Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI NON SOLID DAN


STERIL
“SEDIAAN SEMI SOLID SALEP”
DOSEN PENGAMPU : apt, DEASY CHAIRIN N.H. S.Farm.,M.Clin.Pharm

DISUSUN OLEH :
NAMA : SELLANIA TIFANA
NIM : 1811102415127
KELAS : B KELOMPOK :5

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021
BABI
PENDAHULUAN

A. Judul
Sediaan semi solid salep

B. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan control kualitas sediaan salep meliputi daya
menyebar, daya melekat, dan daya proteksi salep.

C. Latar Belakang
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar pada kulit dengan atau tanpa penggosokkan.
Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep. Sediaan
setengah padat terdiri dari salep, krim, pasta, jeli, cerata dan kataplasma.
Salah satu sediaan farmasi yang berbentuk salep adalah salep kulit yaitu
salep yang dioleskan pada bagian kulit (Mayo et al.2016)
Salep memiliki keuntungan yaitu tidak mengiritasi, memiliki daya
lekat dan distribusi yang baik pada kulit dan tidak menghambat pertukaran
gas dan produksi keringat, sehingga efektivitasnya lebih lama)Suatu obat
dalam bentuk sediaan salep untuk dapat mencapai efektifitas yang
maksimum, perlu dipelajari dengan baik mengenai struktur kulit dan
formulasi sediaan antara lain pemilihan bahan pembawa atau basis, karena
pembawa akan mempengaruhi pelepasan zat aktif dan absorbsinya pada
lapisan kulit (Latifah et al. 2016

BAB II
DASAR TEORI

Salep merupakan sediaan semi solid yang lunak, mudah dioleskan, dan
digunakan sebagai obat luar pada kulit dan membran mukosa. Pelepasan bahan
obat dari basis salep sangat diperhatikan atau sangat dipengaruhi oleh faktor fisika
kimia dari basis maupun bahan obatnya, kelarutannya warna viskositas, ukuran
partikel, homogenitas dan formulasi (Sunari et al. 2018)
Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan
pada kulit sehat, sakit atau terluka dimaksudkan untuk efek topikal. Salep
digunakan untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga
diharapkan adanya penetrasi ke dalam lapisan kulit agar dapat memberikan efek
yang diinginkan (Wilantari et al.2019)
Suatu obat dalam bentuk sediaan salep untuk dapat mencapai efektifitas
yang maksimum, perlu dipelajari dengan baik mengenai struktur kulit dan
formulasi sediaan antara lain pemilihan bahan pembawa atau basis, karena
pembawa akan mempengaruhi pelepasan zat aktif dan absorbsinya pada lapisan
kulit. Sediaan salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidak
terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam
salep harus halus. oleh karena itu pada saat pembuatan salep terkadang
mangalami banyak masalah, saleb yang harus digerus dengan homogen, agar
semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan diserab oleh kulit
(Rahmawati 2016)
Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalam keberhasilan
terapi dengan menggunakan sediaan salep. Pelepasan obat dari sediaan salep
sangat dipengaruhi oleh sifat kimia fisika obat seperti kelarutan, ukuran
partikel dan kekuatan ikatan antara zat aktif dengan pembawanya serta untuk
basis yang berbeda faktor-faktor diatas mempunyai nilai yang berbeda.
Pemilihan formulasi sangat menentukan tercapainya tujuan pengobatan oleh
sebab itu dalam membuat suatu sediaan yang sangat perlu diperhatikan
adalah pemilihan formulasi (Naibaho et al. 2018)
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4
kelompok, antara lain (Susila et al. 2019) :

