan tetesi KOH, amati

terjadi warna merahkah pada areal tersebut.

2.4. URAIAN BAHAN

1. Aquadest (FI ed III )


Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air suling
Fungsional : Pelarut
RM/BM : H2O/18,92
Pemerian : Warna jernih, tidak berwarna, tidak

mempunyai rasa, tidak berbau, cairan jernih


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Asam Stearat (FI ed III)
Nama Resmi : ACIDUM STEARICUM
Nama Lain : Asam Stearat
Fungsional : Zat tambahan
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan

susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip

lemak lilin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. Nipagin (FI ed IV)
Nama Resmi : METHYLIS PARABENUM
Nama Lain : Nipagin
Fungsional : Pengawet
Rm/BM : C8H8O3/152,15
Pemerian : Hablur atau serbuk tidak berwarna, atau

kristal putih, tidak berbau atau berbau khas

lemah, dan mempunyai rasa sedikit panas.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Nipasol (FI ed IV)
Nama Resmi : PROPYLIS PARABENUM
Nama Lain : Nipasol
Fungsional : Pengawet
RM/BM : C10H12O3/180.20
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak

berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

5. Oleum Menthae
Nama Resmi : OLEUM MENTHAE PIPERITAE
Nama Lain : Pipermin oil
Pemerian : Cairan tidak berwarna, kuning pucat atau

kuning kehijauan, bau aromatik, rasa pedas

kemudian dingin
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh,

terlindung dari cahaya.


6. Propil Paraben ( Exepient )
Nama Resmi : PROPHYLIS PARABEN
Nama Lain : Acid Propyl Ester
Fungsional : Preseruatif
Konsentrasi : 0,01 0,6
RM/BM : C3H3O2/76,09
Pemerian : Cairan kental
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dapat

bercampur dengan ethanol, minyak lemak.


7. Propilen Glikol
Nama Resmi : PROPILEN GLYKOL
Nama Lain : Propilen glikol
Pemerian : Bening, tidak berwarna, tidak kental, tidak

berbau, manis
Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, kloroform,

etanol 95%
Incam : Dengan reagen oksidasi seperti Na Nipagin
8. Tokoferol
Nama Resmi : TOCHOPERULUM
Nama Lain : Vitamin E
Pemerian : Tidak berbau atau sedikit berbau, tidak berasa

atau sedikit berasa, alfa tokoferol dan

asam suksinat
Kelarutan : Alfa tokoferol asam suksinal tidak larut dalam

air,sukar larut dalam alkali,larut dalam etanol


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,terlindung dari

cahaya
9. Span 80
Nama Resmi : SORBITAN MONOLEAT
Nama Lain : Span 60
Fungsional : Emulgator ( emulsi pising elgent )
Konsentrasi ; 1 15%
RM/BM : C24H44O6/429
Pemerian : berupa larutan berminyak, tidak berwarna,

bau karakteristik dari asam lemak


Kelarutan : Praktis tidak larut, tetapi terdispersi dalam air,

dapat bercampur dengan alkohol, sedikit larut

dalam minyak kapas.


10. Tween 80
Nama Resmi : POLYOXYETHYLLENE SORRBITAN

MONOOLEATE
Nama Lain : Tween 80
Fungsional : Emulgator
Konsentrasi : 1 -15%
RM/BM : C64H12O2 / 816
Pemerian : Cairan kental seperti minyak; jernih, kuning;

bau asam lemak, khas.


Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalametanol (95%) P,

dalam etil asetat P dan dalam methanol P,

sukar larut dalam prafin cair P dan dalam

minyak biji kapas.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2.5 Keuntungan dan Kerugian

1. Keuntungan Sediaan Krim


- mudah menyebar rata
- praktis
- mudah dibersihkan akan dicuci
- cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
- tidak lengket terutama tipe m/a
- memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
- digunakan sebagai kosmetik
2. kekurangan
- Susah dalam pembuatan karena pembuatan krim harus dalam

keadaan proses
- Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
- Mudah kering dan mudah rusak kususnya tipe a/m karena

tergantung sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan

suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu

secara berlebihan.
BAB III
METODE KERJA

3.1 Rancangan Formula

Tiap 20 gr mengandung :
Ekstrak daun mengkudu 0,123 %
Span 60 3%
Tween 60 3%
PG 10%
Metil paraben 0,1%
Propil paraben 0,1%
Oil rosae q.s
Aquadest 100%

