Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA TERAPAN


“Penetapan Parameter Farmakokinetik Model 1 Kompartemen Terbuka Data Urin”

Disusun Oleh :

Nama : Putri Khairunnisa


Nim : 1911102415036
Kelas :A
Kelompok :3
Dosen pengampu : Apt. Ika Ayu Mentari, M. Farm

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum
Penetapan Parameter Farmakokinetik Model 1 Kompartemen Terbuka Data
Urin
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menguasai model dan rumus model 1 kompartemen terbuka
pada pemberian intravaskular dan ekstravaskular.
2. Mahasiswa mampu menggunakan rumus model 1 kompartemen terbuka pada
data urin.
C. Latar Belakang
Parameter farmakokinetika suatu obat diperoleh dari hasil pengukuran kadar
obat tak berubah atau metabolitnya di dalam cairan tubuh (darah, urin, saliva atau
cairan lainnya). Oleh karena itu, pemahaman terhadap langkah-langkah analisis
obat dalam cairan tubuh merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian
farmakokinetika. Termasuk dalam langkah-langkah tersebut meliputi (Nasution
dkk, 2019):
1. Mencari jangka waktu larutan obat memiliki resapan tetap
2. Mencari panjang gelombang larutan obat dengan resapan terbesar
3. Membuat kurva baku eksternal / internal.
4. Mencari harga perolehan kembali (ketelitian metode)
5. Mencari koefisien variansi (ketepatan metode)
Kompartemen farmakokinetik dari obat pada setiap tahap perlu ditetapkan
secara kuantitatif dan dijelaskan dengan bantuan parameter farmakokinetik.
Parameter farmakokinetik ditentukan dengan perhitungan matematika dari data
kinetika obat di dalam plasma atau di dalam urin yang diperoleh setelah pemberian
obat melalui berbagai rute pemberian, baik secara intravaskular atau
ekstravaskular.
Model farmakokinetik ini dapat digunakan untuk (Nurita, 2019):
1. Memperkirakan jumlah kadar obat dalam plasma, jaringan, dan urin pada
berbagai pemakaian dosis.
2. Menghitung pemakaian dosis maksimal untuk tiap penderita secara individu.
3. Memperkirakan kemungkinan adanya akumulasi obat dan / metabolit-
metabolit.
4. Menghubungkan konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologi atau
toksikologi.
5. Menilai laju availabilitas antar bioekivalensinya.
6. Menggabungkan perubahan suatu penyakit yang dapat mempengaruhi absorbsi,
distribusi, atau eliminasi obat.
7. Menjelaskan interaksi obat.
Sistem urin adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal
dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zat yang
tidak diperlukan. Sebanyak 1 cc urin dihasilkan oleh kedua ginjal kiri dan kanan
setiap menitnya dan dalam 2 jam dihasilkan sekitar 120 cc urin yang akan mengisi
kandung kemih. Saat kandung kemih sudah terisi urin sebanyak itu mulai terjadi
rangsangan pada kandung kemih sehingga yang bersangkutan dapat
merasakannya. Keinginan mengeluarkan mulai muncul, tetapi biasanya masih bisa
ditahan jika volumenya masih berkisar dibawah 150 cc. (Sheerwood, 2011)
Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. (Washudi dkk, 2016)
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. (Washudi dkk, 2016)
Faktor-faktor tertentu dapat mempersulit untuk mendapatkan data ekskresi
urin yang sahih. Beberapa faktor tersebut adalah (Shargel et al, 2012):
1. Suatu fraksi yang bermakna dari obat tidak berubah harus diekskresi dalam
urin.
2. Teknik penetapan kadar harus spesifik untuk obat tidak berubah, dan harus
tidak dipengaruhi oleh metabolit-metabolit obat yang mempunyai struktur
kimia yang serupa.
3. Diperlukan pengambilan cuplikan yang sering untuk mendapatkan gambaran
kurva yang baik.
4. Cuplikan hendaknya dikumpulkan secara berkala sampai hamper semua obat
diekskresi. Suatu grafik dari kumulatif obat yang diekskresi vs waktu akan
menghasilkan kurva yang mendekati “asimtot” pada waktu yang tak berhingga.
Dalam praktek diperlukan kurang lebih 7 t1/2 eliminasi untuk mengeliminasi
99% obat.
5. Perbedaan pH urin dan volume dapat menyebabkan perbedaan laju ekskresi
urin yang bermakna.

Parameter farmakokinetik dapat diukur dengan menggunakan data urin.