1. Dasar salep senyawa hidrokarbon,


Dasarsalep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar
salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satudasar salep
tersebut. Dasar salep hidrokarbon, dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep
berlemak antar lain vaselin putih dan salep putiih. Hanya sejumlah kecil
komponen berair dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksud
untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak
sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama
sebagai emolien, dan sukar dicuci , tidak mengering dan tidak tmpak berubah
dalam waktu lama.
2. Dasar salep serap,
Dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok
pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air
membentuk emulsi air dalam minyak (parafi hidrofilik dan lanolin anhidrat),
dan kelompok ke 2 terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat
bercampurdengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep
serap juga dapat bermanfaat sebagai emolien.
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep
hidrofilik dan lebih tepat disebut “krim”(lihat kremores). Dasat ini
dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air”karena mudah dicuci
dikulit ataudilap basah, sehingga dapat diterima untuk dasar
kosmetik.beberpa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar
salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep
ini adalahdapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang
terjdi pada kelainan dermatologik.
4. Dasar salep larut dalam air
Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan
seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan
yang talarut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar
salep ini lebih tepat disebut “gel”.

Asam salisilat merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai fungisidal


dan bakteriostatis lemah. Asam salisilat bekerja keratolis sehingga digunakan
dalam sediaan obat luar terhadap infeksi jamur yang ringan. Asam salisilat
bersifat sukar larut dalam air. Apabila asam salisilat diformulasikan sebagai
sediaan topikal, maka pemilihan dasar salep merupakan hal yang penting
yang akan menentukan efek terapi asam salisilat. Faktor-faktor penting yang
mempengaruhi penetrasi suatu bahan obat ke dalam kulit diantaranya adalah
konsentrasi obat terlarut, koefisien partisi dan koefisien difusi. Bahan obat
yang terlarut yang diikat longgar oleh pembawanya (pembawa mepunyai
afinitas yang rendah terhadap obat atau zat terlarut) menunjukkan koefisien
aktivitas yang tinggi sehingga laju pelepasan obat tersebut tinggi (Astuti et al.
2017)
BAB III
JALANNYA PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Alat daya menyebar
b. Alat dayamelekat
c. Alat daya proteksi
d. Sel disolusi
e. Stirer
f. Stopwatch
g. Kuvet
h. Spektofotometri Uv-Vis
i. Glass ware
j. Gelas ukur L
k. abu ukur
l. Tabung reaksi
m. Rak tabung
n. Pipet volume
o. Sendok tanduk
p. Propipet
q. Timbangan
r. Pipet tetes
2. Bahan
a. Salem asam salisilat basis lemak
b. Salep asam salisilat basis PEG
c. Larutan fenolftaelin
d. Aqauadest
e. Kertas saring
f. Kertas perkamen
g. Membran selofan porous
B. Prosedur Kerja
1. Uji daya menyebar salep
1) Ditimbang salep 0,5 gram diletakkan di tengah alat (kaca bulat)
2) Ditimbang kaca terlebih dahulu karena kata tersebut diletakkan
diatas massa salep dan dibiarkan selama 1 menit
3) Ditimbang berapa salep yang menyebar (dengan mengambil
panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi)
4) Ditambahkan 50 gram beban tambahan, didiamkan selama 1 menit
5) Dicatat diameter salep yang menyebar seperti sebelumnya
