Anda di halaman 1dari 9

REVIEW STABILITAS OBAT

Kestabilan Sediaan Farmasi


(Sediaan Krim)

Kelompok 5 :
Christina Anindya Sari 072211004
Elisabeth Afrilanti Ervina 072211039
Muhammad Rama Yastila 072211022
Rahmatul Adawiyah 072211051
Shafira Putri Abas 072111033
Tiyana Anjarwati 072211009

Dosen pengampu :
Frida Octavia Purnomo, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
Judul Jurnal :

1) Formulasi Krim Anti Jerawat dari Nanopartikel Kitosan Cangkang Udang Windu
(Panaeusmonodon)
2) Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Semangka Merah Sebagai Krim
Antijerawat

Penulis :

1) Radhia Riski1 & Fitriyanti Jumaetri Sami


2) Tri Puspita Yuliana1, Hasratul Kusuma, Puspawan Hariadi & Baiq Maylinda
Gemantari

Jurnal : Journal Syifa Sciences and Clinical Research (JSSCR) Volume 5


Nomor 2, 2023

Abstrak :

Kitosan berpotensi digunakan sebagai antimikroba karena mengandung enzim


golongan lisozim dan aminopolisakarida yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
Fisik modifikasi kitosan dalam bentuk nanopartikel menambah nilai kitosan sebagai
antimikroba bahan. Pada penelitian ini krim anti jerawat diformulasikan dengan menggunakan
nanopartikel kitosan dengan variasi pengemulsi yaitu Novemer®, Span-Tween, dan
Viscolam®. Krimnya kalau begitu dievaluasi stabilitas fisiknya meliputi volume kriming,
kekentalan (viskositas), tetes terdispersi, dan inversi fase sebelum dan sesudah kondisi
penyimpanan dipercepat. Kemudian dilakukan uji antibakteri aktivitas melawan
Propionibacterium acne dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga krim tersebut
stabil secara fisik selama penyimpanan. Formula krim dengan tween span emulsifier (FII)
ditampilkan daya hambat terbesar terhadap Propionibacterium acne dengan diameter zona
13,46 mm inhibisi.

Jerawat merupakan suatu permasalahan disebabkan oleh bakteri Propionibacterium


acnes. Kulit buah semangka mengandung senyawa likopen, antioksidan, memiliki senyawa
tanin dan flavonoid, bebas dari jerawat, berfungsi sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini
untuk menformulasikan kulit buah semangka menjadi sediaan krim antijerawat, mengetahui
zona hambat serta krim kulit buah semangka memiliki aktivitas antibakteri paling baik terhadap
bakteri Propionibacterium acnes. Metode eksperimental digunakan dalam penelitian ini,
konsentrasi ekstrak 15%, 20%, 25%. Uji aktivitas antibakteri metode sumuran, melakukan
evaluasi sifat fisik sediaan krim berupa pemeriksaan organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji
daya lekat, uji daya sebar. Hasil penelitian menunjukkan sifat fisik sediaan krim memiliki
karakteristik sesuai dengan evaluasi sediaan dilakukan pada setiap konsentrasi, meliputi
pemeriksaan organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji daya lekat, uji daya sebar. Hasil uji
aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah semangka F1, F2, F3 yaitu : 6,76 mm, 8,33 mm,
8,73 mm. Hasil uji aktivitas antibakteri sediaan krim ekstrak etanol kulit buah semangka F1,
F2, F3 yaitu : 4,47 mm, 6,04 mm, 8,17 mm. Disimpulkan sediaan krim ekstrak etanol kulit
buah semangka merah memenuhi karakteristik stabilitas sediaan krim, memenuhi keriteria sifat
fisik yang baik konsentrasi 15%, 20%, 25%, memiliki aktivitas antibakteri kategori lemah,
sedang terhadap bakteri Propionibacterium acnes.

Latar Beakang :

Jerawat merupakan masalah yang disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes.


Kulit semangka merah mengandung likopen senyawa, antioksidan, memiliki senyawa tanin
dan flavonoid dan sangat baik untuk perawatan kulit, bebas dari jerawat, berfungsi sebagai
antibakteri.