Kelebihan data urin antara lain :
1. Data urin menggambarkan secara langsung jumlah obat dalam badan.
2. Kadar obat dalam urin lebih banyak daripada dalam darah.
3. Volume yang tersedia lebih besar.
Kekurangan data urin antara lain :
1. Pengosongan kandung kemih sempurna sulit diperleh.
2. Dapat terjadi dekomposisi obat selama penyimpanan.
3. Kemungkinan terjadi hidrolisis konjugat metabolit yang tidak stabil dalam
urin.
D. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Kertas grafik semilog
2. Alat tulis
3. Kalkulator
b. Bahan
1. Hewan uji
2. Aspirin
E. Prosedur Kerja
1. Dosen pengampu membagi kelompok mahasiswa
2. Dosen menjelaskan SOP praktikum
3. Hewan uji dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok aspirin oral dan
aspirin injeksi
4. Timbang hewan uji dan berikan aspirin dengan dosis yang sesuai
5. Hewan uji diberikan 400 ml
a. Urin ditampung di blanko
b. 1 ml urin + 5 ml pereaksi Trinder
c. Kocok homogen dengan vortex
d. Ukur absorbansi dan hitung parameter farmakokinetik
BAB II
HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

1. Kadar Sampel Urine


T (Jam) Volume Urine (mL) Konsentrasi (mg/mL) Du (mg)
0-2 10 0,98 140
2-4 16 0,85 160
4-6 13 0,775 189
6-8 17 0,612 150
8-10 14 0,310 142
10-12 20 0,192 121
12-14 27 0,0621 90

2. Metode T Mid (Ekskresi Renal)


T (Jam) Du(mg) Du/dt T mid Ln Du/dt
0-2 140 70 1 4,248
2-4 160 80 3 4,382
4-6 189 94,5 5 4,548
6-8 150 75 7 4,317
8-10 142 71 9 4,262
10-12 121 60,5 11 4,102
12-14 90 45 13 3,806

a. Menghitung Du/dt
Rumus :

1. 0-2 jam =

= 70 mg/jam
2. 2-4 jam =

= 80 mg/jam
3. 4-6 jam =

= 94,5 mg/jam
4. 6-8 jam =

= 75 mg/jam

5. 8-10 jam =

= 71 mg/jam

6. 10-12 jam =

= 60,5 mg/jam

7. 12-14 jam =

= 45 mg/jam
b. Menghitung Ln Du/dt
1. 4,248
2. 4,382
3. 4,548
4. 4,317
5. 4,262
6. 4,102
7. 3,806

3. Regresi Linear T mid vs Ln Du/dt

T mid Vs Ln Du/dt
8 y = -0.2165x + 7.3866
7 R² = 0.941
6
5
Ln Du/dt

4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
T mid

Persamaan: Persamaan:
y = -0,0388x + 4,5094 y = -0,0388x + 4,5094
A = 4,5094 A = 4,5094
B = -0,0388 B = -0,0388
Dimana: Dimana:
y = Ln (Ke.Dbo)-k.t y = Ln (Ke.Dbo)-k.t
Ln (Ke.DBo) = A -k = B
Ln (Ke.Dbo) = 4,5094 -k = -0,0388
Ke.Dbo = anti Ln 4,5094 K eliminasi = 0,0388/Jam
Ke.Dbo = 90,8672
Ke = 90,8672/500
K(ekskresi) = 0,1817/Jam
K eliminasi = K ekskresi + K metabolisme
0,0388 = 0,1817 + K metabolisme
K metabolisme = 0,0388 - 0,1817
K metabolisme = -0,1429
4. Metode T1/2
T1/2 =

T1/2 =

T1/2 = 17,8608 Jam


5. Metode ARE
T (Jam) Du(mg)
0-2 140
2-4 160
4-6 189
6-8 150
8-10 142
10-12 121
12-14 90

T (Jam) Du(mg) Du Kumulatif Du∞Du kum Ln Du∞Du kum


0-2 140 140 852 6,74758
2-4 160 300 692 6,53958
4-6 189 489 503 6,22059
6-8 150 639 353 5,86646
8-10 142 781 211 5,35185
10-12 121 902 90 4,49980
12-14 90 992 0 -
a. Menghitung Du Kumulatif
Rumus : Du Kumn-1 + Dun
1. Du Kumulatif = 0 + 140 = 140
2. Du Kumulatif = 140 + 160 = 300
3. Du Kumulatif = 300 + 189 = 489
4. Du Kumulatif = 489 + 150 = 639
5. Du Kumulatif = 639 + 142 = 781
6. Du Kumulatif = 781 + 121 = 902
7. Du Kumulatif = 902 + 90 = 992
b. Menghitung Du∞Du kum
Rumus = Du Kumulatif - Dun
1. 992 – 140 = 852
2. 852 – 160 = 692
3. 692 – 189 = 503
4. 503 – 150 = 353
5. 353 – 142 = 211
6. 211 – 121 = 90
7. 90 – 90 = 0
c. Menghitung Ln Du∞Du kum
1. 6,74758
2. 6,53958
3. 6,22059
4. 5,86646
5. 5,35185
6. 4,49980
6. Regresi Linear T vs Ln Du∞Du kum