6) Di di terus dengan menambah tiap kali dengan bahan tambahan 50
gram , Catat diameter salep yang menyebar setelah 1 menit
7) Digambarkan dalam grafik hubungan antara beban dan luas sayap
yang menyebar
8) Diulangi masing-masing tiga kali untuk tiap salep yang diperiksa
2. Uji daya melekat salep
1) Diletakkan salep secukupnya diatas gelas objek yang telah di
tentukan luasnya
2) Diletakkan gelas objek lain di atas alat tersebut, tekan dengan
beban 1 kg selama 5 menit
3) Dipasang gelas objek pada alat tes
4) Dilepaskan beban seberat 80 gram dan dicatat waktunya hingga
kedua gelas objek tersebut lepas
5) Dilakukan pada formula salep lain masing-masing 3 kali percobaan
3. Uji kemampuan proteksi
1) Diambil sepotong kertas saring
2) Dibasahi dengan larutan fenolftalein untuk indikator setelah itu
kertas dikeringkan atau diangin-anginkan
3) Diolesi kertas tersebut (pada tahap a) dengan salep yang akan
dicoba satu muka seperti lazimnya orang mempergunakan salep
tipis dan rata (b)
4) Pada kertas saring yang lain, dibuat suatu area 2,5 x 2,5 cm
dengan parafin padat yang dilelehkan
5) Setelah kering atau dingin akan didapat areal yang dibatasi
dengan parafin padat (c)
6) Ditempelkan kertas tersebut pada tahap C Diatas Kertas
sebelumnya pada tahap (b)
7) Dibasahi atau ditetesi areal ini dengan larutan KOH 0,1 n
8) Dilihat sebelah kertas yang dibasahi dengan larutan fenolftalein
pada waktu 15; 30; 45 ;60 detik serta 3 dan 5 menit. ada Atau
tidak noda berwarna merah atau kemerahan pada kertas tersebut
9) Kalau tidak Ada noda berarti salep dapat memberikan proteksi
terhadap cairan larutan KOH
10) Percobaan Sebut dilakukan masing-masing tiga kali untuk 1 tipe
basis
4. Uji pelepasan kandungan obat
1) Di di setiap sel disolusi salep dan membran selofan poros
sebelumnya Direndam dulu 24 jam dalam air suling
2) Dengan Alat yang disediakan, salep yang akan dicoba
dimasukkan ke dalam sel sampai penuh, diratakan kemudian
ditimbang
3) Ditutup dengan membran selofan, dijaga supaya tidak ada
gelembung udara antara salep dan membrane
4) Sel Ditutup dengan penutup nya
5) ituang air suling 37 derajat celcius sebanyak 500 ml diambil
dengan labu takar ke Dalam bejana bisa juga dipergunakan beker
gelas dengan tutup
6) Suhu medium dijaga tetap 37 derajat celcius selama percobaan
7) Dimasukkan sel yang telah diisi salep tersebut ke dalam medium.
pengadukan dan pencatatan waktu dijalankan
8) Diambil 5 ml contoh medium pada waktu 5; 10 ;15; 25; 35 dan 45
menit. setiap kali mengambil contoh volume medium
dikembalikan dengan menambahkan 5 ml air suling 37 derajat
Celcius
9) Ditetapkan kadar salisilat dalam contoh tersebut dengan cara cara
5 ml contoh medium ditambahkan 1 ml larutan FeCl3 ditunggu 5
menit untuk reaksi warna
10) Ditetapkan absorban dengan spektrofotometri pada panjang
gelombang 525 nm
11) Dihitung berapa salisilat yang terlarut dalam medium pada tiap
pengambilan tersebut
12) Dilakukan percobaan untuk salep dengan basis yang lain
13) Dibandingkan pelepasan obat dari ke-2 jenis basis salep tersebut
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

A. Hasil

1. Daya menyebar salep


Basis lemak Basis PEG
Penimbangan salep 0,88 g 0,83 g
Bobot kaca 5,734 g 5,734 g

Beban Diameter sebar (mm)


(gram)
Basis lemak Basis PEG
1 2 3 1 2 3
0 28,9 28,6 29,2 26,4 26,6 26,6
50 29,4 29 29,6 26,6 26,8 26,9
100 30,6 31 30,7 26,8 26,9 26,9
150 34,8 34,5 34,9 27 26,9 27

Beban (gram) Rata-rata diameter sebar (mm)


Basis lemak Basis PEG
0 28,9 26,5
50 29,33 26,7
100 30,8 26,9
150 34,7 27
Grafik antara Beban (gram) dengan Basis PEG &
Lemak
40
35
30
25
Basis lemak
Basis