Kitosan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan antimikroba, karena


mengandung enzim lisozim dan gugus aminopolisakarida yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba. Enzim lisozim merupakan enzim yang sanggup mencerna dinding sel
bakteri sehingga bakteri akan kehilangan kemampuannya menimbulkan penyakit dalam tubuh
(hilangnya dinding sel ini menyebabkan sel bekteri akan mati). Kemampuan dalam menekan
pertumbuhan bakteri disebabkan bahwa kitosan memiliki polikation bermuatan positif yang
mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu mekanisme yang mungkin terjadi yaitu
molekul kitosan memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan senyawa pada permukaan sel
bakteri kemudian teradsorbsi membentuk semacam layer (lapisan) yang menghambat saluran
transportasi sel sehingga sel mengalami kekurangan substansi untuk berkembang biak dan
mengakibatkan matinya sel bakteri.

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan isolasi kitosan dari cangkang udang
windu dan diuji daya hambatnya terhadap bakteri penyebab erawat, yaitu Propionibacterium
acne. Hasil uji antimikroba menunjukkan bahwa kitosan dari cangkang udang windu memiliki
daya hambat minimum pada konsentrasi 0,125 %.

Lapisan kulit semangaka, juga mengandung senyawa likopen yang daya kejanya
lebih baik dibandingkan antioksidan mengandung vitamin C dan vitamin E sehingga kulit
semangka ini sangat baik untuk merawat kulit wajah agar terlihat lebih segar dan bebas dari
jerwat. Kulit semangka memiliki metabolit skunder seperti flavonoid, tanin, dan alkaloid.
Senyawa flavanoid dikenal sebagai antijamur. Senyawa flavonoid juga merupakan kelompok
senyawa fenol yang menghambat mikroba dengan cara meracuni protoplasma, merusak dan
menembus dinding sel, serta mengendapkan protein sel mikroba. Kandungan metabolit
skunder ini diharapkan dapat memberikan aktivitas antibakteri dan memiliki potensi sebagai
penghambat terhadap pertumbuhan bakteri, khususnya Propionibacterium acnes.

Kulit semangka merupakan salah satu tanaman yang masih kurang pemanfaatannya.
Kandungan metabolit sekunder yang dimiliki kulit semangka dapat digunakan sebagai
antibakteri. Selain itu kulit semangka juga mengandung likopen yang baik untuk kulit.
Kandungan likopen yang terdapat dalam kulit semangka bermanfaat sebagai antioksidan dan
membantu menyamarkan bekas jerawat. Alternatif yang dapat digunakan untuk penyembuhan
jerawat yaitu menjadikan ekstrak etanol kulit semangka dalam bentuk sediaan kosmetik,
sediaan yang sering digunakan yaitu sediaan krim.

Metode Penelitian :

1) Pada penelitian cangkang udang windu menggunakan metode penelitian sebagai


berikut :
 Metode Hantaran Listrik
Krim yang telah dibuat dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian
dihubungkan dengan arus listrik. Lampu yang berpijar menandakan tipe krim adalah
minyak dalam air.
 Metode Pengenceran
Emulsi yang telah dibuat dimasukkan ke dalam vial, kemudian
diencerkan dengan ditambahkan air. Jika emulsi dapat diencerkan maka emulsi
adalah tipe m/a.
 Metode Dispersi Zat Warna
Emulsi yang telah dibuat dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian
ditetesi beberapa tetes larutan metilen biru. Jika warna biru segera terdispersi ke
seluruh emulsi maka tipe emulsinya adalah tipe m/a.
2) Pada ekstrak etanol kulit buah semangka menggunakan metode minyak dalam air M/A,
krim tipe M/A memiliki kelebihan yaitu mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya
baik karena jika digunakan di kulit maka akan terjadi penguapan dan peningkatan
konsenterasi dari suatu obat yang larut dalam air sehingga mendorong penyerapan
masuk ke jaringan kulit.
Hasil dan Pembahasan :

 Pengujian Stabilitas Kimia


 Cangkang Udang Windu

Uji ini dilakukan dengan metode dispersi zat warna emulsi yang telah dibuat dengan
dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian ditetesi beberapa tetes larutan metilen biru yang
bersifat hidrofilik kedalam sistem emulsi. Jika sistem berwarna biru menandakan emulsi
tersebut memiliki tipe minyak dalam air (o/w). Hasil pengujian dengan metode ini
menunjukkan bahwa emulsi yang dibuat memiliki tipe o/w.

Selain itu pengujian dengan metode pengenceran dilakukan dengan menambahkan


air pada sistem emulsi, dimana jika emulsi menjadi lebih encer menandakan emulsi tersebut
tipe minyak dalam air (o/w). Hasil pengujian dengan metode pengenceran menunjukkan emulsi
tersebut memiliki tipe o/w.

