OLEH:
TRANSFER A 2020
KELOMPOK II
LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
III.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu ayakan,
batang pengaduk, cawan porselin, gelas beaker, gelas ukur, hot plate, kertas
ph, mortir dan stamfer, penggaris, pipet tetes, plat tetes, sendok tanduk,
sudip, dan timbangan analitik.
III.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu alfa
tokoferol, asam stearat, aquadest, cera alba, DMDM Hydantoin, ekstrak
bawang merah (Allium cepa L.), gliserin, isopropyl miristat, phenoxyetanol,
oleum rosae, setil alkohol dan TEA .
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Pembuatan Sediaan Krim
1. Disiapkan alat & bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang bahan sesuai perhitungan bahan
3. Dilebur fase minyak dan fase air.
4. Fase minyak: Cera alba, asam stearat, isopropil miristat, setil alkohol,
phenoxyetanol, dileburkan pada beaker, pada suhu 70°C
5. Fase air: TEA, gliserin, DMD Hydantoin dan aquadest dilebur dalam beker
pada suhu 70°C-80°C
6. Ekstrak dilarutkan dengan gliserin hingga tercampur secara homogen.
7. Fase minyak dimasukkan ke dalam fase air, diaduk hingga homogen.
8. Dimasukkan ekstrak sedikit demi sedikit kedalam campuran basis, aduk
hingga homogen.
9. Ditambahkan alfa tokoferol dan oleum rosae, aduk hingga homogen.
10. Dimasukkan krim kedalam wadah. diberi etiket dan brosur.
11. Dilakukan evaluasi sediaan.
III.3.2 Evaluasi Sediaan Krim
a. Uji Homogenitas
Dimati warna, bau dan bentuk dari sediaan.
b. Uji pH
1. Disiapkan kertas pH universal.
2. Diukur pH dengan mencelupkan kertas pH ke dalam krim.
c. Uji Daya Sebar
1. Kaca transparan diletakkan di atas alat uji daya sebar.
2. Ditimbang 0,5 gram krim, lettakan pada pada kaca tersebut.
3. Ditutup dengan kaca transparan.
4. Ditambahkan beban di atas kaca tersebut satu persatu sebanyak 50,
100, 150, 200 dan 250 gram dan dibiarkan selama 2 menit tiap
beban.
5. Dihitung diameter daerah yang terbentuk.
6. Spesifikasi sediaan adalah krim dapat menyebar dengan mudah dan
merata.
d. Uji Tipe Emulsi
1. Diambil sedikit krim yang ingin diuji tipe emulsi.
2. Kemudian dimasukkan ke dalam plat tetes.
3. Ditambahkan metilen blue ke dalam plat tetes yang terisi krim.
4. Jika larut dengan metilen blue maka tipe krim tersebut adalah M/A.
5. Sebaliknya, jika tidak larut dengan metilen blue maka tipe krim
tersebut A/M.
e. Uji Daya Lekat
1. Pengujian daya lekat sediaan dilakukan dengan cara krim diletakkan
pada satu sisi kaca objek dengan sisi dibawahnya telah dipasangkan
tali untuk mengikat beban.
2. Kemudian ditempelkan pada kaca objek yang lain.
3. Beban yang digunakan 50, 100, 150, 200, 250 gram.
4. Tiap beban yang digunakan didiamkan selama 2 menit.
5. Kemudian diamati waktu yang dibutuhkan beban tersebut untuk
memisahkan kedua kaca tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Warna : Krem
IV.1.3 Uji pH
detik.
Berdasarkan hasil diatas diperoleh rata-rata uji daya lekat yaitu 4,16
cm.
IV.2 Pembahasan
dengan bahan aktif ekstrak kulit bawang merah. Krim adalah sediaan
semisolida yang mengandung satu atau lebih bahan aktif obat, terlarut atau
terdispersi baik dalam emulsi air dalam minyak (A/M) maupun emulsi minyak
ekstrak kulit bawang merah. Sediaan krim ini ditujukan untuk pemakaian
Kulit bawang merah merupakan bagian dari umbi bawang merah yang
hasil uji skrining fitokimia menyatakan bahwa serbuk kulit bawang merah
2013). Senyawa tersebut sebagian terdapat pada bagian kulit bawang merah
Penelitian Arif pada tahun 2013, tentang uji aktivitas antibakteri ekstrak
hambat sebesar 5,30 mm. selain itu ekstrak kulit bawang merah pada
sebesar 12,8 mm, 13 mm, 14,33 mm, dan 15,50 mm dengan kategori kuat
(Sa’adah, 2020).
digunakan untuk terapi yang bersifat lokal (Nugroho, 2013). Bentuk sediaan
krim lebih disukai oleh masyarakat karena mudah dibersihkan dan mudah
efek dingin, mengkilap dan melembabkan kulit. Sediaan krim tipe M/A dibuat
dengan cara mendispersikan minyak dan air. Keunggulan kim tipe M/A yaitu
M/A dapat menjadikan krim lebih lunak sehingga nilai viskositasnya menjadi
rendah. Basis dengan nilai viskositas yang tinggi akan menyebabkan nilai
koefisien difusi obat dalam basis memiliki nilai yang rendah, sehingga obat
yang terlepas dari basis akan kecil (Lachman, et al., 1989). Pada sediaan
poduk. Setil alkohol merupakan alkohol dengan bobot molekul tinggi yang
berfungsi sebagai zat pengental dan penstabil untuk sediaan minyak dalam
air (Ansel, 1989). Selain itu pada formula ini juga di tambahankan gliserin
karena bahan aktif tidak tahan panas sehingga pada pembuatannya bahan
dahulu untuk memastikan ketepatan formulasi yang akan dibuat. Tahap awal
pembuatan sediaan krim yaitu dengan mengelompokkan fase air dan fase
minyak untuk masing-masing dilebur. Pada peleburan suhu fase air harus
lebih tinggi daripada fase minyak karena suhu pada fase air mudah turun.
memasukkan fase air kedalam fase minyak kemudian gerus konstan sampai
meliputi evaluasi fisika, kimia dan biologi. Evaluasi yang dilakukan meliputi
evaluasi fisika yaitu tes organoleptik, penentuan tipe krim, homogenitas, daya
didapatkan sediaan sebanyak 1 tube. Dipilih bentuk sediaan tube karena krim
berwarna krem dan aroma bunga dari Oleum Rosae sehingga memenuhi
menggunakan air. Hasil uji yang didapatkan adalah krim bercampur dengan
air karena fase luar sediaan tersebut adalah air. Pada metilen blue krim juga
dapat larut sehinggan krim ini termasuk dalam krim tipe M/A. Uji homogenitas
yang didapat yaitu tidak adanya partikel-partikel sehingga krim ekstrak kulit
Selain itu juga dilakukan uji daya lekat dan daya sebar. Pada
pengujian daya lekat diperoleh 2,66 detik dimana hasil yang diperoleh tidak
memenuhi syarat. Semakin lama waktu daya lekat krim maka semakin baik
lekat krim tidak kurang dari 4 detik (Ulaen et al, 2012; Parwanto et al, 2013;
Edy et al, 2016). Pada pengujian daya sebar diperoleh 4,16 cm dimana hasil
yang diperoleh tidak memenuhi syarat. Dimana uji daya sebar yang baik
adalah 5-7 cm. Hal ini dikarenakan konsentrasi ekstrak yang ditambahkan.
sebar dari sediaan krim (Widyaningrum, 2012; Parwanto et al, 2013; Edy et
al, 2016).
kulit bawang merah memiliki pH yaitu 6, dimana nilai ini memenuhi standar
pH kulit. Jika pH krim dibawah 4.5 krim bersifat asam yang dapat mengiritasi
kulit dan jika pH krim diatas 6.5 maka krim bersifat basa yang dapat
menimbulkan kulit kering dan bersisik (Swastika et al, 2013; Parwanto et al,
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
bawang merah (Allium cepa L.) diperoleh hasil uji organoleptik, pH,
homgenitas dan tipe emulsi yang memenuhi syarat sedangakan daya sebar
dan daya lekat tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan krim yang dibuat
terlalu kental sehingga tidak memenuhi syarat uji daya lekat dan daya sebar.
V.2. Saran
Untuk asisten diharapkan agar dapat menjali interaksi yang lebih baik
dan bahan yang akan digunakan serta sarana dan prasarana saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Andy. (2011). Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan
Terhadap Jerawat.
Arif, M. 2015. Uji Antibakteri Ekstrak Terpurifikasi Kulit Bawang Merah (Allium
cepa L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Karya Tulis Ilmiah.
Samarinda: D-III Farmasi Akademi Farmasi Samarinda. Hal: 45.
Cahyati, A. N., Ekowati, D., & Harjanti, R. (2015). Optimasi Kombinasi Asam
Stearat dan Trietanolamin dalam Formula Krim Ekstrak Daun
Legetan ( Spilanthes acmella L .) sebagai Antioksidan secara
Simplex Lattice Design Optimization of The Combination Stearic Acid
and Trietanolamine in A Cream Formulation Ex. Jurnal Farmasi
Indonesia, 12(1), 60–69.
Edy, H.J., Marchaban., Wahyuono, S., Nugroho, A.E. 2016. Formulasi dan Uji
Sterilitas Hidrogel Herbal Ekstrak Etanol Daun Tagetes erecta L.
Jurnal Ilmiah Farmasi 3 (20): 45–49.
Engelin., 2013, Optimasi Krim Sarang Burung Walet Putih Tipe M/A Dengan
Variasi Emulgator Sebagai Pencerah Kulit Menggunakan Simplex
Lattice Design, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
Pontianak.
Lachman L., H. Liebermen, and J. Kanig, L., 1989, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Terjemahan: Siti Suyatmi, Jilid II Edisi 3, UI Press: Jakarta,
74- 75.
Nugroho & Akhmad K., Sediaan Transdermal: Solusi Masalah Terapi Obat,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Parwanto, M.L.E., Senjaya, H., Edy, H.J. 2013. Formulasi Salep Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Tembelekan (Lantana camara L.).
PHARMACON 1 (1): 104-108.
Soebagio, B., Rusdiana, T., Khairudin. 2007. Pembuatan Gel Dengan
Aqupec HV-505 dari Ekstrak Umbi Bawang Merah (Allium cepa L.)
Sebagai Antioksidan. Jurnal Seminar Penelitian. Padjajaran: Fakultas
Farmasi- Universitas Padjajaran
Swastika, A., Mufrod., Puwanto. 2013. Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Sari
Tomat (Solanum lycopersicum L.). Trad Med Journal 18 (3): 132–
140.
Ulaen, S.P.J., Banne, Y.S., Ririn, A. 2012. Pembuatan Temulawak (Curcuma
xanthoriza Roxb.). Jurnal Ilmiah Farmasi 3 (20): 45–49.
Uji Homogenitas
Uji pH
Uji Daya Sebar
Uji Tipe Emulsi
Uji Daya Lekat
Lampiran 3. Gambar Hasil Evaluasi
No Gambar Keterangan