3.2 Formula yang Disetujui

Tiap 20 gr mengandung :
Ekstrak daun mengkudu 10%
Cetil alcohol 3%
Asam stearate 2%
Propilenglikol 10%
Tween 80 4,6%
Span 80 0,33%
Nipagin 0,0396%
Nipasol 0,0044%
Oleum menthae 0,001%
Tokoferol 0,001%
Aquadest 100%

3.3 STUDI PREFORMULASI

3.3.1 Zat Aktif

Ekstrak daun mengkudu (Morinda Citrifolia L.) digunakan pada

konsentrasi 10%, karena pada konsentrasi tersebut ekstrak daun

mengkudu sudah memberikan efek sebagai antioksidan melalui

mekanisme penangkapan radikal bebas dengan cara menyumbangkan

satu electron yang tidak berpasangan dalam radikal bebas sehingga

banyak radikal bebas menjadi kurang.

3.3.2 Zat Tambahan

1. Cetil Alkohol
Cetil alcohol sebagai emolien dalam konsentrasi 2,5% dan

emuldifikasi agen 2-5%. Stabil dalam penyimpanan selain

sebagai agen pengemulsi dapat berfungsi sebagai emolien. Bisa

juga digunakan untuk penyerapan air dalam emulsi tipe m/a,

sehingga digunakan ubtuk konsentrasi 3% sebagai agen

pengemulsi dan emolien.


2. Asam Stearat
Asam stearate digunakan pada sediaan topical karena aman

tidak toksik dan tidak mengiritasi kulit.


3. Propilenglikol
Propilenglikol digunakan sebagai pengental, co-solvent, dan

humektan dalam konsentrasi 10-25%.


4. Tween 80
Tween 80 digunakan sebagai emulgator, surfaktan nonionic

dalam konsentrasi 1-10% dalam emulsi m/a. tidak inkom dengan

bahan baku lain emulgator tipe m/a.


5. Span 80
Span 80 digunakan sebagai emulgator, surfaktan nonionic

lipofilik. Konsentrasi yaitu 1-10%. Span 80 tidak inkom dengan zat

tambahan lainnya. Mekanisme kerjanya mengurangi tegangan

antarmuka
6. Nipagin
Niapagin digunakan untuk mengawetkan fase air dengan

konsentrasi 0,18%.
7. Nipasol
Nipasol digunakan bahan ini untuk sebagai pengawet fase

minyak dengan konsentrasi 0,02%.


8. Oleum Menthae
Oleum menthae digunakan untuk memberikan aroma pada

sediaan sevagai penamabahn nilai estetika.


9. Tokoferol
Tokoferol digunakan sebagai bahan antioksidan untuk

sediaan. Apabila tiak ditambvahkan antioksidan pada sediaan

maka efek antioksidan akan menurun. Sehingga ditambahkan

tokorerol untuk mempertahankan kadar antioksidan dan sediaan.

3.4 Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan yaitu timbangan analitik, kertas perkamen,

cawan porselen, bejana maserasi, kertas saring, batang

pengaduk
2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu ekstrak daun mengkudu,ethanol

70%, cetil alcohol, as. Stearate, propilen glikol, tween 80, span

80, nipagin, nipasol, aquadest, dan ol. Menthae


3.5 Perhitungan bahan

Perhitungan HLB A B
Cetil alcohol = 3 % x 20 gram = 0,6 15
As. Stearat = 2 % x 20 gram = 0,4 11
1
3.5.1 Perhitungan HLB butuh

AxB
Rumus : Jumlah A

0,6 15
=9
Cetil alkohol = 01

0,4 17
=6,8
As stearat = 1

Tween 80 = 15 11,5

15,8
0,8
Span 80 = 4,3 12,3

11,5
5 =4,67
Tween 80 = 12,3

0,8
5 =0,33
Span 80 = 12,3

3.5.2 Perhitungan

Perhitungan pengambilan bahan


3
20 gr=2 gr
1. Ekstrak daun mengkudu 3% = 100

3
20 gr=0,6 gr
2. Cetil alcohol 2% = 100

2
20 gr=0,4 gr
3. Asam stearat 2% = 100

10
20 gr=2 gr
4. Propilen glikol 10% = 100

5
20 gr=1 g
5. Tween 80 5% = 100
5
20 gr=1 g
6. Span 80 5% = 100

0,18
20 gr=0,036 g
7. Metil Paraben 0,18% = 100

0,02
20 gr=0,004 gr
8. Nipasol 0,02 % = 100

0,001
20 gr=0,0002 ml
9. Ol. Menthae 0,001% = 100

0,001
20 gr=0,0002 gr
10. Tokoferol 0,001% = 100

11. Aquadest ad 100% = 20 gram (7, 0404 gram ) = 12,9596

3.6 Cara Kerja

1. Pembuatan Simplisia
a. Sortasi basah
Proses ini dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran

atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia.


b. Pencucian bahan
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan

kotoran lain yang melekat pada bahan simplisia.


c. Perajangan
Proses ini dilakukan untuk mempermudah proses

pengeringan.
d. Pengeringan
Tujuan pengeringan ini adalah untuk mendapatkan simplisia

yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam

waktu yang lebih lama.


