Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN 2

(NON SOLID-STERIL)
MODUL IV
SALEP

Kelompok E 2

Meirisa Mona Laksmita K100130108


Widia Ristiana K100130109
DesyPutriHerlatama P K100130110
BrelianNovitasari K100130111
Zaenab K100130112
Nurul Maharani K100130113
Dewi Sri Permatasari K100130116

Korektor : Farah Irmalia

LABORATORIUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN 2


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
MODUL IV
SALEP

A. Tujuan
Memberikan pengalaman mahasiswa dalam memformulasi sediaan salep dan
melakukan control kualitas (evaluasi) sediaan salep, meliputi : daya menyebar, daya
melekat, daya proteksi, dan kecepatan pelepasan obat dari salep.

B. DasarTeori
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
Sediaan setengah padat terdiri dari : salep krim, pasta, jeli, cerata dan kataplasma. Salep
dibuat dengan substansi berlemak seperti Adeps lanae, Vaselin dan minyak mineral.
Adapun kualitas salep yaitu :
1. Stabil , salep harus stabil pada suhu kamar dan kelembaban serta harus bebas dari
inkompatibilitas
2. Lunak, semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
dan homogen
3. Mudah dipakai, salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit
4. Dasar salep yang cocok, dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi
terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati
5. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi secara merata melalui dasar salep
padat atau cair pada pengobatan
(Anief , 2007)

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang
kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang
cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam Dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep
yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep
yang mengandung air.
(Depkes RI, 2014)

Pengujian sifat fisik salep meliputi Uji organoleptis,Uji homogenitas, Uji pH, Uji
viskositas, Uji daya lekat, Uji daya sebar, Uji daya serap air dan Ujidaya lekat
(Hernani,dkk,2012)

Salah satu faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari basis adalah kelarutan obat
dalam basis. Kelarutan dan stabilitas obat di dalam basis menentukan pilihan dari
pembawa sediaan semipadat. Berdasarkan komposisinya basis salep dapat digolongkan
menjadi empat, yaitu basis hidrokarbon (berminyak), basis serap, basis yang dapat
dicuci dengan air dan basis larut dalam air.
1. Basis hidrokarbon
Basis hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak. Basis ini sukar dicuci,
dan dapat digunakan sebagai penutup oklusif yang menghambat penguapan
kelembapan secara normal dari kulit. Bahan baku yang umumnya paling banyak
digunakan sebagai pembawa dalam salep adalah petrolatum mengingat
konsistensinya, kelunakannya dan sifatnya yang netral serta kemampuan
menyebarnya yang mudah pada kulit.

2. Basis serap
Basis serap ada dua jenis: bentuk anhidrat dan bentuk emulsi. Lanolin anhidrat
dan petrolatum yang hidofilik merupakan contoh pembawa anhidrat yang
menyerap air untuk membentuk emulsi air di dalam minyak.

3. Basis yang dapat dicuci dengan air


Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak di dalam air, dan
dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini.
Pembawa jenis vanishing cream merupakan contoh yang mewakili emulsi
minyak dalam air, sedangkan basis serap umumnya merupakan emulsi air di
dalam minyak.
4. Basis yang larut dalam air
Bahan pembawa yang larut dalam air dibuat dari campuran polietilen glikol
dengan bobot molekul yang tinggi dan polietilen glikol dengan bobot molekul
yang rendah. Kombinasi dari polietilen glikol dengan bobot molekul yang tinggi
dan polietilen glikol dengan bobot molekul yang rendah akan menghasilkan
produk-produk dengan konsistensi seperti salep, yang melunak atau meleleh
jika digunakan pada kulit.