20
Basis PEG
15
Linear (Basis lemak)
10
Linear (Basis PEG)
5
0
0 5 100 150
Benan (gram)

2. Daya melekat salep


Basis lemak Basis PEG
Penimbangan salep
0 ,88 g 0 ,83 g

Replikasi Waktu lekat (detik)


Basis lemak Basis PEG
1 4,55 11,44
2 4,52 10,52
3 3,93 10,82

Waktu lekat (detik) Basis lemak Basis PEG


4,33 10,93

3. Daya proteksi salep


Waktu (detik) Adanya noda merah
Basis lemak Basis PEG
15 + -
30 + -
45 + -
60 + -
180 + -
300 + -

4. Kecepatan pelepasan obat


a. Asam salisilat 10% basis lemak
Waktu Abs X Factor Kadar Factor Kadar Jumlah
(menit) jhjhjhjh pengenceran koreksi terkoreksi obat
(mg)

5 0,203 4,25 1,2 5,1 0 5,1 25,5


10 0,238 10,08 1,2 12,1 0,051 12,151 60,5
15 0,281 17,25 1,2 20,7 0,121 20,821 101,405
25 0,318 23,42 1,2 28,1 0,207 28,307 141,535
35 0,374 32,75 1,2 39,3 0,281 39,581 197,905
45 0,455 46,25 1,2 55,5 0,393 55,893 279,465
Kurva Baku Waktu (menit) vs Absorbansi

Absorbansi
0,5

0,4
Absorbansi

0,3

0,2
y = 0,005955789x + 0,177494737
0,1 R2 = 0,987731907
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)

Perhitungan
1) Kurva baku y = 0,005955789x + 0,17749737
= 0,006x + 0,1775

2) Factor pengenceran
Fp = 6/5 = 1,2
3) Kadar dari menit ke 5, 10, 15, 25, 35 dan 45
• 5 menit
Y = 0,006x + 0,1775
0,203 = 0,006x + 0,1775
0,203 – 0,1775 = 0,006 x
0,0255 = 0,006 x
X = 0,0255/0,006 = 4,25
Kadar = x . Fp
= 4,25 x 1,2
= 5,1
 10 menit
Y = 0,006x + 0,1775
0,238 = 0,006x + 0,1775
0,238 – 0,1775 = 0,006 x
0,0605 = 0,006 x
X = 0,0605/0,006 = 10,08
Kadar = x . Fp
= 10,08 x 1,2
= 12,1
• 15 menit
Y = 0,006x + 0,1775
0,281 = 0,006x + 0,1775
0,281 – 0,1775 = 0,006 x
0,1035 = 0,006 x
X = 0,1035/0,006 = 17,25
Kadar = x . Fp
= 15,25 x 1,2
= 20,7
• 25 menit
Y = 0,006x + 0,1775
0,318 = 0,006x + 0,1775
0,318 – 0,1775 = 0,006 x
0,1405 = 0,006 x
X = 0,1405/0,006 = 23,42
Kadar = x . Fp
= 23,42 x 1,2
= 28,1
• 35 menit
Y = 0,006x + 0,1775
0,374 = 0,006x + 0,1775
0,374 – 0,1775 = 0,006 x
0,1965 = 0,006 x
X = 0,1965/0,006 = 32,75
Kadar = x . Fp
= 32,75 x 1,2
= 39,3
• 45 menit
Y = 0,006x + 0,1775
0,455 = 0,006x + 0,1775
0,455 – 0,1775 = 0,006 x
0,2775 = 0,006 x
X = 0,2775/0,006 = 46,25
Kadar = x . Fp
= 46,25 x 1,2
= 55,5

4) Faktor koreksi
• 5 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 0
=0
• 10 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 5,1
= 0,051
• 15 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 12,1
= 0,121
• 25 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 20,7
= 0,207
• 35 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 28,1
= 0,281
• 45 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 39,3
= 0,393
5) Kadar terkoreksi
• 5 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 5,1 + 0
= 5,1
• 10 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 12,1 + 0,051
= 12,151
• 15 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 20,7 + 0,121
= 20,821
• 25 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 28,1 + 0,207
= 28,307
• 35 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 39,3 + 0,281
= 39,581
• 45 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 55,5 + 0,393
= 55,893
6) Jumlah obat
• 5 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 5,1 x 5
= 25,5
• 10 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 12,1 x 5
= 60,5
• 15 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 20,821 x 5
= 101,405
• 25 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 28,307 x 5
= 141,535
• 35 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 39,581 x 5
= 197,905
• 45 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 55,893 x 5
= 279,465
7) Perhitungan DE45 basis lemak
a. L1 = ½ x a x t = ½ x 25,5 x 5 = 63,75
b. L2 = ½ x (a1 + a2) t = ½ x (25,5 + 60,5) x 5 = 215
c. L3 = ½ x (a1 + a2) t = ½ x (60,5 + 101,405) x 5 = 404,763
d. L4 = ½ x (a1 + a2) t = ½ x (101,405 + 141,535) x 10 =
1214,7
e. L5 = ½ x (a1 + a2) t = ½ x (141,535 + 197,905) x 10 =
1697,2
f. L6 = ½ x (a1 + a2) t = ½ x (197,905 + 279,465) x 10 =
2386,85

8) Luas bidang
A = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 + L6 = 63,75 + 215 + 404,763 +
1214,7 + 1697,2 + 2386,85 = 5982,263
9) Luas bidang (A+B) = waktu maks x % maks
= 45 menit x 100%
= 4500 menit %
10) DE45
DE45 = (Luas bidang A / Luas bidang (A+)) x 100%
= (5982,263/4500) x 100%
= 132,94 %
g. Asam salisilat 10% basis PEG
Waktu Abs x Factor Kadar Factor Kadar Jumlah
(menit) pengenceran koreksi terkoreksi obat
(mg)

5 0,570 4,336 1,2 5,2032 0 5,2032 26,016


10 0,745 11,336 1,2 13,6032 0,052 13,6552 68,275
15 0,815 14,136 1,2 16,9632 0,136 17,0992 85,469
25 1,112 26,016 1,2 31,2192 0,170 31,2892 156,446
35 1,361 35,976 1,2 43,1712 0,312 43,4832 217,416
45 1,586 44,975 1,2 53,9712 0,432 54,4032 272,016

Kurva baku Waktu (menit) vs Absorbansi

Absorbansi
1,8
1,6
1,4
1,2
Absorbansi

1
0,8
0,6
0,4 y = 0,025328421x + 0,461610526
0,2 R2 = 0,996544065
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (meit)

Perhitungan
1) Persaman regresi y = 0,025328421x + 0,461610526 y = 0,025x +
0,4616

2) Factor pengenceran
Fp = 6/5 = 1,2
3) Kadar pada menit ke 5, 10, 15, 25, 35 dan 45
• 5 menit y = 0,025x +
0,4616 0,570 = 0,025x +
0,4616
0,570-0,4616 = 0,025x
0,1084 = 0,025x
X = 0,1084/0,025
X = 4,336
Kadar = x . Fp
Kadar = 4,336 x 1,2
Kadar = 5,2032
• 10 menit y = 0,025x +
0,4616 0,745 = 0,025x +
0,4616
0,745-0,4616 = 0,025x
0,2834 = 0,025x
X = 0,2834/0,025
X = 11,336
Kadar = x . Fp
Kadar = 11,336 x 1,2
Kadar = 13,6032
• 15 menit y = 0,025x +
0,4616 0,815 = 0,025x +
0,4616
0,815-0,4616 = 0,025x
0,3534 = 0,025x
X = 0,3534/0,025
X = 14,136
Kadar = x . Fp
Kadar = 14,136 x 1,2
Kadar = 16,9632
• 25 menit y = 0,025x +
0,4616 1,112 = 0,025x +
0,4616
1,112-0,4616 = 0,025x
0,6504 = 0,025x
X = 0,6504/0,025
X = 26,016
Kadar = x . Fp
Kadar = 26,016 x 1,2
Kadar = 31,2192
• 35 menit y = 0,025x +
0,4616 1,361 = 0,025x +
0,4616
1,361-0,4616 = 0,025x
0,8994 = 0,025x
X = 0,8994/0,025
X = 35,976
Kadar = x . Fp
Kadar = 35,976 x 1,2
Kadar = 43,1712
• 45 menit y = 0,025x +
0,4616 1,586 = 0,025x +
0,4616
1,586-0,4616 = 0,025x
1,1244 = 0,025x
X = 1,1244/0,025
X = 44,976
Kadar = x . Fp
Kadar = 44,976 x 1,2
Kadar = 53,9712

4) Factor koreksi
• 5 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 0
=0
• 10 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 5,2032
= 0,052032 = 0,052
• 15 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 13,6032
= 0,136032 = 0,136
• 25 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 16,9632
= 0,169632 = 0,170
• 35 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 31,2192
= 0,312192 = 0,312
• 45 menit
Faktor koreksi = 5/500 x kadar pada menit sebelumnya
= 5/500 x 43,1712
= 0,431712 = 0,432
5) Kadar terkoreksi
• 5 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 5,2032 + 0
= 5,2032
• 10 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 13,6032 + 0,052
= 13,6552
• 15 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 16,9632 + 0,136
= 17,0992
• 25 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 31,2192 + 0,170
= 31,2892
• 35 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 43,1712 + 0,312
= 43,4832
• 45 menit
Kadar terkoreksi = kadar + factor koreksi
= 53,9712 + 0,432
= 54,4032
6) Jumlah obat
• 5 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 5,2032 x 5
= 26,016
• 10 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 13,6552 x 5
= 68,275
• 15 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 17,0992 x 5
= 85,469

• 25 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 31,2892 x 5
= 156,446
• 35 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 43,4832 x 5
= 217,416
• 45 menit
Jumlah obat = kadar terkoreksi x 5
= 54,4032 x 5
= 272,016
7) Perhitungan DE45 basis PEG
a. L1 = ½ x a x t = ½ x 26,016 x 5 = 65,04
b. L2 = ½ x (a1 + a2) t = ½ (26,016 + 68,275) x 5 = 235,728
c. L3 = ½ x (a1 + a2) t = ½ (68,275 + 85,469) x 5 = 384,36
d. L4 = ½ x (a1 + a2) t = ½ (85,469 + 156,446) x 10 = 1209,575
e. L5 = ½ x (a1 + a2) t = ½ (156,446 + 217,416) x 10 = 1869,31
f. L6 = ½ x (a1 + a2) t = ½ (217,416 + 272,016) x 10 = 2447,16
8) Luas bidang
A = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 + L6 = 65,04 + 235,728 + 384,36 +
1209,575 + 1869,31 + 2447,16 = 6211,173
9) Luas bidang (A+B) = waktu maks x % maks
= 45 menit x 100%
= 4500 menit %
10) DE45
DE45 = (Luas bidang A / Luas bidang (A+)) x 100%
= (6211,173/4500) x 100%
= 138,03 %

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul sediaam semi solid salep
bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan control kualitas sediaan
salep meliputi daya menyebar, daya melekat, dan daya proteksi salep.
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam
dasar atau basis salep yang cocok. Salep dapat mengandung obat atau tidak
mengandung obat disebut dengan basis salep
Praktikum kali ini salep dengan bahan aktif asam salisilat dengan
basis lemak dan basis PEG dilakukan uji control kualitas salep diantaranya
yaitu daya menyebar, daya melekat, dan daya proteksi salep. Pada salep
asam salisilat basis lemak diperoleh hasil lebih baik yang mana diameter
penyebarannya lebih luas dibandingkan dengan salep yang berbasi PEG
hal ini bisa terjadi kemungkinan dikarenakan dengan basis lemak. Hal ini
dikarenakan basis larut air jenis PEG berupa padatan semi kristalin, mudah
larut dalam air hangat tetapi mudah menguap pada suhu kamar
sehingga berupa padatan. Hal ini mengakibatkan konsistensi salep
meningkat sehingga massa salep menjadi semakin padat dan keras
sehingga susah dalam hal pengolesan dan lebih susah menyebar.
Sedangkan basis lemak mempunyai konsistensi yang lebih lunak
sehingga menyebabkan salep lebih mudah menyebar dan lebih mudah
dalam pengolesan. Namun untuk kedua jenis salep ini luas penyebaran nya
kurang dari yang
seharusnya, pada literature persyaratan daya sebar untuk sediaan
topikal yaitu sekitar 5-7 cm sedangkan dari hasil percobaan diatas
penyebaran paling luas 34,9 mm / 3,94 cm (basis lemak) dan 27 mm/2,7
cm(basis PEG). Hal ini kemungkinan terjadi karena beban yang diberikan
kurang sehingga tekanan yang diperoleh pun kurang (Natalia et al. 2018)
Pada uji daya lekat salep, salep basis PEG lebih lama dibandingkan
dengan basis salep lemak. Hal ini dikarenakan PEG merupakan basis salep
larut air hanya mengandung komponen yang larut dengan air. Seperti
halnya basis tercuci basis ini juga hilang bila dicuci dengan air. Basis ini
tidak mengandung bahan berlemak dan mudah melunak dan viskositas
dengan basis PEG dikatakan lebih rendah sehingga lebih mudah dan lama
melekat pada medium (Natalia et al. 2018)
Pada uji daya proteksi salep, Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui kekuatan salep melindungi kulit dari pengaruh luar pada
waktu pengobatan. Salep dengan basis lemak dengan seluruh waktu
pecobaan menandakan positif adanya noda merah hal ini bisa dikatakan
bahwa basis lemak tidak bisa memproteksi dari larutan KOH sedangkan
pada basis PEG tidak menimbulkan warna merah. Sedangkan pada
literature lemak bersifat non polar dan KOH bersifat polar sehingga akan
etrjadi penolakan dan lemak pun bisa melindungi diri dari larutan KOH.
Sedangkan PEG bersifat sama-sama polar dengan KOH sehingga akan
mengakibatkan gaya Tarik menarik dan nantinya salep akan terkena
larutan KOH dan timbul warna merah. Hasil percobaan tidak sesuai
dengan literature hal ini bisa terjadi kemungkinan dikarenakan kesalahan
pada proses pembuatan salep, misalnya kurang homogen sehingga ketika
bagian salep yang tidak tercampur dengan lemak tidak akan terlindungi
dan akan memunculkan warna merah ketika diberi larutan KOH (Natalia
et al. 2018)
Pada uji kecepatan pelepasan obat jumlah obat yang lepas dari basis
rata-rata basis PEG lebih besar dari pada basis lemak. Hal ini berkaitan
dengan viskositas. Viskositas akan mempengaruhi pelepasan obat, pada
viskositas yang rendah koefisien difusi obat akan menjadi tinggi sehingga
pelepasan obat menjadi besar dan sebaliknya sehingga salep akan lebih
cepat terabsorbsi dan pelepasan obat segera terjadi (Natalia et al. 2018)
Dissolution efficiency (DE) menyatakan perbandingan antara luas
daerah di bawah kurva kecepatan pelarutan dan daerah pada waktu yang
sama menggambarkan 100% obat terlarut dalam media. Pada hasil
percobaan diperoleh hasil DE basis lemak adalah 132,94 % dan DE basis
PEG adalah 138,03 %. Keduanya memenuhi persyaratan untuk DE yaitu
>70% (Nugroho et al. 2015)

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada salep asam salisilat basis lemak diperoleh hasil lebih baik yang mana
diameter penyebarannya lebih luas dibandingkan dengan salep yang berbasi PEG.
Pada uji daya lekat salep, salep basis PEG lebih lama dibandingkan dengan basis
salep lemak. Salep dengan basis lemak dengan seluruh waktu pecobaan
menandakan positif adanya noda merah hal ini bisa dikatakan bahwa basis lemak
tidak bisa memproteksi dari larutan KOH sedangkan pada basis PEG tidak
menimbulkan warna merah. Pada uji kecepatan pelepasan obat jumlah obat yang
lepas dari basis rata-rata basis PEG lebih besar dari pada basis lemak. DE basis
lemak adalah 132,94 % dan DE basis PEG adalah 138,03 %. Keduanya
memenuhi persyaratan untuk DE yaitu >70%.

B. Saran
1. Diharapkan praktikan untuk melakukan praktik dengan teliti dan dengan
menggunakan kecermatan yang baik.
2. Melakukan percobaan dengan kesterilan yang baik
3. Diharapkan praktikan untuk lebih teliti dalam melakukan percobaan

DAFTAR PUSTAKA

Asuti, I.Y., Sudirman,I., Hidayati, U. 2017. Pengaruh Konsentrasi Adeps Lanae


dalam Dasar Salep Cold Cream terhadap Pelepasan Asam Salisila. Pharmacy.
5(1):22-2.

Latifah, F., Sugihartini, N., Yumowono, TT. 2016. Evaluation of Physical


Properties and Irrtitation Index of Lotion Conatining Syzigium aromaticum
Clove Essential Oil at Various Concentrastion. Traditional Medicine Journal.
21 (1):1-5.

Naibaho, O.H., Paulina, V.Y.Y., Wiyono, W. 2018. Pengauh Basis Salep


Terhadap
Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi pada Kulit Punggung Kelinci yang
Dibuat Infeksi Staphylococcus aureus. Pharmacon. 2 (2):27-31
Natalia, D., Erika, B.R., Aninjaya, M. 2018. Uji Evaluasi Salep Minyak Atsiri
Rimpang Lengkuas Merah Basis Lemak Dan Basis Larut Air Terhadap
Aktivitas Candida albicans. STIKES Duta Gama Klaten.

Nugroho, B.H., Dewi, S., Syukri, Y. 2015. Karakterisasi Dispersi Padat Ibu
ProfenSSG (Sodium Starch Glycolat) dengan Teknik Kneading. Jurnal Ilmiah
Farmasi. 7 (1)

Maya, P.P., Ayuningtias, F.W. 2016. Anti-inflammatory Effect of Cream and


Ointment from 2,5-bis-(4-Nitrobenzilidine) Cydopentanoneagainst Edema in
Mice Induced by Formalin. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical
Research. 1 (2):102-111.

Rahmawati, O.N. 2016. Pengaruh penggunaan Tipe Basis Salep Hidrokarbon dan
mudah icuci Air dalam Formulasi Sediaan salep Fraksi Heksan Herba
Pegagan (Centella asiatiaa L.) TerhadapmSifat Fisik dan Kontrol
Kualitasnya.
Surakarta : UNC.
Sunari, A.A.M.S., Artini, N/P.r., Apsan, D.P. 2018. Perbandingan Kualitas Krim
Antara Basis Ades Lanae Dengan Ghee (Mentega usu Sapi). Universitas
Hindu Indonesia.

Susila, T.L., Yunianti, B., Winarsi, B. 2019. Formulaasi Sediaan Setengah padat
Salep dan Krim Ekstrak Daun Kemangi (Ocinum sanctum L.). STIKES Citra
Husana Mandiri Kupang.

Anda mungkin juga menyukai