T Vs Ln Du∞Du kum
8
7
6
Ln Du∞Du kum

5
y = -0.2165x + 7.3866
4 R² = 0.941
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
T (Jam)

Persamaan Linear
y = -0,2165x + 7,3866
A = 7,3866
B = -0,2165
Dimana:
Ln Du ∞ Du kum = LnDu ∞ -k.t
Ln Du∞ = 7,3866
Ln Du∞ = 1614,208
Nilai K = Nilai B = 0,2165/Jam
Nilai T1/2 =

T1/2 =

T1/2 = 3,2009 Jam


BAB III
PEMBAHASAN

Penetapan parameter farmakokinetik model 1 kompartemen terbuka data urin


yang bertujuan agar mahasiswa mampu menguasai model dan rumus model 1
kompartemen terbuka pada pemberian intravaskular dan ekstravaskular serta agar
mahasiswa mampu menggunakan rumus model 1 kompartemen terbuka pada data
urin.
Pada pengujian kali ini penetapan parameter farmakokinetik dapat dilihat
bahwa termasuk ke dalam model 1 kompartemen dikarena grafik menurun seiring
berjalannya waktu, semakin berkurangnya secara konstan hingga waktu tertentu
sampai konsetrasi obat didalam tubuh habis dan terjadi proses eliminasi obat
(Notario, 2018).
Keuntungan pengambilan sampel melalui urin tidak memerlukan alat khusus
(such as jarum kupu-kupu) dan bersifat tidak menyakitkan (non-infasive).
Pengambilan cuplikan dari data urin memberikan proses analisis yang lebih mudah
karena tidak terdapat protein yang terlarut di urin seperti pada plasma, sehingga
pemisahannya lebih mudah. untuk diekstraksi menggunakan pelarut organic dan jenis
senyawa yang umum terdapat dalam urin larut air, sedangkan sebagian besar obat
larut lemak, sehingga dapat diekstrasi dengan pelarut yang sesuai. (Putri Dkk, 2016)
Kekurangan dengan menggunakan data urin yaitu perbedaan pH dan volume
urin dapat menyebabkan perbedaan yang bermakna terhadap laju ekskresi urin. Oleh
karena itu, dalam pengambilan data urin perlu diberitahukan kepada pasien untuk
mengambil cuplikan urin yang lengkap atau pengosongan kandung kemih 10 yang
sempurna dimana jika pengambilan data urin kurang sempurna maka akan
menyebabkan kesalahan penentuan kadar serta parameter farmakokinetiknya. (Putri
Dkk, 2016)
Metode rate (T MID) adalah perhitungan parameter farmakokinetika dilakukan
berdasarkan pada perkiraan data tengah (Mid Point Time) tiap interval
pengambilan sampel urin. Pada tetapan kecepatan eliminasi orde-pertama (k) bisa
juga dihitung menggunakan data urin setelah obat diberikan secara
intravascular dosis tunggal, yang farmakokinetikanya diterangkan dengan modelsatu
kompartemen terbuka (Hakim, 2013).
Metode sigma minus (ARE) adalah perhitungan parameter farmakokinetika
langsung menggunakan data yang diperoleh tanpa mencari data tengah. Pengambilan
sampel urin dalam metode Sigma-minus akan berpengaruh pada jumlah kumulatif
obat yang dieksresikan melalui urin karena pada metode ini nilai kumulasi obat pada
waktu tak terhingga dianggap sama dengan nilai kumulasi obat dalam urin pada
waktu terakhir pengambilan urin. Hal tersebut yang menjadi dasar lamanya waktu
pengambilan urin pada metode Sigma-minus (Paradkar dan Bakliwal, 2008;Hakim,
2013).
Perbandingan antara Rate Method dan Sigma-Minus Method:
1. Dalam rate method Du~ tidak perlu diketahui, dan hilangnya satu spesimenurin
tidak mempengaruhi analisis.
2. Sigma-Minus Method membutuhkan penentuan akurat Du~ dari urin sampai
ekskresi obat selesai.
3. Fluktuasi tingkat eliminasi obat dan kesalahan eksperimental (seperti pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap) menyebabkan peningkatan besar dari
linearitas dalam rate method.
4. Sigma-Minus Method kurang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai eliminasi obat.
5. Pada rate method ini berlaku untuk proses eliminasi orde nol, sedangkanmetode
sigma-minus tidak.
6. Tetapan laju eliminasi (Ke) dapat diperoleh dari rate method tapi tidak dari Sigma-
Minus Method.
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian pada 7 sampel dengan waktu yang
berbedabeda. Perbedaan perhitungan yang didapat Pada metode Tmid, didapatkan
nilai regresi linear adalah y = -0,0372x + 4,5079. Dari nilai regresi linear ini,
didapatkan nilai laju ketetapan eliminasi adalah 0,0372/Jam dan T 1/2 adalah 18,629
Jam. Sedangkan pada metode ARE, didapatkan nilai regresi linear adalah y = -
0,2165x + 7,3866. Dari nilai regresi linear ini, didapatkan nilai laju ketetapan
eliminasi adalah 0,2165/Jam dan T ½ adalah 3,2009 Jam.
Ke adalah tetapan laju ekskresi ginjal, dan Du adalah jumlah obat yang
diekskresi dalam urine, Du adalah jumlah kumulatif obat tidak berubah yang
diekskresi dalam urine. Waktu paruh atau T1/2 merupakan waktu yang diperlukan
untuk turunnya kadar obat dalam plasma pada fase eliminasi menjadi separuhnya.
Waktu paruh merupakan bilangan konstan, tidak tergantung dari besarnya dosis,
interval pemberian, kadar plasma maupun cara pemberian. Waktu paruh ini
didapatkan dari suatu persamaan. Tetapan kecepatan eliminasi (Ke) menunjukkan
laju penurunan kadar obat setelah proses-proses kinetik mencapai keseimbangan.
Nilai ini menggambarkan proses eliminasi, walaupun perlu diingat bahwa pada waktu
itu mungkin proses absorpsi dan distribusi masih berlangsung (Suwandi dkk, 2018).
Prinsip pada praktikum ini pengukuran menggunakan aspirin pada sampel
hayati urin dengan mengguakan metode Rate Method (T MID) dan metode sigma
minus (ARE).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada pengujian ini
penetapan parameter farmakokinetik dapat dilihat bahwa termasuk ke dalam
model 1 kompartemen dikarena grafik menurun seiring berjalannya waktu,
semakin berkurangnya secara konstan hingga waktu tertentu sampai konsetrasi
obat didalam tubuh habis dan terjadi proses eliminasi obat
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian pada 7 sampel dengan waktu yang
berbedabeda. Perbedaan perhitungan yang didapat Pada metode Tmid, didapatkan
nilai regresi linear adalah y = -0,0372x + 4,5079. Dari nilai regresi linear ini,
didapatkan nilai laju ketetapan eliminasi adalah 0,0372/Jam dan T 1/2 adalah
18,629 Jam. Sedangkan pada metode ARE, didapatkan nilai regresi linear adalah y
= -0,2165x + 7,3866. Dari nilai regresi linear ini, didapatkan nilai laju ketetapan
eliminasi adalah 0,2165/Jam dan T ½ adalah 3,2009 Jam.
B. Saran
Pada praktikum kali ini diharapkan pada saat melakukan praktikum kita
harus menjaga kebersihan, berhati-hati dan teliti serta tertib dalam menggunakan
alat-alat serta bahan agar mendapatkan hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, L. 2013. Farmakokinetika. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Nasution dkk. 2019. Penetapan Parameter Farmakokinetika Parasetamol Setelah