Uji daya proteksi dilakukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk
melindungi tempat pengobatan dari luar, yaitu dengan jalan menempelkan dua potong
kertas saring, yang satu dibasahi dengan fenolftalein yang ditempeli dengan kertas lain
yang telah diproteksi dengan paraffin cair kemudian ditetesi dengan larutan kalium
hidroksida. Jika tidak terdapat noda kemerahan, berarti salep tersebut mampu
memberikan proteksi.
(Aisah, 2010)

Bahan aktif sering dilarutkan dalam satu fase, meskipun kadang-kadang obat ini
tidak sepenuhnya larut dalam sistem dan tersebar di salah satu atau kedua fase, sehingga
menciptakan sistem tiga fase. Sifat fisik bentuk sediaan tergantung pada berbagai
faktor, termasuk ukuran partikel tersebar, tegangan antar muka antara fase, koefisien
partisi dari bahan aktif antara fase, dan reologi produk. Faktor-faktor ini
dikombinasikan untuk menentukan karakteristik pelepasan obat serta karakteristik lain,
seperti viskositas.
(Niazi, 2009)

C. AlatdanBahan
Alat Bahan
1. Alatdayamenyebar 1. Salepasamsalisilat basis lemak
2. Alatdayamelekat 2. Salepasamsalisilat basis PEG
3. Alatdayaproteksi 3. Larutanfenoftalein
4. Seldisolusi 4. KertasSaring
5. Stirer 5. Membranselofan porous
6. Stopwatch danperalatangelas

D. CaraKerjaSkematis
1. Uji daya serap salep
ditimbang 0,5 gram salep dan diletakkan di tengah alat (kaca bulat)
ditimbang dahulu kaca yang satunya, diletakkan kaca tersebut diatas massa salep
dan dibiarkan selama 1 menit

diukur berapa diameter salep yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-
rata diameter dari beberapa sisi)

ditambahakan 50 gram beban tambahan, didiamkan selama 1 menit dan dicatat


diameter salep yang menyebar seperti sebelumnya

diteruakan dengan menambah tiap kali dengan bahan tambahan 50 gram dan
dicatat diameter salep yang menyebar setelah 1 menit

digambar dalam grafik hubungan antara beban dan luas salep yang menyebar

diulangi masing-masing 3 kali untuk tiap salep yang diperiksa

2. Uji daya melekat salep


diletakkan salep secukupnya diatas gelas objek yang telah ditentukan luasnya

diletakkan gelas objek yang lain diatas salep tersebut dan ditekan dengan beban 1
kg selama 5 menit

dipasang gelas objek pada alat tes

dilepaskan beban seberat 80 gram dan dicatat waktunya hingga kedua gelas objek
tersebut terlepas

dilakukan tes untuk formula salep yang lain dengan masing-masing 3 kali
percobaan

3. Uji kemampuan proteksi


diambil sepotong kertas saring (10 x 10 cm) dan dibasahi dengan larutan
fenoftalein untuk indikator kemudian kertas dikeringkan

diolesi kertas tersebut pada no.1 dengan salep yang akan dicoba (satu muka)
seperti lazimnya orang mempergunakan salep

pada kertas saring yang lain, dibuat suatu areal (2,5 x 2,5 cm) dengan parafin padat
yang dilelehkan. Setelah kering/dingin akan didapat areal yang dibatasi dengan
parafin padat

ditempelkan kertas tersebut (pada no.3) diatas kertas sebelumnya (pada no.2)

diteteskan/dibasahi areal ini dengan larutan KOH 0,1 N

dilihat sebelah kertas yang dibasahi dengan larutan fenoftalein pada waktu 15 ; 30
; 45 ; 60 detik; 3 dan 5 menit. Apakah ada noda berwarna merah/kemerahan pada
kertas tersebut

kalau tidak ada noda berarti salep dapat memberikan proteksi terhadap cairan
(larutan KOH)

dilakukan percobaan untuk salep yang lain

4. Uji pelepasan obat dari sediaan salep


disiapkan sel disolusi salep dan kantong teh celup/membran selofan porous
(sebelum dipergunakan direndam dulu 24 jam dalam air suling)

dengan alat yang disediakan, dimasukkan salep yang akan dicoba kedalam sel
sampai penuh, diratakan, kemudian ditimbang

ditutup dengan membran selofan dan dijaga supaya tidak ada gelembung udara
antara salep dan membran, lalu sel ditutup dengan penutupnya
dituang air suling 370C sebanyak 500 ml (diambil dengan labu takar) kedalam
bejana disolusi (bisa juga dipergunakan bekker glass dengan tutup) dan dijaga
agar suhu medium tetap 370C selama percobaan

dimasukkan sel yang telah diisi salep tersebut kedalam medium dan dijalankan
pengadukan serta pencatat waktu

diambil 5 ml contoh medium pada waktu 5, 10, 15, 25, 35 dan 45 menit. Setiap
kali mengambil contoh, dikembalikan volume medium dengan menambahkan 5
ml air suling 370C

ditetapkan kadar salisilat dalam contoh tersebut dengan cara 5 ml contoh medium
ditambah 1 ml larutan FeCl3 dan ditetapkan absorben dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 525 nm

dihitung berapa salisilat yang terlarut dalam medium pada tiap pengambilan
tersebut

dilakukan percobaan untuk salep dengan basisi yang lain

dibandingkan pelepasan obat dari kedua jenis basis salep tersebut

E. PEMBAHASAN CARA KERJA


Salep yang digunakan dalam praktikum ini ada 2 yaitu salep dengan basis
lemak (vaselin) dan salep basis PEG. Zat yang terkandung dalam salep adalah asam
salisilat. Dalam percobaan ini dilakukan 4 uji terhadap salep. Pengujian pertama
adalah uji daya menyebar salep. Hal ini bertujuan untuk mengetahui luas dan
kemampuan menyebar salep pada tempat pemkaiannya. Pada uji daya menyebar
0,5 g salep diletakkan diatas cawan petri yang bagian bawahnya sudah terpasang
milmeter blok yang berfungsi memudahkan dalam pengukuran diameter
penyebaran salep. Kemudian diatas salep tersebut diletakkan cawan petri yang lain
sehingga salep tertekan dan menyebar. Ditunggu selama1 menit, dan diukur
diameter penyebaran salep dari beberapa sisi. Kemudian dilakukan hal yang sama
pada pengukuran diameter penyebaran salep dengan penambahan beban tiap kali
sebesar 50 g. Diameter penyebaran salep masing-masing diukur setelah 1 menit
penambahan beban. Masing-masing dilakukan replikasi sebanyak 3x, dan dihitung
luas rata-rata dari penyebaran salep tersebut.

Uji kedua adalah uji daya melekat salep. Uji daya melekat bertujuan untuk
mengetahui lama waktu kontak salep dengan kulit yang akan mempengaruhi kerja
obat. Salep diletakkan diatas obyek glass dan ditutup dengan obyek glass lainnya,
kemudian diletakkan beban 1 kg diatasnya selama 5 menit dengan tujuan agar salep
benar-benar melekat pada obyek glass. Setelah itu dipasang diatas dan ditarik
dengan beban 80 g lalu dicatat waktu melepasnya. Diulangi masing-masing 3x
untuk tiap salep dengan basis yang berbeda.

Uji ketiga adalah uji kemampuan proteksi. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui kecepatan seberapa besar salep tersebut melindungi zat aktif
didalamnya, dan melindungi dari pengaruh luar baik berupa sifat asam, basa, debu,
sinar matahari, dan lain sebagainya. Kertas saring dibasahi dengan pp (fenoftalein)
sebagai indicator dan dikeringkan.Fenoftalein memberikan warna merah muda jika
dalam kondisi basa. Setelah kertas saring kering diolesi dengan salep. Pada kertas
saring lain dibuat areal lebih kecil (2,5x2,5) dan dibatasi dengan paraffin padat yang
dilelehkan. Kemudian kertas saring dibasahi dengan larutan KOH. Lalu dilihat ada
tidaknya warna merah pada kertas saring tersebut. Bila daya proteksi salep rendah,
maka akan muncul warna merah muda hasil reaksi dari KOH dan pp yang
menandakan salep dapat dimasuki KOH.

Uji keempat adalah uji pelepasan obat dari sediaan salep yang bertujuan
untuk mengetahui seberapa mudah atau sukarnya zat aktif terlepas dari basis dan
larut dalam medium pemakaiannya (kulit). Uji ini dilakukan dengan menggunakan
sel disolusi yang diset dengan suhu 37C untuk menyesuaikan dengan suhu tubuh
manusia. Medium disolusi yang digunakan adalah aquadest karena sebagian besar
tubuh manusia terdiri dari air. Pada uji ini digunakan larutan FeCl 3 untuk
pembentukan kompleks warna asam salisilat (ungu) agar dapat dibaca
absorbansinya dalam spektrofotometri vis, kemudian ditentukan kadarnya untuk
tiap-tiap waktu sampling.

F. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

Ada duatipesalep yang digunakanyaitu:


- Salepasamsalisilat 10% dengan basis lemak
- Salepasamsalisilat 10% dengan basis PEG

1. DayaMenyebarSalep
Basis Lemak Basis PEG
Penimbangansalep 0,74 g 0,73 g
Bobotkaca 5,724 g 5,724 g

Diameter sebar (mm)


Beban
Basis lemak Basis PEG
(gram)
1 2 3 1 2 3
0 30 25,4 30 25,2 25,2 25,2
50 30,4 30 30,4 25,4 25,4 25,5
100 30,5 30,4 30,5 25,4 25,4 25,5
150 35 35 35 25,5 25,4 25,5

Beban DIAMETER SEBAR


(gram) BASIS LEMAK BASIS PEG
0 28,5 25,2
50 30,3 25,4
100 30,5 25,4
150 35 25,5

Grafikbeban vs luassebarsalep :

BEBAN vs LUAS SEBAR SALEP


70
DIAMETER SEBAR (mm)

60
50
40 basis peg
30
20 BASIS LEMAK
10
0
0 50 100 150
BEBAN (gram)
2. DayaMelekatSalep
Basis lemak Basis PEG
Penimbangansalep 0,4 g 0,7 g

Waktulekat (detik)
Replikasi
Basis lemak Basis PEG
1. 2,80 19,54
2. 2,34 8,82
3. 1,25 7,72

3. DayaProteksiSalep
Waktu Adanyanodamerah
(menit) Basis lemak Basis PEG
3 + -
5 + -
15 + -
30 + -
(+) = jikaterdapatnodamerah
(-) = jikatidakterdapatnodamerah

4. KecepatanPelepasanObat
Basis lemak Basis PEG
Penimbangansalep g G
Volume medium disolusi 500 ml 500 ml
Volume 5 ml 5 ml
pengambilansampel
Penambahan FeCl3 1 ml 1 ml
PersamaankurvabakuAsamsalisilat :
Y = 0,1080 x + 0,0174, catatan x dalamsatuan milligram persen (1 mg
dalam 100 ml)
r = 0,9966, max = 525 nm dengan Operating Time : 5-10 menit.

a. SalepAsamsalisilat 10% basis lemak


Jumlahob
Waktu Faktor Faktor Kadar
Abs. X Kadar at
(menit) pengenceran koreksi terkoreksi
(mg)
5 0,017 -3,7x10-3 0 0 0 0 0
10 -0,027 -0,411 0 0 0 0 0
15 -0,030 -0,624 0 0 0 0 0
25 -0,043 -0,560 0 0 0 0 0
35 -0,006 -0,217 0 0 0 0 0
45 0,020 0,024 0 0 0 0 0
b. SalepAsamsalisilat 10% basis PEG
Jumlahob
Waktu Faktor Faktor Kadar
Abs. X Kadar at
(menit) pengenceran koreksi terkoreksi
(mg)
5 0,559 5,015 1,2 6,018 0 6,018 30,09
10 0,723 6,53 1,2 7,84 0,06 7,9 39,50
15 0,828 8,43 1,2 10,12 0,14 10,26 51,30
25 1,199 10,94 1,2 13,13 0,24 13,37 66,58
35 1,460 13,36 1,2 16,03 0,37 16,40 82,0
45 1,625 14,88 1,2 17,86 0,53 18,39 91,95

JUMLAH OBAT TERLEPAS vs WAKTU


100
90
80
jumlah obat (mg%)

70
60 BASIS LEMAK
50
BASIS PEG
40
30
20
10
0
5 10 15 25 35 45
waktu (menit)

PERHITUNGAN KADAR

Basis Lemak

menit 5
Y = 0,1080 x + 0,0174
0,017 = 0,1080 x + 0,0174
x = -3,7x10-3

menit 10
Y = 0,1080 x + 0,0174
-0,027 = 0,1080 x + 0,0174
x = -0,411
menit 15
Y = 0,1080 x + 0,0174
-0,030 = 0,1080 x + 0,0174
x = -0,411

menit 25
Y = 0,1080 x + 0,0174
-0,043 = 0,1080 x + 0,0174
x = -0,560

menit 35
Y = 0,1080 x + 0,0174
-0,006 = 0,1080 x + 0,0174
x = -0,217

menit 45
Y = 0,1080 x + 0,0174
0,020 = 0,1080 x + 0,0174
x = 0,024

Basis PEG
menit 5
Y = 0,1080 x + 0,0174
0,559 = 0,1080 x + 0,0174
x = 5,015

6
fp = 5 = 1,2

Kadar = x .fp
= 5,015 . 1,2
=6,018 mg%

5
Faktorkoreksi = 500 x 0 = 0

Kadar terkoreksi = 6,018 mg%

Jumlahobat = 6,018 x 5 = 30,09

menit 10
Y = 0,1080 x + 0,0174
0,723 = 0,1080 x + 0,0174
x = 6,53

6
fp = 5 = 1,2

Kadar = x .fp
=6,53 . 1,2
= 7,84 mg%

5
Faktorkoreksi = 500 x 6,018 = 0,06

Kadar terkoreksi = 7,84 + 0,06 = 7,9

jumlahobat = 7,9 x 5 = 39,05

menit 15
Y = 0,1080 x + 0,0174
0,828 = 0,1080 x + 0,0174
x = 8,43

6
fp = 5 = 1,2

Kadar = x .fp
= 8,43 . 1,2
= 10,12 mg %

5
Faktorkoreksi =( 500 x 7,84 )+ 0,06 = 0,14

Kadar terkoreksi = 10,12 + 0,14 = 10,26

jumlahobat = 10,26 x 5 = 51,30 mg

menit 25
Y = 0,1080 x + 0,0174
1,199 = 0,1080 x + 0,0174
x =10,94

6
fp = 5 = 1,2

Kadar = x .fp
= 10,94 . 1,2
= 13,13 mg %

5
Faktorkoreksi =( 500 x 10,12 )+ 0,14 = 0,24
Faktor Kadar Jumlahobat
Kadar
koreksi Terkoreksi (mg)
6,018 0 6,018 30,09
7,84 0,06 7,9 39,50
10,12 0,14 10,26 51,30
13,13 0,24 13,37 66,58
16,03 0,37 16,40 82,0
17,86 0,53 18,39 91,95

Kadar terkoreksi = 13,13 + 0,24 = 13,37

jumlahobat = 13,37 x 5 = 66,58 mg

menit 35
Y = 0,1080 x + 0,0174
1,460 = 0,1080 x + 0,0174
x = 13,36 mg%

6
fp = 5 = 1,2

Kadar = x .fp
= 13,36 . 1,2
= 16,03 mg%

5
Faktorkoreksi =( 500 x 13,13 )+ 0,24 = 0,37

Kadar terkoreksi = 16,03 + 0,37 = 16,4 mg

jumlahobat = 16,4 x 5 = 82 mg

menit 45
Y = 0,1080 x + 0,0174
1,625 = 0,1080 x + 0,0174
x = 14,88

6
fp = 5 = 1,2

Kadar = x .fp
= 14,88 . 1,2
= 17,86 mg%

5
Faktorkoreksi =( 500 x 16,08 )+ 0,37 = 0,53

Kadar terkoreksi = 17,86 + 0,53 =18,39

jumlahobat = 18,39 x 5 = 91,95 mg

Perhitungannilai DE60

a. SalepAsamsalisilat 10% basis lemak


DE60 = 0
b. SalepAsamsalisilat 10% basis PEG
1 1
L1= 2 . a . t = 2 . 30,09 . 5 = 75,225
1 1
L2 = 2 (a1 + a2) t =2 (30,09 + 39,50) . 5 = 173,975
1 1
L3 = 2 (a1 + a2) t = 2 (39,05+ 51,30) . 5 = 227,0
1 1
L4 = 2 (a1 + a2) t = 2 (51,30+ 66,58) . 10 = 589,40
1 1
L5 = 2 (a1 + a2) t = 2 (66,58+ 82,0) . 10 = 742,90
1 1
L6 = 2 (a1 + a2) t = 2 (82,0+ 91,95) . 10 = 869,75
Luas bidang A = 75,225 + 173,975 + 227,0 + 589,40 + 742,90 +
869,75 = 2678,25
Luas bidang (A+B) = waktumaks x %maks
= 45 menit x 100 %
= 4500 menit %
Luas bidang A
DE60 = Luas bidang (A+B) x 100%
2678,25
= x 100%
4500
= 59,52 %

G. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengontrol kualitas sediaan salep yang
meliputi daya menyebar, daya melekat, daya proteksi, dan pelepasan obat dari
salep. Salep yang digunakan dalam praktikum ini ada 2 yaitu salep dengan basis
lemak (vaselin) dan salep basis PEG. Zat yang terkandung dalam salep adalah
asam salisilat zat ini mempunyai sifat sukar larut dalam air.

Dalam sediaan salep basis mempunyai peranan penting karena dapat


mempengaruhi kecepatan pelepasan obat dari basis secara tidak langsung dan
mempunyai khasiat dari obat yang dikandung sebab untuk dapat berkhasiat obat
harus lepas dulu dari basis salepnya. Pada basis lemak (hidrokarbon) yang
digunakan adalah vaselin dan pada basis larut air digunakan PEG , yang berupa
padatan. Kedua formula ini mengandung bahan obat berupa asam salisalat 4-10%
mempunyai efek local (pada kulit) sebagai keratolitik yang menghilangkan atau
melunakan lapisan tanduk.

Kontrol kualitas suatu sedian salep sangat penting, karena suatu sediaan
yang akan digunakan obat harus memenuhi persyaratan terlebih dahulu sehingga
mampu memberikan efek terapeutik yang dinginkan. Pada pengujian salep harus
dicoba untuk masing-masing formula dengan tujuan untuk membandingkan
keduanya. Pengujian pertama adalah melakukan kontrol kulitas daya menyebar
salep. Hal ini dimaksudkan karena salep dipergunakan pada kulit yang relativ
lebih lunak teutama untuk salep untuk obat yang digunakan pada kulit yang luka
sehingga salep yang baik seharusnya mempunyai daya menyebar yang baik, jadi
uji daya menyebar salep dapat dijadikan salah satu penentu kualitas salep. Pada
uji daya menyebar 0,5 g salep diletakan diatas cawan petri. Kemudian diatas salep
tersebut diletakan cawan petri yang lain sehingga salep tetekan dan menyebar.
Ditunggu selama1 menit, dan diukur diameter penyebaran salep dari beberapa sisi.
Kemudian dilakukan hal yang sama pada pengukuran diameter penyebaran salep
dengan penambahan beban sebesar 50 g, 100 g,dan 150 g . Diameter penyebaran
salep masing-masing diukur setelah 1 menit penambahn beban. Masing-masing
dilakukan replikasi sebanyak 3x, dan dihitung luas rata-rata dari penyebaran salep
tersebut. Pada salep dengan basis lemak didapatkan luas rata-rata padapenekanan
cawan petri tanpa penambahan beban adalah sebesar 28,47 mm, pada penambahan
beban 50 g sebesar 30,23 mm, pada penambahan 100 g sebesar 30,47mm, dan
pada penambahan beban 150 g sebesar 35 mm. Sedangkan pada salep dengan
basis PEG, memberikan hasil bahwa luas rata-rata pada penambahan 0 g atau
dengan cawan petri sebesar 25,2 mm, pada penambahan beban 50 g sebesar 25,43
mm, pada penambahan 100 g sebesar 25,43 mm, dan pada penambahan beban 150
g sebesar 25,43 mm. Data tersebut memberikan hasil bahwa penyebaran salep
dipengaruhi adanya tekanan, dalam hal ini di lakukan dengan adanya penambahan
beban. Pada salep basis PEG luas penyebaran salep jauh lebih sedikit dan
cenderung konstan untuk penambahan beban 50-150 g daripada salep dengan
basis lemak. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hasil daya menyebar salep
basis lemak lebih baik dari pada basis PEG.

Pada uji daya melekat, salep diletakan diatas obyek glass dan ditutup
dengan obyek glass lainnya, kemudian diletakan beban 1 kg diatasnya selama 5
menit dengan tujuan agar salep benar-benar melekat pada obyek glass. Setelah itu
dipasang diatas dan ditarik dengan beban tertentu lalu dicatat waktu melepasnya.
Dari hasil percobaan didapatkanhasilsalep dengan basis
PEGwaktulekatnyaadalah12,03 detiksedangkan salep dengan basis lemakadalah
2,13 detik. Hal ini berarti bahwa salep dengan basis lemak memiliki daya melekat
yang lebih baik daripada basis PEG. Menurut teori salep dengan basis lemak
memiliki sifat antara lain dapat bertahan di kulit pada waktu yang lama dan tidak
memunginkan larinya lembab ke udara, tidak mengering, dan tidak ada perubahan
dengan berjalanya waktu, sukar dicuci, tidak berair, tidak suka air, kerjanya hanya
sebagai penutup dan daya penetrasi kecil sedangkan dengan basis PEG
mempunyai sifat dapat menembus kulit dan memberikan absorbsi sistemik-tidak
berair, larut dalam air, bisa di cuci dengan air, tidak berlemak dan suka air. Jadi
menurut teori, salep dengan basis lemak dapat bertahan lebih lama dikulit atau
mempunyai daya lekat yang lebih baik dibandingkan dengan basis PEG yng
cenderung menembus kulit dan mudah dicuci dengan air. Dapat dikatakan hasil
percobaan sesuai teori.

Uji kemampuan proteksi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar /


kuat perlindungannya terhadap kulit (aksi salep). Yang pertama dilakukan adalah
membasahi kertas dengan pp sebagai indikator dan dikeringkan, setelah kertas
saring kering maka diolesi dengan salep. Pada kertas saring lain dibuat lebih kecil
dan dibatasi dengan paraffin. Sebagai indikator positif dan negatif dari uji
kemampuan proteksi digunakan KOH dan dilihat ada tidaknya warna merah pada
kertas saring tersebut. Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa salep dengan basis
PEG memiliki proteksi yang kuat karena bias menahan warna merah sedangkan
salep dengan basis lemak menghasilkan noda merah. Menurutteori, salep dengan
basis lemak lebih bagus dan tidak menimbulkan waran merah karena sifat lemak
adalah nonpolar dan KOH bersifat polar jadi saling tolak-meolak sehingga lebih
dapat memproteksi, sedangkan basis PEG bersifat polar dan KOH bersifat polar,
sehingga akan terjadi tarik menarik dan memunculkan warna merah kerena
menyerap zat warna merah dan pp akan bereaksi dengan KOH menimbulkan
warna merah. Dapat disimpulkan bahwa salep dengan basis lemak lebih protektif
dari basis PEG yang artinya dapat melindungi kulit terhadap kelembaban udara
dan zat kimia.Namun hasil percobaan tidak sesuai dengan teori, hal tersebut dapat
diakibatkan karena kesalahan pengamatan karena disekitar kertas`saring yang
telah diolesi dengan salep memberikan warna merah. Selain itu, setelah 10 menit
pengamatan warna merah pada salep basis vaselin memudar menjadi tidak
berwarna.

Uji pelepasan obat dari sediaan salep dimaksudkan untuk mengetahui


kecepatan pelepasan obat dari sediaan. Dalam hal ini obat yang terkandung dalam
salep adalah asam salisilat. Uji ini penting untuk mengetahui apakah zat aktif
dapat lepas dari basis dan memberikan efek yang diinginkan dalam waktu yang
cepat, dimana obat akan lepas dari sediaan salep ke medium penerima. Untuk
percobaan ini digunakan alat disolusi diantaranya sel dan membrane selofan yang
diumpamakan sebagai pori- pori kulit manusia dimana membrane selofan
diaktifkan dengan direndam 24 jam dalam air suling. Salep dimasukan dalam sel
dan di tutup dengan membran . Dijaga agar tidak ada gelembung udara karena
dapat mengganggu pelepsan obat dari basis. Medium yang digunakan adalah air
suling 37C diasumsikan sebagai suhu tubuh normal manusia.Diambil 5 mL
padawaktu 5,10,15,25,35, dan 45 . Setelah diambil 5 ml, maka ditambahkan
FeCl3, yang merupakan pereaksi warna sehingga dapat membentuk kompleks
warna dan dapat dibaca pada spektrofotometer visible dengan panjang gelombang
525 nm. Operating time kurang lebih 5-10 menit, kurva baku yang digunakan
adalah Y= 0,1080x + 0,0174. Kadar terkoreksi yang diperolehpadasalep basis
lemakadalah 0% karena absorbansi tidak ada yang masuk range, warna dari basis
lemak lebih cerah dari pada blangko. Kemungkinan percobaan dapat berhasil
apabila dilakukan disolusi denganwaktu yang lebih lama. Untuk kadar terkoreksi
dari salep basis PEG diperoleh hasil sebagai berikut :

Waktu
5 10 15 25 35 45
(Menit)

Kadar
Terkoreksi 6,018 7,9 10,26 13,37 16,40 18,39
(mg%)

Hasil menunjukkan bahwa kadar terkoreksi mengalami kenaikan setiap waktunya.


Dari percobaan dapat dikatakan bahwa kecepatan pelepasan obat lebih baik salep
basis PEG dari pada salep basis lemak. Hal tersebut sesuai dengan teori karena
salep basis PEG yang merupakan basis larut air dapat melunakkan barier stratum
corneum sehingga penghantaran obat ke dalam kulit lebih cepat dibandingkan
dengan vaselin yang berlemak. Barier stratum korneum akan melunak bila ada air.

Untuk mengungkapkan kecepatan pelarutan, maka digunakan metode


khan atau konsep Dissolution Efficiency (DE). Keuntungan dengan menggunakan
metode ini adalah dapat menggambarkan seluruh proses percobaan yang
dimaksudkan dengan suatu harga DE dan dapat menggambarkan hubungan antara
peecobaab in vivo dan in vitro. Kecepatan pelarutan sendiri dapat didefinisikan
sebagai jumah zat yang terlarut dari bentuk sediaan dalam medium tertentu
sebagai fungsi waku. Dari hasil percobaan diketahui bahwa harga DE untuk salep
dengan basis lemak adalah sebesar 0% dan untuk basis PEG 59,52% Ini berarti
salep berbasis PEG lebih baik dalam artian mudah melepaskan obat / zat aktif dari
salep. Menurut literature, harga DE seharusnya> 70%, namunpadapercobaan DE
basis lemakmaupun PEG, harga DE kurangdari 70%.

H. KESIMPULAN
Kontrol kualitas pada percobaan salep berbasis lemak dan salep berbasis PEG
meliputi :

Daya menyebar : Hasil percobaan daya menyebar salep


basis lemak lebih baik dari pada basis PEG.
Daya melekat :Hasil percobaan salep dengan basis lemak
memiliki daya melekat yang lebih baik daripada basis PEG.
Daya proteksi : Hasil percobaan dapat dilihat bahwa salep
dengan basis PEG memiliki proteksi yang kuat karena bias menahan
warna merah sedangkan salep dengan basis lemak menghasilkan noda
merah.
Kecepatanpelepasanobat : Hasil percobaan dapat dikatakan bahwa
kecepatan pelepasan obat lebih baik salep basis PEG dari pada salep
basis lemak.

I. DAFTAR PUSTAKA
Aisah, Nur., 2010, FormulasiSalepMinyakAtsiriRimpangTemuGlenyeh
(Curcuma soloensis. Val) dengan Basis Larut Air dan Basis Lemak
:SifatFisikdanAktivitasAntijamur Candida albicansSecara In Vitro,
UniversitasMuhammadiyah Surakarta, Surakarta
Anief, Moh., 2007, Farmasetika, Penerbit Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Depkes RI, 2014, Farmakope Indonesia EdisiV ,Depkes RI , Jakarta
Hernani,MartYulis., Mufrod, Sugiyono, 2012, FormulasiSalepEkstrak Air
Tokek(Gekko gecko L.) UntukPenyembuhan Luka, MajalahFarmaseutika
,Vol.8 : 1
Niazi,Safraz K., 2009, Handbook Pharmaceutical Manufacturing Formulations,
Informa Healthcare USA, Amerika Serikat

Anda mungkin juga menyukai