 Kulit Buah Semangka

Berdasarkan hasil analisis fitokimia ekstrak etanol kulit buah semangka positif
terkandung zat metabolit sekunder seperti senyawa fenolik flavonoid, saponin, alkaloid. Pada
senyawa tanin tidak terdapat dalam ekstrak kulit buah semangka. Hasil penelitian yang
diperoleh dari sediaan krim ekstrak etanol kulit buah semangka dari keempat formulasi
memiliki nilai rata-rata uji daya sebar sebesar F0=5,353 cm, F1=5.437 cm, F2=5,203 cm,
F3=5,071 cm (tabel 5). Hasil ini menunjukkan bahwa sediaan krim kulit buah semangka
memenuhi syarat untuk sediaan topikal.

 Pengujian Kestabilan Fisika


 Cangkang Udang Windu

Kestabilan fisika krim yang dilakukan meliputi pengukuran kekentalan, tetes


terdispersi, dan volume kriming.

Pada uji kekentalan didapatkan hasil viskositas krim untuk formula I,II, dan III
sebelum penyimpanan dipercepat berturut-turut 72,5, 70, dan 75 poise. Setelah penyimpanan
dipercepat viskositas krim untuk formula I, II, dan III berubah menjadi 60,5 ,
80, dan 70,5 poise.
Pada uji volume kriming sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat
menunjukkan bahwa tidak terjadi kriming pada ketiga krim yang dihasilkan, menandakan
bahwa krim yang dibuat stabil secara fisik.

Ukuran tetes terdispersi tidak mengalami kenaikan selama penyimpanan,


menandakan bahwa krim yang dihasilkan tidak membentuk globul yang merupakan penyebab
ketidakstabilan emulsi.

 Kulit Buah Semangka

Hasil pemeriksaan pH sediaan krim kulit buah semangka memiliki nilai antara 6,26
- 6,43, hal ini telah sesuai dengan syarat pH untuk sediaan krim berkisar 4,5 – 6,5. Nilai pH
yang kurang dari 4,5 dapat mengiritasi kulit sementara pH yang melebihi 6,5 dapat membuat
kulit menjadi bersisik. Kondisi sedian yang terlalu asam akan menyebabkan iritasi kulit,
sementara itu kondisi yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit mengelupas. Hal ini
menunjukkan bahwa pH pada sediaan krim kulit buah semangka merah dapat memberikan
kenyamanan pada kulit ketika digunakan dan tidak menyebabkan iritasi atau menyebabkan
kulit mengering dan masih memenuhi range pH yang disyaratkan pada sediaan topikal.

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya bahan-


bahan sediaan krim. Krim homogen memiliki karakteristik penyebaran warna yang merata, dan
pencampuran komponen bahan krim tercampur merata yang ditandai dengan tidak terdapatnya
butiran butiran pada sediaan krim. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
menunjukkan sediaan krim yang dibuat F0, FI, FII, dan FIII tercampur sempurna, memiliki
tekstur yang lembut, tidak lengket, tidak terdapat butiran butiran, warna sediian krim yang
tercampur sempurna, hal ini sesuai dengan karakteristik sediaan krim yang menandakan bahwa
sediaan krim bersifat homogen.

Hasil pengamatan pada keempat formulasi krim menunjukkan bahwa daya lekat
sediaan krim pada kulit baik . Hasil daya lekat yang baik dapat disebabkan karena penggunaan
bahan pengisi berupa asam stearat sudah tepat sehingga konsistensi krim menjadi semi padat.
Hasil daya lekat yang pada setiap konsentrasi tidak jauh berbeda, disebabkan pemakaian
jumlah asam stearat yang sama pada setiap variasi konsentrasi. Penelitian yang sudah dilakukan
oleh Lestari. menyatakan respon daya lekat sediaan krim dipengaruhi oleh penggunaan asam
stearat, asam stearat dapat meningkatkan konsentrasi krim menjadi lebih kaku sehingga daya
lekat pada krim meningkat.

 Pengujian Kestabilan Mikrobiologi


 Cangkang Udang Windu
Formula Diameter zona Rata-rata (mm)
hambatan (mm)
FI 11,90 11,47
11,30
11,20
FII 13,10 13,46
14,25
13,03
FIII 0 0
0
0

Uji aktivitas antimikroba krim nanopartikel kitosan bertujuan untuk mengetahui


efektivitas krim yang dihasilkan dalam menghambat Propionibacterium acne. Pengujian
dilakukan dengan mengukur zona hambat krim terhadap Propionibacterium acne. Dari hasil
penelitian diperoleh diameter zona hambat krim nanopartikel kitosan paling besar pada formula
II yaitu 13,46 mm. Hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai dimeter zona hambat
nanopartikel sebelum diformulasi, yaitu 15 mm. Hal tersebut kemungkinan disebabkan bahan-
bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi mempengaruhi aktivitas dari nanopartikel
kitosan, sehingga untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti pengaruh bahan
tambahan formulasi terhadap aktivitas antimikroba krim nanopartikel kitosan.