Pemberian Dosis Tunggal Per Oral Menggunakan Data Darah. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Notario, D. 2018. Pemodelan Farmakokinetika Berbasis Populasi dengan R: Model


Dua Kompartemen Ekstravaskuler. Jurnal Farmasi Galenika: Galenika Journal
of Pharmacy, 4(1), 26-35.doi:10.22487/j24428744.2017.v4.i1.9777

Nurita, M. 2019. Pengaruh Sediaan Madu Bunga Kelengkeng (Nephelium Longata L)


Terhadap Farmakokinetika Parasetamol Yang Diberikan Bersama Secara Oral
Pada Kelinci Jantan. Surakarta: Universitas Muhammadiayh Surakarta.

Paradkar, A. dan Bakliwal, S. 2008. Biopharmaceutics& Pharmacokinetics. India:


Nirali Prakashan, Publications, Inc.

Putri, B.R., Ramadhani, S., Wijaya, A., dan Katarina. 2016. Penentuan Parameter
Farmakokinetika Salisilat Dengan Data Urin. Purwekerto: Universitas Jenderal
Soedirman.

Shargel, L & Andrew. 2012. Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics. New


York: McGraw-Hill Companies.

Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia Edisi 6. Buku kedokteran : Jakarta.

Suwandi, dkk. 2018. Kadar Puncak (Cmax), Waktu Puncak (Tmax), Waktu Paruh
(T½) dan Bersihan Teobromin pada Sukarelawan Sehat setelah Pemberian
Dark Chocolate Bar Per Oral. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 6 (no. 2)

Washudi., Hariyanto, T., dan Kirnantoro. 2016. Biomedik Dasar Dalam


Keperawatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai