Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Penetapan Parameter Farmakokinetik Model 1 Kompartemen Terbuka Data
Urin
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menguasai model dan rumus model 1 kompartemen terbuka
pada pemberian intravaskular dan ekstravaskular.
2. Mahasiswa mampu menggunakan rumus model 1 kompartemen terbuka pada
data urin.
C. Latar Belakang
Parameter farmakokinetika suatu obat diperoleh dari hasil pengukuran kadar
obat tak berubah atau metabolitnya di dalam cairan tubuh (darah, urin, saliva atau
cairan lainnya). Oleh karena itu, pemahaman terhadap langkah-langkah analisis
obat dalam cairan tubuh merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian
farmakokinetika. Termasuk dalam langkah-langkah tersebut meliputi (Nasution
dkk, 2019):
1. Mencari jangka waktu larutan obat memiliki resapan tetap
2. Mencari panjang gelombang larutan obat dengan resapan terbesar
3. Membuat kurva baku eksternal / internal.
4. Mencari harga perolehan kembali (ketelitian metode)
5. Mencari koefisien variansi (ketepatan metode)
Kompartemen farmakokinetik dari obat pada setiap tahap perlu ditetapkan
secara kuantitatif dan dijelaskan dengan bantuan parameter farmakokinetik.
Parameter farmakokinetik ditentukan dengan perhitungan matematika dari data
kinetika obat di dalam plasma atau di dalam urin yang diperoleh setelah pemberian
obat melalui berbagai rute pemberian, baik secara intravaskular atau
ekstravaskular.
Model farmakokinetik ini dapat digunakan untuk (Nurita, 2019):
1. Memperkirakan jumlah kadar obat dalam plasma, jaringan, dan urin pada
berbagai pemakaian dosis.
2. Menghitung pemakaian dosis maksimal untuk tiap penderita secara individu.
3. Memperkirakan kemungkinan adanya akumulasi obat dan / metabolit-
metabolit.
4. Menghubungkan konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologi atau
toksikologi.
5. Menilai laju availabilitas antar bioekivalensinya.
6. Menggabungkan perubahan suatu penyakit yang dapat mempengaruhi absorbsi,
distribusi, atau eliminasi obat.
7. Menjelaskan interaksi obat.
Sistem urin adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal
dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zat yang
tidak diperlukan. Sebanyak 1 cc urin dihasilkan oleh kedua ginjal kiri dan kanan
setiap menitnya dan dalam 2 jam dihasilkan sekitar 120 cc urin yang akan mengisi
kandung kemih. Saat kandung kemih sudah terisi urin sebanyak itu mulai terjadi
rangsangan pada kandung kemih sehingga yang bersangkutan dapat
merasakannya. Keinginan mengeluarkan mulai muncul, tetapi biasanya masih bisa
ditahan jika volumenya masih berkisar dibawah 150 cc. (Sheerwood, 2011)
Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. (Washudi dkk, 2016)
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. (Washudi dkk, 2016)
Faktor-faktor tertentu dapat mempersulit untuk mendapatkan data ekskresi
urin yang sahih. Beberapa faktor tersebut adalah (Shargel et al, 2012):
1. Suatu fraksi yang bermakna dari obat tidak berubah harus diekskresi dalam
urin.
2. Teknik penetapan kadar harus spesifik untuk obat tidak berubah, dan harus
tidak dipengaruhi oleh metabolit-metabolit obat yang mempunyai struktur
kimia yang serupa.
3. Diperlukan pengambilan cuplikan yang sering untuk mendapatkan gambaran
kurva yang baik.
4. Cuplikan hendaknya dikumpulkan secara berkala sampai hamper semua obat
diekskresi. Suatu grafik dari kumulatif obat yang diekskresi vs waktu akan
menghasilkan kurva yang mendekati “asimtot” pada waktu yang tak berhingga.
Dalam praktek diperlukan kurang lebih 7 t1/2 eliminasi untuk mengeliminasi
99% obat.
5. Perbedaan pH urin dan volume dapat menyebabkan perbedaan laju ekskresi
urin yang bermakna.
a. Menghitung Du/dt
Rumus :
1. 0-2 jam =
= 70 mg/jam
2. 2-4 jam =
= 80 mg/jam
3. 4-6 jam =
= 94,5 mg/jam
4. 6-8 jam =
= 75 mg/jam
5. 8-10 jam =
= 71 mg/jam
6. 10-12 jam =
= 60,5 mg/jam
7. 12-14 jam =
= 45 mg/jam
b. Menghitung Ln Du/dt
1. 4,248
2. 4,382
3. 4,548
4. 4,317
5. 4,262
6. 4,102
7. 3,806
T mid Vs Ln Du/dt
8 y = -0.2165x + 7.3866
7 R² = 0.941
6
5
Ln Du/dt
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
T mid
Persamaan: Persamaan:
y = -0,0388x + 4,5094 y = -0,0388x + 4,5094
A = 4,5094 A = 4,5094
B = -0,0388 B = -0,0388
Dimana: Dimana:
y = Ln (Ke.Dbo)-k.t y = Ln (Ke.Dbo)-k.t
Ln (Ke.DBo) = A -k = B
Ln (Ke.Dbo) = 4,5094 -k = -0,0388
Ke.Dbo = anti Ln 4,5094 K eliminasi = 0,0388/Jam
Ke.Dbo = 90,8672
Ke = 90,8672/500
K(ekskresi) = 0,1817/Jam
K eliminasi = K ekskresi + K metabolisme
0,0388 = 0,1817 + K metabolisme
K metabolisme = 0,0388 - 0,1817
K metabolisme = -0,1429
4. Metode T1/2
T1/2 =
T1/2 =
T Vs Ln Du∞Du kum
8
7
6
Ln Du∞Du kum
5
y = -0.2165x + 7.3866
4 R² = 0.941
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
T (Jam)
Persamaan Linear
y = -0,2165x + 7,3866
A = 7,3866
B = -0,2165
Dimana:
Ln Du ∞ Du kum = LnDu ∞ -k.t
Ln Du∞ = 7,3866
Ln Du∞ = 1614,208
Nilai K = Nilai B = 0,2165/Jam
Nilai T1/2 =
T1/2 =
Putri, B.R., Ramadhani, S., Wijaya, A., dan Katarina. 2016. Penentuan Parameter
Farmakokinetika Salisilat Dengan Data Urin. Purwekerto: Universitas Jenderal
Soedirman.
Suwandi, dkk. 2018. Kadar Puncak (Cmax), Waktu Puncak (Tmax), Waktu Paruh
(T½) dan Bersihan Teobromin pada Sukarelawan Sehat setelah Pemberian
Dark Chocolate Bar Per Oral. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 6 (no. 2)