 Kulit Buah Semangka

Pada pengujian antibakteri dilaksanakan dengan menggunakan teknik difusi


sumuran, dikarenakan aktivitas antibakterinya tidak hanya bekerja pada permukaan media agar
saja tetapi juga sampai ke bawah media agar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa
ekstrak kulit buah semangka dapat menghambat bakteri Propionibacterium acnes, diperoleh
zona hambat ekstrak kulit buah semangka dengan nilai rata-rata konsentrasi 15%= 6,76 mm,
konsentrasi 20%= 8,33 mm, dan konsentrasi 25%= 8,73 mm, kontrol negatif DMSO 5%= 0
mm serta kontrol positif gentamicin 0,1% = 27,87 mm. Sedangkan untuk kontrol negatif
digunakan DMSO 5%, dikarenakan DMSO merupakan pelarut yang bisa melarutkan hampir
seluruh senyawa polar dan nonpolar. Gentamicin dipilih sebagai kontrol positif karenakan krim
antibakteri gentamicin memiliki daya antibakteri yang baik terhadap bakteri gram positif
seperti Propionibacterium acnes.

 Pengujian Kestabilan Sediaan Krim


 Cangkang Udang Windu

Formulasi krim nanopartikel kitosan Nanopartikel kitosan diformulasi menjadi tiga


sediaan krim dengan variasi konsentrasi emulgator masing- masing Novemer 0,2%, Span-
Tween 2%, dan Viscolam 2%. Dari ketiga sediaan krim yang dihasilkan, sediaan krim formula
III menunjukkan organoleptis yang paling baik yakni krim berwarna putih, tekstur lembut, dan
bau khas. Hasil pengamatan setelah uji penyimpanan dipercepat menunjukkan ketiga sediaan
krim tidak mengalami perubahan organoleptis. Hal ini menunjukkan bahwa emulgator yang
digunakan dapat mempertahankan kestabilan krim selama penyimpanan.

 Kulit Buah Semangka

Evaluasi sediaan krim antijerawat dilakukan pemeriksaan organoleptis, bertujuan


untuk mengetahui kestabilan sediaan, warna, aroma, maupun bentuk dari sediaan krim. Uji
organoleptis dilakukan untuk mengevaluasi sifat fisik sediaan meliputi bentuk, warna dan bau
pada sediaan krim pada suhu kamar 25°C.

Hasil pemeriksaan organoleptis yang dilaksanakan yaitu mencakup pengamatan


warna, aroma maupun bentuk pada tiap sediaan krim dilakukan dengan cara mengamati secara
visual (tabel 3). Setelah dilakukan pengamatan yaitu memiliki warna hijau tua kecokelatan,
beraroma khas dari ekstrak kulit buah semangka, bentuk semi padat. Pada F1, F3 dan F3
memiliki warna hijau muda, hijau tua dan hijau kecokelatan. Semakin tinggi jumlah ekstrak
yang ditambahkan maka semakin pekat warna yang dihasilkan. Aroma dari F1, F2 dan F3
beraroma sama khas kulit buah semangka serta memiliki bentuk yang sama karena semua
ditambahkan formula yang sama.

Kesimpulan :

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada cangkang udang windu, dapat


disimpulkan bahwa ketiga formula krim yang dihasilkan stabil secara fisik dan formula krim
dengan emulgator span tween (FII) menunjukkan penghambatan paling besar terhadap
Propionibacterium acnes dengan diameter zona hambat 13,46 mm.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada kulit buah semangka, dapat
disimpulkan bahwa sifat fisik dari konsentrasi 15%, 20% dan 25% memenuhi karakteristik dan
stabilitas sediaan krim yang mencakup pengamatan organoleptis, pH, homogenitas, uji daya
sebar, dan uji daya lekat. Pada Formulasi sediaan krim ekstrak etanol kulit buah semangka
merah baik untuk digunakan pada sediaan krim antijerawat. Sedangkan pada pengujian
aktivitas antibakteri Propionibacterium acnes paling baik yang dihasilkan dari sediaan krim
ekstrak etanol kulit buah semangka merah pada konsentrasi 20% dan 25%.

Anda mungkin juga menyukai