2. Pembuatan Ekstrak Daun Mengkudu
a. Daun Mengkudu yang sudah di sortasi kering kemudian

dihaluskan menjadi serbuk menggunakan Blender.


b. Daun Mengkudu yang sudah menjadi serbuk, dimasukkan

dalam bejana maserasi, kemudian direndam selama 5 hari

menggunakan penyari etanol 70%.


c. Hasil rendaman disaring kemudian dikeringkan sampai

mendapatkan ekstrak kental.


3. Pembuatan Krim
1. Disiapkan bahan alat dan bahan
2. Ditaruh wadah
3. Dileburkan fase minyak ( cetil alcohol, as. Stearate, nipasol,

tween 80, span 80) campuran 1


4. Dileburkan nipagin dalam aquadest panas ( 2 )
5. Dicampur ekstrak ke dalam propil glikol ( 3 )
6. Dicampurkan ketiga campuran menjadi satu ad homogeny
7. Ditambah tokoferol digerus ad homogeny
8. Ditambahkan ol menthae dicampur hingga homogeny
9. Diadd kan aquadest hingga 20gr lalu di gerus ad homogen

4. Evaluasi sediaan krim


1. Pengujian Organoleptik
Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna,

dan bau dari krim yang dibuat. Krim yang baik memiliki

konsistensi setengah padat.


2. Uji Viskositas
Alat yang digunakan untuk uji viskositas adalah

viskosi meter (VT-04E RION) dengan rotor yang sesuai.

Rotor di tempatkan di tengah-tengah beaker glass yang

berisi krim, kemudian alat dihidupkan agar rotor mulai

berputar, jarum menunjukkan viskositas secara otomatis


akan bergerak ke kanan. Setelah stabil, kemudian dibaca

viskositas pada skala yang ada pada viskotester tersebut.


3. Pengujian Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara

sampel krim dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan krim harus

menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat

adanya butiran kasar.


4. Pengujian Daya Lekat
Pengujian daya lekat dilakukan dengan menimbang

0,5 gram krim, diletakkan di atas objek glass kemudian

ditutup dengan objek glass lagi. Kedua ujung objek glass

dijepit dengan penjepit, lalu diberikan beban 50mg. Dihitung

lama waktu hingga obyek glass terlepas. Uji daya lekat yang

baik tidak kurang dari 4 detik.


5. Pengujian Daya Sebar
Pengujian daya sebar dilakukan dengan menimbang

0,5 gram sampel krim diletakkan di atas kaca bulat

berdiameter 15 cm. Kaca lainnya diletakkan di atasnya dan

dibiarkan selama 1 menit diameter penyebaran krim di ukur.

Setelahnya ditambahkan 50 gram, 100 gram, dan 150 gram

beban tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu diukur

diameter yang konstan. Semakin lebar diameternya, maka

semakin baik penyebaran krimnya. Uji daya sebar krim yang

baik berkisar antara 5,6-6,4 cm.


6. Uji pH
Krim dioleskan pada pH stik universal kemudian

dibandingkan hasilnya dengan standar warna yang terdapat

pada kemasan. Dicatat pH krim. pH krim yang baik berkisar

antar pH 4-6.
7. Uji Proteksi
Ini dilakukan yang pada prinsipnya untuk mengetahui

sediaan krim tersebut memberikan proteksi atau tidak. Cara

kerja untuk uji ini adalah dengan membuat kertas saring 10

cm x 10 cm kemudian dibasahi dengan indikator pp dan

dikkeringkan kemudian dioleskan dengan sediaan krim yang

telah dibuat, selanjutnya membuat areal dengan kertas

saring ukuran 2,5 cm x 2,5 cm dan ditetesi dengan parafin

cair dan kemudian dikeringkan. Setelah itu letakkan kertas

tersebut di kertas pertama yang lebih besar dan tetesi KOH,

amati terjadi warna merahkah pada areal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai