Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN BAHAN ALAM


KRIM ANTI JERAWAT EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium cepa L.)

OLEH:
TRANSFER A 2020
KELOMPOK II

ASISTEN: KALVIN ADITHYA RAPANG. S.FARM

LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kelainan kulit yang paling umum terjadi di seluruh dunia adalah


jerawat (acne vulgaris), yang merupakan penyakit inflamasi kronik yang
terjadi pada unit pilosebaseus. Berdasarkan penelitian yang pernah ada
untuk kejadian jerawat yang dialami remaja prevalensi tertinggi pada umur
16-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85%. Survey di Kawasan Asia
Tenggara terdapat 40-80% kasus jerawat, di Indonesia, catatan kelompok
studi dermatologi menunjukkan 60% penderita jerawat pada tahun 2007, dan
80% pada tahun 2008 (Andy, 2011)
Jerawat atau acne vulgaris merupakan berupa peradangan menahun
pada lapisan folikel pilosebaseus yang disertai penyumbatan dan
penimbunan bahan keratin yang dipicu oleh bakteri Staphylococcus aureus
(Husnani & Rizki, 2019)
Pengobatan jerawat biasanya dilakukan dengan pemberian antibiotik
dan bahan-bahan kimia seperti sulfur, resorsinol, asam salisilat, benzoil
peroksida, asam azelat, tetrasiklin, eritromisin dan klindamisin, namun obat-
obatan tersebut juga memiliki efek samping seperti resistensi terhadap
antibiotik dan iritasi kulit. Oleh karena itu perlu dilakukan pencarian
antibakteri dari bahan alam yang diketahui aman dibandingkan dengan obat-
obat berbahan kimia (Arista dkk, 2013)
Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai obat jerawat adalah
bawang merah (Allium cepa L.). Secara empiris, bawang merah digunakan
untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan, termasuk sakit tenggorokan,
penyakit kulit (seperti panu, kudis, eksim dan jerawat), keropos tulang,
diabetes, kolesterol, antioksidan dan antimikroba (Wibowo, 2007). Bawang
merah juga mengandung protein, mineral, sulfur, antosianin, kaemferol,
karbohidrat dan juga memiliki efek antiinflamasi dan antibakteri (Soebagio
dkk., 2007).
Penggunaan ekstrak bawang merah secara langsung dinilai kurang
efektif dan efisien sehingga untuk mempermudah penggunaannya dapat
diformulasi menjadi suatu bentuk sediaan krim. Pemilihan krim sebagai
bentuk sediaan karena krim memiliki sifat umum mampu melekat pada
permukaan tempat pemakaian dalam waktu cukup lama. Krim umumnya
mudah menyebar, mudah dicuci, aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek
emolien yang lebih besar, serta bau zat aktif dapat tertutupi. (Cahyati dkk,
2015).
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada laporan ini, yaitu :
a. Bagaimanakah cara memformulasi ekstrak kulit bawang merah ?
b. Bagaimanakah sifat fisik sediaan krim ekstrak kulit bawang merah ?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan pada laporan ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui cara formulasi ekstrak kulit bawang merah
b. Untuk mengetahui sifat fisik ekstrak kulit bawang merah
BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu ayakan,
batang pengaduk, cawan porselin, gelas beaker, gelas ukur, hot plate, kertas
ph, mortir dan stamfer, penggaris, pipet tetes, plat tetes, sendok tanduk,
sudip, dan timbangan analitik.
III.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu alfa
tokoferol, asam stearat, aquadest, cera alba, DMDM Hydantoin, ekstrak
bawang merah (Allium cepa L.), gliserin, isopropyl miristat, phenoxyetanol,
oleum rosae, setil alkohol dan TEA .
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Pembuatan Sediaan Krim
1. Disiapkan alat & bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang bahan sesuai perhitungan bahan
3. Dilebur fase minyak dan fase air.
4. Fase minyak: Cera alba, asam stearat, isopropil miristat, setil alkohol,
phenoxyetanol, dileburkan pada beaker, pada suhu 70°C
5. Fase air: TEA, gliserin, DMD Hydantoin dan aquadest dilebur dalam beker
pada suhu 70°C-80°C
6. Ekstrak dilarutkan dengan gliserin hingga tercampur secara homogen.
7. Fase minyak dimasukkan ke dalam fase air, diaduk hingga homogen.
8. Dimasukkan ekstrak sedikit demi sedikit kedalam campuran basis, aduk
hingga homogen.
9. Ditambahkan alfa tokoferol dan oleum rosae, aduk hingga homogen.
10. Dimasukkan krim kedalam wadah. diberi etiket dan brosur.
11. Dilakukan evaluasi sediaan.
III.3.2 Evaluasi Sediaan Krim
a. Uji Homogenitas
Dimati warna, bau dan bentuk dari sediaan.
b. Uji pH
1. Disiapkan kertas pH universal.
2. Diukur pH dengan mencelupkan kertas pH ke dalam krim.
c. Uji Daya Sebar
1. Kaca transparan diletakkan di atas alat uji daya sebar.
2. Ditimbang 0,5 gram krim, lettakan pada pada kaca tersebut.
3. Ditutup dengan kaca transparan.
4. Ditambahkan beban di atas kaca tersebut satu persatu sebanyak 50,
100, 150, 200 dan 250 gram dan dibiarkan selama 2 menit tiap
beban.
5. Dihitung diameter daerah yang terbentuk.
6. Spesifikasi sediaan adalah krim dapat menyebar dengan mudah dan
merata.
d. Uji Tipe Emulsi
1. Diambil sedikit krim yang ingin diuji tipe emulsi.
2. Kemudian dimasukkan ke dalam plat tetes.
3. Ditambahkan metilen blue ke dalam plat tetes yang terisi krim.
4. Jika larut dengan metilen blue maka tipe krim tersebut adalah M/A.
5. Sebaliknya, jika tidak larut dengan metilen blue maka tipe krim
tersebut A/M.
e. Uji Daya Lekat
1. Pengujian daya lekat sediaan dilakukan dengan cara krim diletakkan
pada satu sisi kaca objek dengan sisi dibawahnya telah dipasangkan
tali untuk mengikat beban.
2. Kemudian ditempelkan pada kaca objek yang lain.
3. Beban yang digunakan 50, 100, 150, 200, 250 gram.
4. Tiap beban yang digunakan didiamkan selama 2 menit.
5. Kemudian diamati waktu yang dibutuhkan beban tersebut untuk
memisahkan kedua kaca tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil

IV.1.1 Uji Organoleptik

Warna : Krem

Bentuk : Massa lembek

Bau : Bau bunga

IV.1.2 Uji Homogenitas

Homogen : Tidak terdapat partikel-partikel.

IV.1.3 Uji pH

pH yang diperoleh adalah 6 (asam lemah). pH ini termasuk pada kisaran pH

kulit yaitu 4,5-5,6 (Osol, 1975).

IV.1.4 Uji Daya Lekat

Beban Daya Lekat


50 g 1,34 detik
100 g 2,57 detik
150 g 2,53 detik
200 g 3,25 detik
250 g 3,65 detik
Berdasarkan hasil diatas diperoleh rata-rata uji daya lekat yaitu 2,66

detik.

IV.1.5 Uji Daya Sebar

Beban Daya Sebar


50 g 4 cm
100 g 4,1 cm
150 g 4,2 cm
200 g 4,3 cm
250 g 4,2 cm

Berdasarkan hasil diatas diperoleh rata-rata uji daya lekat yaitu 4,16

cm.

IV.1.6 Uji Tipe Emulsi

Metilen Blue : Larut (Tipe M/A)

Air : Larut (Tipe M/A)

IV.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini praktikan membuat sediaan semisolida krim

dengan bahan aktif ekstrak kulit bawang merah. Krim adalah sediaan

semisolida yang mengandung satu atau lebih bahan aktif obat, terlarut atau

terdispersi baik dalam emulsi air dalam minyak (A/M) maupun emulsi minyak

dalam air (M/A) (Agoes,2012).


Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu

memformulasikan, membuat dan mengevaluasi sediaan semisolida krim

ekstrak kulit bawang merah. Sediaan krim ini ditujukan untuk pemakaian

topikal yaitu diaplikasikan pada kulit sebagai krim antijerawat.

Kulit bawang merah merupakan bagian dari umbi bawang merah yang

tidak termanfaatkan dan berdasarkan dari hasil penelitian Manullang (2010)

hasil uji skrining fitokimia menyatakan bahwa serbuk kulit bawang merah

mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, glikosida dan

steroid/triterpenoid. Pada kulit bawang merah juga terdapat Senyawa

metabolit sekunder yaitu senyawa kuersetin dan rutin (Machavarapu dkk.,

2013). Senyawa tersebut sebagian terdapat pada bagian kulit bawang merah

(Naidu dkk., 2012).

Penelitian Arif pada tahun 2013, tentang uji aktivitas antibakteri ekstrak

terpurifikasi kulit bawang merah (Allium cepa L.) terhadap bakteri

Staphylococus aureus, pada konsentrasi 20% dapat memberikan daya

hambat sebesar 5,30 mm. selain itu ekstrak kulit bawang merah pada

konsentrasi 5%, 10%, 20% dan 40% dapat menghambat bakteri

Propionibacterium acnes dengan diameter zona hambat berturut-turut

sebesar 12,8 mm, 13 mm, 14,33 mm, dan 15,50 mm dengan kategori kuat

(Sa’adah, 2020).

Krim merupakan salah satu bentuk sediaan topikal umumnya

digunakan untuk terapi yang bersifat lokal (Nugroho, 2013). Bentuk sediaan
krim lebih disukai oleh masyarakat karena mudah dibersihkan dan mudah

menyebar (Ansel, 1989). Penggunaan sediaan krim juga dapat memberikan

efek dingin, mengkilap dan melembabkan kulit. Sediaan krim tipe M/A dibuat

dengan cara mendispersikan minyak dan air. Keunggulan kim tipe M/A yaitu

memberikan efek yang optimum karena mampu menaikkan gradien

konsentrasi zat aktif yang menembus kulit sehingga absorbsi perkutan

menjadi meningkat (Engelin, 2013).

Penggunaan asam stearat sebagai emulgator dalam sediaan krim tipe

M/A dapat menjadikan krim lebih lunak sehingga nilai viskositasnya menjadi

rendah. Basis dengan nilai viskositas yang tinggi akan menyebabkan nilai

koefisien difusi obat dalam basis memiliki nilai yang rendah, sehingga obat

yang terlepas dari basis akan kecil (Lachman, et al., 1989). Pada sediaan

krim digunakan bahan pengental untuk mengatur kekentalan dan stabilitas

poduk. Setil alkohol merupakan alkohol dengan bobot molekul tinggi yang

berfungsi sebagai zat pengental dan penstabil untuk sediaan minyak dalam

air (Ansel, 1989). Selain itu pada formula ini juga di tambahankan gliserin

sebagai humektan, isopropyl miristat sebagai peningkat penetrasi, DMDM

hydantoin sebagai pengawet fase air, phenoxyetanol sebagai pengawet fase

minyak, alfa tokoferol sebagai antioksidan, oleum rosae sebagai pengaroma

dan aquadest sebagai pembawa.

Pembuatan sediaan ekstrak kulit bawang merah menggunakan

metode triturasi sehingga basis krim dilebihkan 10% untuk mengatasi


terjadinya kehilangan bahan saat pembuatan. Metode triturasi digunakan

karena bahan aktif tidak tahan panas sehingga pada pembuatannya bahan

aktif ditambahkan terakhir.

Sebelum melakukan pembuatan sediaan, dilakukan optimasi terlebih

dahulu untuk memastikan ketepatan formulasi yang akan dibuat. Tahap awal

pembuatan sediaan krim yaitu dengan mengelompokkan fase air dan fase

minyak untuk masing-masing dilebur. Pada peleburan suhu fase air harus

lebih tinggi daripada fase minyak karena suhu pada fase air mudah turun.

Pembuatan sediaan krim tipe minyak dalam air dilakukan dengan

memasukkan fase air kedalam fase minyak kemudian gerus konstan sampai

sediaan tersebut dingin dan dimasukkan kedalam bahan aktif. Setelah

melakukan pembuatan sediaan, dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan

meliputi evaluasi fisika, kimia dan biologi. Evaluasi yang dilakukan meliputi

evaluasi fisika yaitu tes organoleptik, penentuan tipe krim, homogenitas, daya

sebar, daya lekat dan evaluasi kimia yaitu uji pH sediaan.

Hasil praktikum sediaan semisolid krim esktrak kulit bawang

didapatkan sediaan sebanyak 1 tube. Dipilih bentuk sediaan tube karena krim

ekstrak kulit bawang merah ini digunakan sebagai antijerawat. Uji

organoleptik dilakukan dengan metode visual dengan hasil warna sediaan

berwarna krem dan aroma bunga dari Oleum Rosae sehingga memenuhi

syarat evaluasi sediaan organoleptik.


Evaluasi fisika penentuan tipe emulsi dilakukan dengan pengenceran

menggunakan air. Hasil uji yang didapatkan adalah krim bercampur dengan

air karena fase luar sediaan tersebut adalah air. Pada metilen blue krim juga

dapat larut sehinggan krim ini termasuk dalam krim tipe M/A. Uji homogenitas

sediaan dilakukan dengan mengoleskan sediaan kedalam kaca arloji. Hasil

yang didapat yaitu tidak adanya partikel-partikel sehingga krim ekstrak kulit

bawang merah memenuhi syarat.

Selain itu juga dilakukan uji daya lekat dan daya sebar. Pada

pengujian daya lekat diperoleh 2,66 detik dimana hasil yang diperoleh tidak

memenuhi syarat. Semakin lama waktu daya lekat krim maka semakin baik

karena memungkinkan zat aktif akan terabsorbsi seluruhnya. Standar daya

lekat krim tidak kurang dari 4 detik (Ulaen et al, 2012; Parwanto et al, 2013;

Edy et al, 2016). Pada pengujian daya sebar diperoleh 4,16 cm dimana hasil

yang diperoleh tidak memenuhi syarat. Dimana uji daya sebar yang baik

adalah 5-7 cm. Hal ini dikarenakan konsentrasi ekstrak yang ditambahkan.

Semakin besar kadar ekstrak yang ditambahkan, konsistensi dari sediaan

krim akan semakin pekat sehingga berpengaruh terhadap penurunan daya

sebar dari sediaan krim (Widyaningrum, 2012; Parwanto et al, 2013; Edy et

al, 2016).

Pada evaluasi kimia uji pH menggunakan pH universal. Krim ekstrak

kulit bawang merah memiliki pH yaitu 6, dimana nilai ini memenuhi standar

pH kulit. Jika pH krim dibawah 4.5 krim bersifat asam yang dapat mengiritasi
kulit dan jika pH krim diatas 6.5 maka krim bersifat basa yang dapat

menimbulkan kulit kering dan bersisik (Swastika et al, 2013; Parwanto et al,

2013; Edy et al, 2016).

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit

bawang merah (Allium cepa L.) diperoleh hasil uji organoleptik, pH,

homgenitas dan tipe emulsi yang memenuhi syarat sedangakan daya sebar

dan daya lekat tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan krim yang dibuat

terlalu kental sehingga tidak memenuhi syarat uji daya lekat dan daya sebar.

V.2. Saran

V.2.1 Saran untuk dosen

Diharapkan dosen agar dapat memantau dengan baik setiap kegiatan

praktikum baik yang telah terlaksana maupun yang belum terlaksana

sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik

V.2.2 Saran untuk asisten

Untuk asisten diharapkan agar dapat menjali interaksi yang lebih baik

bersama praktikan agar factor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi dapat

diminimalisirkan dengan adanya komunikasi yang baik


V.2.3 Saran untuk laboratorium

Sebaiknya dalam menjakankan kegiatan praktikum ketersediaan alat

dan bahan yang akan digunakan serta sarana dan prasarana saat praktikum

lebih diperhatikan dan ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan


Oleh Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Andy. (2011). Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan
Terhadap Jerawat.

Ansel, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan: Farida


Ibrahim, Edisi 4,UI Press: Jakarta, 212-217.

Ansel, H.C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat,


Penerjemah: Farida Ibrahim, Penerbit UI Press, Jakarta.

Arif, M. 2015. Uji Antibakteri Ekstrak Terpurifikasi Kulit Bawang Merah (Allium
cepa L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Karya Tulis Ilmiah.
Samarinda: D-III Farmasi Akademi Farmasi Samarinda. Hal: 45.

Arista, Y., Kumesan, N., Yamlean, P. V. Y., & Supriati, H. S. (2013).


Formulasi Dan Uji Aktivitas Gel Antijerawat Ekstrak Umbi Bakung
(Crinum Asiaticum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus
Secara in Vitro. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT,
2(02), 2302–2493.

Cahyati, A. N., Ekowati, D., & Harjanti, R. (2015). Optimasi Kombinasi Asam
Stearat dan Trietanolamin dalam Formula Krim Ekstrak Daun
Legetan ( Spilanthes acmella L .) sebagai Antioksidan secara
Simplex Lattice Design Optimization of The Combination Stearic Acid
and Trietanolamine in A Cream Formulation Ex. Jurnal Farmasi
Indonesia, 12(1), 60–69.

Edy, H.J., Marchaban., Wahyuono, S., Nugroho, A.E. 2016. Formulasi dan Uji
Sterilitas Hidrogel Herbal Ekstrak Etanol Daun Tagetes erecta L.
Jurnal Ilmiah Farmasi 3 (20): 45–49.

Engelin., 2013, Optimasi Krim Sarang Burung Walet Putih Tipe M/A Dengan
Variasi Emulgator Sebagai Pencerah Kulit Menggunakan Simplex
Lattice Design, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
Pontianak.

Husnani, & Rizki, F. S. (2019). Formulasi Krim Antijerawat Ekstrak Etanol


Bawang Dayak (Eleutherina palmifolia (L.) Merr). Jurnal Ilmu Farmasi
Dan Farmasi L, 16(1), 8–14.

Lachman L., H. Liebermen, and J. Kanig, L., 1989, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Terjemahan: Siti Suyatmi, Jilid II Edisi 3, UI Press: Jakarta,
74- 75.

Manullang, L. 2010. Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia dan Uji


Toksisitas Ekstrak Kulit Umbi Bawang Merah (Allii cepae var.
ascolinicum) dengan Metode Uji Brine Shrimp (BST). Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Naidu, S.P.V., Kinthada, Prakash M.M.S., Muralidhar, P.K. 2012.


Characterization and Biological Activities of Quercetin
Thiosemicarbazone Derivates: Potential Anti Cancer Drugs. Int J
Pharm Biomed Sci3(2) 24-27 ISSN No: 0976-5263.

Nugroho & Akhmad K., Sediaan Transdermal: Solusi Masalah Terapi Obat,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Parwanto, M.L.E., Senjaya, H., Edy, H.J. 2013. Formulasi Salep Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Tembelekan (Lantana camara L.).
PHARMACON 1 (1): 104-108.
Soebagio, B., Rusdiana, T., Khairudin. 2007. Pembuatan Gel Dengan
Aqupec HV-505 dari Ekstrak Umbi Bawang Merah (Allium cepa L.)
Sebagai Antioksidan. Jurnal Seminar Penelitian. Padjajaran: Fakultas
Farmasi- Universitas Padjajaran

Swastika, A., Mufrod., Puwanto. 2013. Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Sari
Tomat (Solanum lycopersicum L.). Trad Med Journal 18 (3): 132–
140.
Ulaen, S.P.J., Banne, Y.S., Ririn, A. 2012. Pembuatan Temulawak (Curcuma
xanthoriza Roxb.). Jurnal Ilmiah Farmasi 3 (20): 45–49.

Wibowo, Singgih. 2007. Budidaya Bawang Merah. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Widyaningrum, N., Murrukmihadi, M., Ekawati, S.K.2012. Pengaruh


Konsentrasi Ekstrak Etanolik Daun Teh Hijau (Camellia sinesis L.)
dalam Sediaan Krim terhadap Sifat Fisik dan Aktivitas Antibakteri.
Sains Medika 4 (2): 147–156.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Pembuatan Sediaan Krim


Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang semua bahan yang a


kan digunakan

Fase air Fase minyak


TEA, gliserin, DMD Hydantoin Cera alba, asam stearat, isopropil
dan aquadest miristat, setil alkohol,
phenoxyetanol,

Dipanaskan pada suhu 70°C Dipanaskan pada suhu 70°C

Masukkan fase minyak ke dalam fase air

Ditambahkan oleum rosae dan ekstraksedikit


demi sedikit kedalam campuran sambil diad
uk hingga homogen

Krim bawang merah (Allium


cepa L.)
Evaluasi

Lampiran 2. Skema Kerja Evaluasi Sediaan

Sediaan Krim bawang


merah (Allium cepa L).

Uji Homogenitas
Uji pH
Uji Daya Sebar
Uji Tipe Emulsi
Uji Daya Lekat
Lampiran 3. Gambar Hasil Evaluasi
No Gambar Keterangan

1. Uji daya lekat dengan memberikan


beban selama 2 menit

2. Uji tipe krim menggunakan metil


blue

3. Uji daya sebar pada krIm

4. Pengukuran diameter daya sebar


krim

Anda mungkin juga menyukai